• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit (E.guineensis Jacq)

Kelapa sawit (E.guineensis Jacq) pertama kali diperkenalkan di indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam untuk ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Fauzi, 2006).

2.2. Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Karena luasnya penyebaran, gulma mempunyai berbagai nama sesuai dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit ( Belanda), dan Tzao ( Cina), serta banyak nama yang lainya (Moenandir, 1993).

Definisi lain dari gulma ialah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar

(2)

5

sekali. Khususnya pada gulma perenial. Gulma perenial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam bersaingan dengan tanaman budidaya. Di samping itu, gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak, Gulma juga ada yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan dapat mengeluarkan zat di sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa allelopati) (Moenandir, 1993).

Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam peristiwa allelopati.

Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sesuai dengan bentuk daun (daun lebar atau daun sempit), lama hidupnya (setahun atau semusim, dua tahun atau tahunan), serta dari sudut pentingnya (golongan yang sngat ganas dan golongan agak ganas) (Moenandir, 1993).

2.3. Jenis-jenis Gulma

Berdasarkan morfologi gulma digolongkan atas :

2.3.1. Gulma Berdaun Sempit (golongan rumput – rumput)

Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut : daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar dan memiliki pelepah/helaian daun. Jenis gulma berdaun sempit adalah sebagai berikut : - Axonopus compressus - Brachcharia mutica - Centorheca lappacea - Digitaria sitigera - Eragrostis tenella - Ischaemum indicium

(3)

6 - Ottochloa nodosa - Sporolobus diander - Sporolobus indicus - Brachcharia miliformis - Brachcharia paspaloides - Digitaria ciliaris - Eluesine indica - Impreata cylindra - Leersia hexandra - Panicum maximum

- Themeda arguens (Barus, 2003).

2.3.2. Gulma teki-tekian (sedges)

Gulma jenis teki-tekian mirip gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga. Beberapa contoh jenis gulma teki-tekian sebagai berikut :

- Cyperus aromaticus - Cyperus digitatus - Cyperus rotundus - Lipocarpha chinensis - Scirpus mucronatus

- Scleria sumatrensi (Barus,2003).

2.3.3. Gulma berdaun lebar (Broad Leaves)

Pada umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar mempunyai ciri – ciri ben tuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Jenis gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut :

- Arschynomene americana - Boreria leavicaulis - Euphorbia hirta - Mimosa pudicia

(4)

7 - Mimosa invisa - Sida acuta - Costus speciosus - Hyptis capitata - Ipomoea cairica - Centella Asiatica

- Urena labota (Barus, 2003). 2.3.4. Gulma Pakis – pakisan

Gulma jenis pakis – pakisan (Fems) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang atau menjalar. Adapun gulma jenis pakis – pakisan adalah sebagai berikut :

- Dicranopteris linearis - Lygodium flexuosum - Nephrolepis biserrata - Phymatosorus scolopenderia - Stenochlaena palustria - Teanitis blechnoides

Dalam pengendalian gulma di perkebunan yang perlu dikendalikan dan diberantas adalah gulma yang merugikan baik dari segi fisik maupun ekonomis. Jenis gulma yang paling sering dikendalikan/diberantas di perkebunan yaitu :

- Alang – alang (Imperata cylindrical) - Mikania (Mikania micrantha)

- Kucingan (Mimosa pudica)

- Teki (Cyperus kylinga)Paitan (Amonova compreesus) - Gegenjeran (Paspalum compersonii)

- Pakis kawat (Oleichewa limearis) - Kentangan (Barrezia laligolia)

(5)

8

2.4. Jenis-jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Beberapa jenis gulma yang umum terdapat di perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis – jenis gulma di perkebunan kelapa sawit :

Kategori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah Jahat/sangat mengganggu Imperata cylindrical Mikania micrantha Mikania cordota Mimosa pudika Mimosa invisa Eupatorium odoratum Lantana camara Clidemia hirta Melastoma affine Axonopus compressus Paspalum konjungatum Cyperus rotundus Gleichenia linearis Dryopetrus arida Lalang Sembung rambat Mikania

Putri malu, kucingan Piskucingan

Putihan

Tahi ayam, tembelekan Harendong Senduduk Rumput pahit/pahitan Rumput pahit/buffalogras Teki Pakis kawat Pakis kadal Sedang dan lunak Ageratum conyzoides

Boreri alatifolia Boreri alaevicaulis Phyllanthus niruri

Wedusan, babandotan Kentangan

Rumput kancing ungu Meniran

Sumber : BPM 2000

2.5. Metode Pengendalian Gulma 2.5.1. Secara Kimiawi (Chemist)

Pengendalian gulma secara kimiawi atau Chemist adalah pengendalian gulma dengan pemberian zat-zat kimia tertentu pada gulma yang dimana zat-zat tersebut bersifat racun/toksin yang dapat merusak jaringan tanaman/gulma. Bahan kimiawi yang digunakan untuk mengendalikan gulma sering disebut

(6)

9

dengan istilah Herbisida. Herbisida berasal dari kata herba (gulma) dan sida (membunuh). Jadi dapat disimpulkan bahwa herbisida tersebut adalah bahan kimia yang diberikan dengan tujuan untuk membunuh gulma atau herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma (Suhardi,2007).

2.5.2. Secara Manual

Metode pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara mencabut tumbuh-tumbuhan liar terutama gulma berkayu dengan tangan, menggunakan alat, dan tenaga secara langsung, atau menggunakan alat pertanian. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul garu, dan parang babat. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan cara clean wedding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, krisan, dan teki. Pengendalian gulma dengan cara ini dapat dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung pada perkebunan (Fauzi, 2006).

- Mencabut dengan tangan atau membersihkan dengan memakai garuk, semua gulma yang tumbuh diantara penutup tanah dengan rotasi teratur.

- Membersihkan dengan memakai koret garuk gulma pada areal bokoran (piringan), harus dipelihara agar selalu bebas gulma. - Membalik dengan tangan atau memotong alur-alur kacangan

yang masuk kepiringan atau yang membelit daun dan pohon kelapa sawit.

Gulma seperti paspalum conjugatum, Ottocholoa nodosa (berdaun sempit), dan borreria alata (daun lebar) sering melihat menutup tanah pada bagian yang terbuka. Gulma ini termasuk gulma lunak yang pengendalianya relatif mudah (Hakim, 2007).

(7)

10 2.6. Penggolongan Herbisida

Herbisida berdasarkan cara kerjanya digolongkan menjadi 2, yaitu : 2.6.1. Herbisida Kontak

Herbisida kontak adalah herbisda yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.

Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui fhloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat menjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.

Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik (Barus,2003).

Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja. Terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaanya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 setelah di semprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati, sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus degera dilakukan. Kelemahanya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.

Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam

(8)

11

air berwarna hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM. Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Gramoxon

- Herbatop

- Paracol

2.6.2. Herbisida Sistemik

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan keseluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara memgganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasaranya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakaranya.

Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efektif terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem Ultra Low Volume (ULV) Micron Herbi, karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memerlukan sedikit pelarut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: - Keadaan gulma dalam masa tumbuh aktif

- Cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat penyemprotan. - Tidak melakukan penyemprotan pada saat menjelang hujan.

(9)

12

- Areal yang akan disemprot dikeringkan terlebih dahulu. - Gunakan air bersih sebagau bahan pelarut.

Ada beberapa jenis herbisida sistemik berdasarkan waktu penggunaanya, bentuknya, dan baik digunakan untuk tanaman yaitu :

- Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna hijau, untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit pada pertanaman kelapa sawit (TBM).

- Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna merah, untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung dan kakao (TBM).

- Herbisida sistemik purna tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna coklat tua untuk mengendalikan gulma berdaun lebar pada tanaman karet (TM) dan tanaman padi.

Contoh herbisida sistemik adalah : - Round up

- Touch up - Sun up - Dll

Selain dari cara kerjanya herbisida juga digolongkan berdasarkan toksisitasnya. Tingkat toksisitas pada herbisida ada 2 yaitu tingkat toksisitas akut dan toksisitas kronik. Herbisida pada golongan toksisitas akut dapat didesktipsikan sebagai suatu zat yang masuk secara intensif kedalam jaringan tubuh gulma, apabila tidak langsung mati, kadangkala gulma hanya menderita sejenak. Sedangkan pada golongan herbisida toksisitas kronik masuk kedalam jaringan tubuh gulma dalam waktu yang relatif lebih lama sehingga cara kerjanya cenderung lambat (Purba, 2009).

2.7. Bahan Pembantu (Adjuvant)

Adjuvant adalah bahan yang ditambahkan dalam formulasi herbisida untuk memperbaiki atau menambah aktivitas herbisida atau sifat sifat aplikasi.

(10)

13

Bahan-bahan pembantu yang sering ditambahkan pada formulasi adalah soulvent atau bahan pelarut, contohnya adalah xylol, alcohol dan berbagai produk minyak bumi (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

Adjuvant dapat meningkatkan aktivitas herbisida dengan berbagai cara yaitu, meningkatkan retensi herbisida pada permukaan organ gulma sasaran, meningkatkan penetrasi herbisida, menstabilkan emolsi herbisida sehingga mencegah pengendapan dan penggumpalan, memperbaiki penyebaran butiran dan semprotan, meningkatkan sifat bergabung dalam aplikasi campuran herbisida dan mengurangi “drif” (Klingman dan Aston, 1982 dalam Suryani, 1991).

Meningkatnya konsentrasi adjuvant akan meningkatkan indeks aktivitas herbisida, yang berarti efek fitotoksisitas lebih besar sehingga menghemat dosis (Audus, 1976 dalam Suryani, 1991).

2.7.1. Minyak Solar

Minyak didefinisikan sebagai cairan alami yang tidak larut dalam air, memiliki kekentalan (viskositas), dan mudah terbakar. Beberapa jenis minyak dapat dilarutkan ke dalam air dengan bahan pengemulsi, seperti sabun atau senyawa alkali (Novizan, 2002).

Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive DieselOil, dan Hight Speed Diesel (Pertamina, 2005 dalam Sccribd, 2016). Minyak solar mempunyai sifat-sifat umum yaitu :

- Tidak mempunyai warna atau sedikit kekuningan dan berbau - Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal

- Mempunyai titk nyala yang tinggi (40 C sampai 100 C) - Terbakar secara spontan pada suhu 350 C

- Mempunyai berat jenis sekitar 0,82 – 0,86

(11)

14

- Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar daripada bensin (Pertamina, 2005 dalam Scribd, 2016).

2.7.2. Detergent

Detergent adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainya yang tidak membahayakan kesehatan. Kandungan utama penyusun sabur adalah asam lemak dan alkali,. Asam lemak merupakan monokarbiksilat berantai panjang dengan panjang rantai yang berbeda beda tetapi bukan siklik atau bercabang, pada umumnya monokarboksilat yang ditemukan di alam tidak bercabang dan memiliki jumlah atom genap (Sumintapura dan Iskandar, 1980).

Detergent adalah suatu bahan yang dapat melarutkan bahan bahan organik, misalnya tanah dari suatu benda yang dilekati oleh tanah tersebut. Detergent dihasilkan oleh berbagai industri untuk berbagai kegunaan. Semua jenis detergent dapat dipergunakan surfase active agent. Banyak diantaranya yang sudah dipergunakan sebagai wetting agent, spreader dan emulsifier pada pemakaian herbisida. Sabun yang kinal sehari hari, seperti misalnya rinso, dino dan sebagainya, juga merupakan sabun yang telah dibubuhi dengan detergent, supaya dengan mudah melarutkan kotoran yang umumnya terdiri dari bahan organik yang melekat pada kain (Sumintapura dan Iskandar, 1980).

Sifat sifat yang dimiliki oleh sabun adalah:

- Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak - Sabun menghasilkan buih atau busa

- Sabun mempunyai sifat membersihkan, sifat ini disebabkan proses kimia koloid.

(12)

15 2.7.3. Garam

Secara umum garam merujuk pada suatu senyawa kimia dengan nama Sodium Klorida atau Natrium Klorida (NaCl). Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap untuk pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Garam merupakan satu dari sembilan jenis bahan kebutuhan pokok masyarakat.

Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menatikan tumbuhan atau menhambat pertumbuhan normalnya. Garam dapur dan asam sulfat juga merupakan bahan kimia yang telah lama diketahui dapat mematikan tumbuhan, dan memang dapat disebut sebagai herbisida walaupun masih sangat sederhana dalam tingkat keampuhanya walaupun demikian, prinsip pengendalian gulma secara kimiawi baru dikembangkan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

2.7.4. Urea

Dibidang pertanian kita mengenali urea sebagai pupuk dengan mengganti salah satu elmen H dengan elemen lainya, pupuk urea tersebut akan menjadi herbisida yang sangat baik. Para ahli berpendapat, yang membunuh tumbuhan bukanlah substitusi urea tersebut, substitusi urea sebenarnya hanya mengganggu reaksi HILL, sehingga sintesa bahan makanan akan terganggu (Sumintapura dan Iskandar, 1980).

2.7.5. Minyak Tanah

Herbisida kontak dikenal juga sebagai caustic herbisides, karena ada efek bakar yang terlihat, tertama pada konsentrasi yang tinggi seperti asam sulfat (9-70%), besi sulfat (20-30%) dan tembaga sulfat (1-5%). Minyak atau oils juga merupakan herbisida kontak yang ampuh. Ada dua jenis, minyak ringan (titik didih 300-400 F) dan minyak berat (titik didih 400-500 F) minyak mempunyai tegangan permukaan yang rebdah (27,3 dyne/cm), sedangkan air 73 dyne/cm, oleh karena itu minyak segera membashi seluruh permukaan daun/batang dan merayap sampai ke titik tumbuh. Minyak ini akan

(13)

16

melarutkan membran sel melalui pelarutan molekul-molekul asam lemak yang menjadi komponen membran sel itu. Dengan larutnya membran sel maka seluruh konfigurasi sel dirusak karena membran dari kloroplas juga rusak dan sel itu akan mati (Tjitrosoedirdjo et al., 1984).

2.8. Efektivitas Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma secara kimia telah umum dilakukan di perkebunan. Dengan pengaplikasian herbisida, maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin dan juga dapat dihindari kerusakan perakaran akibat alat-alat mekanis di samping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding membabat atau mengkikis (Tjitrosoedirdjo et al., 1084). Pada pengendalian gulma herbisida yang cocok untuk digunakan ialah herbisida kontak maupun sistemik, namun pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit untuk mengendalikanya, selaiun itu harga herbisida tersebut juga cukup mahal.

Untuk mengantisipasi kelemahan tersebut salah satunya ialah dengan membuat herbisida dengan menggunakan bahan yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari hari diataranya solar, minyak tanah, deterjen bubuk, garam dan urea dengan cara mencampurkan kelima bahan tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bahan herbisida selain harganya yang murah dapat juga mengurangi resisten gulma terhadap herbisida.

Hasil penyemprotan minyak dapat menuupi mulut daun (stomata) dan akan mengganggu pernapasan (respirasi) tanaman. Jika pertukaran gas melalui stomata terlalu lama terhambat, daun akan kehilangan warna normalnya, menjadi kuning dan akhirnya gugur. Minyak juga dapat merusak lapisan lilin di permukaan daun.

Gambar

Tabel  2.1. Jenis – jenis gulma di perkebunan kelapa sawit :

Referensi

Dokumen terkait

1) Nama: Isikan Nama sesuai daftar nama yang tertera pada halaman belakang/lampiran dokumen API. 2) Jabatan: Pilih jabatan sesuai jabatan yang tertera pada

Selanjutnya melakllkan tes diagnosa yang dilalmkan untuk mengetahui atau memastikan apakah pemeriksanaan yang dilakukan sesuai dengan tes diagnosa Dan yang terakhir

Pelayanan Penempatan Pemerintah Kasubdit.

walaupun dalam perjanjian kredit sudah diperjanjikan batas waktu pengembalian kreditnya, akan tetapi pada umumnya dengan berbagai alasan nasabah tidak dapat menepati

Ia menjelaskan, sesuai dengan konsep 10 pasar rakyat ini akan dibangun di pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya (existing). Pasar-pasar itu dipilih menjadi pasar rakyat

thuringiensis H-14 strain lokal yang dikembangbiakkan dalam buah kelapa untuk pengendalian larva Anopheles sp dan Culex sp.. Rancangan eksperimental semu, terdiri dari

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan

Berdasarkan permasalahan yang ada, metode yang digunakan adalah algoritma computerized relationship layout technique (CORELAP), algoritma ini merupakan salah satu