• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Keruangan Tipologi Objek Wisata di Kabupaten Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Keruangan Tipologi Objek Wisata di Kabupaten Malang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Keruangan Tipologi Objek Wisata di Kabupaten Malang

Nur Mufidatunnisa1, Dewi Susilowati2, Djamang Ludiro3 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

nurmufidatunnisa@gmail.com

Abstrak

Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang membuat rencana strategis untuk melakukan upaya pengembangan dan segmentasi objek yang menawarkan keanekaragaman potensi daya tarik wisata alam dan buatan sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Namun rencana strategis tersebut belum terlaksana secara efektif sehingga wisatawan belum mendapatkan informasi ruang objek wisata yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tatanan keruangan tipologi objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014 yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Tipologi objek wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing tipologi objek wisata di Kabupaten Malang memiliki pola keruangan yang berbeda. Tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di berbagai jarak dari pusat Kota Malang dan tipe objek wisata mendekati psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat hingga sedang dari pusat Kota Malang. Tipe objek wisata allosentris dan mendekati allosentris terkonsentrasi di jarak yang jauh dari pusat Kota Malang, sedangkan tipe objek wisata psikosentris terkonsentrasi di jarak yang dekat dari pusat Kota Malang.

Kata Kunci : Tipologi objek wisata, fasilitas wisata, rata-rata jumlah kunjungan wisatawan

Spatial Typology Pattern of Tourism Object in Malang Regency Abstract

In 2013, Malang Regency’s Department of Culture and Tourism created strategic plan for development and segmentation efforts for potential tourism objects that offer diversed nature and artificial attraction according to tourists’ motivation and their needs. However, those strategic plan has not been effectively implemented; tourists do not get the spatial information of tourism objects that was segmented according to the tourists’ motivation and their needs. The purpose of this research is to find out the spatial typology pattern of tourism object in Malang Regency in 2014, segmented according to the tourists’ motivation and their needs. Typology of tourism object is determined by identifying tourists’ facilities and means of tourists’ arrivals. Data analysis methodology that is used in this research are descriptive and spatial approach. The result of this research shows that each typology of tourism object in Malang Regency has a different spatial pattern. The mid-centric type of tourism object spreads equally wide in various distances from central of Malang City and near psychocentric type of tourism object spreads equally wide over close to moderate distances from central of Malang City. The allocentric type and near allocentric type of tourism object are concentrated in a long-distance from central of Malang City, while psychocentric type of tourism object is concentrated in a close-distance from central of Malang City.

(2)

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Dalam sektor pariwisata, semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah maka akan semakin berkembang pula perekonomian daerah tersebut, sebab pariwisata mempunyai peranan sebagai sumber pendapatan daerah. Dalam rangka memanfaatkan peluang dari sektor pariwisata, maka suatu daerah dapat mengembangkan dan mengelola tempat-tempat yang memiliki sumber daya baik alam maupun hasil karya manusia untuk dibangun menjadi objek wisata yang sesuai dengan kebutuhan manusia agar mengundang banyak kunjungan wisatawan (Kurniasti, 2011). Setiap objek wisata memiliki tipologi berbeda yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Tipologi objek wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan. Menurut Plog (1972), tipologi objek wisata terdiri atas lima tipe yaitu objek wisata allosentris, mendekati allosentris, mid-sentris, mendekati psikosentris, dan psikosentris.

Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan potensi pariwisatanya. Hal tersebut dapat dilihat dari visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang untuk mewujudkan Kabupaten Malang sebagai daerah tujuan wisata yang sesungguhnya. Status Kabupaten Malang sebagai wilayah terluas kedua di Jawa Timur dan kondisi geografis yang membentuk bentang alam yang indah serta memiliki beragam daya tarik objek wisata peninggalan sejarah Kerajaan Singosari, budaya, edukasi, agro, hiburan dan rekreasi, membuat Kabupaten Malang memiliki beragam potensi daya tarik objek wisata, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang juga telah membuat rencana strategis untuk melakukan upaya pengembangan dan segmentasi objek yang menawarkan keanekaragaman potensi daya tarik wisata sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, 2013). Namun sayangnya rencana strategis tersebut belum terlaksana secara efektif sehingga wisatawan belum mendapatkan informasi ruang objek wisata yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhannya. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pola keruangan setiap tipologi objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014 yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan.

Penelitian ini dapat menjadi pilihan informasi bagi wisatawan dalam memilih objek wisata yang sesuai dengan motivasi dan kebutuhannya, serta sebagai salah satu sumber acuan

(3)

bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang dalam mengembangkan objek wisatanya secara efektif sesuai dengan segmennya masing-masing.

1.2 Batasan Penelitian

1. Pola keruangan merupakan gambaran tatanan keruangan dari suatu fenomena di permukaan bumi yang disajikan dalam bentuk gambar atau peta. Dalam penelitian ini pola keruangan terbentuk dari tipologi objek wisata di Kabupaten Malang.

2. Tipologi objek wisata adalah kategori-kategori objek wisata yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan, terdiri atas tipe objek wisata allosentris, mendekati allosentris, mid-sentris, mendekati psikosentris, dan psikosentris. Tipologi objek wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan sebagai berikut:

§ Fasilitas primer meliputi site attractions dan event attractions. Identifikasi fasilitas primer digunakan untuk melihat beragam atau tidak beragamnya site attractions suatu objek wisata, ada atau tidaknya event kesenian dan ritual suatu objek wisata, dan aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan di lokasi objek wisata tersebut.

§ Fasilitas sekunder meliputi akomodasi, rumah makan, dan toko cinderamata. Identifikasi fasilitas sekunder digunakan untuk melihat tersedia atau tidak tersedianya sarana penunjang bagi kebutuhan wisatawan.

§ Fasilitas kondisional meliputi kondisi jaringan jalan serta trayek dan jumlah transportasi umum menuju lokasi objek wisata. Kondisi jaringan jalan berupa aspal, makadam (bebatuan), dan tanah. Identifikasi fasilitas kondisional digunakan untuk melihat aksesibilitas atau kemudahan wisatawan mencapai objek wisata tujuannya. § Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan di setiap objek wisata dilihat

berdasarkan jumlah wisatawan yang memiliki retribusi tiket masuk atau yang dicatat oleh pihak pengelola objek wisata dari tahun 2008 – 2013. Rata-rata tersebut digunakan untuk mengetahui ramai atau tidaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata di Kabupaten Malang.

2. Tinjauan Teoritis

Pada tahun 1972, Plog dalam makalahnya yang berjudul Why Destination Areas Rise and Fall in Popularity mengelompokkan wisatawan dari analisis karakteristik psikografis ke dalam lima tipe, yaitu tipe allosentris, mendekati allosentris, mid-sentris, mendekati

(4)

psikosentris, dan psikosentris. Setiap tipe wisatawan tersebut mempunyai gaya wisata dan preferensi destinasi wisata yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut:

1. Allocentric (Allosentris) berasal dari kata allo yang artinya bervariasi. Allosentris juga biasa disebut dengan venturer, yaitu pengambil risiko dan eksplorer. Wisatawan tipe allosentris memiliki motivasi petualangan dan bervariasi dalam hal aktivitas wisatawannya. Preferensi objek wisata tipe allosentris adalah tempat wisata yang masih alami, fasilitas sekunder tidak tersedia, fasilitas kondisional belum dikembangkan sehingga aksesibilitas rendah, wisatawan yang berkunjung juga masih sedikit dan sepi. Disamping itu, tipe objek wisata allosentris memiliki atraksi yang beragam dan banyak aktivitas petualangan yang dapat dilakukan.

2. Near allocentric (Mendekati Allosentris), yaitu wisatawan dengan gaya wisata yang memiliki kesamaan dengan tipe allosentris, yaitu memiliki motivasi petualangan. Preferensi objek wisata tipe mendekati allosentris adalah objek wisata dengan atraksi yang beragam dan banyak aktivitas petualangan yang dapat dilakukan, fasilitas sekunder maupun kondisioal sudah mulai dikembangkan oleh pihak pengelola maupun investor yang mulai bermunculan, jumlah wisatawan yang berkunjung masih sedikit dan sepi tetapi lebih banyak dari tipe objek wisata allosentris. Mereka tentunya ingin mendapatkan pengalaman yang baru dan berbeda dari kehidupan sehari-harinya, tetapi ingin merasakan fasilitas yang sudah mulai dikembangkan juga agar mereka merasa nyaman dan kebutuhan mereka terpenuhi.

3. Mid-centric (Mid-sentris), terletak di antara near allocentric dan near psychocentric. Wisatawan tipe mid-sentris memiliki motivasi yang beragam, tidak terlalu bersifat petualang, tetapi ingin mencoba pengalaman atau sesuatu hal baru yang tidak terlalu menantang dan berisiko, serta ingin juga sekedar menikmati pengalaman wisata untuk mendepatkan pengetahuan baru (edukasi), rekreasi, bersantai, melihat-lihat atau berinteraksi sosial dengan penduduk setempat. Preferensi objek wisata tipe mid-sentris umumnya adalah objek wisata yang terkenal dan sudah dikunjungi oleh teman atau kerabatnya, wisatawan yang berkunjung ramai, menawarkan beragam atraksi dengan fasilitas sekunder standar yang memenuhi kebutuhan wisatawan dan fasilitas kondisional yang sudah dikembangkan dengan baik sehingga aksesibilitas tinggi. Standar yang dimaksud tergantung dari lama waktu dan aktivitas wisatawan ketika berada di lokasi objek wisata.

4. Near psychocentric (Mendekati Psikosentris), yaitu wisatawan dengan gaya wisata yang hampir sama dengan tipe psikosentris, memiliki motivasi untuk rekreasi. Preferensi objek

(5)

wisata tipe psikosentris yaitu objek wisata rekreasi, ketersediaan fasilitas sekunder yang memadai untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, fasilitas kondisional sudah dikembangkan dengan baik, serta ramai wisatawan yang berkunjung. Atraksi yang ditawarkan umumnya tidak beragam sehingga aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan sedikit dan terbatas.

5. Psychocentric (Psikosentris) berasal dari kata psyche yang berarti terpusat. Psikosentris juga biasa disebut dengan dependable, yaitu teguh. Wisatawan tipe psikosentris memiliki motivasi untuk kesenangan pribadi dengan kegiatan rekreasi, bersantai, bersenang-senang, mencari hiburan, dan tidak berjiwa petualang (Syamsu, 2000). Preferensi objek wisata tipe psikosentris yaitu objek wisata yang sudah terkenal dan biasa saja, banyak dan ramai wisatawan yang berkunjung, menawarkan atraksi yang beragam agar wisatawan tidak merasa bosan dan banyak aktivitas yang dapat dilakukan di lokasi objek wisata. Fasilitas sekunder tersedia lengkap dan fasilitas kondisional sudah dikembangkan dengan baik sehingga aksesibilitas tinggi. Tipe objek wisata psikosentris juga mementingkan kenyamanan serta keamanan wisatawan ketika di lokasi objek wisata.

Menurut Litvin (2006), teori Plog ini sangat efektif untuk memberikan saran kepada wisatawan mengenai objek wisata ideal yang ingin dikunjungi, sesuai dengan motivasi wisatawan tersebut. Pada gambar 1 terlihat bahwa pada tahun 1972 Plog tidak hanya mengelompokkan tipe wisatawan saja, melainkan juga menempatkan posisi beberapa destinasi wisata untuk setiap tipe wisatawannya. Kemudian Plog melanjutkan penelitiannya kembali pada tahun 2001 dalam jurnal yang berjudul Why Destination Areas Rise and Fall in Popularity dengan menambahkan beberapa destinasi wisata dan seiring berkembangnya waktu serta perencanaan yang dibentuk oleh pihak pengelola destinasi wisata, terdapat beberapa destinasi wisata yang mengalami perubahan tipologi destinasi wisatanya yang dapat dilihat pada gambar 2.

[Sumber: Plog, 1972]

(6)

[Sumber: Plog, 2001]

Gambar 2. Penempatan Posisi Destinasi Wisata oleh Plog Tahun 2001

3. Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian

1. Fasilitas wisata meliputi fasilitas primer (site attractions dan event attractions), fasilitas sekunder (akomodasi, rumah makan, dan toko cinderamata), dan fasilitas kondisional (kondisi jaringan jalan serta trayek dan jumlah transportasi umum).

2. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan di setiap objek wisata di Kabupaten Malang.

3.2 Pengumpulan Data

Data sekunder didapatkan melalui instansi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Malang, serta pihak pengelola objek wisata di Kabupaten Malang. Data sekunder yang didapatkan berupa data tabular site attractions dan event attractions setiap objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014, data tabular ketersediaan akomodasi, rumah makan, dan toko cinderamata setiap objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014, data tabular trayek dan jumlah transportasi umum menuju objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014, data tabular jumlah kunjungan wisatawan tahunan setiap objek wisata di Kabupaten Malang dari tahun 2008 – 2013, dan peta jaringan jalan tahun 2009.

Data primer didapatkan dari hasil observasi lapang yang bertujuan untuk validasi hasil pengolahan data sekunder berupa fasilitas primer, fasilitas sekunder, fasilitas kondisional, dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di setiap tipologi objek wisata di Kabupaten Malang.

Atlantic City Myrtle Beach Beach Resorts Indian Casinos Hollywood Theme Parks Honolulu Carribean Cruises Escorted Tours (U.S. and Europe) Las Vegas Florida Kansas Alaska Cruises U.S. Parks Los Angeles New York City

London Rome Italy Hawaii Montana Bermuda Paris Hongkong China (Big Cities) Egypt Thailand Kenya Africa Expedition Travel New Zealand Russia Tahiti Amazon Nepal Fiji Antartica Psychocentric Near Psychocentric Midcentric Near Allocentric Allocentric

(7)

Validasi tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara terbuka kepada pihak pengelola objek wisata dan wisatawan yang berkunjung, serta mendokumentasikan fasilitas yang terlihat dengan menggunakan kamera dijital. Validasi objek wisata diambil berdasarkan sampel objek wisata yang ditentukan dengan menggunakan metode quota sampling sehingga tidak semua objek wisata dikunjungi dan divalidasi. Sampel yang diambil berjumlah 17 objek wisata, mewakili setiap tipologi objek wisata berdasarkan jenis objek wisata (alam dan buatan) serta jaringan jalan yang mudah dilalui (aspal). Tipe objek wisata allosentris tidak memiliki objek wisata dengan kondisi jaringan jalan berupa aspal tetapi tipe objek wisata tersebut tetap harus divalidasi. Setelah mendapatkan sampel objek wisata, dilanjutkan pengambilan sampel responden wisatawan dengan menggunakan metode convenience sampling di setiap tipologi objek wisata tersebut. Pertanyaan yang diajukan kepada wisatawan yaitu mengenai umur, kondisi wisatawan saat berkunjung (sendiri atau bersama dengan pasangan, teman, dan keluarga), dan aktivitas di lokasi objek wisata.

3.3 Pengolahan Data

1. Membuat peta klasifikasi site attractions menjadi beragam (lebih dari satu sites) dan tidak beragam (hanya terdapat satu site).

2. Membuat peta klasifikasi ada atau tidaknya event attractions berupa kesenian dan ritual. 3. Membuat pendataan secara tabular event attractions berupa aktivitas wisatawan pada

setiap objek wisata yang terdiri atas aktivitas petualangan maupun yang bukan berupa petualangan.

4. Membuat peta klasifikasi fasilitas sekunder menjadi lengkap (setiap jenis fasilitas sekunder tersedia), tidak lengkap (tidak semua jenis fasilitas sekunder tersedia), dan tidak ada atau tidak tersedianya fasilitas sekunder pada suatu objek wisata.

5. Membuat tabel matriks aksesibilitas menuju objek wisata di Kabupaten Malang berdasarkan kondisi jaringan jalan dan ketersediaan transportasi umum seperti tabel 1.

Tabel 1. Matriks Aksesibilitas Transportasi Umum

Dilewati Transportasi Umum Tidak Dilewati Transportasi Umum

Kondisi Jalan

Aspal Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas Sedang

Makadam dan Tanah Aksesibilitas Sedang Aksesibilitas Rendah [Sumber: Penulis dan Pengolahan Data, 2014]

Berdasarkan matriks tersebut, klasifikasi aksesibilitas di Kabupaten Malang dibagi menjadi aksesibilitas tinggi (aspal dan mudah dilewati oleh wisatawan yang menggunakan transportasi umum dan kendaraan pribadi), sedang (aspal dan tidak dilewati transportasi umum sehingga hanya mudah dilewati oleh wisatawan yang

(8)

membawa kendaraan pribadi), dan rendah (makadam dan tanah serta tidak dilewati transportasi umum sehingga sulit untuk dilewati wisatawan).

6. Membuat peta klasifikasi rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan di setiap objek wisata, terbagi menjadi tinggi (>34.000 orang/tahun) yang memiliki makna bahwa kunjungan wisatawan pada suatu objek wisata selalu ramai, sedang (17.000 – 34.000 orang/tahun) yang memiliki makna bahwa kunjungan wisatawan pada suatu objek wisata terkadang ramai dan sepi, dan rendah (<17.000 orang/tahun) yang memiliki makna bahwa kunjungan wisatawan pada suatu objek wisata sepi. Klasifikasi tersebut berdasarkan pembagian nilai range dan banyaknya kelas sehingga didapatkan nilai interval.

7. Menentukan dan membuat peta tipologi objek wisata di Kabupaten Malang dari hasil identifikasi fasilitas wisata dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan yang dibuat matriks seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Matriks Tipologi Objek Wisata Tipologi Objek Wisata Tipe Allosentris Tipe Mendekati Allosentris Tipe Mid-sentris Tipe Mendekati Psikosentris Tipe Psikosentris Variabel

Site attractions Beragam Beragam Beragam Tidak beragam Beragam

Event attractions

kesenian dan ritual

Ada Ada Ada Tidak ada Ada

Event attractions aktivitas wisatawan Petualangan dan budaya Petualangan dan budaya Petualangan, edukasi, budaya, rekreasi, bersantai, melihat-lihat, atau interaksi sosial Rekreasi Rekreasi, bersantai, senang-senang, dan mencari hiburan Fasilitas sekunder Tidak

tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia

Fasilitas kondisional (aksesibilitas)

Sulit Mudah Mudah Mudah Mudah

Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan

Sepi Sepi Ramai Ramai Ramai

[Sumber: Studi Litelatur dan Pengolahan Data, 2014] 3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif, yaitu menggambarkan tipologi objek wisata di Kabupaten Malang dilihat dari identifikasi fasilitas wisata dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan. Kemudian dianalisis dengan pendekatan keruangan melalui interpretasi peta berdasarkan buffer jarak dari pusat Kota Malang. Buffer jarak tersebut ditentukan dari trayek dan jenis transportasi umum menjadi,

(9)

dekat (<16 km, ditandai dengan 1 kali trayek atau transportasi umum berupa angkutan kota), sedang (16 – 28 km, ditandai dengan 2 kali trayek atau transportasi umum berupa bus sedang dan angkutan pedesaan), dan jauh (>28 km, ditandai dengan 3 kali trayek atau transportasi umum berupa bus besar dan angkutan pedesaan). Unit analisis dalam penelitian ini adalah jarak.

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Tipologi Objek Wisata

Tipologi objek wisata dikaji dengan identifikasi fasilitas primer (site attractions dan event attractions), pengembangan fasilitas sekunder dan fasilitas kondisional, serta rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan di setiap objek wisata di Kabupaten Malang. Pada gambar 3, terlihat objek wisata mana saja yang termasuk tipe allosentris, mendekati allosentris, mid-sentris, mendekati psikosentris, dan psikosentris. Persentase tertinggi sebesar 60% (dibulatkan) yaitu tipe objek wisata mid-sentris dengan jumlah 25 objek wisata. Kemudian diikuti dengan tipe objek wisata mendekati allosentris dengan jumlah delapan objek wisata atau persentase sebesar 19% (dibulatkan). Tipe objek wisata mendekati psikosentris diurutan ketiga dengan jumlah empat objek wisata atau persentase sebesar 10% (dibulatkan). Kemudian tipe objek wisata allosentris berjumlah tiga objek wisata atau persentase sebesar 7% (dibulatkan). Diurutan terakhir adalah tipe objek wisata psikosentris berjumlah dua objek wisata atau persentase sebesar 5% (dibulatkan).

4.1.1 Tipe Objek Wisata Allosentris

Berdasarkan matriks tipologi objek wisata pada tabel 2, tipe objek wisata allosentris berjumlah tiga objek wisata alam, yaitu Lembah Kera, Coban Jahe, dan Pulau Sempu. Matriks tipe objek wisata allosentris pada setiap objek wisata dan variabelnya dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3. Matriks Tipe Objek Wisata Allosentris

Variabel Site attractions Event attractions kesenian dan ritual Event attractions aktivitas wisatawan Fasilitas sekunder Fasilitas kondisional (aksesibilitas) Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan Objek wisata

Lembah Kera beragam Tidak Tidak ada Petualangan tersedia Tidak Rendah Rendah

Coban Jahe beragam Tidak Tidak ada dan bersantai Petualangan tersedia Tidak Rendah Rendah

Pulau Sempu Beragam Ada Petualangan dan rekreasi tersedia Tidak Rendah Rendah

(10)

Dari ketiga objek wisata tersebut, objek wisata yang paling sesuai dengan matriks tipe allosentris adalah Pulau Sempu. Objek wisata lainnya yaitu Lembah Kera dan Coban Jahe termasuk dalam tipe objek wisata allosentris karena dilihat dari variabelnya sebagian besar sesuai dengan matriks tipe allosentris. Aktivitas wisatawan pada objek wisata Lembah Kera berupa aktivitas petualangan seperti berkemah, panjat tebing, dan trekking, tetapi aktivitas wisatawan pada objek wisata Coban Jahe tidak hanya petualangan saja melainkan juga bersantai sambil menikmati keindahan panorama alam. Fasilitas sekunder pada kedua objek wisata tersebut tidak tersedia, aksesibilitas rendah, dan rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjung masih sepi, termasuk dalam klasifikasi rendah.

Berdasarkan hasil wawancara kepada wisatawan yang mengunjungi tipe objek wisata allosentris, wisatawan yang berkunjung memiliki motivasi khusus akan aktivitas petualangan, mendapatkan pengalaman baru di alam bebas yang jauh dari kehidupan sehari-hari, dan berekreasi. Wisatawan yang berkunjung umumnya memiliki fisik yang kuat dari golongan umur remaja hingga dewasa, bepergian sendiri, bersama teman maupun kelompok pecinta alam.

4.1.2 Tipe Objek Wisata Mendekati Allosentris

Berdasarkan matriks tipologi objek wisata pada tabel 2, tipe objek wisata mendekati allosentris berjumlah delapan objek wisata, terdiri atas lima objek wisata alam dan tiga objek wisata buatan. Tipe objek wisata alam mendekati allosentris yaitu Kasembon Rafting, Petungsewu Wildlife Education Center (PWEC), Pantai Kondang Merak, Pantai Ngantep, dan Pantai Goa Cina, sedangkan objek wisata buatannya yaitu Kampung Ekowisata Bendosari, Desa Wisata Ngadas, dan Desa Wisata Poncokusumo. Matriks tipe objek wisata mendekati allosentris pada setiap objek wisata dan variabelnya dapat dilihat dalam tabel 4.

Dari kedelapan objek wisata tersebut, objek wisata yang paling sesuai dengan matriks tipe mendekati allosentris adalah Kampung Ekowisata Bendosari dan Desa Wisata Ngadas. Objek wisata lainnya yaitu Kasembon Rafting, PWEC, Pantai Kondang Merak, Pantai Ngantep, Pantai Goa Cina, dan Desa Wisata Poncokusumo juga termasuk dalam tipe mendekati allosentris meskipun tidak terdapat event attractions kesenian dan ritual serta beberapa objek wisata masih belum mengembangkan fasilitas kondisionalnya sehingga aksesibilitas rendah. Dilihat dari variabel lainnya, objek wisata tersebut memiliki site attractions beragam, tersedia fasilitas sekunder dengan lengkap maupun tidak lengkap, dan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan termasuk dalam klasifikasi rendah yang berarti kunjungan wisatawan masih sepi. Aktivitas utama yang dapat dilakukan wisatawan adalah

(11)

petualangan seperti berkemah, arung jeram, motor trail, offroad, trekking, hill walking, outbound adventure, serta mempelajari kebudayaan dan aktivitas penduduk setempat. Aktivitas lainnya yaitu bersantai, ritual, dan mendapatkan pengetahuan baru (edukasi).

Tabel 4. Matriks Tipe Objek Wisata Mendekati Allosentris

Variabel Site attractions Event attractions kesenian dan ritual Event attractions aktivitas wisatawan Fasilitas sekunder Fasilitas kondisional (aksesibilitas) Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan Objek wisata

Kasembon Rafting Beragam Tidak ada Petualangan Lengkap Tinggi Rendah

PWEC Beragam Tidak ada Petualangan dan edukasi Lengkap Sedang Rendah

Pantai Kondang

Merak Beragam Tidak ada

Petualangan

dan bersantai Lengkap Rendah Rendah

Pantai Ngantep Beragam Tidak ada

Petualangan, bersantai dan

ritual Lengkap Rendah Rendah

Pantai Goa Cina Beragam Tidak ada dan bersantai Petualangan lengkap Tidak Rendah Rendah

Kampung Ekowisata Bendosari

Beragam Ada Petualangan dan edukasi Lengkap Sedang Rendah

Desa Wisata

Ngadas Beragam Ada

Petualangan dan edukasi

Tidak

lengkap Tinggi Rendah

Desa Wisata

Poncokusumo Beragam Tidak ada

Petualangan dan edukasi

Tidak

lengkap Tinggi Rendah

[Sumber: Pengolahan Data, 2014]

Berdasarkan hasil wawancara kepada wisatawan yang mengunjungi tipe objek wisata mendekati allosentris, wisatawan yang berkunjung memiliki motivasi khusus akan aktivitas petualangan, mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru (edukasi), serta bersantai. Wisatawan yang berkunjung umumnya berumur remaja hingga dewasa yang bepergian sendiri maupun berkelompok bersama teman dan keluarga.

4.1.3 Tipe Objek Wisata Mid-sentris

Berdasarkan matriks tipologi objek wisata pada tabel 2, tipe objek wisata mid-sentris berjumlah 25 objek wisata, terdiri atas sembilan objek wisata alam dan 16 objek wisata buatan. Tipe objek wisata alam mid-sentris yaitu Gunung Bromo, Pantai Balekambang, Pantai Pasir Panjang, Pantai Ngliyep, Pantai Bajulmati, Pantai Sendang Biru, Pantai Tamban Indah, Coban Rondo, dan Coban Pelangi. Sedangkan objek wisata buatannya yaitu Bendungan Selorejo, Bendungan Sutami-Lahor, Kebun Teh Wonosari, Pesarean Gunung Kawi, Pondok Pesantren Bihaaru Bahri, Wisata Petik Jeruk Selorejo, Agro Tawon Rimba Raya, Candi Singosari, Candi Badut, Candi Jago, Candi Kidal, Candi Sumberawan, Arca Dwarapala, Museum Zoologi Frater Vianney, Museum Kesehatan Jiwa, dan Pemandian Watu Gede. Matriks tipe objek wisata mid-sentris pada setiap objek wisata dan variabelnya dapat dilihat dalam tabel 5.

(12)

Tabel 5. Matriks Tipe Objek Wisata Mid-sentris Variabel Site attractions Event attractions kesenian dan ritual Event attractions

aktivitas wisatawan sekunder Fasilitas

Fasilitas kondisional (aksesibilitas) Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan Objek wisata

Gunung Bromo Beragam Ada Petualangan, rekreasi, bersantai dan ritual Lengkap Tinggi Tinggi

Pantai

Balekambang Beragam Ada Petualangan, rekreasi dan bersantai Lengkap Tinggi Tinggi

Pantai Pasir

Panjang Beragam Tidak ada

Petualangan, rekreasi

dan ritual Lengkap Tinggi Sedang

Pantai Ngliyep Beragam Ada Petualangan, rekreasi, bersantai dan ritual Lengkap Tinggi Sedang

Pantai Bajulmati Beragam Tidak ada Petualangan, rekreasi dan bersantai lengkap Tidak Sedang Rendah

Pantai Sendang

Biru Beragam Ada Petualangan, rekreasi dan bersantai Lengkap Tinggi Sedang

Pantai Tamban

Indah Beragam Tidak ada

Petualangan, rekreasi

dan bersantai Lengkap Tinggi Rendah

Coban Rondo Beragam Tidak ada Petualangan, rekreasi, bersantai dan

melihat-lihat Lengkap Tinggi Tinggi

Coban Pelangi Beragam Tidak ada Petualangan, rekreasi dan bersantai Lengkap Tinggi Rendah

Bendungan

Selorejo Beragam Ada

Petualangan, rekreasi, bersantai dan

melihat-lihat

Lengkap Tinggi Tinggi

Bendungan

Sutami-Lahor Beragam Ada

Petualangan, rekreasi, bersantai dan

melihat-lihat

Lengkap Tinggi Tinggi

Kebun Teh

Wonosari Beragam Tidak ada

Petualangan, rekreasi, bersantai dan

melihat-lihat Lengkap Tinggi Tinggi

Pesarean Gunung

Kawi Beragam Ada Ritual dan melihat-lihat Lengkap Tinggi Tinggi

Pondok Pesantren

Bihaaru Bahri Beragam Ada

Bersantai dan melihat-lihat

Tidak

lengkap Tinggi Tinggi

Wisata Petik

Jeruk Selorejo Beragam Ada Petualangan, edukasi, rekreasi dan bersantai lengkap Tidak Sedang Rendah

Agro Tawon Rimba Raya

Tidak

beragam Tidak ada

Edukasi, rekreasi dan bersantai

Tidak

lengkap Tinggi Rendah

Candi Singosari beragam Tidak Tidak ada Edukasi, bersantai dan melihat-lihat lengkap Tidak Tinggi Sedang

Candi Badut beragam Tidak Ada Edukasi, bersantai dan melihat-lihat lengkap Tidak Tinggi Rendah

Candi Jago beragam Tidak Tidak ada Edukasi, bersantai dan melihat-lihat lengkap Tidak Tinggi Rendah

Candi Kidal beragam Tidak Tidak ada Edukasi, bersantai dan melihat-lihat Lengkap Sedang Rendah

Candi

Sumberawan Beragam Ada

Edukasi, ritual, bersantai dan melihat-lihat

Tidak

lengkap Rendah Sedang

Arca Dwarapala beragam Tidak Tidak ada Edukasi dan melihat-lihat lengkap Tidak Tinggi Rendah

Museum Zoologi

Frater Vianney beragam Tidak Tidak ada Edukasi dan melihat-lihat Tidak ada Sedang Rendah

Museum

Kesehatan Jiwa beragam Tidak Tidak ada Edukasi dan melihat-lihat Tidak ada Tinggi Rendah

Pemandian Watu

Gede Beragam Ada Edukasi, ritual, bersantai dan melihat-lihat lengkap Tidak Tinggi Rendah

[Sumber: Pengolahan Data, 2014]

Dari 25 objek wisata tersebut, objek wisata yang paling sesuai dengan matriks tipe mid-sentris adalah Gunung Bromo, Pantai Balekambang, Pantai Sendang Biru, Pantai

(13)

Ngliyep, Bendungan Selorejo, Bendungan Sutami-Lahor, Pesarean Gunung Kawi, dan Pondok Pesantren Bihaaru Bahri. Objek wisata lainnya yaitu Pantai Pasir Panjang, Pantai Bajulmati, Pantai Tamban Indah, Coban Rondo, Coban Pelangi, dan Kebun Teh Wonosari tidak terdapat event attractions kesenian dan ritual serta terdapat beberapa objek wisata dengan rata-rata jumlah kunjungan wisatawan yang termasuk dalam klasifikasi rendah yang berarti kunjungan wisatawan sepi. Meskipun demikian, objek wisata tersebut memiliki site attractions beragam, aktivitas wisatawan berupa petualangan dan yang bukan berupa petualangan, tersedianya fasilitas sekunder, serta aksesibilitasnya termasuk dalam klasifikasi sedang dan tinggi. Aktivitas petualangan yang dapat dilakukan seperti berkemah, memancing, menyelam, water sport, bike riding, trekking, outbound adventure, motor trail, offroad, dan mendaki gunung. Sedangkan aktivitas yang bukan berupa petualangan seperti mendapatkan pengetahuan baru (edukasi), melakukan ritual, rekreasi, bersantai, dan melihat-lihat.

Pada objek wisata edukasi dan peninggalan sejarah seperti Wisata Petik Jeruk Selorejo, Agro Tawon Rimba Raya, Candi Singosari, Candi Badut, Candi Jago, Candi Kidal, Candi Sumberawan, Arca Dwarapala, Museum Zoologi Frater Vianney, Museum Kesehatan Jiwa, dan Pemandian Watu Gede tidak memiliki aktivitas petualangan yang dapat dilakukan oleh wisatawan dan terdapat beberapa objek wisata dengan variabel yang tidak sesuai dengan matriks tipe mid-sentris. Meskipun tidak terdapat aktivitas petualagan pada objek wisata tersebut, tetapi objek wisata tersebut menawarkan aktivitas lainnya yang akan menambah pengalaman baru tanpa melakukan kegiatan yang ekstrem seperti mendapatkan pengetahuan baru (edukasi), melakukan ritual, rekreasi, bersantai, dan melihat-lihat. Hal tersebut sesuai dengan matriks tipe objek wisata mid-sentris.

Berdasarkan hasil wawancara kepada wisatawan yang mengunjungi tipe objek wisata mid-sentris, wisatawan yang berkunjung dari berbagai golongan umur yang bepergian sendiri maupun bersama pasangan, teman, dan keluarga.

4.1.4. Tipe Objek Wisata Mendekati Psikosentris

Berdasarkan matriks tipologi objek wisata pada tabel 2, tipe objek wisata mendekati psikosentris berjumlah empat objek wisata buatan yang bertemakan rekreasi pemandian. Objek wisata tersebut yaitu Pemandian Dewi Sri, Pemandian Metro, Pemandian Kendedes, dan Pemandian Sumber Waras. Matriks tipe objek wisata mendekati psikosentris pada setiap objek wisata dan variabelnya dapat dilihat dalam tabel 6.

(14)

Tabel 6. Matriks Tipe Objek Wisata Mendekati Psikosentris Variabel Site attractions Event attractions kesenian dan ritual Event attractions aktivitas wisatawan Fasilitas sekunder Fasilitas kondisional (aksesibilitas) Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan Objek Wisata

Pemandian Dewi Sri beragam Tidak Tidak ada Rekreasi lengkap Tidak Tinggi Sedang

Pemandian Metro Beragam Tidak ada Rekreasi lengkap Tidak Tinggi Sedang

Pemandian Kendedes Beragam Ada Rekreasi lengkap Tidak Tinggi Sedang

Pemandian Sumber

Waras Beragam Tidak ada Rekreasi

Tidak

lengkap Tinggi Sedang

[Sumber: Pengolahan Data, 2014]

Dari keempat objek wisata tersebut, objek wisata yang paling sesuai dengan matriks tipe mendekati psikosentris adalah Pemandian Dewi Sri. Objek wisata lainnya yaitu Pemandian Metro, Pemandian Kendedes, dan Pemandian Sumber Waras memiliki site attractions beragam, tetapi dilihat dari variabel lainnya sesuai dengan matriks tipe mendekati psikosentris. Berdasarkan hasil wawancara kepada wisatawan yang mengunjungi tipe objek wisata mendekati psikosentris, wisatawan yang berkunjung dari berbagai golongan umur yang bepergian dengan teman maupun keluarga.

4.1.5 Tipe Objek Wisata Psikosentris

Berdasarkan matriks tipologi objek wisata pada tabel 2, tipe objek wisata psikosentris berjumlah dua objek wisata buatan, yaitu Taman Wisata Air Wendit dan Taman Rekreasi Sengkaling. Matriks tipe objek wisata psikosentris pada setiap objek wisata dan variabelnya dapat dilihat dalam tabel 7.

Tabel 7. Matriks Tipe Objek Wisata Psikosentris

Variabel Site attractions Event attractions kesenian dan ritual Event attractions

aktivitas wisatawan sekunder Fasilitas

Fasilitas kondisional (aksesibilitas) Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan Objek wisata Taman Wisata Air Wendit Beragam Ada Rekreasi, bersantai, senang-senang, berolahraga dan melihat-lihat

Lengkap Tinggi Tinggi

Taman Rekreasi Sengkaling Beragam Ada Rekreasi, bersantai, senang-senang, berolahraga dan melihat-lihat

Lengkap Tinggi Tinggi

[Sumber: Pengolahan Data, 2014]

Kedua objek wisata tersebut sesuai dengan matriks tipe objek wisata psikosentris jika dilihat dari variabelnya karena memiliki site attractions beragam dan terdapat event kesenian tahunan berupa hiburan musik dengan mendatangkan band-band terkenal. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan pun beragam, seperti rekreasi, bersantai, bersenang-senang, berolahraga, dan melihat-lihat. Fasilitas sekunder sudah tersedia dengan lengkap dan fasilitas

(15)

kondisional telah dikembangkan dengan baik berada di tipe jaringan jalan arteri dengan kondisi jaringan jalan aspal dan dilewati transportasi umum sehingga aksesibilitasnya termasuk dalam klasifikasi tinggi. Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan tahunan termasuk dalam klasifikasi tinggi yang berarti kunjungan wisatawan selalu ramai di setiap harinya. Berdasarkan hasil wawancara kepada wisatawan yang mengunjungi tipe objek wisata psikosentris, wisatawan yang berkunjung dari berbagai golongan umur, bepergian dengan pasangan, teman, dan keluarga.

4.2 Pola Keruangan Tipologi Objek Wisata

Pola keruangan dalam penelitian ini berdasarkan jarak dari Pusat Kota Malang yang terdiri atas tiga kelas yaitu, dekat (<16 km), sedang (16 – 28 km), dan jauh (>28 km), dapat dilihat pada gambar 3. Kota Malang sebagai acuan jarak menuju objek wisata di Kabupaten Malang karena merupakan pusat peninggalan sejarah, budaya, pemerintahan, dan aktivitas penduduk Malang, serta tempat keluar masuknya wisatawan yang berasal dari luar Malang.

4.2.1. Pola Keruangan Tipe Objek Wisata Allosentris

Pada gambar 3, tipe objek wisata allosentris dominan mengelompok di jarak yang jauh

(>28 km) dari pusat Kota Malang. Penggunaan tanah sekitar berupa hutan dan kebun campuran yang jauh dari permukiman penduduk dimana aktivitas penduduk rendah. Kondisi jaringan jalan berupa makadam dan tanah serta tidak dilewati transportasi umum sehingga aksesibilitas rendah. Wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang tidak terbatas dengan lama perjalanan satu hari penuh atau biasa dikenal dengan one day tour, seperti ketika berkunjung ke Pulau Sempu. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan tiga trayek transportasi umum dan dilanjutkan dengan trekking menuju Laguna Segara Anakan di Pulau Sempu.

4.2.2 Pola Keruangan Tipe Objek Wisata Mendekati Allosentris

Pada gambar 3, tipe objek wisata mendekati allosentris dominan mengelompok di jarak yang jauh (>28 km) dari pusat Kota Malang. Kondisi jaringan jalan menuju objek wisatanya sebagian besar sudah beraspal tetapi tidak dilalui transportasi umum. Hal tersebut menyebabkan aksesibilitasnya termasuk dalam klasifikasi sedang. Penggunaan tanah sekitar pada tipe objek wisata mendekati allosentris berupa hutan, kebun campuran, semak, dan permukiman penduduk yang sedikit dimana aktivitas penduduk rendah. Wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang tidak terbatas dengan lama perjalanan satu hari penuh atau biasa dikenal dengan one day tour, seperti ketika berkunjung ke Kasembon Rafting.

(16)

Kasembon Rafting berada di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kediri. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan angkutan kota dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju terminal Landungsari yang terletak di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, dan kemudian dilanjutkan menggunakan bus besar dengan trayek Kabupaten Malang menuju Kabupaten Kediri.

4.2.3 Pola Keruangan Tipe Objek Wisata Tipe Mid-sentris

Pada gambar 3, tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di jarak yang dekat (<16 km), sedang (16 – 28 km), dan jauh (>28 km) dari pusat Kota Malang. Penggunaan tanah sekitar pada tipe objek wisata mid-sentris berupa permukiman padat, sawah, kebun campuran, hutan, semak, dan tegalan dimana terdapat aktivitas penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut yang menyebabkan pembangunan prasarana jaringan jalan dengan baik. Kondisi jaringan jalan aspal dan sebagian besar objek wisatanya dilewati transportasi umum sehingga aksesibilitas tinggi.

Pada objek wisata di jarak yang dekat (<16 km) dari pusat Kota Malang, wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang terbatas dengan lama perjalanan setengah hari atau biasa dikenal dengan half day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan satu trayek transportasi umum, seperti ketika berkunjung ke Agro Tawon Rimba Raya. Objek wisata tersebut berada di tipe jaringan jalan arteri Malang – Pasuruan – Surabaya. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang hanya menggunakan angkutan kota dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Pada objek wisata di jarak yang sedang (16 – 28 km) dari pusat Kota Malang, wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang tidak terbatas dengan lama perjalanan satu hari atau biasa dikenal dengan one day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan dua trayek transportasi umum, seperti ketika berkunjung ke Kebun Teh Wonosari. Transportasi umum pertama yang digunakan berupa angkutan kota dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Kemudian dilanjutkan menggunakan angkutan pedesaan dengan trayek Sumber Porong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang menuju Wonosari, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Pada objek wisata di jarak yang jauh (>28 km) dari pusat Kota Malang, wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang tidak terbatas dengan lama perjalanan satu hari atau biasa dikenal dengan one day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang

(17)

menggunakan tiga trayek transportasi umum, seperti ketika berkunjung ke Gunung Bromo. Transportasi umum yang digunakan pertama berupa angkutan kota dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju terminal APK Tumpang yang terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Kemudian dilanjutkan menggunakan angkutan pedesaan dengan trayek Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang menuju Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan dilanjutkan kembali menggunakan angkutan pedesaan dengan trayek Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang menuju Gunung Bromo. Objek wisata mid-sentris di jarak yang jauh (>28 km) dari pusat Kota Malang ada yang hanya dilalui satu dan dua trayek transportasi umum, tetapi jenis transportasinya berupa bus besar dan angkutan pedesaan yang melayani rute jarak jauh dan jumlahnya terbatas.

4.2.4 Pola Keruangan Tipe Objek Wisata Mendekati Psikosentris

Pada gambar 3, tipe objek wisata mendekati psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat (<16 km) dan sedang (16 – 28 km) dari pusat Kota Malang. Penggunaan tanah sekitar pada tipe objek wisata mendekati psikosentris berupa permukiman padat, sawah, dan tegalan dimana terdapat aktivitas penduduk yang tinggi. Kondisi jaringan jalan aspal dan seluruh objek wisatanya dilewati transportasi umum sehingga aksesibilitas tinggi.

Pada objek wisata di jarak yang dekat (<16 km) dari pusat Kota Malang, wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang terbatas dengan lama perjalanan setengah hari atau biasa dikenal dengan half day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan transportasi umum berupa angkutan kota, seperti ketika berkunjung ke Pemandian Sumber Waras dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Pada objek wisata di jarak yang sedang (16 – 28 km) dari pusat Kota Malang, wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang tidak terbatas dengan lama perjalanan satu hari atau biasa dikenal dengan one day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan transportasi umum berupa bus sedang, seperti ketika berkunjung ke Pemandian Dewi Sri. Transportasi umum yang digunakan pertama berupa angkutan kota dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju terminal Landungsari yang terletak di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, dan kemudian dilanjutkan menggunakan bus sedang dengan trayek Kabupaten Malang menuju Kabupaten Kediri. Objek wisata di jarak yang sedang (16 – 28 km) dari pusat Kota Malang ada yang hanya dilalui satu trayek transportasi umum, tetapi jenis transportasinya berupa bus sedang.

(18)

4.2.5 Pola Keruangan Tipe Objek Wisata Psikosentris

Pada gambar 3, tipe objek wisata psikosentris berada di jarak yang dekat (<16 km)

dari pusat Kota Malang. Penggunaan tanah sekitar tipe objek wisata psikosentris berupa permukiman padat dan sawah dimana terdapat aktivitas penduduk yang tinggi. Kondisi jaringan jalan aspal dan seluruh objek wisatanya dilewati transportasi umum sehingga aksesibilitas tinggi. Wisatawan yang berkunjung memiliki waktu yang terbatas dengan lama perjalanan setengah hari atau biasa dikenal dengan half day tour. Wisatawan yang berasal dari pusat Kota Malang menggunakan satu trayek transportasi umum berupa angkutan kota, seperti ketika berkunjung ke Taman Wisata Air Wendit dengan trayek terminal Arjosari yang terletak di Kota Malang menuju terminal APK Tumpang yang terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

[Sumber: Pengolahan Data, 2014]

Gambar 3. Tipologi Objek Wisata di Kabupaten Malang Tahun 2014

5. Kesimpulan

Masing-masing tipologi objek wisata di Kabupaten Malang memiliki pola keruangan yang berbeda. Tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di berbagai jarak dari pusat Kota Malang dan tipe objek wisata mendekati psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat hingga sedang dari pusat Kota Malang. Tipe objek wisata allosentris dan

(19)

mendekati allosentris terkonsentrasi di jarak yang jauh dari pusat Kota Malang, sedangkan tipe objek wisata psikosentris terkonsentrasi di jarak yang dekat dari pusat Kota Malang.

Daftar Referensi

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. (2013). Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. 20 Januari 2014 pukul 13.00 WIB. http://disbudpar.malangkab.go.id/konten-22.html

Kurniasti, Nuki. (2011). Tahap Perkembangan Objek Wisata di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Depok: Skripsi Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Litvin, Stephen W. (2006). Revisisting Plog’s Model of Allocentricity and Psychocentricity…One More Time. Journal of Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly, 47(3), 245-253.

Plog, Stanley C. (1972). Why Destination Areas Rise and Fall in Popularity. Paper Presented to The Travel Research Association Southern California Chapter, Los Angeles, CA. Plog, Stanley C. (2001). Why Destination Areas Rise and Fall in Popularity. Journal of

Cornell Hotel and Restaurant Association Quarterly, 42(3), 13-24.

Syamsu, Yoharman. (2000). Karakteristik Wisatawan Asing di Indonesia. Jurnal Ilmu Pariwisata, 5(2), 98-113.

Gambar

Gambar 1. Penempatan Posisi Destinasi Wisata oleh Plog Tahun 1972
Gambar 2. Penempatan Posisi Destinasi Wisata oleh Plog Tahun 2001
Tabel 1. Matriks Aksesibilitas  Transportasi Umum
Tabel 2. Matriks Tipologi Objek Wisata  Tipologi Objek  Wisata  Tipe  Allosentris  Tipe  Mendekati  Allosentris  Tipe Mid-sentris  Tipe  Mendekati  Psikosentris  Tipe  Psikosentris  Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pemandu wisata pada setiap objek wisata akan dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat mengenai sejarah serta hal-hal yang berkaitan dengan objek dan atraksi

Dalam studi ini yang ditinjau adalah persepsi dan preferensi pengunjung tentang objek wisata Danau Tahai Kota Palangkaraya yang terdiri dari (daya tarik, fasilitas,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diberikan saran sebgai berikut : Diharapkan pada pimpinan atau manejer wisata Pantai Topejawa agar fasilitas objek wisata semakin

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata di Kabupaten Bangli bervariasi mulai dari wisata petualangan, wisata

Banyak fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan Pantai Pasir Putih sebagai objek wisata seperti, Beberapa masyarakat yang membuka usaha menerapkan tarif yang ditentukan

pengunjung tentang fasilitas wisata di objek wisata Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota ditinjau dari indikator mutu fasilitas berada pada kategori cukup baik

“ untuk fasilitas-fasilitas yang ada di objek Tangsi Belanda ini kami mencoba untuk memaksimalkan agar wisata sejarah ini bisa mendapatkan fasilitas- fasilitas yang layak dapat

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Objek Wisata Danau Nibung Kabupaten Mukomuko dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan beragam macam fasilitas fasilitas utama, fasilitas pendukung