• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL PELAKSANAAN OVER KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL PELAKSANAAN OVER KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

0

ARTIKEL

PELAKSANAAN OVER KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PADANG

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Addyn Islami Perkasa Tani

1310012111153

Bagian Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2017

(2)
(3)

1 PELAKSANAAN OVER KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH PADA BANK

TABUNGAN NEGARA CABANG PADANG

1Addyn Islami Perkasa Tani, 1As Suhaiti Arief, 1Suamperi

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta e-mail : addyn.perkasa11@gmail.com

ABSTRACT

Mortgages with a system of over is a way if the customer is not able to continue the payment of loans to the bank then can be transferred to another party. Formulation of the problem : (1) how does the implementation Over Credit home ownership on bank BTN Pasture? (2) whether the constraints in implementation Over Credit home ownership on bank BTN Pasture? (3) how is the implementation of the settlement effort Over Credit home ownership on bank BTN field. This research is the juridical sociological research. The data used include primary and secondary data. The technique of data collection is interviews and document study, datawere analyzed qualitatively. Conclusion the results of the study are (1) the implementation of Over Credit home ownership would have the power to legally doing so officially by contacting the bank by the time the process instead of the debtor. (2) the constraints on Credit Over the ownership of the House is present on an obscure information about the debtor's whereabouts, instead of the old debtor's reply is not known, and the period of execution of the watu over debtors who do not comply with the provisions. (3) settlement Efforts of constraint Over Credit home ownership that is traditionally the family, contact the concerned, come up to, give a solution. The giving clear information to customers can prevent clients and prospectiveclients of issue and ignorance regarding Over Credit home ownership.

Keywords: Implementation, Over Credit, Banking

A. Pendahuluan

Dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat akan

perumahan maka peranan

Perbankan sangat dibutuhkan dalam menyediakan dana untuk usaha pembangunan perumahan.

Kehadiran sistem Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) sangat

dibutuhkan oleh masyarakat

yang penghasilan ekonominya kelas menengah ke bawah. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk pembangunan perumahan yang layak huni antara lain pembangunan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS).

(4)

2 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Pasal 1 angka 11

yang disebut kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan

kesepakatan atau persetujuan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam Undang-Undang

Perbankan Pasal 1 anka 2, menyatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit

atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pembangunan yang

dibiayai melalui fasilitas kredit merupakan program dari bank

untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan perumahan

untuk tempat tinggal, baik itu

masyarakat berpenghasilan

rendah, menengah, maupun

penghasilan tinggi. Kredit

Pemilikan Rumah pada bank umumnya diminati oleh para konsumen yang tidak mampu untuk membeli rumah secara tunai dan hanya mempunyai

kemampuan sampai dengan

pembayaran uang muka,

sehingga mereka perlu dibantu dengan Kredit Pemilikan Rumah.

Bank juga dalam hal ini

mempunyai kewajiban dan

tanggung jawab dalam

pengembalian dana yang telah

dipercayakan oleh nasabah

kepadanya, untuk itu perlu

diadakan suatu sistem dan

prosedur pemberian kredit yang menunjang dunia usaha untuk

lebih dikembangkan dan

disempurnakan demi tercapainya tujuan tersebut. Bank diberi tugas

untuk menyediakan fasilitas

kredit kepemilikan rumah bagi

masyarakat dalam rangka

pelaksanaan program pemerintah

khusus dibidang perumahan,

sebagai sasaran yang hendak dicapai dalam pemberian kredit

(5)

3

kepemilikan rumah dengan

pembayaran secara angsuran.1

Didalam Undang-Undang Perbankan Pasal 1 angka 11,

menyatakan bahwa “Kredit

adalah penyedian uang atau

tagihan yang dapat di

persamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam

antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian

bunga.

Kredit sebagai

penyediaan uang yang dilakukan oleh bank untuk di pinjamkan

kepada nasabahnya dengan

menarik keuntungan berupa

bunga, bunga yang diambil oleh

pihak bank sesuai dengan

anggunan yang diuangkan oleh nasabah.

Tenggang waktu dan

penerimaan kembali prestasi

merupakan suatu hal yang

1 B Fitrianto, 2012, Latar

Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR),

http://

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31 161/4/Chapter%20I.pdf, akses 18 September 2016, Pukul 20.36

abstrak dan sukar diraba, karena masa antara pemberian dan

penerimaan prestasi tersebut

dapat berjalan dalam beberapa bulan, tetapi dapat pula berjalan

beberapa tahun.2

Dalam praktiknya

walaupun dalam perjanjian kredit sudah diperjanjikan batas waktu pengembalian kreditnya, akan tetapi pada umumnya dengan berbagai alasan nasabah tidak dapat menepati janjinya untuk

membayar uang sehingga

melebihi batas waktunya. Oleh karena itu banyak dari nasabah

yang akhirnya mengover

kreditkan rumahnya ke pihak ketiga, karena ketidaksanggupan

nasabah dalam membayar

prestasinya ke bank sesuai

dengan perjanjian kreditnya.

Berdasarkan latar

belakang di atas, maka penulis

ingin meneliti lebih lanjut

mengenai permasalahan dan

menyusunnya dalam skripsi yang berjudul : “PELAKSANAAN

OVER KREDIT

KEPEMILIKAN RUMAH

(6)

4 PADA BANK TABUNGAN

CABANG NEGARA” B. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum sosiologis

yaitu dengan menekankan norma

hukum yang berlaku yang

dikaitkan dengan keadaan dalam praktik hukum. Sifat penelitian

yang digunakan adalah

penelitian bersifat deskriptif, yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan. Penelitian ini penulis ingin menggambarkan secara

tepat mengenai pelaksanaan

KPR dengan over kredit yang memiliki kekuatan hukum yang kuat. Sumber data dilakukan dua seumber data yaitu sumber data

primer dan sumber data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dilapangan dengan

melakukan wawancara dengan informan. Data primer penulis peroleh dari wawancara dengan Bapak Henky Valen selaku pegawai bank bagian perkreditan dan Bapak Andes Vernando selaku pegawai bank bagian

kredit KPR. Data sekunder

terdiri dari Bahan Hukum

Primer, yaitu :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) tentang Perjanjian

Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan Bahan hukum sekunder yaitu

bahan yang memberikan

penjelasan mengenai hukum

primer, seperti hasil-hasil

penelitian, buku-buku dan karya

ilmiah yang ada kaitannya

dengan permasalahan. Teknik

Pengumpulan Data penulis

menggunakan wawancara dan

studi dokumen. Wawancara

adalah merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, dan tujuan ini dapat

bermacam-macam, antara lain untuk

diagnosa dan treat ment, atau untuk keperluan mendapatkan berita seperti yang dilakukan oleh wartawan. Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data terdiri dari peraturan

(7)

perundang-5 undangan, mempelajari bahan

kepustakaan atau

literatur-literatur yang ada, buku-buku

yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti. C. Hasil Penelitian dan

Pembahasan

1. Pelaksanaan KPR dengan Sistem Over Kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Padang

Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya, melalui Kredit

Pemilikan Rumah di Bank

Tabungan Negara (KPR-BTN), bagi debitur baru, hal ini terjadi dimana jangka waktu kreditnya masih belum berakhir atau belum ada pelunasan dari debitur lama.

Pada pelaksanaan pengalihan

debitur, terjadi dengan

kesepakatan antara debitur lama dengan debitur baru, dimana dalam pengalihan hak atas rumah dan tanahnya, debitur lama akan

mengalihkan yang menjadi

haknya yaitu rumah dan tanahnya kepada debitur baru, dan pihak debitur baru bersedia untuk melanjutkan sisa angsurannya kepada Bank Tabungan Negara (BTN), setelah terlebih dahulu

adanya surat pemberitahuan

penegasan persetujuan

pengalihan kredit dari pihak Bank Tabungan Negara (BTN).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andes vernando, dalam pelaksanaan pemberian kredit perumahan pihak Bank

Tabungan Negara (BTN)

memiliki beberapa syarat atau

ketentuan untuk dapat

mengajukan KPR seperti

karakter, penghasilan, status,

status pekerjaan.

Selain untuk dapat

mengajukan Kredit Pemilikan

Rumah (KPR), pihak Bank

Tabungan Negara (BTN) akan melakukan penilaian terhadap nasabah yang akan mengajukan (KPR), penilaian tersebut akan dilakukan oleh tim Appresta (tim penilai lapangan), yang dinilai

oleh tim tersebut seperti

bagaimana akses ketempat

nasabah dan keadaan di tempat nasabah.

Hak dan kewajiban akan beralih kepada debitur baru secara remi setelah dilakukannya

penandatanganan, surat-surat/

(8)

6 kredit), dan akta-akta dihadapan

notaris, penandatangan dilakukan oleh debitur lama dengan debitur

baru, dan pimpinan kantor

cabang Bank Tabungan Negara. Sejak itu terjadilah suatu hubungan hukum yang baru antara debitur baru dengan Bank

Tabungan Negara, dimana

debitur baru sebagai pemilik rumah dan tanah, sekaligus yang mempunyai hak dan kewajiban

untuk melanjutkan angsuran

sesuai dengan jangka waktu yang

telah ditetapkan oleh Bank

Tabungan Negara (BTN).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hengky Valen selaku pegawai bagian KPR dan perkreditan PT Bank Tabungan Negara Cabang Padang pada tanggal 21 November 2016,

mengatakan bahwa setelah

disetujuinya akad kredit oleh pihak Bank, maka pihak bank akan membawa berkas-berkas tersebut untuk ditandatangani dihadapan notaris, adapun akta-akta yang wajib ditandatangani adalah sebagai berikut :

1) Menandatangani Surat

Pemberitahuan dan

Penegasan Persetujuan Kredit (SP3K).

2) Surat Perjanjian Kredit

Pemilikan Rumah (PK)

antara Bank Tabungan

Negara (BTN) dengan

Debitur baru.

3) Akta Pengakuan Hutang dan Surat Kuasa Menjual.

4) Pengikatan dengan Surat

Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT).

5) Akta Pemberian Hak

Tanggungan (APHT), kalau

langsung dilakukan

pengikatan.

6) Akta jual beli, yang

ditandatangani oleh penjual (debitur lama) dengan debitur baru.

7) Membayar Pajak, jika

dikenakan bagi penjual wajib

membayar PPH terlebih

dahulu dan untuk pembeli

wajib membayar BPHTB

(Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan).

2. Kendala-kendala yang

Terdapat Dalam

Pelaksanaan KPR Dalam Kaitannya dengan Sistem

(9)

7 Over Kredit di Bank

Tabungan Negara Padang

Dalam pelaksanaan

kredit pemilikan rumah oleh

Bank BTN tidak selalu

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Ada

beberapa kendala-kendala

yang dihadapi di lapangan. 1) Hilangnya salah satu pihak

Kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak Bank

Tabungan Negara cabang

Padang, pada pengalihan

kredit atau alih debitur, bagi para pihak yang debitur lama (penjual) dan calon debitur baru (pembeli), selama para pihak bisa dipertemukan dan keduanya hadir langsung ke

Bank Tabungan Negara

(BTN), karena dalam hal pengalihan hak yang diminta oleh Bank adalah pihak debitur, pihak bank hanya

akan melakukan dan

memproses pengalihan hak

bila berkas-berkas yang

disyaratkan sudah lengkap, disebabkan dari pihak calon debitur baru, tidak dapat menghadirkan debitur lama

dan tidak mengetahui

keberadaan debitur lama

tersebut, sedangkan pihak pembeli calon debitur baru

telah melanjutkan

pembayaran angsuran kredit atas nama debitur lama.

2) Jangka waktu untuk

melakukan over kredit

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Henky Valen selaku pegawai Bank BTN bagian perkreditan yang ditunjuk oleh pihak bank

BTN untuk memberikan

informasi kepada penulis,

bahwa pelaksanaan alih

debitur baru bisa diproses dan dilaksanakan oleh pihak Bank

jika kredit dari debitur

tersebut sudah bejalan selama satu satu tahun, setelah itu

baru para pihak boleh

mengajukan pengalihan hak,

namun bila keadaan

mendesak, dimana pihak

penjual akan segera pindah

tugas ke daerah lain,

sedangkan jangka waktu

Perjanjian Kredit belum

sampai satu tahun, sebaiknya dianjurkan menghadap ke

(10)

8 kantor notaris agar dibuatkan

surat-surat atau akta-akta

yang diperlukan, dengan

konsekwensinya calon

debitur baru akan

menanggung segala untung ruginya.

3. Upaya Penyelesaian Kendala Pelaksanaan Kredit

perumahan Dalam

Kaitannya dengan Sistem Over Kepemilikan Rumah di Bank Tabungan Negara Padang

Dalam pelaksanaan kredit pemilikan rumah tidak selalu berjalan dengan baik karna juga terdapat kendala-kendala seperti yang dijelaskan di atas. Dan penyelesaian tersebut mempunyai tahapan-tahapan, yaitu.

1) Secara kekeluargaan

Permasalahan itu akan

diselesaikan dengan cara

kekeluargaan oleh pihak bank

dan para pihak yang

bersangkutan melakukan

untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

1. Menghubungi pihak yang bersangkutan

Berdasarkan hasil

wawancara dengan bapak

Andes Vernando,

mengatakan bahwa jika

terjadi suatu kendala maka dalam penyelesaiannya pihak

bank akan menghubungi

pihak bersangkutan dan pihak juga akan mendatangi pihak yang bersangkutan tersebut 2) Memberi Solusi

Pihak bank akan

memberikan solusi seperti

meminta pihak yang

bermasalah untuk menjual rumah tersebut kepada pihak lain, apabila debitur masih

tidak dapat melanjutkan

kewajibannya.

3) Memberikan Surat Peringatan Apabila pihak yang

bermasalah tidak dapat

menjual rumah maka pihak bank akan memberikan Surat Peringatan (SP) 1, SP 2, SP 3, lalu akan men “cap” rumah tersebut.

4) Mendatangi pihak yang

bermasalah

Setelah pihak bank melakukan tahapan-tahapan tersebut, maka pihak bank akan mendatangi

(11)

9 pihak yang bermasalah untuk

menanyakan “apakah pihak

yang bermasalah dapat

melanjutkan kredit tersebut”, jika tidak maka pihak bank akan melakukan penyitaan dan pihak bank akan melakukan lelang terhadap rumah tersebut. D. Penutup

1. Pelaksanaan KPR

dengan over kredit yaitu alih debitur kepemilikan rumah yang dilakukan atas sepengetahuan pihak bank agar proses tersebut

mempunyai kekuatan

secara hukum.

2. Pelaksanaan Kredit

Pemilkan Rumah (KPR)

khususnya pada Bank

Tabungan Negara (BTN)

tidak selalu berjalan

dengan lancar, karena juga terdapat kendala-kendala yaitu hilannya salah satu pihak, jangka waktu untuk melakukan

over kredit, informasi

yang tidak jelas, debitur

baru yang tidak

melaksanakan kewajibannya.

Berdasarkan kendala-kendala

tersebut, bank mempunyai

upaya-upaya penyelesaian tersendiri

seperti secara kekeluargan,

menghubungi nasabah,

memberikan solusi, memberikan

surat peringatan, mendatangi

pihak yang bermasalah dan

melakukan penyitaan. E. Ucapan Terimakasih

Dalam menyelesaikan

skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis baik

langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Bung

Hatta dan Penasihat

Akademik.

2. Ibu Dr. Sanijar Pebrihariati R, SH.,M.H selaku Wakil

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta. 3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas

Hukum Universitas Bung

Hatta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

(12)

10

semangat kepada penulis

selama ini.

4. Karyawan/i Tata Usaha

Fakultas Hukum Universitas

Bung Hatta yang telah

memperlancar jalannya

administrasi.

5. Karyawan/i perpustakaan

Universitas Bung Hatta,

perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Bung

Hatta.

6. Bapak Hengky Valen selaku

pegawai Bank Tabungan

Negara (BTN) bagian

perkreditan dan Bapak Andes Vernando selaku pegawai

Bank Tabungan Negara

(BTN) bagian Kedit KPR. 7. Untuk Teman-teman Hukum

bagian Perdata

8. Untuk Teman-teman Fakultas Hukum Angkatan 2013 Daftar Pustaka

1. Buku-Buku:

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta Burhan Ashshofa, 2013, Metode Penelian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

Gatot Supramono, 2012,

Perbankan dan Masalah Kredit, Cetakan ke-1, PT Rineka Cipta, Jakarta.

RM Sudikno Mertokusumo,

2005, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta. Soerjono Soekanto, 2011, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta. 2. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 perubahan dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 3. Sumber Lain B Fitrianto, 2012, Latar

Belakang Kredit Pemilikan

Rumah (KPR), http://

repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/31161/4/Cha pter%20I.pdf.

Indo Prioritas Financial, 2015, Pengertian Dan Definisi

Take Over Kredit, 23

September 2015,

http://gadaibpkbmobil.co.id /pengertian-dan-definisi-take-over-kredit/.

Imagebali, 2016, Prosedur Over Kredit,

http://www.imagebali.net/i nfo-kpr/8-prosedur-over-kredit.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pengumuman ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Kelompok

“SIMULASI TURBIN FRANCIS UNTUK MEMBANDINGKAN DRAF TUBE CONE DAN DRAF TUBE TAIL WATER DENGAN MEMVARIASIKAN DEBIT MENGGUNAKAN.

• Gambar digital merupakan suatu fungsi dengan nilai-nilai yang berupa intensitas cahaya pada tiap-tiap titik pada bidang yang telah diquantisasikan (diambil.. sampelnya

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Kelurahan Tiga Balata memiliki sikap tidak baik yaitu tentang ketepatan pemberian MP-ASI, seperti masih banyak ibu

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan (Eksperimen pada Siswa Kelas XI Teknik

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui manfaat sistem barcode dalam meningkatkan kinerja karyawan Information Operation Division (IOD) Bank Syariah Mandiri dan melihat perbedaan

Rancangan MIPS-X banyak diperbaruhi oleh MIPS dan RISC-2 dengan beberapa perbedaan utama : Semua instruksi MIPS-X merupakan operasi tunggal dan dieksekusi dalam satu

• Bila suatu K/L memerlukan tambahan pagu untuk reformasi birokrasi & remunerasi, perlu terlebih dahulu mendapat persetujuan Badan Anggaran DPR. Kebijakan dan alokasi anggaran