• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN PRANIKAH DI KUA KECAMATAN RANDANGAN UNTUK MEMINIMALISIR ANGKA PERNIKAHAN DINI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN PRANIKAH DI KUA KECAMATAN RANDANGAN UNTUK MEMINIMALISIR ANGKA PERNIKAHAN DINI SKRIPSI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN PRANIKAH DI KUA KECAMATAN RANDANGAN UNTUK MEMINIMALISIR ANGKA

PERNIKAHAN DINI SKRIPSI

Disusun Untuk Melengkapi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Bidang Hukum Keluarga Islam

Disusun Oleh : Khotibul Umam

NIM: 16150028

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA 2021

(2)

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal skripsi dengan judul “Efektivitas layanan bimbingan Pranikah di KUA Kecamatan Randangan untuk meminimalisir angka pernikahan dini” yang disusun oleh Khotibul Umam Nomor Induk Mahasiswa: 16.15.00.28 telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke seminar proposal.

Jakarta, 20 Maret 2021 Pembimbing,

(3)

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN ... ii DAFTAR ISI ... iii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Penelitian ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Sistematika Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 13 A. Kajian Teori ... 13

B. Kerangka Berpikir ... 40

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Metode Penelitian ... 48

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 49

C. Deskripsi Posisi Peneliti ... 49

D. Informan Peneliti ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 55

(4)

4

G. Teknik Analisis Data... 58 H. Validasi Data (Validitas dan Relibilitas Data) ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 61

(5)

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia baik antara manusia dengan tuhannya juga hubungan manusia dengan sesamanaya, adapun bentuk hubungan antara manusia dengan sesamanya, diantaranaya saling menghargai, saling menghormati serta saling menyayangi sebagaimana firman Allah SWT:

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ِنْيَج ْوَز اَنْقَلَخ ٍء ْيَش ِّلُك ْنِم َو “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Az-Zariyat: 49)

Pernikahan merupakan jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan satu keluarga rumah tangga, hal tersebut merupakan salah satu ibadah dalam agama Islam dan merupakan sesuatu yang sakral oleh karena itu diharapkan hanya terjadi seumur hidup (Irianto, 2006:157).

Di samping itu, tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk memberikan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan manusia. Allah SWT. berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang …” (Q.S. Ar- Rûm: 21).

Ayat di atas memberikan keterangan tentang hikmah sosial yang ditunjukkan oleh Allah swt dalam penciptaan manusia diberbagai belahan dunia dengan jenis kelamin yang berbeda. Adanya berbagai perbedaan tersebut sehingga dianjurkan agar saling mengenal sehingga terbentuk hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dalam membentuk suatu keluarga. Pembentukan keluarga melalui

(6)

6

pernikahan memerlukan adanya upaya saling mengenal didalamnya dan juga menerangkan bahwa Islam menginginkan pasangan suami istri yang telah membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri yang saling mengasihi dan menyayangi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangganya.

Sedangkan pernikahan menurut Nafis, (2014:14)

“Pernikahan adalah bergabungnya dua insan dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam pernikahan itu pula keduanya saling melengkapi kekurangan masing-masing. Jika suami memiliki karakter yang keras, maka isteri berkarakter halus. Keras dibutuhkan untuk survive di luar seperti bekerja. Lembut dibutuhkan untuk mendidik anak. Inilah dua kekuatan yang bersatu sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang jika ditangani sendiri oleh laki-laki ataupun perempuan akan sangat sulit dan memberatkan. Logikanya, jika sebelum menikah kita memiliki 10 masalah diselesaikan sendiri, maka ketika sudah menikah permasalahan yang sepuluh itu dihadapi berdua. Ada pembagian beban yang seimbang, tetapi tetap dalam satu bingkai tujuan yang satu. Pernikahan sendiri adalah media untuk memperoleh ketenangan tersebut. Orang yang menikah berarti telah menemukan satu tambatan jiwa yang memang dibutuhkan jiwanya untuk dapat berbagi segala keluh kesah kehidupan. Kita memang membutuhkan lawan jenis untuk mencurahkan segala gelisah, pelbagai kejenuhan, dan selanjutnya mendapatkan satu semangat baru untuk menentukan langkah hidup ke depan. Belaian mesra dari isteri atau kecupan kecil suami di pipi menjelang berangkat ke kantor mampu memberikan kekuatan jiwa. Cinta yang mereka rangkai dalam rajutan pernikahan semakin mengembang dalam tiap sendi kehidupan. Selanjutnya menjadi kekuatan untuk menatap hidup lebih bahagia dan optimis.

Menurut Hasanuddin (2011: 3) “Pernikahan adalah ikatan yang suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, antara satu sama lain harus saling mengerti, menghormati dan memahami perbedaan agar terwujud suatu keharmonisan.” Pernikahan dalam Islam merupakan peristiwa penting dari lahirnya generasi penerus yang dapat melangsungkan keturunan sebagai khalifah dimuka bumi.

(7)

7

Hikmah disyari’atkannya menikah menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri dalam kitab Mukhtasor Al-fiqh Al-islamiy (2012: 6)

a. Pernikahan merupakan suasana solihah yang menjurus kepada pembangunan serta ikatan kekeluargaan, memelihara kehormatan dan menjaganya dari segala keharaman, nikah juga merupakan ketenangan dan tuma'ninah, karena dengannya bisa didapat kelembutan, kasih sayang serta kecintaan diantara suami dan isteri.

b. Nikah merupakan jalan terbaik untuk memiliki anak, memperbanyak keturunan, sambil menjaga nasab yang dengannya bisa saling mengenal, bekerja sama, berlemah lembut dan saling tolong menolong.

c. Nikah merupakan jalan terbaik untuk menyalurkan kebutuhan biologis, menyalurkan syahwat dengan tanpa resiko terkena penyakit.

d. Nikah bisa dimanfaatkan untuk membangun keluarga solihah yang menjadi panutan bagi masyarakat, suami akan berjuang dalam bekerja, memberi nafkah dan menjaga keluarga, sementara isteri mendidik anak, mengurus rumah dan mengatur penghasilan, dengan demikian masyarakat akan menjadi benar keadaannya.

e. Nikah akan memenuhi sifat kebapaan serta keibuan yang tumbuh dengan sendirinya ketika memiliki keturunan.

Oleh karena itu tujuan melangsungkan pernikahan bukan hanya untuk hidup sehari atau dua hari, bukan pula hanya untuk hidup setahun atau dua tahun, akan tetapi kehidupan rumah tangga yang dimaksudkan yakni untuk hidup bersama sampai Tuhan yang memisahkan keduanya. Membentuk rumah tangga diperlukan adanya kedewasaan antara kedua pasangan sehingga ukuran umur dianggap sangat penting pula dijadikan bahan pertimbangan.

Tujuan penikahan tidak sebatas keinginan saja, tetapi jauh dari mencakup syarat-syarat hidup yang penuh kasih sehingga manusia dapat hidup damai dalam keluarga dan masyarakat. Dengan pernikahan, suami dan istri menetapkan hak dan kewajiban, sehingga membangun kedamaian batin, tidak hanya di antara keinginan. Pernikahan merupakan ciri utama yang mengedepankan kehidupan sosial karena manusia tidak bisa hidup sendiri (Wasim, 2017: 17). \

(8)

8

Usia untuk melakukan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1), perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita suda

mencapai umur 19 tahun. (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 Ayat 1)

Pasangan yang belum mencapai umur yang telah ditetapkan, dianggap belum siap untuk menjalani mahligai rumah tangga. Pernikahan seperti ini dianggap sebagai pernikahan dini, pernikahan ini dianggap rentan karena belum terbentuknya kematangan dalam menghadapi masalah yang kemungkinan terjadi dalam rumah tangga.

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan di atas umur 19 tahun (bimo walgito 1993 :31)

Pasangan yang belum mencapai umur yang telah ditetapkan, dianggap belum siap untuk menjalani mahligai rumah tangga. Pernikahan seperti ini dianggap sebagai pernikahan dini, pernikahan ini dianggap rentan karena belum terbentuknya kematangan dalam menghadapi masalah yang kemungkinan terjadi dalam rumah tangga.

Oleh karena itu pemerintah melalui KUA memberikan solusi berupa layanana bimbingan pranikah yang mana tujuannya yaitu memberikan pembekalan baik berupa informasi dan edukasi kepada para calon pengantin dengan layanan bimbingan pranikah.

Kantor urusan Agama merupakan unit kerja terdepan kementrian Agama (kemenag) RI yang melaksanakan tugas pemerintah diwilayah kecamatan (KMA. No.

(9)

9

157/2001) dan (PMA no. 11/2007), dikatakan sebagai satuan terdepa, karena KUA berhadapan langsung dengan masyarakat.

Dalam bidang konsultasi dan nasihat perkawinan KUA melalui BP4 ( Badan Penasihat dan Pembinaan Perkawinan) yang merupakan bagian struktur keorganisasian KUA, bertugas memberikan sosialisasi dan edukasi serta pelayanan masyarakat kepada pria dan wanita sebelum menikah atau sesudah menikah yang mana juga bermanfaat bagi upaya pencegahan pernikahan yang tidak sesuai dengan agama dan Negara.

B. Rumusan Penelitian

Berawal dari latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan penelitian, diantaranya yaitu:

1. Peran dan fungsi Penyuluh agama Islam dalam menjalankan perannya dalam hal memberikan informasi, edukasi, konsultasi dan advokasi.

2. Strategi atau cara Penyuluh agama Islam dalam menjalankan layanan bimbingan pranikah di KUA kecamatan Randangan.

3. Tugas pokok KUA Kecamatan Randangan dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam menurunkan angka pernikahan dini lewat layanan bimbingan pranikah

4. Metode yang dipakai oleh KUA randangan dalam menyampaikan materi bimbingan pranikah.

5. Faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan layanan bimbingan pranikah dalam meminimalisir angka pernikahan dini.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana layanan bimbingan Pranikah di KUA Kecamatan Randangan? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat layanan bimbingan pranikah di

KUA Kecamatan Randangan?

3. Bagaiamana efektivitas layanan bimbingan pernikahan di KUA Kecamatan Randangan dalam meminimalisir angka pernikahan dini?

D. Tujuan penelitian

Berangkat dari permasalahan Untuk mengetahui layanana bimbingan Pranikah di KUA Randangan maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(10)

10

1. Untuk mengetahui bagaimana layanan bimbingan Pranikah di KUA Randangan

2. Untuk mengetahui fakor yang mendukung dan penghambat layanan bimbingan Pranikah di KUA Randangan

3. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas layanan bimbingan Pranikah di KUA Randangan

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep dan teori terhadap ilmu pengetahuan yang sesuai dalam bidang studi Ahwal Al Syakhsiyah.

2. Memberikan informasi dan masukan dalam meningkatkan kualitas KUA dalam melaksanakan bimbingan pranikah yang tepat.

3. Sebagai pengingat bagi masyarakat dalam membina rumah tangga maupun untuk mempersiapkan diri dalam membangun sebuah rumah tangga perlu adanya pengetahuan sehingga menciptakan keberlangsungan pernikahan yang harmonis, damai dan sejahtera.

F. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penelitian karya ilmiah (skripsi) yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia. Sistematika penelitian pada penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:

BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan uraian umum dari penelitian ini, isinya menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Kajian Teori, Dalam bab ini menerangkan antara lain: pengertian, dasar hukum perkawinan, syarat dan rukun perkawinan, hikmah perkawinan, pernikahan dini menurut UU No.1 Tahun 1974 dan pengertian dari pada evektivitas serta layanan bimbingan Pranikah

(11)

11

BAB III: Metodologi Penelitian, bab ini menjelaskan metode penelitian, waktu dan lokasi penelitian, deskripsi posisi peneliti, informan penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi instrumen penelitian, teknik analisis data, dan validasi data (validitas dan relibilitas data).

BAB IV : Hasil Penelitian, bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian yang menguraikan tentang peran, fungsi, dan strategi layanan bimbingan pranikah yang dilakukan oleh KUA kecamatan Randangan serta faktor penghambat dan pendukung KUA kecamatan Randangan dalam menjalankan layanan bimbingan pranikah untuk meminimalisir angka pernikahan dini di Kecamatan Randangan.

BAB V : Penutup, pada bab ini berisi sebagaimana lazimnya sebuah laporan penelitian pada bab terakhir yakni kesimpulan dan saran.

(12)

12 BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas

Soejono Soekanto (1986:25) mengemukakan bahwa efektivitas berasal dari kata effektivies yang berarti taraf sampai atau sejauh mana suatu kelompok mencapai tujuan. Selanjutnya, menurut Emerson Handayaningrat (1985:38) bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Oleh karena itu efektivitas adalah merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan dengan tepat dan cepat, dengan pencapaian berhasil dan ataupun gagal.

Semenara itu Menurut Campbell J.P. dalam (lestanata dan Pribadi, 2016:373) Pengukuran efektivitas secara umum dan paling menonjol adalah : Keberhasilan program, Keberhasilan sasaran, Kepuasan terhadap program, Tingkat input dan output, Pencapaian tujuan menyeluruh Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam menjalankanprogram-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sementara itu, Audit Commision dalam Mahsun (2006:180) menyatakanbahwa efektivitas adalah menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwewenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Kemudian, Peter Drueker dalam Handoko (2001:7) mengemukakan efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Mahsun (2006:182) menjelaskan bahwa efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan.

B. Layanan Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan terjemahan dari “ guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan dan “counceling” dalam bahasa

(13)

13

Ingggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Shertzer dan stone mengartikan bimbingan sebagai “process of helping an individual to understand him self and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).” (Yusuf & Yuntika, 2006: 6).

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukanoleh seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinyasendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangan berdasarkan norma-norma yang berlaku”.

Pengertian bimbingan menurut pandangan Syamsu Yusuf, L. N dan A. Juntika Nurisha dalam buku landasan bimbingan dan konseling yang mengemukakan bahwa:

a. Bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. (hellen, 2002:4)

b. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya. (Mu’awannah, 2009:7)

c. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok, agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya dengan baik, agar dapat memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfa’atan sosial.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan bimbingan dan adalah agar tercapainya perkembangan yang optimal pada individu yang berkembang sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu berkembang sesuai lingkungannya. Optimalisasi pencapaian tujuan bimbingan dan konseling pada setiap individu berbeda sesuai tingkatan perkembangannya.

Selain itu bimbingan juga bertujuan agar individu yang dibimbing memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu

(14)

14

memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta beradaptasi dengan lingkungannya. (Thohirin, 1967: 35)

3. Fungsi Bimbingan

Fungsi bimbingan penyuluhan adalah sebagai berikut :

a) Fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang. Upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya.

b) Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian upaya pemberian bantuan bimbingan kepada individu yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, maupun aspek sosial. (Nurihsan, 1992:34)

4. Unsur dalam Bimbingan a. Pembimbing

Pembimbing merupakan seseorang yang membimbing atau penuntun atau pemimpin. Pembimbing juga merupakan orang yang akan memberikan materi terkait pernikahan saat proses bimbingan pranikah berlangsung. Pembimbing sangat berperan dalam proses suasana bimbingan pranikah,maka pembimbing harus mampu menghidupkan suasana bimbingan agar peserta bimbingan atau calon pengantin tidak mengalami kejenuhan dalam suasana bimbingan yang berlangsung cukup lama.

b. Terbimbing

Terbimbing adalah peserta atau seseorang yang mempunyai masalah atau hal yang terkait dalam capaian tujuan bimbingan. Objek yang menjadi terbimbing dalam proses ini adalah pasangan atau calon pengantin yang mengikuti proses bimbingan pranikah.

(15)

15

Kata metode berasal dari bahasa Yunani “Methods”, “metha” yang berarti melalui, menuju, mengikuti, dan kata“hodos” berarti perjalanan,jalan, arah, dan cara. Jadi metode adalah cara bertindak menurut aturan sistem tertentu supaya kegiatan praktisi terlaksana secara terarah dan rasional, agar mendapat hasil yang optimal.

Adapun metode yang sering digunakan dalam bimbingan pranikah adalah metode ceramah dan wawancara atau interview.

6. Pernikahan

1. Pengertian pernikahan

Pernikahan atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram. (Saebani, 2009: 9)

Pernikahan atau Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Perkawinan adalah suatu Akad antar seorang pria dengan seorang wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh pihak lain (Wali) menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan Syara’ untuk menghalalkan percampuran keduanya, sehingga satu sama lain saling membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah tangga. (abidin dan aminudin,1999: 12)

Menurut istilah ilmu fikih, nikah berarti suatu akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai lafazh “nikah” atau “tazwīj”. Nikah atau jimaa, sesuai dengan makna linguistiknya, berasal dari kata “al-wath”, yaitu bersetubuh atau bersenggama. Nikah adalah akad yang mengandung pembolehan untuk berhubungan seks dengan lafazh “an-nikah” atau “at-tazwīj”, artinya bersetubuh, dengan pengertian menikahi perempuan makna hakikatnya menggauli istri dan kata “munakahat” diartikan saling menggauli.

(16)

16

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miisaqan ghalīzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakīnah, mawaddah dan rahmah. Jadi perkawinan dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Perkawinan dalam arti sempit yaitu akad yang menghalalkan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan. Sedangkan perkawinan dalam arti luas yaitu akad atau ikatan antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia, sakīnah, mawaddah dan rahmah.

Menikah dan kehidupan berkeluarga merupakan salah satu sunnatullah terhadap makhluk, yang mana dia merupakan sesuatu yang umum dan mutlak dalam dunia kehidupan hewan serta tumbuh-tumbuhan.

Adapun manusia: bahwasanya Allah tidak menjadikannya seperti apa yang ada pada kehidupan selainnya yang bebas dalam penyaluran syahwat, bahkan menentukan beberapa peraturan yang sesuai dengan kehormatannya, memelihara kemuliaan dan menjaga kesuciaannya, yaitu dengan melakukan pernikahan syar'i yang menjadikan hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita merupakan hubungan mulia, dilandasi oleh keridhoan, dibarengi oleh ijab kabul, kelembutan serta kasih sayang. Sehingga bisa menyalurkan syahwatnya dengan cara benar, menjaga keturunandari kerancuan dan juga sebagai penjagaan bagi wanita agar tidak dijadikan sebagai mainan bagi setiap orang yang menjamahnya. (At-Tuwaijri, 2012:4)

2. Tujuan dan Hikmah pernikahan

Setiap sesuatu yang disyariatkan oleh agama pastilah terdapat hikmah dan tujuan serta kemaslahatan di dalamnya, demikian pula pernikahan, terdapat beberapa hikmah didalamnya, yaitu:

a) Untuk Melestarikan Jenis Manusia

(17)

17

Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"

Demi kelangsungan dan kelestarian mahluk yang bernama manusia, maka Allah SWT menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya sarana yang paling utama untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam bingkai pernikahan inilah setiap suami maupun istri berharap mendapatkan keturunan yang baik dan mulia, yang akan menjadi penerus perjuangan dan kemuliaannya sebagai manusia dan hamba Allah SWT. (Qisthi, 2016:27)

b) Untuk Menentramkan Jiwa

Dalam AL-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21, Allah SWT berfirman:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

c) Menyelamatkan Masyarakat dari Kerusakan Moral dan Penyakit-Penyakit yang Berbahaya.

Pernikahan merupakan sebuah metode dan sarana yang dapat menyelamatkan masyarakat dari ideology-ideologi kebebasan dan kerusakan ahlak/dekadensi moral (pergaulan bebas, perzinaan, dan hal-hal yang tidak dibenarkan dalam syariat Islam), sebab dalam pernikahan, mereka dapat menyalurkan nafsu seksualnya kepada

(18)

18

yang halal serta dituntut untuk bertanggung jawab di dalamnya. (Qisthi, 2016:27)

d) Menyuburkan Rasa Kasih Sayang antar Suami Istri, Ibu Bapak dan Anak.

Mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia, tidak ada bingkai yang paling sempurna dan mulia untuk mencurahkan segenap perasaan tersebut kecuali dengan pernikahan. Dalam ikatan pernikahan inilah dua orang yang saling mencintai dapat saling berbagi, menjaga, membantu, menasehati, memaafkan serta saling setia dalam suka maupun duka. Terlebih lagi bila Allah SWT mengkaruniakan anak-anak yang soleh sebagai buah hati dari cinta kasih. Maka bertambah semarak dan suburlah kasih saying dalam rumah tangga tersebut. (Qisthi, 2016:27)

e) Pernikahan Merupakan Sunnah Nabi yang Sangat Dianjurkan f) Rasululullah Saw bersabda:

“Nikah itu adalah salah satu sunnahku. Barang siapa tidak menyukai sunnahku maka sesungguhnya ia tidak menyukai aku”.

Pernikahan menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazair adalah untuk mengatur hubungan antara pria dan wanita dalam masalah-masalah yang asasi, baik tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sebagi hasil dari cinta dan kasih sayang yang sesuai dengan martabat masing-masing. Selain itu juga untuk mewujudkan kerjasama suami istri dalam pemeliharaan dan pendidikan anak-anak. (Qisthi, 2016:27) 3. Syarat dan rukun pernikahan

Syarat adalah suatu yang harus ada sebelum prosesi akad nikah.. Syarat-syarat nikah pada pokoknya ada dua:

(19)

19

Syarat tahsiniyyah, yaitu syarat yang menambah bagusnya perkawinan, meskipun tidak harus dilakukan, meliputi:

1) Hibah, hantaran, dan hadiah-hadiah

2) Khitbah, termasuk khitbah saat lamaran, melihat calon isteri dan suami, dan perkenalan

3) Mengikuti adat istiadat yang tidak bertentangan dengan syara.

b. Lazimiyyah

Syarat lazimiyyah, yaitu syarat yang wajib ada, baik yang ada pada pihak calon isteri, calon suami, maupun pada penyelenggaraan akad nikah. Sahnya aqad nikah disyaratkan dengan kehadiran empat orang, yaitu:

1) Wali

2) Kehadiran calon suami, dan 3) Kehadiran dua orang saksi.

4. Pernikahan menurut Undang-undang dan hukum islam a. Pernikahan menurut undang-undang

Dalam perspektif Undang-undang, perkawinan diatur dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Hal ini sebagaimana yang tercantum pada pasal-pasal berikut:

Pasal 2:

1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3:

1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.

(20)

20

2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.

Pasal 4

1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.

2) Pengadilan dimaksud data ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:

a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;

b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;

c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan. (Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2015:2002)

b. Pernikahan menurut hukum Islam

Hukum nikah dalam perspektif fiqih Islam terkadang bisa sunnah, terkadang wajib atau terkadang juga hanya mubah saja. Dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh, bahkan haram. Semua tergantung dari kondisi dan situasi seseorang dan permasalahannya. Adapun hukum asal nikah adalah sunnah. (Nafis, 2014: 11)

Pernikahan di bawah umur masih menjadi polemik dan kontroversi dalam masyarakat dikarenakan ada asumsi bahwa hal tersebut dibolehkan oleh agama, didorong serta dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad saw. atau setidaknya Islam tidak mengatur batasan minimal usia perkawinan. Yang dimaksud pernikahan di bawah umur adalah pernikahan orang yang belum mencapai baligh bagi pria dan belum mencapai menstruasi (haidh) bagi wanita. (Nafis, 2014: 40)

(21)

21

Bimbingan pranikah menurut para ahli adalah upaya membantu pasangan atau calon suami istri oleh konselor profesioanal sehingga mereka mampu memecahkan masalah yang dihadapinya beberapa cara (Willis, 2011: 165).

Menurut Dapertemen Agama RI bimbingan pranikah adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan rumah tangga bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia maupun ahkirat.

imbingan pranikah merupakan salah satu bagian dari bimbingan keluarga. Adapun bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia. (Syamsu Yusuf, 2006: 12).

Jadi bimbingan pranikah adalah bimbingan yang diberikan kepada calon pasangan suami istri agar dapat menjalankan pernikahan dan kehidupan rumah tangganya bisa selaras dengan petunjuk Allah, sehingga dalam saat nanti berumah tangga bisa menghadapi berbagai masalah yang muncul dan rumah tngga bisa berjalan harmonis serta bisanterbentuk keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah.

7. Pernikahan Dini

Pernikahan dini ini terdiri dari dua kata yaitu “pernikahan” dan “dini”. “Pernikahan” dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 (pasal 1) ialah “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.( Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

(22)

22

Pasal 1) Sedangkan “Dini” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “pagi sekali, sebelum waktunya”.(depdiknas. KBBI, 2008: 33) Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan ketika seseorang belum mencapai batas usia minimal yang di sebutkan dalam Undang-undang untuk menikah.

Pendapat lain menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan dibawah umur (usia muda) yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.(Setiawati, 2017: 4).

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1), perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.

Jadi perkawinan dibawah umur adalah perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita di mana umur keduanya masih dibawah batas minimum yang diatur oleh Undang-Undang dan kedua calon mempelai tersebut belum siap secara lahir maupun bathin, serta kedua calon mempelai tersebut belum mempunyai mental yang matang dan juga belum siap dalam hal materi.(Rahmatiah, 2016:149)

8. Pernikahan Dini Perspektif Munakahat

Melangsungkan perkawinan dalam syariat islam berarti mengikuti sunnah rasul. Rasulullah SAW menekankan arti pentingnya lembaga perkawinan. Barang siapa tidak melaksanakan sunnah rasul maka bukanlah termasuk golongannya. Disyari‟atkannya perkawinan ini bertujuan untuk memelihara diri dari perbuatan zina, menenteramkan jiwa atau bathin, mendapatkan keturunan, dan menyempurnakan agamanya Sahnya perkawinan menurut hukum islam tidak hanya ditentukan oleh usia calon mempelai semata. Sahnya perkawinan terkait dengan segenap rukun nikah yaitu calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali dari pihak mempelai perempuan, dua orang saksi dan ijab qabul. Masing-masing rukun ini mempunyai persyaratan tersendiri yang diatur secara rinci dalam fiqh munakahat.

(23)

23

Ijab qabul merupakan inti dari perkawinan. Anak perempuan tidak terlibat secara langsung dalam prosesi akad ijab qabul perkawinan. Terkesan anak perempuan hanya menjadi subordinasi dalam relasi suami istri. (syafiq, 2001:144).

Yang terlibat secara langsung adalah wali calon mempelai wanita dengan calon mempelai pria. Oleh karenanya yang harus memenuhi syarat aqil baligh adalah calon mempelai pria dan wali mempelai wanita.

Hemat penulis, pernikahan anak perempuan yang belum baligh hukumnya sah dan boleh (jawaz) karena anak perempuan bukanlah pelaksana langsung dari akad ijab qabul. Oleh karena itu perkawinan dini yang calon mempelai wanitanya belum baligh hukumnya sah, asalkan semua syarat rukun perkawinan yang lainnya telah terpenuhi.

Sedangkan prosesi akad perkawinan anak laki-laki yang belum baligh menurut penulis hukumnya batal. Apabila perkawinan telah terlanjur terjadi maka pernikahan tersebut fasakh atau rusak.bagi calon mempelai laki-laki harus sudah baligh terlebih dahulu. Secara normatif semua perkawinan yang dilakukan oleh calon mempelai pria yang belum baligh dianggap batal dan tidak sah. Hal ini disebabkan yang melakukan akad ijab qabul adalah calon mempelai pria dan wali dari calon mempelai wanita. Calon mempelai pria harus memenuhi persyaratan kemampuan untuk melakukan tindakan hukum berupa akad nikah, di antaranya adalah ia harus sudah aqil baligh dan rusd atau mempunyai kematangan berfikir.

(24)

24 BAB III

METODOLOGI PENILITIAN A. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti nerupakan instrumen kunci, analisis data bersifat induktif dengan hasil penelitian yang lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. (Suhandoyo, 2017: 1).

Melalui metode penelitian di atas, peneliti melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memperoleh data yang terkait dengan penelitian skripsi ini. Kemudian, data yang telah diperoleh dianalisis oleh peneliti secara deskriptif sehingga lebih mengetahui secara dalam, mengakar, menyeluruh dan lebih jelas tentang evektifitas layanan bimbingan PraNikah di KUA kecamatan Randangan untuk meminimalisir angka pernikahan dini.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di wilayah Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato pada bulan januari 2021 sampai dengan bulan maret 2021.

C. Deskripsi Posisi Peneliti

Kantor Urusan Agama Kecamatan Randangan didirikan pada tanggal berdasarkan KMA No. . Merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kantor Urusan Agama dalam lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pohuwato yang wilayahnya berada di daerah perbatasan dengan provinsi Sulawesi Tengah

1. Keadaan Wilayah Keadaan KUA Kecamatan Randangan mewilayahi 1 Kecamatan yang meliputi 13 Desa yaitu:

a) Desa Sidorukun b) Desa Motolohu c) Desa Huyula d) Desa Imbodu

(25)

25 f) Desa Sari Murni

g) Desa Patuhu h) Desa Ayula i) Desa Omayuwa j) Desa Banuroja k) Desa Pelambane l) Desa Motolohu Selatan m) Desa Siduwonge 2. Tinjauan Geografis

Kantor Urusan Agama Kecamatan Randangan Berdasarkan posisi geografisnya berbatasan dengan Kecamatan Wanggarasi dan Taluditi di sebelah utara, Kecamatan Patilanggio di sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan serta Kecamatan Wanggarasi di sebelah barat.

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan randangan berdasarkan data penduduk Tahun 2018 adalah 17.283 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 8.731 jiwa dan penduduk perempuan 8.552 jiwa. (BPS kab. Pohuwato 2018)

b. Jumlah Peristiwa Nikah Tahun 2019-2020:

NO BULAN TAHUN 2019 2020 1. Januari 8 5 2. February 10 2 3. Maret 4 12 4. April 25 9

(26)

26 c. Data masjid

No. NAMA MASJID DESA

TAHUN BERDIRI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AL-IKHLAS AR-RAHMAN DARUL AMIN AL-MUKARAMAH AL-FAJR NURUL IMAN AS-SUBULUS SALAM AL-MUHAJIRIN AL-MUHLISIN DS. SIDORUKUN DS. PELAMBANE DS. PELAMBANE DS.PELAMBANE DS. PELAMBANE DS. PATUHU DS. PATUHU DS. PATUHU DS. MOTOLOHU 2011 2006 1997 2009 2013 1987 1990 2008 1982 5. Mei 4 17 6. Juni 7 14 7. Juli 10 14 8. Agustus 13 10 9. September 3 13 10. Oktober 24 11 11. Nopember 4 10 12 Desember 10 8 Jumlah 122 125

(27)

27 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 AL-IKHLAS AL-AMANAH NURUL HIDAYAH AL-MUHAJIRIN AL-MUNAWARAH AL-MUHAJIRIN NURUL IMAN AN-NUR NURUL IKHSAN AL-MARKAS AL-MUHLISIN AL-IMAN AL-IKHLAS BAITURRAHMAN AL-IKHLAS AN-NUR AL-ANSHAR AL-MUHAJIRIN AL-IKHLAS AT-TAUBAH AS-SALAM DS. MOTOLOHU DS. MOTOLOHU DS. MOTOLOHU DS. MOTOLOHU SELATAN DS. MOTOLOHU SELATAN DS. HUYULA DS. HUYULA DS. SIDUWONGE DS. SIDUWONGE DS. SIDUWONGE DS. SIDUWONGE DS. IMBODU DS.IMBODU DS.IMBODU DS. OMAYUWA DS.OMAYUWA DS. AYULA DS. AYULA DS. AYULA AYULA 1996 2007 2011 2003 1998 1975 1995 1985 1986 2010 1987 1967 2000 2008 1998 1985 1996 2003 1999 2015 1981

(28)

28 31 32 33 JABAL NUR AL-FATMA NURUL IMAN MANUNGGAL KARYA MANUNGGAL KARYA BANUROJA SARIMURNI 2019 1982 1981

d. Data majelis taklim

No.

NAMA MAJELIS

TAKLIM DESA TAHUN BERDIRI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Al-Mubarok Blitar II Banyuwangi Al-Muhlisin Al-Hidayah Nurul Islam Miftahul Jannah Cinta Rasul Nahdiyin Al-Fatmah Muslimah Al-Fatmah Raudhatul Jannah Al-I'tishom Nahdatul Wathan Al-Ikhlas Ds. Sarimurni Ds. Sarimurni Ds. Sarimurni Ds. Sarimurni Ds. Sarimurni Ds. Sarimurni Ds. Banuroja Ds. Sarimurni- Ds. Banuroja Ds. Banuroja Ds. Banuroja Ds. Banuroja Ds. Banuroja Ds. Banuroja Ds. Banuroja

Ketua: Mariati S.Pd.I Ketua: Ponirin

Ketua: Achmad Solekan Ketua: Imron Mahmud Ketua: Slamet

Ketua: Abdul Jalal Ketua: Kusmanto S.Pd.I Ketua: Ali Mukmin S.Pd.I K.H.Abdul Ghafir Nawawi Ketua : Ratna

Ketua : Mahya Suwele Ketua : Kamaludin

Ketua : Moh. Toha, S.Pd.I Ketua : Sarti

(29)

29 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 As-Salam Ar-Ridha WIA WIA Thoriqul Jannah Ar-Ridha Siti Khadijah Al-Amanah Al-Muhlisin Al-Ma'arif Al-Ikhlas Nurul Iman Ds. Ayula Ds. Omayuwa Ds. Imbodu Ds. Huyula Ds. Huyula Ds. Huyula Ds. Motolohu Ds. Motolohu Ds. Motolohu Ds. Pelambane Ds. Sidorukun DS. palambane Ketua : MohammadDarsan Ketua : Sumiati Mahabu Ketua : Siti Sahara L Ketua : Jauria Pakaya Ketua : Kasim Mohi Ketua : Agustin Muharram Ketua : Agustin Muharram Ketua : Maryam Ali Ketua : Maryam Ali Ketua : Maryam Ali Ketua : Salma Lasandrang Ketua : Sanawiyah siolimbona

3. Informan peneliti No

. NAMA ALAMAT NO TELPON

1 Abdullah Hasanudin, S.Fil. Desa Banuroja, Kec. Randangan O81340590844 Aktif 2 Ahmad Faiz, S.Pd. Desa M. Karya Kec. Randangan 081395992797 Aktif 3 Ahmad Musyafa’ , S.Pd. Desa Banuroja Kec. Randangan 0808229204130 2 Aktif

(30)

30 4 Sulastri, S.Pd.

Desa Banuroja, Kec. Randangan 5 Abdullah Kadir Diko Desa Banuroja,

Kec. Randangan

08114341124 Aktif

6 Afni Nuraini Desa Banuroja,

Kec. Randangan 7 Muhammad Dzikyan, S.Pd. Desa Banuroja

Kec. Randangan

085240004447 Aktif

D. Teknik Pengumpulan Data

penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut;

1. Observasi

Observasi menurut Hardani dkk., (2020: 125) adalah “suatu teknik atau cara mengumpilkan data yang sistematis terhadap obyek penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung.” Dalam teknik observasi diperlukan indera mata (melihat) dan telinga (mendengar) dalam melakukan pengamatan sehingga menghasilkan data-data yang sesuai.

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian secara langsung, yakni mengamati secara langsung (tanpa alat-alat) terhadap gejala-gejala obyek yang diamati, yaitu melihat langsung proses layanan bimbingan Pranikah di KUA kecamatan Randangan guna mengetahui seberapa efektiv kegiatan tersebut dalam meminimalisir angka pernikahan dini melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Randangan selama penelitian ini berlangsung. 2. Wawancara

Menurut Hardani dkk., (2020: 125) Wawancara adalah “tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung dengan percakapan yang memiliki maksud tertentu.” Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang bertugas untuk mengajukan pertanyaan dan yang

(31)

31

diwawancarai yang bertugas memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.

Menurut prosedurnya, teknik interview dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Wawancara bebas adalah proses wawancara di mana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya-jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer (orang yang diwawancarai). b. Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan

pokok-pokok masalah yang diteliti.

c. Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ia menyimpang.

Dalam hal ini, peneliti mewawancarai 1 Tokoh agama, 1 aparat pemerintahan, 2 peserta masyarakat yang mengikuti layanan bimbingan PraNikah dan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Randangan.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Seperti, hasil catatan wawancara, gambar/foto, rekaman suara menggunakan alat perekam suara yakni, handphone, maupun video yang terkait dengan penelitian di wilayah Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Menurut Gulo (2000: 56) instrumen penelitian adalah “pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi.”

Sedangkan Arikunto (2006: 58) berpendapat bahwa “instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga mudah diolah.” Agar penelitian ini

(32)

32

terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman dalam melaksanakan penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian, sebagai berikut:

NO

Indikator

1.

Kedudukan KUA Kecamatan Randangan dalam melaksanakan layanan bimbingan Pranikah

2.

Tugas pokok KUA Kecamatan Randangan dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam menurunkan angka pernikahan dini lewat layanan bimbingan pranikah

3.

Fungsi KUA Kecamatan Randangan dalam melaksanakan layanan bimbingan Pranikah untuk menurunkan angka Pernikahan dini

4.

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi bimbingan Pranikah

5.

Strategi yang digunakan oleh KUA Kecamatan Randangan dalam melaksanakan layanan bimbingan Pranikah

6. Faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan layanan bimbingan Pranikah

(33)

33 F. Teknik Analisis Data

Setelah data-data yang dibutuhkan berkumpul, selanjutnya dilakukan proses analisis data, yang dalam hal ini penulis menggunakan metode analisis data kualitatif, Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moeloeng, 2006: 248)

Proses analisis data kualitatif menurut Seiddel, yaitu :

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap bisa ditelusuri, Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya

2. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. (Moeloeng, 2006: 248)

(34)

34

DAFTAR PUSTAKA

A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Cet.II; Bandung : Sinar Baru, 1992.

Abidin Slamet dan Aminudin. Fiqh Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia, 1999 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, Bandung: Pustaka Setia, 2009

Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.Abd.

Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan. Jakarta. 2015. Eka Rini Setiawati, “Pengaruh apernikahan Dini Terhadap Keharmonisan Pasangan Suami Dan Istri Di Desa Bagan Bhakti Kecamatan Balai Jaya Kabupaten Rokan Hilir”, Dalam Jurnal Jom FISIP Volume 4 No 1 Februari 2017

Fatkhu Yasik, et al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: LPPM Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, 2020

Hardani, et al. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020.

https://pohuwatokab.bps.go.id/publication

Moleong, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. bandung: Remaja Rrosdakarya. 2008. Qisthi Aqis Bil, Menuju Keluarga Sakinah Marddhotillah, Surabaya: Mulia Jaya, 2016.

Rahmatiah Hl, “Studi Kasus Perkawinan Dibawah Umur”, Dalam Jurnal Al daulah, volume 5, Nomor 1, Juni 2016

(35)

35

Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana, 2012.

Skripsi ade uswatul jamiliyah (upaya preventif penghulu dalam mengurangi pelaku perkawinan dibawah umur) 2011

Syafiq Hasyim, Hal-Hal Yang Terpikirkan Tentang Isu-Isu Keperempuan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 2001.

Syamsu Yusuf L. N. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006

Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1967

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1

W. Gulo. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

MSDM Pengaruh Motivasi Kerja , Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan.. 77 55112120380 Yunita

Berdasarkan hasil uji kadar lemak tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pemberian pupuk Allen-Miquel yaitu sebesar 45% dari

dilaksanakan di dapur sekolah, peserta didik sangat bersemangat sekali praktik membuat makanan ringan dari olahan jagung berupa pop corn.. 3.2 penyusunan perangkat persiapan

Dengan asumsi bahwa belum banyak penelitian yang mengkhususkan pada rumah sakit tipe C, maka penelitian ini dilakuakan untuk mengetahui pengaruh Brand Image,

Penurunan konsentrasi estrogen oleh aromatase inhibitor mengakibatkan banyaknya hormon testosteron yang diproduksi sehingga mengarahkan kelamin ikan menjadi jantan

Dari tabel tersebut tampak bahwa uji Cramer-von Mises dan Anderson-Darling me- rupakan pasangan terbaik dari uji kenormalan kategori fungsi distribusi empiris yang berarti

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian laut adalah kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau,

Berdasarkan penelitian tentang Prevalensi Skoliosis Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas pada Sekolah Dasar Negeri Sumber