• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding SEMNASDAL (Seminar Nasional Sumberdaya Lokal) I ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding SEMNASDAL (Seminar Nasional Sumberdaya Lokal) I ISBN:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

184

REAKTUALISASI DAN REFORMULASI NILAI-NILAI QUR’ANI DALAM

MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Suhaimi

Fakultas Hukum Universitas Madura Pamekasan Email: suhaimi.dorez@gmail.com

ABSTRAK

Revolusi Industri mengusung berbagai macam persoalan yang sangat mencengangkan bagi umat manusia secara umum dan umat muslim secara khusus. Ada kalanya dapat menguntungkan dalam satu sisi, dan dapat merugikan pada sisi yang lain. Keuntungan yang didapat berupa kemudahan dalam segala aktivitas manusia yang dilakukan secara mudah dan praktis. Termasuk pula dalam mengakses informasi yang bersifat global dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat. Namun pada perspektif yang lain adanya revolusi industri dapat membawa efek yang bertentangan secara diametral berupa dampak negatif yang dapat menurunkan nilai-nilai religiusitas umat Islam. Oleh karena itu sebagai upaya preventif dan antisipatif dalam membendung efek negatif dari pengaruh revolusi industri maka sangat perlu melakukan Reaktualisasi dan Reformulasi nilai-nilai Qur’ani yang ditanamkan sejak dini bagi umat muslim.

Kata kunci: Al-Qur’an, Revolusi Industri.

PENDAHULUAN

Revolusi Industri mengusung berbagai macam persoalan yang sangat mencengangkan bagi umat manusia secara umum dan umat muslim secara khusus. Ada kalanya dapat menguntungkan dalam satu sisi, dan dapat merugikan pada sisi yang lain. Keuntungan yang didapat berupa kemudahan dalam segala aktivitas manusia yang dilakukan secara mudah dan praktis. Aktifitas apa saja menjadi lebih simultan terutama akses informasi dan sarana prasarana dengan menggunakan tegnologi canggih dapat membantu dalam proses penyelesaiannya, sehingga lebih efektif serta efisien. Termasuk juga hasil yang diperoleh secara kuantitas maupun secara kualitas lebih maksimal.

Berbicara revolusi industri, tidak terlepas juga dengan persoalan modernisasi dan globalisasi. Karena kedua istilah tersebut adalah wujud nyata dari perkembangan revolusi industri. Modernisasi merupakan suatu keadaan yang tidak menentu dan penuh ketidakpastian, karena masyarakat dihadapkan oleh berbagai hal yang penuh dengan nuansa baru dengan adanya perubahan segala sendi kehidupan manusia, baik ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Sehingga menyebabkan pula pada perubahan watak, tingkah laku ataupun tata nilai dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan globalisasi adalah era global yang dapat menjadian dunia lebar ini seakan-akan menjadi sempit dengan adanya akses infomasi yang begitu canggih. Peristiwa yang terjadi pada suatu daerah akan secara langsung dapat diliput dan diketahui walaupun berada pada daerah yang letaknya sangat berjauhan. Hal ini dikarenakan terdapatnya media informasi dan komunikasi canggih yang dapat dipergunakan dengan praktis dan simultan. Oleh karena itu keadaan seperti ini akan dapat menyebabkan kehidupan yang penuh dengan bermewah-mewahan, berlebihan, bermalas-malasan, bahkan menyebabkan dekadensi moral.

Era globalisasi dapat membantu kehidupan manusia dalam berprofesi dan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam profesi dapat memanfaatkan akses informasi yang penting dalam pengembangan profesinya secara cepat dan mandiri. Sehingga dapat bekerja secara professional sesuai dengan apa yang diinginkan. Disamping itu, dalam manajemen profesi penggunaan fasilitas canggih dapat membantu melakukan pekerjaan secara efisien dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meraup hasil maksimal sesuai target capaian yang telah ditentukan.

(2)

185

Disamping keuntungan besar yang diperoleh sebagai implikasi dari revolusi industri juga akan secara pasti mendapatkan hal yang bertentangan secara diametral yaitu efek negatif. Media informasi yang semakin global akan berakibat besarnya persaingan, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya yang dapat dimungkinkan akan menurunkan daya saing pada masyarakat bawah (lokal) khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, karena persaingan yang terjadi adalah persaingan global antar Negara-negara di dunia yang notebene sudah terkategori sebagai Negara bonafit. Tidak hanya faktor itu saja yang menjadi kekhawatiran masyarakat lokal akan tetapi yang lebih dikhawatirkan lagi yaitu masalah religiusitas dan moralitasnya, keduanya merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan masyarakat beragama.

Era revolusi industri melahirkan modernisasi dan globalisasi yang secara rentan akan menimbulkan penurunan nilai-nilai religiusitas dan dekadensi moral umat Islam. Kerap kali terjadi dalam masyarakat tindak penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan tegnologi (IPTEK) yang menimbulkan sifat hedonisme, konsumerisme, penggunaan narkotika atau obat-obat terlarang. Penurunan nilai-nilai religiusitas maksudnya adalah penurunan kualitas keagamaan, dalam artian sebagian umat Islam tidak lagi menggunakan agama sebagai prinsip dan pedoman hidup (way of life). Apabila agama sudah tidak lagi menjadi sandaran, maka yang akan terjadi yaitu kesesatan dalam hidup, umat tidak lagi menjalankan perintah agama secara totalitas dan juga tidak lagi menghiraukan akan larangan-larangan agama yang notabene menjadi rambu-rambu dalam kehidupan supaya tidak mengalami kesesatan, kebaikan akan selalu tergerus sedikit demi sedikit, sedangkan kejahatan akan semakin merajalela.

Umat Islam yang begitu kental keagamaannya perlu dipertahankan, bagaimana tidak mengalami penurunan kualitas keagamaannya walaupun terjadi pergantian era atau zaman, keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang baik supaya tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya, supaya generasi muslim dari masa-kemasa tetap konsisten dalam menginternalisasikan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya maksimal dalam menghadapi era revolusi Industri 4.0 dalam rangka usaha preventif dan antisipatif yaitu dengan memperkuat pemahaman terhadap nilai-nilai Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman pertama dan utama. Salah satu bentuk upaya yang ingin penulis tawarkan yaitu dengan melakukan Reaktualisasi dan Reformulasi nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Al-Qur’an dan Revolusi Industri

Secara etimologis Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu qara’a-yaqra’u-qur’anan, yang berarti bacaan atau himpunan. Dikatakan bacaan karena Al-Qur’an merupakan kitab yang bisa dibaca baik huruf-hurufnya maupun dibaca dengan disambungkan huruf yang satu dengan huruf yang lain dengan memakai syakal sehingga dapat terbentuk suatu bacaan yang dapat dipahami. Adapun dikatakan himpunan karena Al-Qur’an berisi tentang himpunan atau kumpulan firman-firman Allah SWT. dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Al-Nas.

Pengertian Al-Qur’an secara terminologis yaitu wahyu yang berupa kalam Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai sumber hukum pertama dan utama, serta sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam segala sendi kehidupan yang sifatnya universal. Maksud dari segala sendi kehidupan berupa kehidupan beragama, ekonomi, politik maupun sosial budaya. Al-Qur’an juga dimaknai sebagai kalam Allah pada masa azali yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai mukjizat dan bernilai ibadah bagi yang membacanya. Para ulama us}u>l mendefinisikan, “al-Qur’an yaitu firman Allah, baik lafaz} dan maknanya yang diturunkan kepada Rasulullah saw. dalam bentuk bahasa arab, merupakan mu’jizat dalam setiap surah-surahnya, yang ditulis dalam mushaf, yang dinukil secara mutawatir,

(3)

186

merupakan ibadah bagi yang membacanya, dimulai dari surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas.

Dari pengertian di muka dapat dijelaskan bahwa Al-Qur’an; Pertama, kalam Allah pada zaman azali, artinya Al-Qur’an merupakan kumpulan dari firman-firman Allah yang sebelumnya sudah ada pada masa azali yaitu masa sebelum manusia diciptakan atau disebut dengan lauh al-Mahfud. Jadi, sebelum al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad, maka sudah ada di alam azali. Kedua, al-Qur’an sebagai mukjizat. Mukjizat dapat diartikan kejadian luar biasa yang terjadi pada seorang Nabi dan Rasul sebagai kelebihannya. Al-Qur’an memiliki mukjizat tertentu yang tidak dapat tertandingi oleh hal-hal yang lainnya. Sehingga sejak dulu al-Qur’an dilihat dari sisi kebahasaannya tidak dapat disamakan dengan bahasa yang lain, sekalipun bahasa yang dibuat oleh para Nabi palsu dan orang-orang Arab yang ahli sastra, mereka membuat syair-syair berbahasa Arab yang mengandung majas dengan berbagai gaya bahasa, imajinasi dan sastra tingkat tinggi untuk menyaingi al-Qur’an. Namun al-Qur’an sebagai kalam Allah tidak sedikitpun dapat terkalahkan karena mengandung kemukjizatan yang sangat luar biasa. Para ulama memberikan batasan syarat-syarat mukjizat antara lain: (1) sesuatu yang tidak sanggup dilakukan siapapun selain Allah, (2) tidak sesuai kebiasaan (khariqu li al-‘adah) dan berlawanan dengan hukum alam, (3) berupa hal yang menjadi saksi atas bukti kebenaran sebuah risalah ilahi yang dibawa oleh para Rasul sebagai bukti kerasulannya, (4) terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mukjizat tersebut, (5) tidak ada satupun orang yang bisa menandingi mukjizat itu.

Ketiga, membaca al-Qur’an bernilai ibadah sekalipun tidak tahu maknanya. Sangat besar faedahnya dalam membaca al-Qur’an, sampai-sampai Rasulullah memberikan pesan moral yang intinya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Ditilik dari segi kebahasaan, al-Qur’an memang berarti bacaan sehingga wajib hukumnya bagi pemeluk agama Islam yang notabene berpedoman pada kitab suci al-Qur’an.

Adapun fungsi al-Qur’an yaitu sebagai sumber hukum pertama dan utama bagi umat Islam disamping juga sebagai bukti kebenaran Rasulullah saw. dalam menyampaikan risalah Islam. Sumber hukum dalam bahasa Arab disebut mashadir al-Ahkam yang berarti sumber-sumber hukum. Dikatakan sebagai sumber-sumber karena al-Qur’an dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan sebuah hukum (istinbat al-Ahkam). Bilamana terjadi suatu persoalan hukum terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang memerlukan penetapan hukum Islam, maka yang harus menjadi sandaran pertama dan utama adalah al-Qur’an sebagai landasan hukum Islam. Apabila tidak terdapat dalam al-Qur’an, maka mencari ketetapan hukum pada hadist atau sunnah Rasulullah saw. sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Kalau tidak ditemukan dalam hadist Nabi maka perlu penetapan hukum para ulama yang disebut ijma’.

Al-Qur’an memiliki fungsi yang sangat multidimensional dan dipandang sangat urgen bagi umat manusia secara universal. Pertama, al-Qur’an sebagai hidayah (pedoman hidup). Dalam bahasa al-Qur’an terkait dengan fungsi hidayah yaitu disebut dengan “hudan linnas” bermakna petunjuk bagi umat manusia. Ada juga dalam al-Qur’an menyebutkan sebagai hudan lilmuttaqin (petunjuk bagi orang-orang bertakwa). Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 2:

⬧ ⧫  ◆    ➔ ☺ 

“Kitab al-Qur’an ini tidak keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Dijelaskan pula dalam surat al-Baqarah ayat 185:

 ⧫⧫◆ ✓ ⧫ 

◆→ ➔  ⧫◆   .⬧→◆

(4)

187

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.

Kedua, al-Qur’an sebagai mukjizat. Fungsi mukjizat dimaksudkan bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang dapat melemahkan kaum kafir quraisy atau orang-orang yang meragukan terhadap kebenaran al-Qur’an itu sendiri, atau apabila terdapat ayat lain yang menandingi, maka al-Qur’an sebagai kitab Allah yang tidak tertandingi dapat melemahkannya. Suatu ciri kerasulan Nabi Muhammad saw. yaitu diberikannya al-Qur’an sebagai mukjizat untuk menjadi bukti kebenaran ajaran Rasulullah saw.

Ketiga, al-Qur’an sebagai obat dan rahmat bagi semesta alam. Fungsi ini menempatkan al-Qur’an sebagai kitab Allah yang paling mulia. Karena tidak hanya dijadikan sebagai pedoman hidup semata akan tetapi juga menjadi obat dari segala penyakit baik penyakit rohani maupun penyakit jasmani. Dengan membaca sebagian ayat al-Qur’an dapat menjadikan hati manusia menjadi tenteram, tenang dan bersahaja. Segala persoalan pelik apapun akan diberikan kemudahan lewat barokahnya al-Qur’an. Bahkan berbagai penyakit apapun pasti ada jalan kesembuhan dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Termasuk penyakit jiwa sekalipun karena dirudung banyak persoalan hidup, maka akan dapat disembuhkan dengan barokahnya al-Qur’an al-Karim. Sesuai dengan ketentuan al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 82:

⧫◆  ◆→ ⧫ ◆❑➔

 ◆❑◆◆ ⧫✓⬧☺  ◆ ⧫ ⧫✓☺→   

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Keempat, al-Qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan batil. Fungsi ini merupakan penjelas (mubayan) tentang sesuatu perbuatan yang baik yang diperintahkan untuk dilakukan dan perbuatan jelek yang harus ditinggalkan dalam kehidupan dunia ini. Hal ini menyangkut tiga dimensi ajaran, baik menyangkut hubungan manusia dengan Allah (habblum minallah), hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minannas) maupun hubungan antara manusia dengan lingkungannya (hablum minal ‘alam).

Pembeda dapat juga dimaknai bahwa al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang sangat jelas sehingga umat manusia dapat membedakan antara barang-barang yang halal dan haram. Dalam al-Qur’an sudah jelas dinyatakan secara gamblang bahwa yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, selain itu terdapat mutasyabihat yaitu barang yang tidak antara halal dan haramnya. Akan tetapi barang yang disebutkan terakhir ini lebih cenderung pada keharamannya.

Beberapa fungsi al-Qur’an yang telah disebutkan di muka apabila ditelisik secara mendalam dapat kerucutkan ke dalam satu bingkai makna bahwa al-Qur’an adalah satu-satunya pedoman hidup manusia (way of life) yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia baik di dunia terlebih dalam kehidupan akhirat ketika telah menghadap Allah SWT.

Adapun yang dimaksud dengan revolusi industri yaitu suatu keadaan kehidupan yang mengalami perubahan dari awalnya mayoritas agraris menuju pada dunia industri. Revolusi industri dapat juga diartikan upaya peralihan dunia agraris menjadi tatanan kehidupan yang penuh dengan industrialisasi. Dapat diidentifikasi mengenai revolusi industri dengan beberapa ciri sebagai berikut: pertama, peralihan dunia pertanian menjadi industri. Pada awalnya bumi Allah tercinta ini kaya akan lahan-lahan sawah pertanian, hutan, rawa dan daerah gunung yang curam dan terjal. Akan tetapi kemudian dengan daya nalar pemikiran, cipta, rasa dan karsa yang dimiliki manusia sehingga dapat mengalami perubahan secara bertahap sehingga menjadi alam artifisial yang disebut dengan industri yaitu dengan munculnya bangunan-bangunan sebagai tempat yang digunakan untuk melakukan produksi berbagai macam produk yang bermanfaat untuk kebutuhan manusia.

(5)

188

Kedua, munculnya alat-alat canggih bikinan manusia berupa mesin-mesin produksi atau alat-alat berat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, sehingga manusia dapat terbantu dalam melakukan aktifitasnya. Pekerjaan yang relatif lama dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan praktis. Juga ditilik dari sisi kualitas dan kuantitas hasil pekerjaannya, dapat menghasilkan barang yang lebih berkualitas dengan kuantitas besar yang dapat dilakukan dengan efisien. Ketiga, terdapatnya media komunikasi dan informasi yang bersifat global. Kedua media ini dapat membantu secara efektif dalam upaya pengembangan industrialisasi.

Diskursus tentang revolusi industri tidak terlepas dari terminologi modernisasi dan globalisasi yang dapat membawa pengaruh besar dalam kehidupan manusia, baik pengaruh positif yang harapan besar bagi umat manusia maupun pengaruh negatif yang benar-benar tidak diharapkan. Oleh karena itu al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia (hudan linnas) secara umum, bagi umat muslim secara khusus (hudan lil muttaqin) harus benar-benar dapat dijadikan petunjuk dalam menghadapi era revolusi industri. Supaya kehidupan umat lebih terarah untuk menuju pada jalan kebenaran yaitu jalan menuju petunjuk Allah SWT. dan bukan jalan kesesatan. Nilai-nilai ajaran al-Qur’an harus diaplikasikan dalam kehidupan, baik pada lingkup kehidupan keluarga,masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Reaktualisasi dan Reformulasi Nilai-nilai Qur’ani

Dalam menghadapi revolusi industri 4.0 sangat diperlukan adanya penguatan secara spritualisme yaitu pendekatan kepada Allah SWT. lewat mempertajam dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan serta hal lain yang bersifat transcendental. Supaya umat Islam tidak terhanyut dalam dunia konsumerisme, hedonisme, media infomasi, media komunikasi dan menyalahgunaan ilmu pengetahuan dan tegnologi yang semakin canggih. Nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan kunci utama dalam membendung efek negatif yang kerapkali muncul dalam perkembangan kehidupan pada era revolusi industri ini. Karena keimanan merupakan ikatan yang agung antara manusia dengan Sang Khaliq yang telah diikrarkan sejak manusia berada dalam alam rahim. Keimanan ini merupakan tali simpul atau ikatan bagi umat Islam dan juga berupa akidahnya umat muslim yang apabila kuat maka tidak akan tergerus atau terpengaruh oleh situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya apabila simpul itu tidak kuat maka akan mudah terkoptasi oleh keadaan hidup yang membawa pada kesesatan.

Sebagai upaya preventif dan antisipatif dalam membendung efek negatif dari pengaruh revolusi industri 4.0 yang semakin canggih, maka perlu adanya persiapan sedini mungkin untuk melindungi generasi muslim supaya menjadi generasi yang selamat di dunia dan akhirat. Upaya yang harus dilakukan yaitu; pertama, memperkuat aqidah umat Islam sebagaimana telah disampaikan di muka. Kedua, mereaktualisasikan nilai-nilai ajaran al-Qur’an kepada generasi muslim agar mereka benar-benar menjadi muslim sejati (Islam kaffah) yang senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan ajaran al-Qur’an dalam kehidupannya. Perintah membaca al-Qur’an berawal dari perintah Allah dalam surat al-‘Alaq ayat 1 sampai 5 yang merupakan wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw. yang berbunyi: ⧫  ◼◆  ⧫◼  ⧫◼   ◼⧫  ⧫ ◆◆ ⧫   ⧫ ◼⬧  ⧫  ⧫ ⬧ ⬧➔⧫ 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah (3), yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”.

Tidak hanya pada ayat al-Qu’an, ketentuan membaca al-Qur’an juga terdapat pada hadis-hadis Nabi Muhammad saw. yang mengungkapkan tentang keutamaan membaca dan

(6)

189

memahami ayat-ayat al-Qur’an, seperti hadis Nabi yang menyatakan bahwa “sebaik-baiknya diantara kalian semua adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Disamping membaca al-Qur’an, umat Islam juga diwajibkan untuk memahami nilai-nilai ajaran al-Qur’an kemudian mengamalkanya dalam kehidupan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan mengaktualisasikan kembali isi kandungan al-Qur’an dengan berbagai macam cara yang relevan. Bisa lewat pengajian, kajian rutin tentang al-Qur’an, halaqah, seminar, simposium, workshop, kolom-kolom pengajian dan lewat media elektronik serta media cetak pada level nasional atau internasional, yang kesemuanya berisi tentang nilai-nilai ajaran al-Qur’an al-Karim.

Pemahaman yang diberikan kepada generasi muslim terkait tiga dimensi ajaran al-Qur’an yaitu masalah akidah, syari’ah dan akhlak tasawwuf. Masalah akidah menyangkut keyakinan kepada Allah SWT. dengan kata lain memantapkan akidah Islam supaya akidah umat Islam tidak tergerus oleh kemewahan duniawi yang sangat mempedaya. Sekalipun budaya atau tradisi apa saja yang muncul diakibatkan oleh revolusi industri 4.0 tidak berpengaruh sedikitpun terhadap akidah umat, karena benteng pertahanannya sudah sangat kuat.

Sedangkan masalah syari’ah yaitu menyangkut hukum-hukum Allah yang diatur menurut ketentuan al-Qur’an dan al-Sunnah, baik hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Semua hal inilah harus diperkuat sejak dini dalam menghadapi revolusi industri. Hukum Islam tidak hanya berkutat secara tekstual akan tetapi juga harus kontekstual mengikuti perkembangan zaman dan waktu. Dalam artian hukum harus bisa menuntun zaman, agar umat Islam selalu menemukan jawaban atas suatu persoalan baru yang muncul. Karena zaman akan selalu berkembang sedangkan ketentuan hukum juga harus selalu diperlukan adanya ijtihad baru yang relevan dengan perkembangan zaman.

Adapun masalah akhlak tasawwuf yaitu menyangkut persoalan etika atau moral yang harus dimiliki oleh umat Islam pada umumnya dan generasi muslim pada khususnya, agar mereka tidak mengalami dekadensi moral. Revolusi Industri yang terkait dengan modernisasi dan globalisasi tidak sedikit menyebabkan manusia kehilangan pegangan, bertindak masa bodoh, plin-plan, terjebak pada perbuatan amoral, dan terpengaruh oleh tindak pidana narkoba, baik statusnya sebagai pengkonsumsi, pengedar, ataupun bandarnya. Kesemuanya harus ditanggulangi sedini mungkin dengan memberikan pemahaman secara rutin dalam bentuk reaktualisasi nilai-nilai ajaran al-Qur’an yang kerap sekali dengan ajaran akhlaq dan moral bagi umat Islam.

Ketiga, mereformulasi nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan. Mereformulasi artinya melakukan format baru terhadap pemahaman nilai-nilai ajaran al-Qur’an. Reformulasi meliputi pada pemahaman terhadap isi kandungan al-Qur’an dan berupa metode dalam mengaktulisasikan nilai-nilai al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan agar pesan moral al-Qur’an dapat dipahami secara betul dan relevan serta dapat diamalkan secara baik dalam segala lini kehidupan, terutama dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

Pertama, reformulasi dalam memahami isi kandungan al-Qur’an. Dalam memahami kandungan al-Qur’an tidak berpaku pada tekstualitas ayat saja, akan tetapi juga harus berpijak pada kontekstualitasnya. Pemahaman secara kontekstual dapat ditelisik dari perspektif azbab al-Nuzul ayat atau surat, segi historisitasnya dan juga dari sisi kondisi sosial budaya (sosio kultur) pada masa dahulu ketika awal diturunkannya ayat tersebut dan sosio kultur pada masa sekarang atau masa-masa yang akan datang. Dengan kata lain melakukan interpretasi ulang terhadap pesan moral al-Qur’an yang menjadi acuan umat Islam sampai pada akhir masa. Agar nilai-nilai ajaran al-Qur’an tetap relevan dalam segala zaman, tempat dan waktu. Kedua, mereformulasi metode dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran al-Qur’an. Meminjam bahasanya Quraisy Syihab bahwa al-Qur’an harus dibumikan, artinya al-Qur’an yang notabene bersumber dari langit (agama samawi) harus dapat dipahami isi kandungannya oleh umat manusia yang ada seluruh bumi ini. Pesan moral al-Qur’an sebagai titah ilahi yang bersifat normatif seyogianya dapat tersampaikan kepada penduduk bumi, terutama umat

(7)

190

Islam sesuai dengan kehendak pemberi titah yakni Allah SWT. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya metode yang cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan moral tersebut. Dalam al-Qur’an Allah telah memberikan pilihan terbaik dalam menyampaikan dakwah Islamiyah, terkait dengan penyampaian pesan moral al-Qur’an yaitu; (1) metode hikmah, (2) metode mau’idzah hasanah dan (3) metode mujadalah (diskusi). Ketiganya merupakan metode yang sangat bagus untuk diterapkan terutama di era revolusi industri saat ini. Hanya saja dapat dipilih metode yang relevan sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga al-Qur’an dapat dipahami dengan baik dan benar dan dapat diamalkan dalam segala aspek kehidupan yang dapat menjadi bekal dalam menghadapi modernisasi dan globalisasi.

PENUTUP

Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia (hudan linnas) harus dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar hidup dapat terarah menuju pada jalan kebenaran, terlebih pada masa modern saat ini yang terkenal dengan revolusi industri 4.0. Maka dituntut untuk lebih mempersiapkan diri dengan memperkuat nilai-nilai Qur’ani untuk membendung efek negatif yang kerapkali muncul sebagai wujud dari perkembangan IPTEK. Salah satu upaya sebagai tindakan preventif dan antisipatif yaitu dengan melakukan reaktualisasi dan reformulasi nilai-nilai Qur’ani dalam berbagai aspek dan lini kehidupan. Wallahu A’lam Bissawab.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2007.

Abdul Wahhab Khallaf, ‘Ilmu Usul al-Fiqh, Terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Talhah Mansoer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997. Manna al-Qattan, Mabahith Fi ‘Ulum al-Qur’an. Riyadh: Manshurat al-Ashr al-Hadith, tt. Muhammad Ali al-Sabuny, Al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyyah,

2003.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994.

Said Aqil Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press, 2003.

Shindhunata, Menggagas Pendidikan Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi, Civil Society Globalisasi. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2000.

S.Lestari & Ngatini, Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010. Suyitiy (al), Abdurrahman ibn Abu Bakar, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an tahqiq Fawwaz Ahmad

Zamarliy. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabiy, 2007.

Zarkashiy (al), Muhammad ibn Abdullah, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an tahqiq Muhammad Abul Fadhl Ibrahim. Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa saran yang bermanfaat untuk menindaklanjuti penelitian ini adalah perlunya dipelajari metode lain dalam penaksiran parameter pada model regresi untuk data panel

Development of DNA molecular marker in gonadal cell identification of giant gouramy (Osphronemus gouramy) and Nile tilapia. giant gouramy (Osphronemus gouramy) and Nile tilapia

Salah satu misi pembangunan yang tertuang dalam GBHN tahun 1999-2004 adalah perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kehidupan yang layak dan

BB081 -Adiatma Yudistira Manogar Siregar, SE.,MEconSt..

Famili Chlorellace memiliki nilai yang tinggi dikarenakan famili tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam berbagai kondisi ekosisem perairan yang tercemar oleh limbah

Preferensi objek wisata tipe mendekati allosentris adalah objek wisata dengan atraksi yang beragam dan banyak aktivitas petualangan yang dapat dilakukan, fasilitas sekunder

Sedangkan PT PJB Muara Karang hanya bertugas membangkitkan tenaga listrik dan mengelola asset pembangkit dengan hasil produksi listrik disalurkan melalui jaringan