PENGARUH MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA GIANYAR
1
Ni Luh Junia Purnami,
1Edy Sujana,
2I Nyoman Putra Yasa
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {
1niapurnami@yahoo.co.id,
1edisujana_bali@yahoo.com,
2putrayasanyoman11@gmail.com } @undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode pengumpulan data yang digunakan dengan instrumen kuesioner. Kuesioner disebar sebanyak 100 Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling incidental. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individu dan bersama-sama modernisasi sistem administrasi perpajakan (struktur organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance) berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Kata Kunci : modernisasi sistem administrasi perpajakan, kepatuhan wajib pajak
Abstract
This study was aimed at finding out the effect of the modernisation of taxation administration system on taxpayers’ compliance. The study was conducted at Gianyar Tax Office. This study was a quantitative study where data were collected by the use of questionnaires. The questionnaires were distributed to 100 individual taxpayers as respondents. The sampling technique applied was incidental sampling. Data analysis was conducted using double linear regression analysis assisted by SPSS 16.0 program for windows.
The results of the analysis showed that individually and simultaneously the modernisation of taxation administration system (organizational structure, business process, and information and communication technology, human resource management, and the implementation of good governance) had significant and positive effect on the level of taxpayers’ compliance.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berkembang dimana pajak memiliki peranan yang sangat penting untuk memenuhi pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Dalam Anggaran Penerimaan Belanja Negara (APBN) tahun 2017 penerimaan perpajakan memberikan kontribusi sebesar 85,6% terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dari total penerimaan dalam negeri (Kemenkeu.co.id, 2017).
Salah satu hal yang mempengaruhi penerimaan perpajakan di Indonesia adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Menurut Rahayu (dalam Madewing, 2013:21) kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak. Oleh karena itu Wajib Pajak diharuskan atau patuh dalam kewajiban membayar pajak untuk membantu pendapatan negara. Jika Wajib Pajak tidak patuh dalam melaporkan pajaknya maka akan menerima sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan.
Kurang optimalnya penerimaan pajak karena masih rendahnya rasa patuh Wajib Pajak untuk melakukan kewajibannya. Menurut Mulyani (dalam Adrelina, 2015:2) rendahnya kondisi kepatuhan Wajib Pajak ditunjukkan dengan masih sedikitnya Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak serta sedikitnya Wajib Pajak terdaftar yang melaporkan kewajiban perpajakannya. Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar dapat dilihat dari penerimaan SPT pada tabel 1.
Tabel 1. Data Kepatuhan KPP Pratama Gianyar Tahun 2012 – 2016
Tahun Jumlah WP Terdaftar (orang) WP yang wajib Menyampaikan SPT (orang) Total Realisasi WP yang Menyampaikan SPT (orang) Tingkat Kepatuhan 2012 2013 2014 2015 2016 83.483 92.161 103.143 114.677 125.113 84.074 92.759 102.125 113.599 123.797 53.202 53.527 56.859 66.221 61.373 63,28% 57,71% 55,68% 58,29% 49,58%
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar, 2017
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase kepatuhan WP OP yang berada di lingkungan KPP Pratama Gianyar mengalami fluktuasi selama tahun 2012-2016 meskipun terdapat peningkatan jumlah WP OP yang terdaftar. Hingga tahun 2016 KPP Pratama Gianyar mencatat terdapat sebanyak 125.113 WP OP yang terdaftar, namun hanya sebanyak 61.373 WP OP yang menyampaikan SPT. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan WP OP di KPP Pratama Gianyar hanya 49,58%. Menurunnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan akan berpengaruh terhadap tidak tercapainya target penerimaan untuk
mendanai program pemerintah (Manuaba, 2017). Oleh karena itu, diperlukan kajian secara intensif guna mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya kepatuhan WP OP di lingkungan KPP Pratama Gianyar untuk memenuhi kepatuhan dalam membayar pajak. Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi perpajakan ini dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan prasarana perpajakan yang baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi (Sari, 2013:14). Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah
pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang di tempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan revolusioner. Untuk mewujudkan itu semua, maka program reformasi administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang seperti : 1) Struktur organisasi; 2) Business process dan teknologi informasi dan komunikasi; 3) Manajemen sumber daya manusia, 4) Pelaksanaan good governance.
Maka dari itulah DJP meluncurkan program perubahan yaitu modernisasi administrasi perpajakan yang meliputi struktur organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance. Dengan dilakukannya program
tersebut diharapkan tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan tercapainya tingkat produktivitasnya pegawai pajak yang tinggi. Sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Theory of Planned Behavior (TPB)
menjelaskan bahwa adanya niat untuk berperilaku dapat menimbulkan perilaku yang ditampilkan oleh individu. Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak orang pribadi sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan control keperilakuan yang dipersepsikan.
Implementasi konsep administrasi perpajakan modern yang berlandaskan
pada pelayanan dan pengawasan memerlukan perubahan pada struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Perubahan tersebut baik di tingkat kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di jajaran kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Dengan terciptanya implementasi kebijakan yang baik didukung dengan pelayanan dan pengawasan dari pihak DJP dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian Aminah (2014) menunjukkan pengaruh positif signifikan antara modernisasi struktur organisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal yang sama juga dibuktikan oleh Madewing (2013) bahwa modernisasi struktur organisasi berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Struktur Organisasi berpengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Business process dan teknologi
informasi serta komunikasi merupakan bagian dari modernisasi sistem administrasi perpajakan. Bentuk pelayanan yang diberikan DJP kepada masyarakat dengan penggunaan teknologi informasi yang diterapkan pada kantor-kantor pajak seperti e-SPT, pembayaran secara online, juga pelaporan pajak elektronik akan memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan pelaporan, pembayaran dan pendaftaran, sehingga dengan bentuk pelayanan tersebut diharapkan akan dapat mempengaruhi kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Penelitian Madewing (2013) membuktikan bahwa penyempurnaan proses bisnis dan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maria (2013) hasil penelitian menunjukan variabel proses bisnis dan teknologi informasi berpengaruh signifikan dengan hubungan yang positif. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2 : Business Process dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari modernisasi sistem administrasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan yang maksimal kepada Wajib Pajak akan terpenuhi apabila sumber daya manusianya (fiskus) dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, bertanggung jawab, disiplin dan transparan. Fiskus yang berkualitas adalah fiskus yang memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan pajak dan tidak melakukan penggelapan pajak atau tindakan lain yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Seorang wajib pajak yang puas atas pelayanan yang diberikan fiskus cenderung akan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku sehingga diharapkan dengan bentuk pelayanan tersebut akan dapat mempengaruhi kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Penelitian yang dilakukan Nurfanani dan Herawati (2013) membuktikan terdapat pengaruh positif antara modernisasi manajemen sumber daya manusia terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H3 : Manajemen Sumber Daya Manusia
berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Good governance merupakan
program pemerintahan yang bersih dan berwibawa juga merupakan bagian dari modernisasi administrasi perpajakan. Good
governance merupakan bentuk pelayanan
yang diberikan DJP kepada masyarakat dengan penerapan tata kelola yang baik dalam pelaksanaan tugasnya. Membangkitkan kesadaran dan memotivasi aparatur pajak untuk menjadi aparatur DJP yang bersih, adil, dan jujur, serta menjunjung nilai-nilai moral dan etika merupakan langkah awal DJP dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Wajib Pajak akan merasa aman untuk melakukan pembayaran pajaknya tanpa harus takut pembayaran pajak disalah gunakan untuk kepentingan pribadi sehingga diharapkan dengan bentuk pelayanan tersebut akan dapat mempengaruhi kepatuhan sukarela Wajib Pajak Orang Pribadi.
Penelitian Nurfanani dan Herawati (2013), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari modernisasi good
governance pada kepatuhan Wajib Pajak.
Di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Madewing (2013) membuktikan bahwa pelaksanaan good
governance berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H4 : Pelaksanaan Good Governance
berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Modernisasi sistem administrasi merupakan peranan penting dalam perubahan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Diharapkan dengan pembaharuan sistem administrasi perpajakan dapat mempermudah masyarakat atau wajib pajak. Jika sistem yang ada telah memberikan kepuasan terhadap wajib pajak maka wajib pajak sendiri akan lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Madewing (2013) dan Darmayasa (2016) menyimpulkan bahwa modernisasi sistem administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Semakin baik penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang dilakukan oleh aparatur pajak maka semakin banyak wajib pajak ynag patuh terhadap kewajiban perpajakannya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H5 : Pelaksanaan Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
METODE
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Data kuantitatif ini adalah hasil kuesioner. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder.
Data Primer diperoleh langsung dari obyek penelitian dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar yang belum diolah dan perlu dikembangkan sendiri oleh penulis, misalnya data hasil pengisian kuisioner. Data Sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Contoh sumber data sekunder dari penelitian ini, yaitu buku, majalah/jurnal, situs Web, Internet, dan data kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Gianyar.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik sampling incidental. Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011:85). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Gianyar. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan, yaitu statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Statistik deskriptif dilakukan dengan program SPSS 16.0 for
windows berupa tabel dengan perhitungan mean, nilai terendah, nilai tertinggi, dan
standar deviasi. Uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item-item pernyataan dengan total setiap variabel dengan metode “Pearson Correlation”, dengan ketentuan sebagai berikut: jika r hitung > r-tabel maka item pernyataan dinyatakan valid, pengujian menggunakan tingkat signifikansi 5%. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan uji statistik
Cronbach Alpha dengan bantuan software SPSS versi 16. Suatu instrumen dikatakan
reliabel atau andal jika jawaban dari responden adalah konsisten. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s
Alpha > 0,60 (Umar, 2011:173). Uji asumsi
klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi normalitas data, pada penelitian ini akan dilakukan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov Test (S). Apabila nilai probabilitas signifikan
K-S ≥ 5% atau 0.05, maka data berdistribusi normal (Umar, 2011:180). Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai toleransi lebih besar dari 10% (0,10) dengan Variace Inflation Faktor (VIF) kurang dari 10, maka tidak terdapat multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel Glejser. Uji hipotesis terdapat uji regresi berganda, uji regresi individu (t), uji regresi bersama-sama (F), serta koefisien determinasi adjusted R
Square, yang bertujuan untuk menguji
apakah terdapat pengaruh antara variabel independen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 100 kuesioner, semua kuesioner kembali dan tidak terdapat kuesioner yang gugur, sehingga total kuesioner yang dapat diolah adalah sebanyak 100 kuesioner (100%). Setelah semua data terkumpul selanjutnya dilakukan pengujian yang dibantu dengan menggunakan SPSS 16.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 2 dinyatakan bahwa variabel struktur organisasi (X1) mempunyai
nilai minimum sebesar 10, nilai maksimum sebesar 15, nilai mean sebesar 13,20, dan standar deviasi sebesar 1,206. Ini berarti bahwa responden menilai struktur organisasi di KPP Pratama Gianyar sudah baik.
Variabel Business Process dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (X2)
mempunyai nilai minimum sebesar 10, nilai maksimum sebesar 15, nilai mean sebesar 13,56, dan standar deviasi sebesar 1,250. Ini berarti bahwa responden menilai penerapan Business Process dan Teknologi Informasi dan Komunikasi di KPP Pratama Gianyar sudah baik.
Variabel manajemen sumber daya manusia (X3) mempunyai nilai minimum
sebesar 7, nilai maksimum sebesar 15, nilai
mean sebesar 12,84, dan standar deviasi
sebesar 1,475. Ini berarti bahwa responden menilai kinerja manajemen sumber daya
manusia di KPP Pratama Gianyar sudah cukup baik.
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Struktur Organisasi 100 10 15 13,20 1,206
Business Process dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
100 10 15 13,56 1,250
Manajemen Sumber Daya Manusia
100 7 15 12,84 1,475 Pelaksanaan Good
Governance
100 8 15 12,55 1,373 Kepatuhan Wajib Pajak 100 30 45 39,23 3,357 Valid N (listwise) 100
Sumber: Data diolah, 2017
Variabel pelaksanaan good governance (X4) mempunyai nilai minimum
sebesar 8, nilai maksimum sebesar 15, nilai
mean sebesar 12,55, dan standar deviasi
sebesar 1.373. Ini berarti bahwa responden menilai penerapan good governance di KPP Pratama Gianyar sudah cukup baik.
Variabel kepatuhan Wajib Pajak (Y) mempunyai nilai minimum sebesar 30, nilai maksimum sebesar 45, nilai mean sebesar 39,23, dan standar deviasi sebesar 3,357. Ini berarti bahwa Wajib Pajak di KPP Pratama Gianyar dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak sudah cukup baik.
Menurut Ghozali (2011:52-53) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 5%. Uji
validitas dalam penelitian ini dikatakan valid apabila nilai r pearson correlation terhadap skor total lebih besar dari r kritis (0,1966). Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh variabel struktur organisasi, business process dan teknologi informasi dan
komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance mempunyai pearson correlation
> 0,1966 yang berarti bahwa pernyataan tersebut valid.
Uji kualitas data yang selanjutnya dilakukan adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsisten atau tidaknya responden terhadap kuesioner penelitian. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’c Alpha Keterangan 1 Struktur Organisasi (X1) 0,662 Reliabel
2 Business Process Dan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi (X2)
0,661 Reliabel 3 Manajemen Sumber Daya Manusia (X3) 0,790 Reliabel
4 Pelaksanaan Good Governance (X4) 0,670 Reliabel
5 Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0,798 Reliabel
Berdasarkan data pada tabel 3 hasil uji reliabilitas masing-masing variabel menunjukkan nilai Cronbach’c Alpha lebih besar dari 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen struktur organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan
good governance, dan kepatuhan Wajib
Pajak adalah reliabel.
Pada uji normalitas sebaran data yang dilakukan pada data instrumen struktur organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi,
manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance, dan kepatuhan Wajib Pajak, menunjukkan bahwa angka-angka signifikansi lebih besar dari 0,05 yang dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas, nilai Kolmogorov
Smirnov sebesar 0,936 dengan signifikansi
sebesar 0,345 yang berarti nilai residual terdistribusi secara normal. Grafik berikut ini menunjukkan bahwa data telah berdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,936 0,345
Sumber: Data Diolah, 2017
Uji multikoliniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas. Uji multikolinearitas dapat diuji dengan menggunakan Variance
Inflation Faktor (VIF) untuk masing-masing
variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas disajikan pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics Keterangan Toleranc e VIF
Struktur Organisasi 0,687 1,455 Bebas Multikolinearitas
Business Process Dan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
0,710 1,408 Bebas Multikolinearitas
Manajemen Sumber Daya Manusia 0,677 1,477 Bebas Multikolinearitas
Pelaksanaan Good Governance 0,777 1,287 Bebas Multikolinearitas
Sumber: Data Diolah, 2017
Dari hasil uji multikolinearitas yang ditunjukkan dalam tabel 4 hasil perhitungan
Tolerance menunjukkan variabel struktur
organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan
good governance, dan kepatuhan Wajib
Pajak mempunyai nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10. Hasil perhitungan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan bahwa masing-masing
variabel mempunyai nilai VIF yang lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji asumsi klasik yang selanjutnya dilakukan uji heteroskedastisitas. Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2006). Dari hasil uji heteroskedastisitas
diketahui bahwa nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolute residual lebih besar dari 0,05 (5%). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Setelah data yang diuji memenuhi persyaratan untuk uji kualitas data dan uji asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis yakni dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda.
Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,601a 0,361 0,334 2,739
Sumber : Data diolah 2017
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui hasil uji koefisien determinasi untuk keempat variabel bebas terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak terlihat bahwa nilai
adjusted R Square sebesar 0,334 yang
mengandung arti bahwa variabel independen yaitu struktur organisasi,
business process dan teknologi informasi
dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance dapat menerangkan variabel
dependen yaitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak 33,4% sisanya sebesar 66,6% oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Selanjutnya dilakukan uji statistik t yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas dan independen secara individu dalam menjelaskan variansi variabel dependen. Hasil uji statistik t pada penelitian ini disajikan pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11,098 3,953 2,808 0,006 Skor_X1 0,610 0,275 0,219 2,216 0,029 Skor_X2 0,528 0,261 0,196 2,019 0,046 Skor_X3 0,499 0,227 0,219 2,202 0,030 Skor_X4 0,519 0,227 0,212 2,281 0,025
Sumber : Data diolah, 2017
Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dilihat bahwa keempat variabel independen mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Variabel struktur organisasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,029, variabel business process dan teknologi informasi dan komunikasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,046, variabel manajemen sumber daya manusia mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,030, dan variabel pelaksanaan good governance mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,025. Sehingga semua variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Pembahasan
Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang dihasilkan pada uji regresi individu (t-test) yaitu sebesar 2,216 dan nilai signifikan 0,029 < 0,05 yang berarti struktur organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perubahan struktur organisasi dalam rangka penerapan sistem administrasi perpajakan di KPP Pratama
Gianyar, sudah dilakukan dengan baik yaitu terpenuhinya kriteria dari struktur organisasi. Misalnya, struktur organisasi yang berbasis fungsi, dapat dilihat dari nilai tanggapan responden di KPP Pratama Ginyar yang rata-rata memberikan tanggapan baik. Penelitian ini didukung oleh Irawan (2011) dan Aminah (2014) menyatakan bahwa struktur organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengaruh Business Process dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa business process dan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang dihasilkan pada uji regresi individu (t-test) yaitu sebesar 2,019 dan nilai signifikan 0,046 < 0,05 yang berarti
business process dan teknologi informasi
dan komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka penerapan sistem administrasi perpajakan modern sudah berjalan baik. Penelitian ini didukung oleh Madewing (2013) dan Sarunan (2015) menyatakan bahwa
business process dan TIK terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Pengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang dihasilkan pada uji regresi individu (t-test) yaitu sebesar 2,202 dan nilai signifikan 0,030 < 0,05 yang berarti manajemen sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan kriteria-kriteria dari penyempurnaan manajemen sumber daya manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penerapan sistem administrasi perpajakan modern dengan adanya penyempurnaan manajemen sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Gianyar, sudah dilakukan dengan baik. Penelitian ini didukung oleh Sarunan (2015) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.
Pengaruh Pelaksanaan Good
Governance Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan good governance berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang dihasilkan pada uji regresi individu (t-test) yaitu sebesar 2,281 dan nilai signifikan 0,025 < 0,05 yang berarti pelaksanaan good
governance berpengaruh signifikan positif
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menanggapi penerapan sistem administrasi perpajakan modern melalui pelaksanaan Good Governance dengan tanggapan yang baik. Penelitian ini didukung oleh Darmayasa (2016) menyatakan bahwa pelaksanaan good
governance berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil uji F yang dilakukan pada penelitian ini menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama pada Modernisasi Sistem Sdministrasi Perpajakan (struktur organisasi, business
process dan teknologi informasi dan
komunikasi, penyempurnaan manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan
good governance) terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima dalam penelitian ini
diterima, karena besarnya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Hasil analisis Adjusted R square sebesar 0,334 berarti bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh pada struktrur organisasi, business process dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia dan pelaksanaan
good governance sebesar 33,40% dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel tersebut.
Berdasarkan jawaban responden atas butir pernyataan bahwa Account
Representative memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak dalam memberikan konsultasi untuk membantu segala permasalahan Wajib Pajak. Pemanfaatan teknologi secara maksimal seperti e-SPT,
e-Filling, e-Registration, dll. Adanya
Complain Center juga memberikan
kemudahan bagi Wajib Pajak apabila ada keberatan atau keluhan terkait pajak. Para pegawai pajak telah melakukan tugasnya secara profesional dengan memberikan informasi yang dibutuhkan Wajib Pajak. Selain itu, pegawai pajak telah memenuhi standar kode etik dengan memberikan pelayanan yang sama terhadap semua Wajib Pajak (tanpa memandang besar kecilnya pajak terutang).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahayu (2010:117) yang menyebutkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern memiliki program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah DJP, diantaranya yaitu meningkatkan kepatuhan sukarela. Penelitian ini didukung pula oleh Adrelina (2014) dan Mustikawati (2015) menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil uji dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik simpulan, yaitu: (1) Struktur Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. (2) Business
Process dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. (3)
Manajemen Sumber Daya Manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. (4) Pelaksanaan
Good Governance berpengaruh signifikan
positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini, yaitu: Pertama, bagi KPP Pratama Gianyar disarankan dalam pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan saat ini bisa dipertahankan atau bila perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik dengan dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan. Berdasarkan analisis jawaban responden mengenai sistem administrasi perpajakan modern, aparat pajak dapat lebih meningkatkan pada bidang pelayanan, pemeriksaan, penagihan, pengawasan, dan konsultasi. Memaksimalkan fungsi
Complain Center sehingga dapat
bermanfaat bagi Wajib Pajak. Meningkatkan kinerja aparat pajak dengan memberikat pelatihan-pelatihan sehingga dapat merespon setiap permasalahan yang dihadapi oleh Wajib Pajak. Selain itu, pentingnya menjaga profesionalitas aparat pajak dengan selalu menerapkan kode etik dalam bekerja.
Kedua, bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel-variabel lain, seperti kepuasan Wajib Pajak, pengetahuan Wajib Pajak dan akuntabilitas, agar dapat membandingkan dan menyempurnakan hasilnya dengan penelitian ini. Selain itu, menambahkan penelitian yang mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebelum dan sesudah diadakannya Sistem Administrasi Perpajakan Modern agar hasilnya bisa lebih signifikan.
DAFTAR PUSTAKA :
Adrelina,Y.F. 2014. “Pengaruh Sistem
Administrasi Perpajakan Modern
dan Pemahaman Wajib Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Survei pada KPP Pratama
Soreang”. Skripsi. Universitas
Komputer Indonesia.
Aminah, S. 2014. “Pengaruh Penerapan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Kota Surakarta”.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Darmayasa, I.G., dkk.(2016). “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana,
Volume 14, Nomor 01 (hlm. 226-252).
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariante dengan Program
SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro: Semarang
Irawan, H. 2013. “Pengaruh Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Palembang”. Skripsi.
Universitas STIE MDP
Kemenkeu.go.id. 2017. “Perekonomian Indonesia dan APBN 2017”. Tersedia pada https://www.kemenkeu.go.id/apbn20 17 (diakses pada 06 September 2017).
Madewing, I. 2013. “Pengaruh Modernisasi
Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Makassar Utara”. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makasar Mustikawati, Novi. 2015. “Pengaruh
Pengetahuan Pajak Dan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Studi Kasus Pada Wajib Pajak
Yang Terdaftar Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurfanani, Arruuman, dkk.(2016). “Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Malang”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB, Volume 2, Nomor 1.
Sari, D. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : PT Refika Aditama. Sarunan, K. Widya. 2015. “Pengaruh
Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado”.
Jurnal Riset Ekonomi Manajemen Bisnis Dan Akuntansi, Volume 3,
Nomor 4 (hlm. 509-619).
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.