• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam pelaksanaannya sehingga banyak korban yang terkena dampak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. efektif dalam pelaksanaannya sehingga banyak korban yang terkena dampak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penanganan mitigasi bencana di berbagai daerah di Indonesia masih belum efektif dalam pelaksanaannya sehingga banyak korban yang terkena dampak akibat bencana yang telah terjadi, mulai dari kurangnya pemahaman masyarakat sekitar terhadap karakteristik bahaya, kurangnya informasi atau peringatan dini yang menyebabkan kurangnya persiapan ketika berhadapan dengan bencana, masih rendahnya pemahaman dan engetahuan masyarakat, terutama orang tua dan anak-anak dan pejabat pemerintah setempat dalam menyikapi kondisi alam yang rawan bencana, ketidaktahuan masyarakat khususnya orang tua dan anak terhadap upaya apa yang harus dilakukan jika bencana terjadi, dan lain sebagainya (Alfian Putra Abdi, 2018).

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai dari bulan Januari sampai dengan akhir Desember 2019, tercatat sebanyak 3.803 kejadian bencana, 6,1 Juta jiwa pengungsi dan terdampak, 478 jiwa meninggal dunia. Dan juga 73.653 rumah rusak yang mana terdiri dari 15.787 rumah rusak berat, 14.560 rumah rusak sedang, dan 43.306 rumah rusak ringan (Ady Anugrahadi, 2019). Selain itu juga, terdapat sebuah data yang menjelaskan tentang jumlah kejadian bencana dilihat dari provinsi pada tahun 2019. Data tersebut telah dijabarkan pada grafik dibawah ini (BNPB, 2019b).

(2)

2

Grafik 1.1

Jumlah Kejadian Bencana Berdasarkan Provinsi Tahun 2019

Sumber : Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB. https://bnpb.cloud/dibi/

Pada grafik 1.1 menjelaskan tentang kejadian bencana berdasarkan Provinsi sepanjang tahun 2019. Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa Jawa Timur terletak pada urutan ke-3 dengan jumlah 277 kejadian bencana setelah Jawa Barat di urutan ke-2 dengan jumlah 429 kejadian bencana dan di urutan ke-1 yaitu Jawa Tengah dengan 596 kejadian bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang telah mencatat sepanjang tahun 2019 terdapat 223 kejadian bencana di Kota Malang yang mana merupkan angka yang tidak sedikit dan dari 223 kejadian bencana tersebut terdapat 90 kejadian kebakaran, 24 kejadian angina kencang, 16 kejadian banjir dan genangan air, 47 kejadian tanah longsor, 22 kejadian pohon tumbang, 2 dampak kejadian gempa bumi dan 22 kejadian bencana lainnya. Jika diakumulasikan, bahwa kejadian bencana di Kota Malang sebanyak 80,50% dari jumlah rata-rata kejadian bencana di Jawa Timur pada tahun 2019 (Ichsan Emrald Alamsyah, 2020).

(3)

3

Kota Malang sebagai salah satu daerah atau kawasan yang rawan akan bencana terutama banjir dan gempa bumi, hal tersebut dapat dibuktikan melalui aplikasi InaRisk Personal yang telah dibuat oleh BNPB dengan bekerjasama dengan Kementerian dan Lembaga yang ada di Indonesia, bahwa Kota Malang masuk dalam daerah rawan banjir yang dikategorikan kelas tinggi dan daerah rawan gempa bumi yang dikategorikan kelas sedang. Dimana bencana banjir dan gempa bumi tersebut masuk ke dalam bencana hidrometeorogi atau biasa disebut bencana alam yang dapat merugikan masyarakat yang terkena dampak dari bencana tersebut (BNPB, 2019a). Jika dilhat atau mengacu pada permasalahan dilapangan sejauh ini tentang bencana alam yang telah terjadi di Kota Malang, bahwa kondisi cuaca memang berpengaruh banyak pada kenaikan intensitas bencana.

Persoalan banjir yang terjadi di kota Malang beberapa bulan terakhir ini terutama pada Februari 2019, bahwa terjadinya banjir yaitu dikarenakan hujan deras yang telah mengguyur sebagian Kota Malang. Yang mana, penyebab utama banjir tersebut yaitu terdapat banyak sampah yang menyumbat gorong-gorong dari berbagai jenis sampah yang banyak ditemukan oleh petugas gabungan termasuk BPBD Kota Malang. Tingkah laku masyarakat setempat sangat di sesalkan dengan membuang sampah di pantaran sungai, parit atau gorong-gorong yang ada di sekitaran pemukiman masyarakat tersebut. Pemerintah Kota Malang berharap kepada masyarakat tidak melakukan kembali membuang sampah di sembarang tempat, mulai dari tumpukkan sampah yang berakibat pada penyumbatan gorong-gorong dan dapat memicu luapan air di kawasan rentan terhadap banjir (Muhammad Aminudin, 2019).

(4)

4

BPBD Kota Malang berupaya untuk menangani bencana banjir tersebut dengan melakukan pengoptimalisasian peran Kelurahan Tangguh Bencana yang ada di Kota Malang, dengan tujuan melindungi masyarakat dari ancaman bencana dengan mengajak masyarakat untuk mempelajari, menganalisis, mengambil alih, memonitoring serta mengevaluasi dampak dari bencana untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas mereka untuk mengurangi risiko bencana (Achmad Amru Muiz, n.d.).

Terkait persoalan gempabumi yang telah terjadi di Kota Malang, bahwa gempabumi terakhir muncul dengan kekuatan gempanya terbilang cukup besar mengguncang wilayah Malang yaitu berkekuatan 5,9 Magnitudo pada 19 Februari 2019, dengan pusat gempa di laut yang kedalaman mencapai 10 km dan dilaporkan bahwa gempa bumi tidak menyebabkan tsunami. Walaupun diinfokan kekuatan getaran gempa tidak berpotensi tsunami, tetapi getaran gempa tersebut dapat dirasakan sampai 7 wilayah di Indonesia. BMKG mengeluarkan statement bahwa getaran dengan kekuatan MMI III-VI terasa sampai di Kabupaten Lumajang, sedangkan getaran dengan MMI III dirasakan di Karangkates, Blitar, Sawahan, dan Malang Jawa Timur, dan getaran gempa dengan MMI II hingga III juga dirasakan di daerah Kuta dan Nusa Dua, Bali (Maria Flora, n.d.).1 BPBD

Kota Malang telah berupaya dalam mitigasi bencana gempabumi yaitu dengan melakukan sosialisasi bangunan gedung respon bencana, selain itu juga harus memiliki kemudahan dalam mengakses jalur evakuasi saat menyelamatkan diri (Lucky Aditya Ramadhan, n.d.).

1 MMI (Modified Mercalli Intensity) merupakan satuan untuk mengukur suatu kekuatan gempa

(5)

5

Menyangkut dengan kebencanaan yang ada, bahwa dibutuhkannya suatu tindakan yang berkaitan dengan pencegahan dan mitigasi bencana. Pemahaman terkait penanggulangan bencana, pada Pasal 1 ayat 6 UU RI No. 24/2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bahwa pelaksanaan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ancaman bencana dan juga dapat menghilangkan ancaman bencana yang akan terjadi kedepannya.2

Pemahaman terkait mitigasi kebencanaan bahwa pada Pasal 1 ayat 19 Peraturan Daerah Kota Malang No. 1/2017 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana bahwa rangkaian suatu kegiatan dengan tujuan mengurangi suatu risiko bencana, baik itu melalui pembangunan fisik seperti rumah dan sekolah tahan gempa dan lain sebagainya, maupun melaksanakan sosialisasi ataupun pelatihan seperti pemberian informasi dan peningkatan kapasitas dalam menghadapi ancaman bencana. Dan Pasal 5 huruf b dan c dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas implementasi manajemen bencana seperti melindungi masyarakat dari akibat terjadinya bencana seperti program pembangunan tahan gempa dengan pengurangan risiko bencana dan lain sebagainya.3

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mendata bahwa 1500 bangunan sekolah mengalami kerusakan karena kejadian gempa di Lombok dan Palu, dari angka tersebut belum terdiri dari akibat bencana tsunami Selat Sunda Lampung Selatan dan Banten beberapa pekan lalu. Di Lombok, pelaksanaan sekolah telah menggunakan tenda emergency, karena lebih dari 600

2 UU RI No. 24/2007, Pasal 1 Ayat 6 Tentang Penanggulangan Bencana

3 Peraturan Daerah Kota Malang No. 1 Thn. 2017, Pasal 1 ayat 19 dan Pasal 5 huruf b dan c

(6)

6

bangunan mengalami kerusakan. Selain itu kejadian gempabumi dan juga tsunami itu terjadi di kawasan Palu serta Donggala mengakibatkan lebih 950 bangunan sekolah mengalami kerusakan (BBC News, n.d.). Selain itu juga berdasarkan data dari Kemendikbud yang telah dilansir dalam Kompas.com bahwa, sejumlah 141.846 siswa terkena dampak bencana gempa dan tsunami pada 4 Kabupaten Sulawesi Tengah, yaitu dengan total 59 siswa meninggal, 82 hilang dan 37 luka berat (Yohanes Enggar Harususilo, n.d.).

Maka dari itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta kementerian dan lembaga lainnya telah membentuk Sekretariat nasional dalam Satuan Pendidikan Aman bencana (SPAB). Sebagaimana lampiran surat keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan no 110/P/2017. Bahwa, Sekolah aman berdasarkan Perka BNPB No. 4/2012 adalah sekolah yang mengenali dan melindungi hak-hak anak dengan menyediakan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran, kesehatan, dan keselamatan siswa yang menjamin setiap waktu. Yang mana dilakukannya dalam suatu tingkatan pendidikan di sekolah yang meliputi kurikulum atau pengetahuan bencana, serta menerapkan pelatihan seperti simulasi dengan sustainable untuk memahami kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu bencana yang terjadi (Rahma, 2018).

Pada tahun 2010 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengeluarkan Surat Edaran yaitu No. 70a/SE/MPN/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di sekolah, dan mengikuti kampanye global yaitu “Satu Juta Sekolah dan Rumah Sakit Aman”. Surat Edaran itu diperuntukkan untuk Gubernur, Walikota/Bupati di seluruh daerah di Indonesia untuk focus pada 3 poin penting yaitu pertama, kebutuhan

(7)

7

akan pelaksanaan manajemen bencana di sekolah, kedua, pelaksanaan strategi pengarusutamaan PRB di sekolah secara struktural dan non-struktural untuk terwujudnya budaya keselamatan dan kesiapsiagaan di sekolah, dan ketiga, surat edaran ini merupakan panduan untuk melaksanakan strategi pengarustumaan PRB di sekolah (Amri, 2017).

Kondisi Kota Malang saat ini berkaitan dengan bencana alam yang sedang terjadi, bahwa jika dilihat dari potensi bencana yang sedang melanda Kota Malang baik itu banjir dan gempa bumi yang mana bencana banjir ini jika terjadi kembali untuk kedepannya, bahwa BPBD Kota Malang mengidentifikasi sampai dengan saat ini terdapat 17 titik rawan banjir di daerah-daerah Kota Malang. Mulai dari Jl. A Yani, Bantaran, Letjend S Parman, Letjend Sutoyo, Mawar gang IV, Jalan Sulfat, Candi Kalasan, Industri Barat RT 7 RW 6, A. Yani Carefour, Jl Borobudur RT 3 RW 8, Jl Bungur, Jl. Veteran (Malang Town Square), Jl. Plaosan Gang II (Sidomolyu Samaan), Jl. Pekalongan, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Selorejo dan Jl. Simpang Setaman (Fizriyani, 2019). Begitupun bencana gempa bumi, bahwa gempa bumi terakhir terjadi pada pertengahan bulan Februari 2019. Sampai dengan saat ini tidak ada lagi terjadinya gempa bumi, tetapi BPBD Kota Malang terus waspada dan selalu menghimbau kepada masyarakat Kota Malang untuk selalu berhati-hati dan selalu waspada.

Oleh karena itu, masyarakat terutama anak-anak sekolah harus mengetahui penanganan apa dan seperti apa yang harus mereka lakukan pada saat terjadinya bencana, seperti sebelum bencana, pada saat terjadinya bencana dan setelah terjadinya bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) ini guna melindungi diri dari ancaman bencana tersebut. Mengingat bahwa Kota

(8)

8

Malang sebagai kota pendidikan, yang mana sangat diperlukannya suatu upaya seperti sosialisasi dan pelatihan mitigasi bencana yang bertujuan untuk mengedukasi siswa-siswi atau anak sekolah dalam upaya memitigasi diri sendiri dari ancaman bencana.

Untuk itu, peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian terkait dengan “Penanggualangan Bencana Melalui Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) Sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Kota Malang” yang tolak ukur penelitiannya adalah yang berkaitan dengan program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) ini, serta permasalahan apa yang dihadapi dalam pelaksanaannya di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang yang dijabarkan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang? 2. Apa permasalahan yang dihadapi dalam penanggualangan bencana melalui

program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagaimana perumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

(9)

9

2. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan memberi manfaat baik itu secara teoritis, praktis, dan juga akademis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya dalam mitigasi bencana di Kota Malang.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lainnya tentang penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai kajian serta sumbangsih pemikiran bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan, terkhusus pada penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

b. Menjadi masukan bagi dinas atau lembaga terkait dalam mengatasi kebencanaan pada saat sebelum terjadinya bencana, saat terjadinya bencana dan setelah terjadinya bencana.

(10)

10

3. Manfaat Akademis

a. Memberikan pengetahuan bagi peneliti serta pembaca tentang tata kelola kebencanaan, terkhusus terkait dengan penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

b. Memberikan kontribusi sebagai acuan bagi peneliti kedepannya yang berkaitan dengan kebencanaan khususnya tentang penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

1.5 Definisi Konseptual

Berdasarkan pada judul yang diangkat yaitu “Penanggualangan Bencana Melalui Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) Sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Kota Malang” bahwa terdapat beberapa konsep yang bertujuan sebagai acuan dalam ruang lingkup penelitian. Konsep yang digunakan diantaranya sebagai berikut:

1. Manajemen Bencana

Manajemen bencana menurut Moe dan Pathranarakul, 2006 menjelaskan bahwa manajemen bencana merupakan serangkaian langkah-langkah dalam mengatasi suatu bencana yaitu, Pra Bencana meliputi prediksi dan peringatan, Pada saat bencana beliputi bantuan darurat, dan Pasca Bencna meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi (Bevaola Kusumasari, 2014).

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa manajemen bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mengurangi risiko dari bencana yang akan

(11)

11

terjadi. Kegiatan tersebut berupa pelatihan dan sosialisasi berkaitan dengan penanganan apa yang harus kita lakukan pada saat terjadinya bencana di sekitar kita.

2. Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB)

Sekolah aman berdasarkan Perka BNPB No. 4/2012 adalah Sekolah-sekolah yang mengenali dan melindungi hak-hak anak dengan memberikan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran, kesehatan, keselamatan dan rasa aman kepada siswa yang menjamin setiap saat. Konsep dasar SMAB ini yaitu mewujudkan pendidikan tangguh bencana yang berfokus pada anak. Maksudnya adalah apapun yang dilakukan pada saat pelaksanakan SMAB harus mengikutsertakan anak-anak.

Upaya-upaya pendidikan bencana diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) komponen, yaitu (Masitoh, 2018):

1) Fasilitas Sekolah Aman;

2) Manajemen Bencana di Sekolah; dan

3) Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana. 3. Mitigasi Bencana

Dalam mitigasi bencana bahwa Mitigasi merupakan bagian dari penanggulangan bencana alam untuk mengurangi bahkan memperkecil risiko bencana itu sendiri dan mitigasi ini adalah kegiatan sebelum terjadinya suatu bencana. Menurut UU Nomor 24/2007, bahwa mitigasi ini sebagai upaya untuk mengurangi dampak dari bencana, baik itu melalui pembangunan fisik ataupun Kesadaran dan peningkatan kapasitas untuk menghadapi ancaman bencana. (Niode, D. F., Rindengan, Y. D., & Karouw, 2016).

(12)

12

Mitigasi bencana adalah satu kesatuan dalam manajemen bencana, dan merupakan menjadi sebuah tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana yang dapat terjadi dikemudian hari. Terdapat 4 point penting yang harus diperhatikan dalam mitigasi bencana, yaitu :4

1. Informasi tersedia dan peta kawasan yang rentan terhadap bencana untuk setiap jenis bencana;

2. Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap bencana agar sadar bahwa mereka bermukim di daerah rawan bencana;

3. Memahami serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan dihindari, dan tahu cara menyelamakan diri jika bencana muncul, dan 4. Pengaturan dan Penataan daerah yang berisiko terhadap bencana untuk

mengurangi ancaman bencana.

(13)

13

4. Kerangka Berpikir

YA TIDAK

Kerangka berpikir di atas dimulai dari aktor unit analisis yaitu Bidang 1 Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Civitas sekolah dan wali murid di Kota Malang

Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Mitigasi Bencana (sosialisasi, Visualisasi, dan Simulasi) di sekolah 1. Pelaksanaan SMAB 2. Out Put Monitoring pelaksanaan program sekolah bencana

Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB)

Mitigasi Bencana

Diseminasi Pemantauan Evaluasi

Bidang 1 Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Malang

Pemerintah Daerah Kota Malang

(14)

14

Kota Malang. Kemudian masuk kepada proses pelaksanaannya yang meliputi tiga item-item yang di break down dari fase Pra Bencana yaitu diseminasi, pemantauan, dan evaluasi. Pertama, Diseminasi. dilakukannya diseminasi ini yang berkaitan dengan Mitigasi Bencana, baik itu Sosialisasi, visualisasi, dan simulasi SMAB. Kedua, Pemantauan. Dalam pelaksanaan pemantauan di lapangan, terdapat monitoring pelaksanaan program SMAB yang berkaitan dengan penerapan, dan materi. Ketiga, Evaluasi. Evaluasi disini yang akan dilakukan berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan/kegiatan, dan juga Out-Put.

Berdasarkan item-item di atas, menghasilkan suatu proses yaitu pengarusutamaan pengurangan risiko bencana (PRB) atau pemerataan program pengurangan risiko bencana di Indonesia. Keputusan tersebut akan menghasilkan dua jawaban, yaitu ya atau tidak. Jika tidak terlaksana, maka alur berpikir akan kembali kepada BPBD Kota Malang, artinya bahwa apabila keputusan tersebut belum efektif, maka perlu dikaji kembali dalam pelaksanaannya dilapangan sudah berjalan baik atau tidak serta kendala-kendala yang dihadapi untuk ditinjau kembali. Sedangkan jika terlaksana, maka akan menghasilkan suatu program yaitu Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) yang berdampak baik terhadap masyarakat terutama anak, orangtua dan perangkat sekolah. Yang mana nantinya mereka dapat memahami dan mengerti kondisi alam rawan bencana, karakteristik bahaya, dan serta menciptakan budaya siaga, aman dan pengurangan risiko bencana di sekolah.

1.6 Definisi Operasional

1. Penanggualangan Bencana Melalui Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) Sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Kota Malang.

(15)

15

a. Diseminasi program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB). b. Pemantauan atau monitoring program Sekolah Madrasah Aman

Bencana (SMAB).

c. Evaluasi pelaksanaan program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB).

2. Permasalahan yang dihadapi dalam Penanggualangan Bencana Melalui Program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) Sebagai Upaya Mitigasi Bencana di Kota Malang.

a. Karakteristik peserta didik yang susah diajak kerjasama;

b. Perbedaan konsep program antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

1.7 Metode Penelitian A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Menurut Creswell hal ini dimulai dengan hipotesis, interpretasi dan teoretis dan studi tentang masalah penelitian yang memeriksa cara individu atau kelompok menafsirkan masalah sosial atau kemanusiaan. Mampu mendeskripsikan masalah secara mendalam atau terperinci dari masalah yang diangkat, dan juga dapat menganalisis dengan jelas dalam bentuk fakta dan bukti dengan mengumpulkan dan menampilkan data (Creswell, 2015a). Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang situasi yang terdapat di lapangan nanti. Selain itu, ini juga sebagai proses pemecahan masalah yang telah dipelajari dengan menggambarkan keadaan subjek, objek penelitian saat ini didasarkan pada fakta yang terjadi (Nawawi, 2003).

(16)

16

Dengan demikian, maka laporan penelitian nantinya akan berisikan kutipan-kutipan dari naskah, wawancara, foto, video, catatan lapangan dan berbagai dokumen resmi lainnya. Menurut masalah yang telah disajikan, fokus penelitian ini mengenai bagaimana penanggualangan bencana melalui program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

B. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan menerapkan studi langsung di lapangan yang dihasilkan melalui wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan dan informasi tambahan dengan mengetahui fakta fenomena yang diamati, dan peneliti akan melakukan wawancara dengan subjek penelitian sehingga data yang diperoleh adalah objektif. Maka, wawancara yang dilakukan dengan subjek yang meliputi berbagai hal menganai program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan melakukan kajian perpustakaan dengan mempelajari berbagai literatur, dokumen resmi dan undang-undang yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal Ini digunakan untuk mendapatkan teori dasar penelitian dan memperkuat data primer yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Terutama, penelitian ini dapat diperoleh melalui website Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang.

(17)

17

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu yang akan memberikan informasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki informasi tentang program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang. Peneliti dapat bertemu dan mewawancarai mereka yang memahami dan faham terkait bagaimana menerapkan program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang. Berikut adalah subjek dalam penelitian ini:

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kasi Mitigasi Struktural dan Non Struktural.

2. Bidang I Pencegahan dan kesiapsiagaan, Seksi Pencegahan Bencana, BPBD Kota Malang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam berbagai metode, yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumentasi ini. Dalam penelitian ini, bagian yang digunakan sebagai informan adalah apa yang dianggap memiliki informasi (keyinforman) yang dibutuhkan di kawasan penelitian.

Dalam tenknik dan instrument pengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan pertanyaan dan menanggapi langsung pada subjek penelitian. Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan informasi langsung dari responden untuk mendapatkan informasi dan peneliti yang akurat

(18)

18

menghadapi wawancara tatap muka dengan topik penelitian atau face to face interview.

b. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan langsung dan menganalisis pelaksanaan program Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang guna mendapatkan data sebagai bahan untuk dianalisis. Dalam pengamatan ini, peneliti akan mengamati bagaimana program tersebut dilaksanakan dalam penanggulangan bencana di Kota Malang yaitu pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ini adalah berisi kumpulan data tertulis dan digital. Seperti arsif dan bahan yang memiliki hook dengan objek penelitian. Untuk mendapatan dokumen atau arsif, peneliti melaksanakan penelitian ke lapangan yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Direktorat PRB, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan, Seksi Pencegahan Bencana.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan proses mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, studi kepustakaan atau dokumentasi, dan juga observasi sehingga dapat difahami dengan mudah oleh pembaca. Selain itu, peneliti melakukan penelitian deskriptif kualitatif, sehingga peneliti tidak menggunakan model

(19)

19

statistik dan juga model penghitungan lainnya. Creswell memiliki 6 tahap pada proses analisis data antara lain (Creswell, 2015b):

a. Pemrosesan data dan persiapan data untuk analisis. Langkah-langkah ini termasuk transkripsi interview, menscanning, pengetikan data lapangan, pilihan dan kompilasi data berdasarkan sumber informasi.

b. Baca data lengkap dengan menggambarkan makna keseluruhan dan memberikan catatan tepi tentang ide-ide umum yang diperoleh.

c. Menganalisis detail lebih lanjut dengan pengkodean atau mengkoding (menulis, menguji, memperbaiki) data.

d. Menentukan prosess pengkodean atau coding (menulis, menguji, memperbaiki) untuk menggambarkan parameter, orang, kategori, dan tema yang akan ditulis.

e. Menampilkan trntang deskripsi dan tema ini akan ditulis dalam laporan kualitatif. Pada penggunaan deskripsi riset menyertakan gambar dan menganalisa data pada semua sumber seperti observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jl. Pramuka No.38, Utan Kayu Utara, Kec. Matraman, Jakarta Timur dan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Jl. Danau Ranau Raya No. 1-A, Sawojajar, Kec. Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur. Sehingga Kota Malang sebagai contoh kasus dan juga nantinya akan mengkaji atau meneliti terkait dengan penanggualangan bencana melalui program

(20)

20

Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB) sebagai upaya mitigasi bencana di Kota Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas bunga potong mereka belum bisa dikategorikan untuk konsumsi ekspor ke luar negeri, tetapi cukup berarti dalam memenuhi permintaan konsumen di dalam

Pendidikan karakter dan moral sangat penting diberikan kepada anak sebagai generasi bangsa karakter adalah “kualitas atau kekuatan mental, moral, akhlak atau budi pekerti

Selain itu dapat juga disebabkan oleh trombosis vena dimana pada trombosis vena, akan terjadi hipertensi vena yang menyebabkan vena menjadi mudah pecah sehingga darah menjadi

Sistem dan usaha agribisnis sampai saat ini masih tetap menjadi sektor utama (mega-sektor) penghasil pangan Indonesia; penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif besar

Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana ditujukan untuk menghasilkan perubahan budaya yang lebih aman dari bencana dan perubahan dari aman menjadi berketahanan dalam upaya

Kebijakan sekolah/madrasah adalah keputusan yang dibuat secara formal oleh sekolah/madrasah mengenai hal-hal yang perlu didukung dalam pelaksanaan Penerapan

Juknis ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan lokakarya dan sosialisasi penerapan sekolah/madrasah aman bencana yang merupakan Kegiatan Penguatan

Paradigma penanggulangan bencana sudah beralih dari paradigma bantuan darurat menuju ke paradigma preventif/pengurangan risiko bencana dan sekaligus juga paradigma