primastoria.net
Puji Yosep Subagiyo
Oleh
Bincang-bincang Konservasi Lukisan
[
Sketsa
Sains
Konservasi
]
Primastoria Studio
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia
Web: primastoria.net Email: primastoria@outlook.com
(1). https://primastoria.files.wordpress.com/2016/01/konservasi-lukisan.pdf
(2). https://primastoria.files.wordpress.com/2015/12/identifikasi-kanvas-lukisan.pdf (3). https://primastoria.files.wordpress.com/2016/09/sekilas_konservasi_lukisan.pdf (4). https://primastoria.files.wordpress.com/2016/09/sketsa_sains_konservasi.pdf (5). Marion F. Mecklenburg, A. Elena Charola, and Robert J. Koestler (2013): New Insights
into the Cleaning of Paintings, Washington DC., Smithsonian Institution Press. (6). http://www.huevaluechroma.com/
(7). https://www.royaltalens.com/en-gb/ (8). http://www.winsornewton.com/row/
Kata Pengantar
Pekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi telah mengenal bahan
pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir
semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti
kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Kerusakan dapat juga terjadi karena kesalahan
penggunaan bahan atau cara penanganannya. Dalam kasus semacam ini, konservator harus
dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta
mengidentifikasi dan klasifikasi berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (fisik dan kimiawi).
Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik,
dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan
metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan
cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan
(materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula
mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil,
lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain
bermedia komplek (campuran).
Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses
kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari
kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American
Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan.
Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu
kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda
yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai;
Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan
penghambatan suatu proses kerusakan pada benda;
Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan
artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya.
Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan
Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis.
Dengan “Bincang-bincang Konservasi Lukisan” ini, kita akan mendapatkan pengetahuan
terapan dan teknis konservasi koleksi di museum atau galeri secara utuh, sistematis dan terarah.
Khususnya dalam rangka penyusunan instrumen pengumpulan dan pengolahan data, analisis
data serta identifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai seni - budaya sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya.
Bekasi, Oktober 2016
Puji Yosep Subagiyo
Lukisan karya Hendra Gunawan (1918 - 1983 ) Lukisan karya Affandi (1907 - 1990 )
Close
-up
“plot
otan
”
Lukisan karya Raden Saleh (1814 - 1880) Lukisan Dinding Gua di Maros [40.000 tahun]
Lukisan karya S. Sudjojono (1913 - 1985)
Lukisan karya Abdullah Sr. (1878-1941) Harijadi S.
(1919 - 1997)
Pemandangan karya Soedjono Abdullah (1911-1991) Basoeki Abdullah Basoeki Abdullah (1915 - 1993)
Hanya Ilustrasi
Handheld XRF Spectrometer
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Tabby 1/1, 16/22, Z Tabby 2/2, 24/24, Z Twill 2/2, 20/24, ZNOTASI PENULISAN TEKNIK TENUN & KERAPATAN KANVAS
{
{
{
CAT
GESSO
PRIMING
KANVAS
gesso grosso
gesso sottile
cat dasaran
cat lukisan
cat detail
retakanVARNIS
priming
{
{
{
Binder
CAT =
Pigmen
+ Binder
Pigmen
WARNA C
AT
Pigmen CAT
Cat Minyak, Cat Air,
Akrilik, Tinta, Guase, Dll.
Lead Carbonate
Varnis Gesso Priming Varnis SprayPENGENALAN BAHAN LUKISAN
KANVAS, CAT, VARNIS dan PIGMEN
CAT
Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016MENGENAL WARNA CAT
H : 45
0
S : 95%
B : 100%
R : 255
G : 197
B : 12
C : 0%
M : 23%
Y : 98%
K : 0%
Lab Color RGB Color CMYK Color
113 A S2 Cadmium Yellow Light 346 A S1 Lemon Yellow 346 A S1 113 A S2 115 A S1 099 A S2 104 A S2 502 A S1 468 A S1 137 AA S2 138 AA S1 178 AA S2 116 A S2 109 A S1 098 A S1 095 A S1 119 A S1
Cadmium Yellow Light
Cadmium
Cadmium Red Hue Cadmium Red Dark Cadmium Red Deep Hue
Rose
Permanent
Permanent Alizarin Crimson
Cobalt Blue
Cerulean Blue Hue Cadmium Yellow Medium
Yellow Hue
Yellow Deep Hue
Cadmium Yellow Pale Hue
Cadmium
Lemon Yellow Cadmium Red Medium Cerulean Blue
Pigmen Cat Air Cat Akrilik Cat Minyak Cat Minyak Cat Minyak
Chroma Meter
(Konica-Minolta R-410)
Alat Perekam Data Warna
Key to Coding
AA Extremely Permanent
A Permanent
S Series number
Transparent
Semi -Transparent
Opaque
Semi-Opaque
http://w w w .huev aluechr oma.c om/ Creat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016... ... 2. Kelompok Koleksi:
4. Nama Pembuat/ Seniman:
a. Bentuk/ Tema (Karya): c. Ukuran (Lukisan): d. Bahan:
e. Warna:
b. Aliran Seniman (Lukisan):
f. Teknik Pembuatan: g. Lain-lain: b. Asal (Benda/Pembuat/Seniman): c. Riwayat (Benda/Pembuat/Seniman): a. Tahun Pembuatan: d. Tahun Perolehan: Beli
Temuan Hadiah/ HibahTransaksi lain e. Cara Perolehan: Periode Pembuatan: 9. Kondisi: 10. Keterangan: Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain
11. Teknik Pengamatan: Tanggal Pengamatan:
Tanda tangan Kurator: Nama Kurator: 5. Tempat Penyimpanan: 1. Nomor Inv.: Nomor Reg.: (lama) (baru) X 7. Visualisasi Benda: Foto Digital Foto Cetak Slide Video 3. Nama/ Judul: 6. Deskripsi Benda: 8. Riwayat Benda:
Baik (kondisi fisik kuat, utuh, tanpa/ sedikit kerusakan).
Cukup (kondisi fisik cukup kuat/ sedikit utuh, sedikit/ tanpa kerusakan). Rusak (kondisi fisik tidak kuat/ rapuh, sedikit/ tidak utuh, banyak kerusakan). Lain-lain Lain-lain (Pigura): ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
LEMBAR INVENTARIS KOLEKSI
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Lukisan Keramik Patung Lain
Sub Kelompok Koleksi: ... 0020
Hutan Wataturi Irian
Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar Srihadi Soedarsono
1975
0020
Bagian atas noda ada goresan 92 x 142 cm
2 Januari 2007
Puji Yosep Subagiyo
X
Cat-minyak, kanvas.
X
X
Naturalisme
Cat-minyak dengan sapuan kuas. Hijau, biru, coklat, hitam, krem (putih).
ATAS
Prof. KRHT H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA. lahir di Surakarta (Jawa Tengah) pada 4 Desember 1931. Pada tahun 1952 ia mulai memasuki pendidikan seni di Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung). Pada tahun 1955, ia juga menciptakan logo Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR). Logo berbentuk sebuah palette dengan kata-kata "SENI RUPA BANDUNG" dengan lambang Universitas Indonesia. Setelah Maret 1959, bentuk Ganesha menggantikan logo UI di palette tersebut.
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
Bagus Cukup Rusak Lain-lain 8. Kondisi:
0020
C.minyak
Cat air TintaAkrilik PastelKrayon Lain-lain Kanvas
Kertas HardboardTripleks KayuKaca LogamLain-lain
C.minyak Aquarel Pastel Tempera Litografi Batik Kolase Lain-lain A. KETERANGAN POKOK
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN
B. SAMPLING 1. Nomor Inv.:D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) 2. Judul : 3. Seniman: 4. Tahun: 5. Bahan: 6. Teknik: 7. Ukuran: Tema: Aliran Seniman:
Hutan Wataturi Irian
1. Jenis Tenunan : Tabby 2/2
2. Kerapatan Tenunan: Agak longgar, regular
3. Jumlah Benang: 28/24 4. Arah Pilinan: Z 5. Kuat Pilinan: 6. Jenis Serat: 7. Keterangan Kanvas: per 1 cm2 Srihadi Soedarsono 1975 Cat Media C. FOTO No. Sample: 008
Tempat Sampel
No. Foto: 0020 E. KETERANGAN TAMBAHAN 1. Catatan Pengamatan Visual: 2. Catatan Pengamatan Teknis:Bagian atas noda ada goresan Periode/ Angkatan:
92 x 142 cm
DETAIL MEDIA
FOTO DEPAN
Detail Obyek / Lukisan Belakang
[Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%);
CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]
Regular
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4). b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil.
Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa
logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat.
c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium
Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~
90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau
Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya
terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op.
cit.: 58-62). 2 Januari 2007 Tgl. Pengamatan: Tanda tangan Konservator Konservator: Penjelasan :
Puji Yosep Subagiyo
[substrat]
Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar Naturalisme
Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan
kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Ayahnya yang bernama R. Koesoema adalah seorang mantri ukur pada pabrik gula di Ciledug. Affandi menempuh pendidikan terakhir AMS-B di Jakarta. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika.
Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih
tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerjasama saling membantu sesama pelukis.
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai --yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur-- memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.
Sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta, Affandi aktif membuat poster-poster perjuangan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap kaum kolonialisme Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pelukis dan seniman lain yang tergabung dalam Seksi Kebudayaan Poetera, antara lain: S. Soedjojono, Dullah, Trubus, dan Chairil Anwar. Selanjutnya, Affandi memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan mendirikan perkumpulan "Seniman Masyarakat" 1945. Perkumpulan ini akhirnya menjadi "Seniman Indonesia Muda" setelah S. Soedjojono juga pindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1947, Affandi mendirikan "Pelukis Rakyat" bersama Hendra Gunawan dan Kusnadi, untuk memberikan kesempatan belajar kepada angkatan muda yang haus mendapatkan pendidikan dan praktek seni lukis. Lalu pada tahun 1948, Affandi pindah kembali ke Jakarta dan turut mendirikan perkumpulan "Gabungan Pelukis Indonesia".
Tidak lama setelah itu, yaitu pada tahun 1949, Affandi mendapat Grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India. Di sana, Affandi melakukan aktivitas melukisnya dan juga mengadakan pameran di kota-kota besar hingga tahun 1951 di India. Selanjutnya, Affandi mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa, diantaranya London, Amsterdam, Brussel, Paris dan Roma. Affandi juga ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam pameran Internasional (Biennale Exhibition) tiga kali berturut-turut, yaitu di Brasil (1952), di Venice (Italia - 1954), dan di Sao Paulo (1956). Di Venice, Italia, Affandi berhasil memenangkan hadiah.
Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat. Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan.
Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang menggambarkan gerak sebagian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang dinamis. Dinamika itu
juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari plototan tube cat yang
menghasilkan kekuatan ekspresi.
Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas.Objek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Oleh karenanya, ia sering disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya. Dalam berbagai pernyataan dan lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa matahari, tangan dan kaki merupakan simbol kehidupannya. Matahari merupakan manifestasi dari semangat hidup. Tangan menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya dan merealisir segala idenya. Kaki merupakan ungkapan simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.
Affandi
(1907 - 1990)
Ambron, Emilio Covarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990) Friend, Donald Israel, Isaac Mooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982) Smit, Arie Sonnega, Auke C. Sten, John
Pelukis Asing
(di Bali, dari 1904 - 1967)
1904 > W. O. J. Nieuwenkamp
1938 > Willem & Maria Hofker
1927 > Walter Spies
1941 > Lee Man-fong (1913-1988)
1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958)
1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978)
1922 > Rolland Strasser (1895-?)
1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946) 1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999) 1990 1980 1970 1960 1950 1940 1941 1942 1943 1944 19451946 1947 19481949 1951 19521953 1954 1955 1956 1957 19581959 1961 1962 19631964 1965 1966 1967 1968 1969 1971 19721973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1981 19821983 1984 19851986 1987 19881989 1900 1800 1904
PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA
Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
Masa Raden Saleh (1814 - 1880) Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942: Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya
Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944: Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah W. Spies & Gde A. Sukowati PITA MAHA (1935)
Keimin Bunka Shidoso (1944)
Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:
Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito.
Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:
Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein. Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)
Pelukis Rakyat (1947)
Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso,Sudiardjo, Trubus,
Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi. Seniman Indonesia Muda (SIM),1946 di Yogyakarta: Affandi, Hendra, Trubus, Dullah, Soedarso,
Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo,
Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini.
SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakijan, Srihadi S.
Gabungan Pelukis Indonesia (1948):
Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini,
Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo. Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)
Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946: di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain. Masa Terisolir dari Negara Luar: Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat
minyak harus bergantian dengan seniman lain
Masa Abdullah Sr. (1878 - 1914) Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)
1
2
3
4
Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)
G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil,
Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono
Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965
mempolitikkan kesenian
Pameran ASRI - ITB (>1950) Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso,
Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto, Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya,
Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.
REVOLUSI FISIK (1945 - 1949)
Pelukis Asing
Amato, L. Dezentje, Ernest Giovanetti, G.
Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959) Koenig, Arthur Johann
Li Shuji (1943 - ?) Makovsky, Konstantin E. (1839-1915) Renato, Cristiano Simonetti Snel, Han (1925 - 1998) Talwinski, Igor (1907-1983) (Lukisan Ada Di Indonesia)
Alimin
Henk Ngantung (1921 - 1990) Ida Bagus Made Nadera I Gusti Putu Gede I Gusti Ketut Kobot Lim Wasim (1929 - 2004) Mahjuddin S. Nashar (1928 -1994) Sobrat, A. A. Gede Sumardi Thamdjidin, M. Wayan Sudana
7
6
Pelukis Koleksi Istana, dll.
5
Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas
Lukisan Dinding Gua di Maros - Sulawesi berusia 40.000 tahun
KRONOLOGI dan KONDISI
88 Lukisan Le Mayeur
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
3 buah lukisan pastel diatas
kertas [2R/
1C
]
4 buah lukisan cat-minyak
diatas kanvas [
4C
]
3 buah lukisan cat-minyak
diatas hard-board [
3C
]
27 buah lukisan: 5 cm/
knv, 2 cm/tripleks, 18
cm/h.board, 2 cm/kayu.
[
5R
/
10C
/13B]
Le Mayeur (52) ketemu &
menikahi Ni Pollok (18).
3 buah lukisan pastel diatas
kertas [
1R
/
2C
]
13 buah lukisan: 1pastel/
kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu,
1 cm/tripleks [
1R
/
6C
/6B]
23 buah lukisan: 22
cat-TB/ bagor, 1
cm/hard-board [
14R
/
7C
/2B]
1 buah lukisan cm/
knv [
1R
]
10 buah lukisan
cat-minyak diatas
kanvas [
6R
/
3C
/1B]
MLMB052 MLMB015 MLMB082 MLMB021 MLMB035 MLMB012 MLMB075 MLMB045 MLMB0841957
1945
1942
1938
1937
1935
1928
1921
1927
1929
Penguatan dan Konsolidasi
penguatan cat dengan ... penguatan kanvas/ substrat ... perbaikan kanvas/ substrat. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
LEMBAR KONDISI LUKISAN
i s i d n o K Nama Seniman Judul Karya . v n I . o N
No. Ukuran dan Tahun
BAHAN PEMBENTUK BENDA
Lokasi:
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang
C. Rendah
C.minyak Cat air Tinta Akrilik Pastel Krayon Other... Kanvas Kertas Kayu Kaca Logam Other... C.minyak Aquarel Pastel Guase Tempera Litografi Batik Lain-lain Lain-lain Lain-lain JENIS CAT JENIS MEDIA (SUBSTRAT) TEKNIK Kotor Lemak Deposit Rapuh Patah Retak Distorsi Gelombang Gores Sobek Kelupas Lubang Basah Kering Jamur
Serangga BusukOther... Karat Kristal Oksidasi Pudar Lapuk Bau Noda Other... FISIK: BIOTIS: LAIN: KIMIAWI: No Foto : Lain-lain Lain-lain Lain-lain Baik Cukup Rusak Other... KONDISI SPANRAM: Baik Cukup Rusak KONDISI PIGURA:
Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) air
white-spirit turpentin air sabun (amonia)
2-ethoxy ethanol 2-aceton alcohol Penyempurnaan (finishing treatment)
isolating (varnish)
inpainting (+mixing varnish) dressing/ retouching (varnish) (re)varnishing
Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) Perlakuan lain.
CATATAN:
REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
Pembersihan lemak, varnis, dsb. dengan pelarut:
I.
IV.
... V.
USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
... VI.
TEKNIK PENGAMATAN
A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar
C. Mikroskop. ... X D. ... E. ... F. ...
VII.
TANGGAL PENGAMATAN
Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama : ... (DD/MM/YYYY) ... A. B. C. C. B. A. D. E. F. G. 5. 6. 7. 8.
II.
KONDISI SAAT PENGAMATAN :
Baik
Cukup
Rusak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. A. B. C. D. E. F. G. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. ...III.
LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA :
A. Intensitas Cahaya (Lux)
B. Radiasi UV (μW/cm2) ---C. Suhu Udara (0C) ---D. Suhu Permukaan (0C) --E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) H. ORP (mili Volts) ---= ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) = ... (...) J. Polusi Udara --- = ... (...)
Catatan :ORP = Potensial Redoks.
toluene acetone Catatan : ... 98 x 145,5 cm, 1956 X X X X X X X X X X X X X bongkar pasang spanram dan mengencangkan kanvas X MEK
Pahlawan Teuku Umar Hendra Gunawan
Oils on Canvas laid on Canvas (No Adhesive).
X X X
10 April 2016
Puji Yosep Subagiyo
X X X X X X parah sobekan di 3 tempat
sambung sobekan, dobel kanvas tanpa lem kendor
Lampu Ultra Violet
002 ATAS 50 0,4 20 50 dianjurkan I. Tekanan Udara (mb) = ... (...)
5.000 μm = 5 mm = 0,5 cm 1. Kanvas asli lukisan (kiri) Perb. 30X 2. Kanvas dobelan lukisan (kanan). Perb. 30X
7
6
4
5
Gambar 5 ini menunjukkan close-up
pada semua sisi lukisan. Bagian ini
menunjukkan paku berkarat dan
perbedaan kanvas asli dan kanvas
dobelan.
paku berkarat
1.000 μm
1
2
Ilustrasi Pengamatan Teknis Lukisan
Penanganan konservasi dan restorasi
setelah proses pengamatan.
Pengamatan retakan dan konstruksi
pendobelan kanvas tanpa perekat.
Varnis lama harus diangkat untuk mengetahui warna & tekstur cat asli
{
Kanvas 1
Priming
{
Kanvas 2
kanvas 2 hanya sebagai pelindung kanvas 1. cat/ priming yang terangkatharus diratakan
retakan cat terjadi akibat perbedaan elastisitas cat (cenderung statis) dan kanvas (cenderung lentur/ elastis), yang selanjutnya mengakibatkan kontraksi antara kedua bahan tersebut.
Cat
3
Gambar 4 menunjukkan close-up, yang mana pada sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.
DETAIL
illustrated by Primastoria 2016
Rismoyo
}
}
}
KANVAS GESSO CAT PRIMING VARNIS SERAT Cat Dasaran retakan rongga retakan Gesso Sottile Gesso GrossoF
E
D
B
G
A
1 2A = Substrat (Kayu, Tripleks, Hardboard,
Kanvas);
B = Priming;
C = GESSO; D = Dasar Cat
; E = Cat
Lukisan; F =
Varnis; G = Kotoran, Debu, dll.
C
1. Alan Phenix and Sue Ann Chui (2009): FACING THE CHALLENGES OF PANEL PAINTINGS CONSERVATION: TRENDS, Treatments, and Training, Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 234 pages.
2. Arie Wallert, Erma Hermens, and Marja Peek. (1995): HISTORICAL PAINTING TECHNIQUES, MATERIALS, AND STUDIO PRACTICE; (Art History Institute of the University of Leiden, Central Research Laboratory for Objects of Art and Science, Amsterdam), Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 241 pages.
3. Francesca Caterina Izzo (2009-2010): 20TH CENTURY ARTISTS’ OIL PAINTS: A CHEMICAL-PHYSICAL SURVEY, Università Ca’ Foscari Venezia, 234 pages.
4. Kathleen Dardes and Andrea Rothe (1995): THE STRUCTURAL CONSERVATION OF PANEL PAINTINGs, Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 582 pages.
5. Marion F. Mecklenburg, A. Elena Charola, and Robert J. Koestler (2013): NEW INSIGHTS INTO THE CLEANING OF PAINTINGS, Washington D.C., Smithsonian Institution, 256 pages.
6. Patricia Sherwin Garland (1983): JOSEF ALBERS: HIS PAINTINGS, THEIR MATERIALS, TECHNIQUE, AND TREATMENT, JAIC 1983, Volume 22, Number 2, Article 2 (pp. 62 to 67).
7. Sheldon Keck (1984): SOME PICTURE CLEANING CONTROVERSIES: PAST AND PRESENT, JAIC 1984, Volume 23, Number 2, Article 1 (pp. 73 to 87).
Referensi :
ANATOMI LUKISAN
a. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel). Bahan: kayu jati, hard board.
b. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi).
Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll. c. Priming (lihat definisi butir b diatas)
Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko grafik-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”.
d. Dasar Lukisan (first coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksudkan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO).
Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air).
e. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE).
Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster
of Paris ini adalah sebagai berikut: (1). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (2). campurkan 1,5 bagian air, dan
diamkan sampai membentuk padatan; (3). rendam dalam air untuk membentuk pasta. f. Cat (definisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat).
Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut: 1. Underpainting (lapisan cat bawah);
2. Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah);
3. Glazes atau Scumblings (lapisan seperti film yang transparan); 4. Isolating varnishes atau veils. (lihat butir g dibawah).
g. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish).
Bahan-bahan:
1. Picture Varnish = campuran damar resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin.
2. Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin.
3. Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35.
4. Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl. Keterangan Gambar :
Catatan:
1. Pembersihan ringan = pembersihan ringan dengan kwas/ penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan
pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnish for retouching or protection; 9. Penguatan cat dengan perekat thermosetting atau lainnya; 10. Fumigasi dengan thymol, dll.
Pembersihan ringan Chemical cleaning Framing/ reframing Restretching Inpainting Repainting Retouching Varnishing Penguatan cat Fumigasi X X X X X X X MEK X Rekomendasi Konservasi : Lain-lain sambung sobekan, dobel kanvas tanpa lem
X
sobek
Liquin LocTite Gel Glue 4 gram2
picture cleanerwhite spirits turpentine toluene & acetone 2-ethoxy ethanol 2-aceton alcohol
Proses Konservasi Lukisan
Kotor debuKanvas kendor Varnis menguning Varnis cacat Cat rapuh/ kering Cat kelupas Jamur
Lain-lain
Kondisi :
Hendra Gunawan [Pahlawan
Teuku Umar, 98 x 145,5 cm,
Oils
on Canvas, 1956]
X X X X parah sobekan di 3 tempatA.
B.
kan vas spanr am1
Luk isan air white-spirit turpentin air sabun (amonia) 2-ethoxy ethanol 2-aceton alcohol 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. toluene acetone X X pigur a X Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016Jamur
Jamur
a
c
Serat lapuk
Spora jamur
b
Gambar 3. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan;
b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat kerusakan kanvas/ kain; c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.
Detail
Sesudah Pembersihan,
Sesudah Penguatan Cat
Detail
Sebelum Pembersihan,
Sebelum Penguatan Cat
Gambar 2. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN
cat terkelupas
cat terangkat
a b
cat terkelupas
a. Seluruh permukaan kotor, warna tidak keluar dan sebagian cat terkelupas.
b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis.
Gambar 1.
illustrated by Primastoria 2016
Li Shuji
Le Mayeur
Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan. Gambar 2.
Ruang A
Temperatur (°C) Min. Ave. Max.
26 28 29
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.
44 50 59
Ruang B.
Temperatur (°C) Min. Ave. Max.
27 28 28,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.
60 66 75
Ruang C.
Temperatur (°C) Min. Ave. Max.
22 24 26,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.
60 66 99
Ruang D.
Temperatur (°C) Min. Ave. Max.
28,5 29 29,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.
72 74 76
Ruang E.
Temperatur (°C) Min. Ave. Max.
26 27 28
Kelembaban (%) Min. Ave. Max.
76 78 99 Ideal ~ Cukup Beresiko ~ Bahaya Cukup ~ Beresiko 1 3 2
Data Iklim Mikro Lukisan
Keterangan :
Gambar 1. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
0 200 400 600 800 1000
Pastel
Cat minyak
Cat air
Batik
Akrilik
JumlahTeknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan
133 74 254 1.153 36 115 (86%) 7 (5%) 11 (8%) 66 (89%) 2 (3%) 6 (8%) 227 (89%) 4 (2%) 23 (9%) 48 (4%) 2 (6%) 2 (6%) 32 (89%) 211 (18%) 894 (78%) Baik Sedang Rusak
Kondisi dan Lokasi 0 100 200 300 400 500 600 Jumlah
(Persebaran/ Presentasi & Kondisi)
A
B
C
D
E
408 (84%) 6 (1,2%) 12 (5%) 70 (32%) 9 (2%) 12 (8%) 16 (11%) Jumlah Baik Sedang Rusak Per Ruang & Persebaran Kondisi 389 (23%) 333 (86%) 123 (81%) 151 (9%) 47 (12%) 139 (62%) 221 (13%) 371 (82%) 52 (12%) 25 (6%) 71 (15%) 485 (29%) 448 (26%)77 3 74 3 78 2 78 3 78 4 12 3 12 4 15 7 15 9 17 0 31 3 31 4 80 8 83 9 84 0 84 3 90 7 92 6 94 9 95 0 95 2 34 5 90 1 34 6 35 7 35 8
KNI (Kode Nomor Inventaris) Grafik Analisis Spontan (GAS) URB, NJB dan TKB
Untuk Mengetahui Hubungan Usia, Bahan dan Tingkat Kerusakan 26 Tekstil di Museum Nasional
10 0 20 40 60 80 100 120 140 160 15 25 30 90 95 50 45 55 Be saran URB , NJB dan TKB URB TKB NJB
Keterangan TKB => 10 : Baik; 15 : Cukup; 20 : Rusak; 25 : Hancur; 30 : Aktif.
URB = Usia Relatif Benda; NJB = Notasi Jenis Bahan; TKB = Tingkat Kerusakan Benda. Keterangan NJB => 40 : Kapas; 45 : Kapas + Logam; 50 : Sutera; 55 : Sutera + Logam; 90 : Kapas + Sutera;
95 : Kapas + Sutera + Logam.
Perbandingan Jumlah Kerusakan Koleksi terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
Kondisi dan Lokasi 0 100 200 300 400 500 600 Jumlah
(Persebaran/ Persentase & Kondisi)
A
B
C
D
E
408 (84%) 6 (1,2%) 12 (5%) 70 (32%) 9 (2%) 12 (8%) 16 (11%) Jumlah Baik Sedang Rusak Per Ruang & Persebaran Kondisi 389 (23%) 333 (86%) 123 (81%) 151 (9%) 47 (12%) 139 (62%) 221 (13%) 371 (82%) 52 (12%) 25 (6%) 71 (15%) 485 (29%) 448 (26%) Analisa Kuanti tatifCatatan: Pembandingan persentase kerusakan dikaitkan dengan kondisi suhu dan kelembaban pada setiap ruang
(A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kualitatif, sedangkan pembandingan jumlah (bukan persentase) kerusakan pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kuantitatif.
Analisa Kualita
tif
Penjelasan Analisa Kuantitatif
dan Kualitatif
Kondisi Bagus
Foto Tahun 1994
kondisi kain kuat, masih utuh & tidak ada lubang
1858
1938
80 tahun1994
56 tahun2016
22 tahun 136 tahun 78 tahun 158 tahun TAHUN PEMBUATAN TAHUN PEROLEHAN (REGISTRASI) TAHUN OBSERVASI KONDISI 1 TAHUN OBSERVASI KONDISI 2 Masa Depan (Kapan ?)USIA RELATIF BENDA (
URB
) 22 tahun
Sedikitnya ada 8 (delapan) kain dodot diperoleh di tahun ini.
Lihat dodot no inv. : 23144, 23145, 23146, 23147, 23148, 23149, 23150, dan 23334.
Kondisi Rusak
Foto Tahun 2016
Foto Tahun 2016, Foto-foto detail & Mikro tersimpan di Seksi Observasi
pudar lipatan lubang lubang lubang lubang
Kondisi Bagus
Foto Tahun 1994, Kondisi Tahun 1858 Bisa Lebih Bagus.
pudar
lipatan
Observasi & Indikator Keterawatan :
Menelaah Kerusakan Dulu - Kini - Akan Datang
Kain dodot ini memiliki tengahan biru berbentuk belah ketupat. Bentuk tengahan ini lazim disebut sebagai "sidangan". Dodot yang berwarna biru, biru gelap (tua) dan coklat ini dihiasi dengan gambar-gambar gunung, burung, dan pohon yang sebagian dalam warna emas (prada). Salah satu sudut tertulis "Ping 1 Maulud Dal 1839" (Tanggal 1 Maulud Dal 1839 atau 17 November 1858) dalam huruf keemasan. Warisan Tuan J.W Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 1 Oktober 1937, Diterima di Museum Nasional tahun 1938.
23147: Kain Dodot dari Yogya, 360 x 210 cm, 1938.
Analisis Kerusakan :
Hasil kajian menunjukkan bahwa kerusakan koleksi tekstil bisa disebabkan oleh kondisi koleksi (faktor internal) dan kondisi lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: garam logam komplek (mordan), logam pemberat sutera, dan benang logam yang dapat mengalami oksidasi; unsur-unsur belerang (yang biasa terikat dengan mordan alum) akan membentuk asam kuat. Selanjutnya hasil oksidasi (korosi) dan asam kuat yang terbentuk akan melapukkan serat (pemecahan rantai molekul). Penyimpanan koleksi yang dibungkus kertas minyak dalam kotak kayu (yang bersifat buffering) terbukti menyelamatkan koleksi. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2).
Cek pH (dengan pH meter) dan Potensial Redoks (dengan ORP meter dalam satuan miliVolts) untuk mengatasi pelapukan kain ini.
kurang terawat
cukup terawat
A non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium.
Handheld X-ray fluorescent (XRF) analyzers have the capability to quantify or qualify nearly any element from Magnesium to Uranium, depending on specific instrument configurations.
Portable XRF spectrometers allow you to take the battery operated analyzer to the sample rather than bringing the sample into the lab. This is especially useful when the test specimen is large or heavy. Contact our applications team to learn how XRF can help solve your material identification needs.
Handheld XRF Industries and applications are very diverse; some examples include:
Metal Analysis Scrap Sorting
Positive Material Identification Mining & Exploration
Archaeometry, Archaelogical Science with XRF
Archaeometry—also known as archaeological science—is the application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as molecular or
elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample.
Environmental & Soil Screening Art & Archeometry
Research and Teaching More HHXRF applications
As technology continues to improve in price, user-friendliness, and data reliability, archeological science will continue to expand and stands to significantly supplement already existing and traditional methods in archaeological investigation. One important and widely used archaeometric technique is handheld XRF (x-ray fluorescence), an elemental analysis technique that quickly and easily provides data regarding the elemental composition of an archaeological sample from magnesium (Mg) to uranium (U). Handheld XRF for Archeological Investigation: The Purpose-Built Bruker Tracer XRF Analyzers
Handheld XRF can now be found in universities and archeological research institutions—as well as in the field—in every part of the world, providing researchers with information from soil composition at an excavation site to no-longer-visible pigment composition on ceramics. The Bruker Tracer family of XRF analyzers is the de facto standard for XRF as applied archeological science with a presence in over 500 universities worldwide. Bruker workshops prepare hundreds of scientists, archeologists, and conservators annually to properly collect, interpret, and use XRF data, you can count on being able to compare data sets with colleagues when using the Tracer.
While new archaeometric XRF applications are developed constantly, here are just a few of the applications in which the Tracer handheld XRF instrument is being used for 100% non-destructive elemental analysis all over the world:
Archeological soil analysis for evidence of human activity Sourcing/source separation of obsidian and other lithics Ceramics analysis and sourcing
Pigment analysis (including analysis of faded/ no-longer-visible pigments on porous materials; paint on canvas; textile dyes; etc.)
Analysis of glazes, varnishes, lacquers, and patinas
Analysis of objects in museum contexts for treatment with toxic heavy metal pesticides (As, Hg, Pb) as part of NAGPRA compliance
Glass analysis
Analysis of archeological metals and alloys
Source: http://www.bruker.com/products/x-ray-diffraction-and-elemental-analysis/handheld-xrf/ archaeometry.html
Konica-Minolta CR-400/410 Chroma Meter
More powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series.
The Chroma Meters CR-400 supersedes the internationally recognized and acclaimed series CR-100, CR-200 and CR-300. It offers a huge number of added value features and improved versatility, while fully maintaining all optical properties and therefore, guaranties full data compatibility with the previous series. The CR-400, with its 8 mm measuring area is suitable for measuring reflected colour and colour difference in a wide range of industrial fields. It is able to meet the needs of various applications, from all sorts of ingredients, foods, raw materials and finished products to pharmaceuticals and dermatological applications - the CR-400 handles all!
If your samples are structured or uneven in surface, such as granulates, fabrics, wood, stones, bricks, then the CR-410 is the right choice. Its unique very large aperture of 50 mm is perfectly suited for such samples and thus avoids averaging of several measurements.
The main improvements focus on enhanced usability and functionality such as the re-designed Data Processor, featuring a large back light display for numerical or graphic display of measurement data and a built-in thermal high speed printer. The data memory now can store up to 100 target colours and up to 2000 measurements. Several new colour spaces and Pass/Fail formulas as well as indices for whiteness and yellowness enhance the usage into various fields of applications. The new "user indices" function allows the input of up to six different user or application specific equations using XYZ, Yxy or CIELAB values. Furthermore, the communication languages can be set for English, German, French, Italian, Spanish and Japanese.
For even more user flexibility the measuring head, equipped with Display, function keys and power supply, can now be used as "stand alone" without the Data Processor or as an additional option even directly be interfaced to the PC to run with the optional Windows® QC software SpectraMagic NX.
With all these features, the unsurpassed ease of use and the legendary ruggedness, the fourth generation of Chroma Meters is bound to continue its success throughout the world of modern colour control.
Konica-Minolta CR-410 Chroma Meter for Color Measurement.
Source: http://sensing.konicaminolta.asia/products/cr-400-410-chroma-meter-difference-with-colorimeter/
H : 45
0
S : 95%
B : 100%
R : 255
G : 197
B : 12
C : 0%
M : 23%
Y : 98%
K : 0%
Lab Color RGB Color CMYK Color
Chroma Meter
(Konica-Minolta R-410)
Alat Perekam Data Warna
Key to Coding
AA Extremely Permanent
A Permanent
S Series number
Transparent
Semi -Transparent
Opaque
Semi-Opaque
http://w w w .huev aluechr oma.c om/white spirits turpentine toluene & acetone 2-ethoxy ethanol 2-aceton alcohol
picture cleaner Gel Glue
“LocTite”
3. Bahan Kimia
1. Peralatan Tukang
2. Peralatan Lukis
Easel Palu Obeng 2 Obeng 1 Obeng 3 MeteranStaple Gun Tarikan Kanvas Solder Lukisan
Pinset, Tweezer, dll.
Berbagai model dan ukuran kwas
Kwas tusir warna
Pisau palet
Papan palet
Set Cat Minyak, dll.
Tempat cuci kwas
PRIMING Varnis
Varnis Terpentin Tang
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
E. Mengenal Bahan dan Alat Konservasi
a b
Infrared Thermometer
Gambar 08.:Alat ini ideal untuk mengukur suhu permukaan benda (non-kontak), perekat thermosetting, dan inspeksi lampu, rangkaian listrik, dll.
Handheld XRF Spectrometer
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Gambar 06.:
Moisture Meter
Alat Pengukur Kadar Air
Gambar 04.:
Gambaran Sarana - Peralatan Observasi, Konservasi, Simpan dan Pamer Lukisan
Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)
Alat Perekam Data Warna
Gambar 05.:
Fume Hood
Portabel
Gambar 01a. Gambar 01b. Gambar 01c.
Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016 Gambar 03.:
pH ORP Meter
Alat Pengukur Keasaman
dan Potensial Redoks
Ultra Violet [A/B] Light Meter
Gambar 07.: Gambar 02.: μW/cm2 Lux 11.830 5.640 650 140 561 230 8 8 Luar Dp Pt Ruang TL 40 Place 0.375 μW/cm2(sensitif); 1.5 μW/cm2(kurang sensitif). a b
Alat pengukur radiasi ultra violet A [320-360 nm] dan ulltra violet B [290-320 nm]. [UV sensor spectrum: 290~390 nm]
Batas Atas & Bawah :
solid & semi-solid pH meter Ryer, Alexander D. (1997): Light Measurement Handbook, Internatiuonal Light, Newburyport, MA 01950
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi
Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.
Displai/ monitor harga hasil pengamatan. Sensor/ cell penangkap sinar.
Lux Meter
(Alat pengukur
intensitas cahaya)
1. Kuat Penerangan (Illumination, E) E = F (Fluks)A (Luas) = Lumen
m2 = Lux.
2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. 3. Fluks Cahaya (F) = Energi (Joule/m2)
Waktu (Jam) J
T =
4. Kuat Cahaya (I) = E.RCos Q = Lumen.m = Candela2 Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber
cahaya berkekuatan 1 kandela.
Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari
sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).
Sensor suhu dan kelembaban udara
Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.
-Ultra Violet Monitor (4 in 1)
(Alat pengukur radiasi ultra violet,
kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
KONVERSI ENERGI : 1 Joule = 107 erg.
Kelembaban Udara (RH) = % Suhu Udara (T) = 0C
Kuat Penerangan (E) = Lux
Kuat Radiasi UV (UVR) =
μ
W/Lumen 1 kwh = 3.600.000 J.1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA: 1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt
Energi = kekuatan untuk melakukan usaha. Daya = kekuatan tenaga.
Lampu TL UV, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, λ = 263
n
m. E= 2μ
W/cm2.Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.
CATATAN
:E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen;
A = luas bidang, bersatuan m2;
J = energi, bersatuan Joule/m2;
T = waktu, bersatuan jam;
R = jarak sumber penerangan dan benda,
bersatuan m;
Q = menyatakan besarnya sudut antara
sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.
Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor:
Gambar 09.: Gambar 10.: Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016 Catatan : 1 Watt/cm2 = 683 Lumen/cm2
1 Watt = 75 Lumen; 1 Lux = 1 Lumen/m2
1 Lux = 0,0079 W/cm2 atau 683 Lux = 1 W/cm2
1
μ
(mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-61
n
(nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9λ
dibaca “ lambda” = panjang gelombang. 1 lux = 1.464128843338 x 10-7 watt/cm2 (at 555 nm). http://www.easyunitconverter.com/Panel monitor menunjukkan besaran angka dan satuan
KELEMBABAN DAN SUHU UDARA
RH = kelembaban absolut suatu udara
kelembaban absolut udara jenuh pada suhu sama
x
100%2. Satuan-satuan Satuan Suhu (T)
Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32} Reamur (R)
Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9} Kelvin (K) ===> C = (K-273)
Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)
1. Pengertian/ Definisi
Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan, suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan.
Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute
humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap
ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan. Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun.
Kelembaban relatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.
Contoh:
Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.
Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”.
Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.
Pengenalan & Petunjuk
Operasional Alat Ukur Klimatologi
Gambar 11.:
Climate Datalogger
Gambar 12.:Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari, minggu atau bulan.
Creat ed b y Puji Y . Subagiy o 2016
Thermohygro-barometer elektronik
Wet & Dry Bulb Psychrometer
Alat Pengukur
Suhu dan Kelembaban Udara
Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.
INAKURASI + 2%
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
selisih
har
ga
“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian. Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besar- nya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.
Maintenans Alat:
Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
Sling Psychrometer
Alat ini menyerupai Wet & Dry
Psychrometer, tetapi badan yang
ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada
thermometer. Sekarang perangkat
ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.
Thermohygrometer
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.
Tanganan pemegang pena pencatat
Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari Pena pencatat
RH dan T
Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat
mencolok.
INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)
+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi) Referensi:
Bachmann (1992:15-22)
Thermohygrograph
Kertas grafis
Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.
Catatan:
Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil- kan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.
Gambar 13.: Gambar 14.: Gambar 15.: Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016
Bak Penampungan Air Distilasi Control Panel Tempat Keluarnya uap air Tempat masuknya air Bak Penampungan (Uap) Air
Weather Station
Gambar 16.:(Alat Penyerap Uap Air)
Keterangan “Control Panel”
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tombol Operasi (Power) Tombol pengoperasian (RH 60 ~ 65%) Pengoperasian non-stop Tombol “Humidity” Tombol “Defrost” Lampu indikator Humidity Lampu indikator Defrost
Control Panel
Dehumidifier
Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%.
CATATAN:
Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisar antara 1 ~ 35 derajat celcius.
Gambar 17.:
(Alat Pelembab Udara)
Humidifier
Gambar 18a.:
(Alat Portabel u/ Pelembab Benda)
Moisturizer
Gambar 18b.:
Alat Kontrol Udara Kelembaban
Ruangan dan Koleksi di Museum
Mesin pembuat air alkali yang bermanfaat untuk penetralan keasaman suatu benda. Air ini untuk mengisi Humidifier atau Moisturizer. Hydrogen water ionizer Gambar 19.: BLUEAIR Air Purifier alat pembersih udara Gambar 20. TOBI Steamer
Alat pemantau kelembaban, suhu, tekanan udara dan arah angin dengan sistem nir-kabel
(wireless). Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016
Pengenalan Sifat Bahan dan Kondisi Yang Mempengaruhinya
Tabel 1.
Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi
(Materials Sensitive to High Relative Humidity)
Tabel 2.
Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah
(Materials Sensitive to Low Relative Humidity)
mengkerut (checks/ dries out) pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)
mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)
rapuh (embrittlement) rapuh (embrittlement) kering, merapuh (dries out, weakens)
retak, melengkung (cracks, warps)
retak, melengkung (splits, warps)
lepas, melengkung (detachments, warps) 50 - 55% RH, constant/ stable 45 - 55% RH 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 60 - 65% RH, constant 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant kayu (wood)
kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins) perkamen (parchment) bulu ayam (quill) serat keranjang
ancur, lem nabati (animal glue) kulit kura-kura (tortoise shell) semua gading (all ivory) permukaan tatakan (inlaid surface)
Bahan
(Materials) Akibatnya(Result) Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)
Bahan (Materials) 40% RH, or lower 45 - 55% RH 45 - 55% RH 50 - 55% RH, constant/ stable 50 - 55% RH, constant 40% RH, or lower 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant 60 - 65% RH, constant 50 - 55% RH, constant
Kondisi yang direkomendasi
(Recommended Condition) Akibatnya (Result) logam (metal) kertas (paper) tekstil (textile) kayu (wood)
kayu bercat (painted wood) logam bercat (painted metal) tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)
bahan penyempurna
perkamen, gading (parchment, ivory)
bubur kertas (papier-mache) bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)
korosi/ karat (corrosion) berjamur, noda (mold, stains) berjamur, noda (mold, stains) berjamur, melengkung (fungal attack, warping)
cat mengelupas
korosi/ karat, cat mengelupas lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)
berjamur/ noda (mold, stains) melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)
berjamur/ noda (mold, stains) berjamur (mold)
lepas/ copot, berjamur (detachment, mold) (finishes)
(flaking paint) (corrosion, flaking paint)
(basket fibers) beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam kayu (wood) kertas (paper)
perekat kanji (starch) gelatin (gelatin)
tempera telor (egg tempera) kulit (leather, skins)
kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk)
wol (wool)
Tabel 3.
Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat
(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)
(natural fibers) Cr eat ed b y P uji Y . Subagiy o 2016