• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BIMBINGAN TEMAN SEBAYA

UNTUK MENINGKATKAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA

ARTIKEL JURNAL

Oleh:

YOANA ASTIANINGRUM K3109082

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SURAKARTA 2013

(2)

2

BIMBINGAN TEMAN SEBAYA

UNTUK MENINGKATKAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA

Yoana Astianingrum dan Asrowi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

Yoana Astianingrum. BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan awal mengenai kemampuan komunikasi interpersonal siswa melalui studi pendahuluan, mengetahui

kelayakan modul bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, dan mengetahui efektivitas pelaksanaan bimbingan tema sebaya untuk meningkatkan komunikasi interpersonal kelas VIII SMP Negeri I Nguter Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian R and D (Research and Development), menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pretest-postest dalam uji cobanya. Penelitian ini dilaksanakan melalui enam tahapan yaitu 1. Penelitian dan Pengumpulan Data, 2. Perencanaan, 3. Pengembangan Draf Produk, 4. Uji Coba Lapangan Awal, 5. Merevisi Hasil Uji Coba, 6. Uji Coba Terbatas. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 siswa kelas VIII SMP N I Nguter Sukoharjo. Sumber data penelitian ini berasal dari guru dan peserta didik. Teknik pengumpulan data melalui pemberian angket dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik expert judgement dan validitas empirik. Analisis data menggunakan uji-t atau t- test.

Hasil studi pendahuluan dari pengisian angket komunikasi interpersonal menunjukkan sebesar 30% atau 30 siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah. Berdasarkan penilaian ahli dan praktisi (expert judgement), serta penilaian uji coba pada beberapa subjek modul yang dikembangkan mendapat kelayakan dengan prosentase rata-rata sebesar 92,16%.

Hasil penelitian melalui pengembangan modul bimbingan teman sebaya dinyatakan efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP N I Nguter Sukoharjo. Terbukti dari hasil t-test, yaitu diperoleh hasil t hitung sebesar 10,002 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi <0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang membuktikan peningkatan komunikasi interpersonal

pada subjek penelitian sebelum dan sesudah diberi intervensi.

Kesimpulan penelitian ini adalah bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP N I Nguter Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.

(3)

3 A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional yaitu menciptakan manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan manusia dapat mengaktualisasikan semua potensi yang dimiliki.

Siswa SMP termasuk ke dalam fase remaja. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Hal ini meunjukkan bahwa siswa SMP perlu di beri bekal sehingga dapat berkembang dengan baik.

Salah satunya yaitu melalui pendidikan di sekolah yang merupakan proses pengembangan berbagai kemampuan dan sikap. Salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan karena setiap orang tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Komunikasi penting terhadap penciptaan konsep diri, aktualisasi diri untuk kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari tekanan dan ketegangan.

Menurut Tan (dalam Alo Liliweri, 1997) komunikasi antar-pribadi dilakukan secara tatap muka antara dua orang atau lebih.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap individu mampu memaknai reaksi orang lain secara langsung.

Supratiknya (1995) bahwa komunikasi interpersonal merupakan bentuk dari setiap tingkah laku seseorang baik secara verbal maupun non verbal yang diberikan respon oleh orang lain.

Fungsi komunikasi inter-personal seperti yang diuraikan oleh Johnson (dalam Supratiknya, 1995) yaitu :

1) Membantu perkembangan intelektual dan sosial

Perkembangan manusia di mulai sejak bayi sampai dewasa dengan diiringi ketergantungannya dengan orang lain melalui komunikasi. Pertambahan usia menjadikan meluasnya komunikasi yang dilakukan yang berarti memperluas juga lingkup sosialnya. Melalui kegiatan komunikasi tersebut individu mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan. Seperti

(4)

4 pada siswa yang melakukan transfer pengetahuan dengan guru melalui komunikasi di sekolah yang dapat memperluas pengetahuan dan me-ningkatkan intelektualnya.

2) Menemukan identitas atau jati diri

Melalui komunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar terjadi beberapa hal yaitu mengamati, memperhatikan, dan mengingat tanggapan orang lain mengenai diri seseorang. Berdasarkan tanggapan ter-sebut dapat diketahui cara pandang orang lain mengenai diri kita yang akhirnya akan memudahkan menemu-kan identitas dan mengenali diri sendiri.

3) Sebagai pembandingan sosial Pemahaman terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan sekitar tidak dapat dilakukan sendiri, kita perlu membandingkan kesan-kesan yang kita miliki dengan kesan-kesan orang lain sehingga memperoleh kesamaan makna yang bisa menggambarkan realitas. Hal ini bisa dilakukan lewat komunikasi.

4) Mempengaruhi kesehatan mental

Adanya komunikasi interpersonal yang baik akan tercipta pula hubungan yang harmonis dengan orang lain seperti yang diungkapkan Stewart Tubbs dan Sylvia Moss (1996) bahwa komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan. Hubungan harmonis meng-hindarkan terjadinya masalah-masalah yang membuat perasaan sedih, cemas, dan frustasi.

Komunikasi interpersonal di-lakukan antara komunikator yang ber-peran menyampaikan pesan dan komunikan yang berperan menerima pesan. Komunikasi interpersonal dapat berlangsung dengan baik ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dijelas-kan oleh Jalaludin Rakhmat, (2001) yaitu (1) percaya (trust) merupakan hal paling penting untuk membuka percakapan dalam komunikasi, memperjelas pengiriman dan pe-nerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksud komunikasi. Hal-hal yang dapat menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati, dan jujur. (2) Sikap supportif. Komunikasi dapat berjalan dengan baik jika ada sikap

(5)

5 supportif atau dukungan dari kedua belah pihak yang merupakan pem-berian dorongan dalam suasana hubungan komunikasi sehingga komunikasi interpersonal dapat terus berkelanjutan. (3) Sikap terbuka yaitu kemauan untuk membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya yang sebenarnya yang berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan. Karakteristik sikap terbuka yaitu menilai pesan menilai pesan secara objektif, mampu membedakan sesuatu hal baik dan buruk dengan mudah, berorientasi pada isi pembicaraan, mencari informasi dari berbagai sumber, lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

Keefektifan komunikasi interpersonal jika individu yang ber-komunikasi dapat memiliki kesamaan makna mengenai isi komunikasi yang disampaikan, dan komunikasi dapat berlanjut. Sedangkan, Komunikasi yang tidak efektif menjadikan tujuan awal berkomunikasi tidak dapat tercapai karena informasi atau gagasan yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh komunikan. Adapun ukuran keberhasilan komunikasi interpersonal yaitu (1) pemahaman, penerimaan yang cermat atas inti

rangsangan dari pengiriman pesan merupakan pemahaman terhadap komunikasi yang menandakan bahwa komunikasi efektif, (2) kesenangan, komunikasi dilakukan tidak hanya untuk menyampaikan tujuan tertentu tetapi juga untuk menciptakan kesenangan dan suasana yang nyaman. (3) Mempengaruhi sikap, kita berkomunikasi untuk mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami yang kita sampaikan dan dapat bersikap sesuai dengan petunjuk yang diberikan. (4) Memperbaiki hubungan, individu berkomunikasi untuk menciptakan hubungan dengan individu lain dan untuk memenuhi kebutuhan sosialnya dan yang ke (5) tindakan, merupakan penentu utama bagi keberhasilan komunikasi karena komunikan terpengaruh pada pesan yang sudah dipahaminya serta mewujudkannya dalam tindakan yang nyata.

Namun, pada penerapannya masih banyak siswa yang kurang mampu melakukan komunikasi interpersonal yang efektif. Beberapa perkelahian terjadi dikarenakan kesalahpahaman. Hal ini dikarenakan kurang mampu dalam menangkap dan menginterpretasi inti dari komunikasi.

(6)

6 Masih ada siswa yang introvert sehingga dikucilkan oleh teman-temannya, tidak berani mengungkap-kan gagasan-gagasan dan sulit memahami hal-hal yang diungkapkan oleh orang lain sehingga harus disampaikan lebih dari sekali.

Siswa SMP yang termasuk dalam kategori remaja merupakan masa-masa yang bermasalah (Al-Mighwar, 2006) yaitu banyak mengalami berbagai tekanan, goncangan karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri dan lingkungannya. Hal ini jika siswa tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik, mereka tidak dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialami sehingga akan berdampak pada perkembangan dirinya. Hasil dari penyebaran studi pendahuluan juga menegaskan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal siswa masih belum optimal yaitu siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori rendah adalah 30%. Maka, kemampuan komunikasi interpersonal siswa perlu ditingkatkan.

Berdasarkan data tersebut diperlukan sebuah teknik untuk memberikan pengarahan dan

pendekatan pada siswa. Pendekatan pada siswa dilakukan melalui bimbingan teman sebaya.

Bimbingan teman sebaya adalah pelayanan bimbingan yang diberikan oleh siswa terhadap siswa lainnya dalam mengentaskan permasalahannya, (ABKIN, 2007). Dalam kegiatan ini siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang rendah diberikan bimbingan oleh pembimbing sebaya yang merupakan temannya sendiri. Pembimbing sebaya dipilih berdasarkan kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori tinggi dan didasarkan pada wawancara dengan guru BK. Sebelumnya, calon pembimbing sebaya diberikan pen-jelasan, arahan, dan latihan seseuai dengan modul pedoman bimbingan teman sebaya.

Penggunaan bimbingan teman sebaya didasari oleh (1) siswa yang bersedia berkonsultasi dengan guru BK hanya sedikit, mereka lebih sering mengandalkan teman-temannya dalam berbagi masalah dan mempertimbang-kan suatu keputusan. (2) Di kalangan remaja, hubungan pertemanan menjadi perhatian penting dan merupakan sumber terbesar dalam terpenuhannya kebutuhan rasa senang juga sumber

(7)

7 frustasi. Hal ini menciptakan kondisi yang saling membantu antara siswa dengan cara unik yang tak tidak terduga oleh orang tua dan pendidik. (3) Orang tua kurang memahami kebutuhan-kebutuhan remaja sehingga mereka mencari teman yang memiliki perasaan sama. (4) Kunci pada masa remaja adalah kemandirian tetapi, kadang para orang tua dan pendidik kurang memahami adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok sebaya. (5) Berdasarkan penelitian-penelitian penggunaan teman sebaya dapat memperbaiki prestasi dan harga diri siswa. (6) Adanya peningkatan kemampuan untuk dapat membantu diri sendiri dan kelompok sebayanya. (7) Permasalahan remaja tidak semua terjangkau dengan adanya layanan bantuan secara formal. Penelitian tentang bimbingan teman sebaya juga dilakukan oleh Iceu Rohayati (2011). Penelitian tersebut mengemukakan bahwa dengan implementasi bimbingan teman sebaya dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. Hal ini menjadi dorongan bagi siswa untuk bisa berinteraksi dengan orang lain dan unsur utama dalam interaksi adalah melalui komunikasi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan pelaksanaan bimbingan teman sebaya pada siswa, maka penelitian ini difokuskan pada“ Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMPN 1 Nguter, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan atau disebut dengan R and D (Research and Development). Produk yang akan dikembangkan/ dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan komunikasi inter-personal. Modul merupakan produk baru yang dihasilkan dari penelitian yang digunakan sebagai pedoman bagi guru BK dalam menyelenggarakan bimbingan teman sebaya bagi siswa.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri I Nguter dan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek ahli dan subyek praktisi sebagai penilai modul, dan subjek peserta didik adalah siswa kelas VIII

(8)

8 ditentukan melalui pemilihan teknik purposive sampel. Tahap purposive sampel dilakukan melalui per-timbangan tentang tujuan untuk mengetahui siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah maka diambil peserta didik dari kelas VIII A, VIII C, dan VIII G secara keseluruhan berjumlah 100 siswa, berdasarkan teknik purposive sampel dan studi pendahuluan diperoleh 30 siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah yang akan diberikan treatment dalam uji efektifitas.

Sedangkan siswa sebagai subjek uji coba dari kelas VIII E yang berjumlah 10 orang.

Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah komunikasi interpersonal dan variabel bebas adalah layanan bimbingan teman sebaya. Teknik pengumpulan data menggu-nakan tiga cara, yaitu angket, wawancara dan observasi. Validitas data menggunakan uji rasional dari ahli atau expert judgement dan validitas empirik. Langkah-langkah prosedur penelitian dan pengembangan, menurut

Borg dan Gall, (dalam Emzir, 2012) adalah (1) penelitian dan pengumpulan

informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan bentuk awal produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi produk, (6) uji lapangan utama, (7) revisi produk operasional, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produk akhir, (10) diseminasi & implementasi.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian dan pengembangan sampai pada langkah ke enam dalam penelitian dan pengembangan Borg & Gall, yaitu penyempurnaan produk hasil uji lapangan melalui uji terbatas. Tahap penelitian dan pengumpulan data melalui dua kegiatan yaitu studi pustaka dan pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan penyebaran angket sebagai studi pendahuluan. Tujuan pengumpulan data tersebut untuk mengetahui kondisi lapangan mengenai penguasaan siswa terhadap kemampuan komunikasi interpersonal kemudian dikaitkan dengan teori atau kajian relevan dengan permasalahan yang diteliti. Tahap Perencanaan yaitu

mengumpulkan berbagai informasi mengenai keadaan di lapangan yang menggambarkan kemampuan siswa yang menjadi dasar penyusunan materi. Hal lain yang harus diperhatikan dalam

(9)

9 perencanaan, setelah merencanakan pengembangan materi adalah merencanakan subjek uji coba, lokasi uji coba dan instrumen-instrumen yang diperlukan. Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa modul yang berjudul “Bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan komunikasi inter-personal”. Modul berisi materi mengenai pelaksanaan bimbingan teman sebaya dan konsep komunikasi interpersonal. Materi pada modul terdiri dari 3 bagian: bagian 1 menjelaskan tentang konsep komuni-kasi interpersonal dan pentingnya teman sebaya, bagian II berisi tahap-tahap pelaksanaan teman sebaya sedangkan bagian yang III berisi keterampilan-keterampilan dalam komunikasi. Modul yang sudah di susun divalidasi melalui uji ahli dan praktisi untuk memperoleh kelayakan modul dalam penggunaannya. Dosen ahli yang menguji kelayakan modul adalah Drs. Wagimin M,Pd. Berdasarkan revisi modul kemudian diuji cobakan pada 10 siswa untuk memperbaiki kekurangan materi dalam agar menjadi layak secara isi dan operasionalisasinya sebagai panduan untuk melaksanakan bimbingan teman

sebaya dan meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Tahap yang terakhir yaitu penyempurnaan produk hasil melalui uji terbatas, uji terbatas pada bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan komunikasi inter-personal menggunakan metode eksperimen dengan design one group pretest-posttest.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t atau t- test dengan bantuan SPSS. Teknik tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor siswa pada pretest sebelum pemberian treatment dan posttes setelah pemberian treatment. Apabila hasilnya signifikan, maka dapat diketahui bahwa bimbingan bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Studi Pendahuluan

Kemampuan komunikasi interpersonal siswa masih rendah karena masih banyak siswa yang belum memahami cara-cara berkomunikasi yang efektif. Gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal siswa diperoleh melalui penyebaran

(10)

10 angket. Hasil angket disajikan dalam tabel:

Tabel 1

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Kategori Rentang Skor Banyak Peserta Didik (%) Tinggi 111 - 120 35 35% Sedang 101 - 110 35 35% Rendah 79 - 100 30 30%

Tabel tersebut dapat digam-barkan dalam histogram dibawah ini :

Gambar 1. Histogram kemampuan komunikasi Interpersonal siswa

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada kategori tinggi dan sedang masing-masing sebanyak 35 siswa atau 35%, sedangkan kategori rendah sejumlah 30 siswa atau 30%. Profil awal mengenai kemampuan komunikasi interpersonal

diperoleh melalui angket studi pendahuluan yang terdiri dari 30 item. Hasil tersebut digunakan peneliti sebagai need assessment untuk pem-berian treatment.

2. Uji Keterimaaan Model Hipotetik atau Uji Kelayakan Modul

Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modul pedoman bimbingan teman sebaya yang teruji atau efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal. Materi dalam modul terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama menjelaskan pentingnya hubungan teman sebaya dan konsep komunikasi interpersonal, bagian kedua menjelaskan pelaksanaan bimbingan teman sebaya, dan bagian yang terakhir memaparkan berbagai keterampilan-keterampiln dalam komu-nikasi.

Uji kelayakan modul dilakukan oleh ahli dibidang bimbingan dan konseling yang berpengalaman (expert judgement) dengan instrumen penilaian modul. Para ahli yang terlibat dalam penilaian modul ini berjumlah 3 orang,.Tiga orang tersebut adalah Dr. Asrowi, M.Pd.; Drs. Mudaris Muslim, M.Si.; Drs Wagimin, M.Pd. Keterima-26 28 30 32 34 36

Tinggi Sedang Rendah

J um la h Sis w a

(11)

11 an modul juga dinilai oleh para praktisi yaitu guru BK SMP N 1 Nguter, Sukoharjo yaitu antara lain: Drs. Sukarno, Purwanti, S.Pd, M.Pd dan Arimujito, .Pd. Hal-hal yang dinilai pada modul meliputi penampilan fisik modul, isi materi modul, bahasa yang digunakan dan manfaat modul.

Penilaian ahli secara keseluruhan menunjukkan persentase pencapaian sebesar 90%, penilaian praktisi secara keseluruhan menunjuk-kan rata-rata persentase pencapaian se-besar 92,5%. Berdasarkan hasil tersebut modul dapat dikategorikan sangat baik atau layak sebagai pedoman bimbingan Teman sebaya untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

Berdasarkan masukan-masukan ahli dan praktisi modul direvisi. Setelah mendapatkan persetujuan modul diuji cobakan kepada siswa kelas VIII D SMP N 1 Nguter Sukoharjo. Pelaksanaan uji coba oleh peneliti. Peneliti memaparkan modul dan siswa menyimak. Hasil uji coba ditunjukkan melalui instrumen penilai-an yang diisi peserta yang menunjukkan perolehan sebesar 94%.

Berdasarkan hasil penilaian ahli (expert judgement), penilaian praktisi

dan uji coba terhadap modul yang dikembangkan dapat disimpulkan rata-rata prosentase kelayakan penilaian modul sebesar 92,17%.

3. Impelentasi Modul sebagai Pedoman Bimbingan Teman Sebaya dalam Uji Efektifitas

Kondisi kemampuan komunikasi interpersonal siswa pada awalnya belum optimal atau masih rendah terlihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari skor pretest adalah 116,63 dengan skor tertinggi 136 dan skor terendah 95. Langkah selanjutnya pemberian intervensi pada siswa dan dilakukan posttest. Hasil posttest menunjukkan niali rata-rata meningkat menjadi 129,10 dengan skor tertinggi adalah 153 dan skor terendah adalah 108.

Perbandingan skor mean posttest 129,10 lebih besar dari skor mean pretest 116,63 maka persentase kenaikan sebesar 12,47%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah treatment.

Berikut disajikan tabel 2 data mean pretest dan posttest yang

(12)

12 diberikan pada 30 siwa kelas VIII SMP N 1 Nguter, Sukoharjo.

Tabel 2

Data Mean Pretest dan Posttest N Mean Prosentase

Kenaikan Pretest 30 116,63

12,47% Posttest 30 129,10

Tabel tersebut dapat dijelaskan dalam gambar grafik berikut :

Gambar 2

Grafik Peningkatan Mean Pretest dan Posttest

Berdasarkan analisis data peningkataan mean pretest dan postest menunjukkan bahwa layanan informasi mampu meningkatkanbudaya sekolah secara signifikan. Untuk melihat uji signifikansilayanan informasi,disajikan padaa tabel 3berikut ini.

Tabel 3 Data Hasil Uji t-test

Dari tabel dapat dijelaskan hasil uji berpasangan pretest dan posttest diperoleh hasil analisis t hitung sebesar 10,002 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi <0,05 maka H0 ditolak dan membuktikan

peningkatan yang signifikan kemampuan komunikasi interpersonal pada subjek penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Hasil analisis bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan omunikasi interpersonal menunjukkan aspek sikap terbuka terjadi perubahan yang signifikan antara skor pretest dan posttest, dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Dari hasil tersebut memiliki makna bahwa bimbingan teman sebaya yang berpedoman pada modul lebih mampu meningkatkan komunikasi interpersonal pada aspek sikap terbuka. 116,6 3 129,1 110 115 120 125 130 135 Pretest Postest Nilai Rat a -Rat a

(13)

13 Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat membuktikan bahwa modul bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan komunikasi inter-personal siswa kelas VIII SMP N 1 Nguter, Sukoharjo, dengan peningkat-an ypeningkat-ang signifikpeningkat-an.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dari hasil studi pendahuluan diperoleh profil awal kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri I Nguter, Sukoharjo yang menunjukkan 30% siswa atau 30 siswa berada pada kategori rendah, sedangkan kategori sedang dan tinggi masing-masing sebesar 35% atau 35 siswa.

Modul layanan yang di-kembangkan layak untuk dijadikan pedoman setelah melalui uji ahli dan praktisi. Hasil penilaian uji ahli terhadap kelayakan modul baik secara fisik, isi, bahasa maupun manfaat adalah 90%. Sedangkan hasil uji praktisi menunjuk-kan kelayamenunjuk-kan modul adalah 92,5%. Selanjutnya penilaian dalam uji coba terbatas adalah 94%. Secara keseluruhan kelayakan modul adalah 92,16%.

Hasil penelitian melalui pengembangan model dengan modul layanan bimbingan teman sebaya dinyatakan efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri I Nguter, Sukoharjo. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui analisis hasil t-test, yaitu diperoleh hasil t hitung sebesar 10,002 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi <0,05 maka H0 ditolak dan

membuktikan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan nilai rata-rata mengalami peningkatan terlihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari hasil pre-test adalah 116, 63 meningkat dalam post-test yaitu 129,10.

Penerapan layanan bimbingan teman sebaya yang berpedoman pada modul mampu meningkatkan aspek dalam komunikasi interpersonal yaitu aspek percaya, sikap supportif, sikap terbuka dan perilaku.

Kemampuan komunikasi inter-personal siswa meningkat setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan teman sebaya dengan berpedoman pada modul yang sudah dikembangkan dan teruji konsep maupun empiriknya. Bimbingan teman sebaya memberikan pemahaman pada

(14)

14 siswa yang mempengaruhi pola pikir, pengambilan keputusan dan perilaku sehingga mendorong siswa mengubah cara-cara melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.

Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian, maka berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan :

1. Sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar dan pembentukan karakter siswa. Sebagian besar waktu siswa di habiskan di sekolah. Hendaknya sekolah mengoptimalkan peranan bimbingan dan konseling terutama pelaksanaan layanan bimbingan teman sebaya.

2. Bagi Guru BK

a. Perlu penggunaan metode yang bervariasi dalam mengatasi masalah pada siswa.

b. Guru BK diharapakan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam setiap pelaksanaan layanan. c. Guru BK hendaknya

menyesuaikan topik/masalah dalam pelaksanaan layanan dengan informasi-informasi terkini sehingga menjadi tidak

out of date dan siswa juga menjadi lebih tertarik dan termotivasi.

2. Bagi Siswa

a. Siswa harus siap untuk mengikuti setiap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran dan layanan di sekolah dengan lebih berkonsentrasi.

b. Siswa hendaknya mempelajari kembali modul sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasannya tentang komunikasi interpersonal.

c. Siswa diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan teman, guru, dan warga sekolah melalui komunikasi interpersonal yang efektif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengembangkan modul layanan bimbingan teman sebaya yang lebih baik, dengan menambah materi-materi yang sesuai sehingga bisa dijadikan pedoman bagi siswa maupun guru dalam pelaksanaan kegiatan serta menjadi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan.

(15)

15 b. Penelitian ini dilakukan pada

siswa kelas VIII SMP saja, peneliti selanjunya diharapakan dapat melakukan penelitian yang serupa dengan mengambil subjek yang lebih luas lagi sebagai perbandingan sehingga kelayakan modul sebagai pedoman menjadi lebih akurat. c. Peneliti selanjunya diharapkan

bisa melaksanakan bimbingan teman sebaya, karena secara

umum bimbingan teman sebaya masih jarang di laksanakan dalam program layanan bimbingan dan konseling, sedangkan bimbingan teman sebaya ini memiliki banyak manfaat bagi pengguna. Bimbingan teman sebaya juga menjadi salah satu alternatif layanan yang menarik bagi siswa karena melibatkan interaksi antara siswa.

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen PMPTK DIKNAS.

Alo Liliweri. (1994). Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

__________. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Budyatna, M & Ganiem, Mona L. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Busri Endang. (2009). Konseling Teman Sebaya Pada Remaja Di ErGlobalisasi. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 7 (2), 199-210. Diperoleh 9 Mei 2013, dari jurnal.untan.ac.id.

Carter, Thomas. D. (2005). Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. Diperoleh tanggal 1 Mei 2013. http://www.ilru.org.

Djoni Aminudin. (2012). Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa SMK Taruna Bakti Depok. Bandung : UPI. http://repository.upi.edu.com.

(16)

16

Emzir, (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Hurlock, B. E. (2012). Psikologi Perkembangan. Terj. Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. (Buku asli diterbitkan 1980).

Iceu Rohayati. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan, Edisi Khusus, (1), 368-376. Dperoleh 8 Juni 2013. http//jurnal.upi.edu.

Jalaluddin Rakhmat. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Joseph De Vito. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Terj. Maulana. Agus. Jakarta: Karisma. Muhammad Al-Mighwar. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Nana Syaodih & Sukmadinata. (2008). Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Onong Uchjana Effendy. (2004). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sunarti. (2008). Peran Pembimbing Sebaya Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling.

Diperoleh tanggal 6 April 2013. http://bk-sma-sunarti.blogspot.com. Supratiknya. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Suwarjo. (2008). Makalah Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja. Makalah disajikan pada Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 29 Februari 2008. http//staff.uny.ac.id.

Syamsu Yusuf L.N. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tubbs, Stewart & Moss, Sylvia. (1996). Human Communication. Terj. Deddy Mulyana & Gembirasari. Bandung: Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26% dari kondisi Business as Usual yang akan dicapai pada tahun 2020 atau 41% bila ada bantuan keuangan

Heryanto, M.Ary dan Wisnu, Adi.2008.Pemrograman untuk Mikrokontroler.. ATMEGA

Ribuan botol miras hasil dari operasi penyakit masyarakat berhasil dimusnahkan dengan digilas menggunakan stom // Ketua BNK Kota Yogyakarta Haryadi Sututi usai acara

Berdasarkan data lapangan yang ada, kemampuan berhitung anak yang dilihat secara individual diperoleh data penelitian yang memperlihatkan kemampuan berhitung anak

3) an indefi nite point in time: the other day, ages ago, a long time ago To form a simple past : subject + verb + ed (regular verbs).. Note that some verbs are

[r]

Kepemilikan benda berbasis lahan yang bersertifkat merupakan obyek yang dapat dijadikan jaminan dan beralih hak, karena itu pemerintah perlu melindungi lahan yang dibuka

Dari penyebaran 168 kuesioner, seluruhnya terdistribusi secara baik dan diperoleh hasil bahwa responden terbanyak adalah responden yang berusia &gt; 26-36 tahun