• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOMETRI FACIES SAND LAYER BI-24 BERDASARKAN ANALISA WELL LOG PADA LAPANGAN X PT.PERTAMINA EP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOMETRI FACIES SAND LAYER BI-24 BERDASARKAN ANALISA WELL LOG PADA LAPANGAN X PT.PERTAMINA EP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GEOMETRI FACIES SAND LAYER “BI-24” BERDASARKAN ANALISA WELL

LOG PADA LAPANGAN “X” PT.PERTAMINA EP

Budiman*

*) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

Sari: Secara administratif daerah penelitian merupakan Daerah Pulau Bunyu Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara, berada pada daerah operasional PT. Pertamina EP Reg. KTI. Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui jenis litologi secara vertikal dan penentuan fasies dari suatu lapisan berdasarkan analisa data sumur berupa data log Gamma Ray. Adapun tujuan dari penelitan ini adalah menentukan bentuk geometri fasies dan arah pengendapan berdasarkan gabungan kedua peta tersebut serta mengetahui cara pembuatan peta peta kontur kedalaman (top kontur) dan peta Net sand (Isopach). Penelitian ini mencakup suatu lapisan batuan reservoar yang terletak pada Sub Cekungan Tarakan yang merupakan anggota dari Formasi Tarakan, Kalimantan Utara. permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu bentuk dan geometri dari suatu layer/lapisan (BI-24) Sand yang diindikasikan sebagai channel dari suatu sistim delta berdasarkan studi geologi regional dan pembacaan data well log berupa log Gamma Ray (GR). Kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk menentukan suatu lapisan yang berpotensi menjadi reservoar dan mengandung unsur hidrokarbon yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk kegiatan eksploitasi. Manfaat penelitian ini adalah mengetahui cara melakukan korelasi berdasarkan data well log serta mampu membuat peta kontur kedalaman dan peta Net-sand (isopach), yang kemudian digunakan untuk menentukan zona prospek yang mengandung hidrokarbon serta penentuan titik pengeboran baru. Kata kunci: Fasies, Cekungan Tarakan, Isopach.

1. LATAR BELAKANG

Minyak Bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari penguraian bahan-bahan organik (sel-sel dan jaringan hewan/tumbuhan laut) yang tertimbun selama berjuta tahun di dalam tanah, baik di daerah daratan atau pun di daerah lepas pantai. Hal ini menunjukkan bahwa minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Terbentuknya minyak bumi sangat lambat, oleh karena itu perlu penghematan dalam penggunaannya.

Dalam perkembangan ilmu teknologi yang semakin pesat sekarang ini berbagai teknologi dalam hal eksplorasi migas dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berbagai macam metode juga digunakan untuk melakukan eksplorasi, salah satunya yaitu dengan mengetahui geometri dari suatu lapisan yang dianggap prospek.

Geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran bumi atau bisa diartikan

sebagai ilmu keruangan atau spasial. Prinsip dasar dari geometri ini dapat digunakan sebagai metode yang efektif dan efisien untuk melakukan perhitungan terhadap suatu lapisan/batuan yang dianggap prospek menjadi reservoar dan sebagai studi kelayakan untuk melakukan eksplorasi lanjutan yang lebih detail yang akan digunakan sebagai dasar dalam proses eksploitasi .

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penelitian ini untuk engetahui jenis litologi secara vertikal dan penentuan fasies dari suatu lapisan berdasarkan analisa data sumur berupa data log Gamma Ray. Adapun tujuan dari penelitan ini adalah menentukan bentuk geometri fasies dan arah pengendapan berdasarkan gabungan kedua peta tersebut serta mengetahui cara pembuatan peta kontur kedalaman (top kontur) dan peta Net sand (Isopach).

(2)

3. BATASAN MASALAH

Penelitian ini mencakup suatu lapisan batuan reservoar yang terletak pada Sub Cekungan Tarakan yang merupakan anggota dari Formasi Tarakan, Kalimantan Utara. permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu bentuk dan geometri dari suatu layer/lapisan (BI-24) Sand yang diindikasikan sebagai channel dari suatu sistem delta berdasarkan studi geologi regional dan pembacaan data well log berupa log Gamma Ray (GR). Kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk menentukan suatu lapisan yang

berpotensi menjadi reservoar dan

mengandung unsur hidrokarbon yang

kemudian dapat dijadikan acuan untuk kegiatan eksploitasi.

4. METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis data Sumur. Metode ini dilakukan dengan melakukan penelitian geologi bawah permukaan, meliputi kegiatan studi literatur dan selanjutnya data sumur yang telah didapatkan dengan cara well logging, kemudian diolah menggunakan software Petrel (2008) dan Microsoft Office Excel (2007).

1. Data utama yang digunakan yaitu berupa sumur (well log) dan data pendukung berupa data coring. Data well log berupa log Gamma ray.

2. Setelah itu dilakukan pengolahan dan analisis data, yaitu data sumur yang telah

didapatkan, kemudian diolah

menggunakan software Petrel 2008 untuk mendapatkan visualisasi 3 dimensi (3D) dari kedalaman sumur tersebut dengan menginput data well log (las), titik koordinat sumur, dan penanda (marker coal). Penentuan litologi dilakukan berdasarkan nilai dari gamma ray, dengan memperhatikan cut-off atau batas tengah yang memisahkan antara batupasir dan serpih, apabila nilai dan kurva log cenderung ke arah kiri (minimum) maka digolongkan sebagai batupasir dan sebaliknya jika kurva log cenderung ke

arah kanan (maksimum) maka

digolongkan sebagai serpih. Setelah didapatkan gambaran tersebut, dilakukan penentuan suatu lapisan deltaic yang

pada 8 sumur yang memiliki kesamaan umur dan fasies pembentukan dan cenderung memiliki bentuk curva log yang sama, dan perhitungan Volume shale (Vshale) menggunakan software Excel 2007. Hasil dari perhitungan Volume shale digunakan untuk pembuatan peta Top kontur kedalaman vang menunjukkan kedalaman dari lapisan pasir, dan juga

peta Net sand (isopach) yang

menunjukkan ketebalan lapisan pasir

tersebut. Selanjutnya dilakukan

penggabungan dari peta Top Kontur kedalaman dan Peta Net sand. Hasil dari penggabungan peta tersebut disebut dengan peta Horison yang dapat menunjukkan ketebalan serta kedalaman lapisan pasir tersebut. Setelah peta tersebut selesai dapat digunakan sebagai acuan dalam penetuan sumber dan arah pengendapan serta fasies. Penentuan facies selain dari kurva log yang berbentuk Blocky dan Fining Upwards, juga dapat dilihat pada peta Net sand tersebut yang menunjukkan lapisan sand dengan bentuk yang menyempit seperti channel, dengan arah penyebaran dari Barat ke Selatan yang didasarkan pada beda tinggi dan ketebalan dari layer tersebut. Dari hasil analisis dan pengolahan data, maka didapatkanlah geometri fasies dari lapisan tersebut.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Analisis Data Sumur

Terdapat beberapa langkah-langkah dalam melakukan analisis data sumur pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

 Interpretasi litologi : Berdasarkan dari pembacaan data log pada tiap tiap sumur, dan dibandingkan dengan stratigrafi lokal daerah penelitian yang termasuk kedalam anggota Formasi Tarakan (Pliosen), terdapat 3 jenis litologi pada daerah ini yaitu, litologi batupasir , batulempung dan batubara.

 Batupasir dan batulempung dapat di jumpai di setiap sumur yang berselang seling antara keduanya.

 Litologi batubara juga di jumpai pada tiap sumur dan dijadikan sebagai penanda , dan merupakan batas antara satu siklus

(3)

Dalam interpretasi litologi data yang digunakan yaitu data sumur yang telah diolah dalam software Petrel, terutama data well log berupa gamma ray (GR). Kurva dari Log Gamma Ray yang cenderung ke arah kiri menunjukkan litologi tersebut berupa batupasir, hal ini disebabkan kurangnya atau bahkan tidak ada kandungan radioaktif dalam batupasir, sedangkan kurva log yang cenderung ke arah kanan menunjukkan litologi berupa serpih yang disebabkan tingginya kandungan radioaktif berupa Uranium (U), Thorium (Th) dan Potasium (K). Berikut ini ditampilkan data sumur yang digunakan dalam interpretasi litologi

 Sumur 094 : Berdasarkan pengukuran SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth) Kedalaman lapisan ini berada pada 915m sampai dengan 946,5 m, dan berdasarkan MD (Measure Depth) lapisan ini berada pada kedalaman 955,02m sampai 986,52m. Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 31,5m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 27m.

 Sumur X-117 : Berdasarkan pengukuran SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth) Kedalaman lapisan ini berada pada 910,2m sampai dengan 931,9m, dan berdasarkan MD (Measure Depth) lapisan ini berada pada kedalaman 993,1m sampai 1014,8m. Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 21,7m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 21,1m.

 Sumur X-133 :Berdasarkan pengukuran SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth)

Kedalaman lapisan ini berada pada 919m sampai dengan 936,9m, dan berdasarkan MD (Measure Depth) lapisan ini berada pada kedalaman 958m sampai 974,9m. Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 17,9m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan

Net sand dari lapisan ini yaitu 16,4m.  Sumur X-136 : Berdasarkan pengukuran

SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth) Kedalaman lapisan ini berada pada 915m sampai dengan 937,8m, dan berdasarkan MD (Measure Depth) lapisan ini berada pada kedalaman 969,04m sampai dengan 991,9m. Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 22,8m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 21,6m.

(4)

 Sumur X-141 :Berdasarkan pengukuran SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth) Kedalaman lapisan ini berada pada 915m sampai dengan 940,8m, dan berdasark  an MD, lapisan ini berada pada kedalaman

968m sampai dengan 993,87m. Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 25,8m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 21,1m.

 Sumur X-149 : Berdasarkan pengukuran SSTVD. Kedalaman lapisan ini berada pada 975m sampai dengan 1014,8m, dan berdasarkan MD lapisan ini berada pada

kedalaman 1025m sampai dengan

1064,8m Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 39,8m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 31,62m.

 Sumur X-151 : Berdasarkan pengukuran SSTVD. Kedalaman lapisan ini berada pada 885m sampai dengan 924,8m, dan berdasarkan MD lapisan ini berada pada kedalaman 957,2m sampai dengan 990,9m

 Sumur X-153 : Berdasarkan pengukuran SSTVD (Sub Sea True Vertical Depth) Kedalaman lapisan ini berada pada 895m sampai dengan 934.41m, dan berdasarkan MD (Measure Depth) lapisan ini berada pada kedalaman 994.09m sampai dengan 1033.5 m Ketebalan Gross Sand lapisan ini yaitu 39,41m dan setelah dikoreksi terhadap kandungan Volume shale-nya, ketebalan Net sand dari lapisan ini yaitu 34m.

Interpretasi lingkungan pengendapan : Dengan mengamati bentuk kurva dari log Gamma Ray pada Lapisan “BI-24” di setiap sumur, dpt di interpretasikan bahwa lapisan

ini terendapkan pada lingkungan

pengendapan Transisi (Delta), khususnya lower delta plain dan merupakan fasies channel (distributor channel fill) terlihat dari kurva log yang berbentuk blocky atau biasa disebut Cylindrical dan Bell atau Finning upwards (menghalus keatas). Berikut ini jenis-jenis bentuk kurva dari log GR yang digunakan untuk menentukan Fasies atau

(5)

Bentuk Cylindrical (blocky) pada log GR atau SP dapat menunjukkan sedimen tebal dan homogen yang dibatasi oleh pengisian channel atau channel-fills dengan kontak yang tajam. Cylindrical merupakan bentuk dasar yang mewakili homogenitas dan ideal sifatnya. Bentuk cylindrical diasosiasikan dengan endapan sedimen braided channel, estuarine atau sub-marinechannel fill, anastomosed channel, eolian dune, tidal sand.

Secara geologi regional daerah penelitian ini termasuk dalam lingkungan pengendapan Delta , sub lingkungan Delta Plain dicirikan dengan adanya lapisan coal dan terbentuk pada kala Pliocene yang termasuk kedalam Formasi Tarakan.

5.2 Korelasi Sand Layer “BI-24”

Tahapan ini dilakukan dengan

menghubungkan suatu lapisan atau tubuh sand yang mempunyai umur dan lingkungan pengendapan yang sama. Terdapat 10 sumur yang berada pada daerah penelitian , namun lapisan batupasir layer “BI-24” hanya terdapat pada 8 sumur yang selanjutnya di korelasikan. Sumur tersebut terdiri atas :

 Sumur X-094  Sumur X-117  Sumur X-133  Sumur X-136  Sumur X-141  Sumur X-149  Sumur X-151  Sumur X-153

Dan terdapat 2 sumur yang tidak dijumpai lapisan sand “BI-24” yaitu sumur X-139 dan X147 yang menandakan tidak menerusnya lapisan batupasir tersebut.

5.3 Pemetaan Bawah Permukaan

Pemetaan bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode khusus untuk merekam informasi geologi bawah permukaan yang hasil rekamannya (data) kemudian diolah dan ditafsirkan sehingga didapatkan gambaran yang kebih jelas tentang geologi bawah permukaan. Data yang di gunakan dalam pembuatan peta bawah permukaan adalah data well log dari beberapa sumur, data hasil perhitungan Volume shale, data kedalaman puncak (top) dari tiap lapisan batu pasir dan beberapa data pendukung lainnya.

5.3.1 Perhitungan Volume Shale

Perhitungan Volume Shale (Vsh) bertujuan untuk menentukan kandungan clean sand dalam suatu lapisan batupasir. Perhitungan Volume shale ini juga harus memperhatikan cut-off, yaitu suatu nilai batas dimana suatu lapisan benar benar mengandung clean sand. Nilai cut-off ini berbeda-beda pada tiap lokasi, yang ditentukan oleh pihak perusahaan yang melakukan eksplorasi pada daerah tersebut melalui suatu uji laboratorium yang teliti dengan menggunakan sampel coring. Formula yang digunakan untuk mencari kandungan clean sand :

Adapun Hasil perhitungan Volume shale di tiap sumur pada layer “BI-24” sebagai berikut:

Layer Well Depth (m)

T O P S A N D “ BI-24” X-094 955.3 X-117 993.1 X-133 956.5 X-136 969 X-141 968 X-149 1025 X-151 957.8 X-153 994.4

Well Net Sand (m)

X-094 27 X-117 21.1 X-133 16.4 X-136 21.6 X-141 21.1 X-149 31.6 X-151 23.7 X-153 34

(6)

5.3.2 Peta Top Kontur

Peta ini memperlihatkan kondisi struktur puncak dari lapisan sand yang telah dikorelasikan , dibuat berdasarkan data kedalaman dari tiap-tiap lapisan yang didapatkan dari korelasi top layer “BI-24” di tiap sumur Nilai dari kedalaman dari tiap – tiap lapisan pada sumur yang dikorelasikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Dari peta Top Kontur ini dapat diketahui bahwa arah distribusi sand layer “BI-24” yang merupakan facies channel tersebut mengarah dari Baratlaut ke Selatan, yang ditunjukkan pada peta Struktur yang semakin dalam ke arah Selatan dan Tenggara.

5.3.3 Peta Net Sand (Isopach)

Peta Net Sand menggambarkan ketebalan batu pasir pada layer “BI-24” , data ketebalan didapatkan setelah dikoreksi terhadap kandungan shale pada tubuh sand tersebut, (Net gross – Volume Shale = Net Sand)

Untuk membuat peta Net Sand maka sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu nilai ketebalan batupasir bersihnya, Harga cut off yang sudah ditentukan pada lapangan ini yaitu 0,5. Kemudian nilai tersebut digunakan

dalam penentuan clean sand dengan

melakukan koreksi Volume shale-nya.

Dari peta tersebut dapat di simpulkan bahwa batupasir layer “BI-24” merupakan facies endapan yang berbentuk channel, terlihat dari

pelamparan lapisan batupasir yang

menyempit, dengan arah penyebaran dari Barat ke Selatan.

5.3.4 Peta Horison

Peta ini terdiri dari overlay antara peta top kontur dan peta net sand. Peta ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman sekaligus ketebalan dari suatu lapisan sand yang dapat

digunakan sebagai acuan untuk penentuan cadangan hidrokarbon dan zona prospek untuk penentuan titik pengeboran baru. Berdasarkan peta ini juga dapat di tentukan arah distribusi sand pada saat proses pengendapan berlangsung . Pada lapisan “BI-24” arah distribusi material sand berasal dari arah Baratlaut ke Selatan, terlihat dari kedalamannya top Kontur, yang semakin dalam ke arah Selatan dan Tenggara. Dari peta Net sand juga terlihat ketebalan dari lapisan sand yang menebal kearah Barat dan menipis ke arah Selatan.

6. KESIMPULAN

Adapun yang bisa disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

 Variasi litologi secara vertikal terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung serta terdapat beberapa sisipan batubara.  Lapisan Batupasir “BI-24”, terbentuk pada

Lingkungan Pengendapan Delta, dengan sub lingkungan pengendapan Lower Delta Plain dengan fasies endapan berbentuk channel. Yang terlihat pada peta Net Sand, dan juga ditunjukkan oleh bentuk kurva/pola log GR Layer “BI-24” yang berberntuk Blocky (cylindrical) dan Bell shape (finning upwards).

 Arah distribusi sand pada fasies channel tersebut mengarah dari Baratlaut ke Selatan, yang ditunjukkan pada peta Struktur yang semakin dalam ke arah selatan, dan juga berdasarkan peta Net sand dimana lapisan ini relatif menebal ke arah Barat dan menipis ke arah Selatan dan bahkan tidak dijumpai di 2 sumur .

Hasil analisa beberapa sumur menunjukkan bahwa lapisan sand ini berpotensi untuk menjadi reservoir yang prospek.

7. DAFTAR PUSTAKA

Akuabatin, H., Rosandi, T., and Samuel, L., 1984. Depositional Environment of the Hydrocarbon Bearing Tabul, Santul and Tarakan Formations at bunyu Island, NE. Kalimantan. Indonesian Pet. Assoc., 13th Annual Convention Proceeding.

(7)

Allen,GP. 1987. Deltaic Sediment in The Modern and Miocene Mahakam Deta,Total Exploration Laboratory, Pessac, Perancis

Biantoro, E., Kusuma, M. dan Rotinsulu, L.F. 1996. Tarakan Sub-Basin Growth Faults, North-East Kalimantan: Their Roles in Hydrocarbon Entrapment. Indonesian Pet. Assoc., 21st Annual

Convention Proceeding.

Boggs, S. 1987. Principles of Sedimentology and Stratigraphy Fourth Edition. Upper Saddle River, New Jersey 07458.

Coleman, J.M. & Prior,D.B. 1982. Deltaic Environment, In : Scholes, P.A. & Spearing, D. (eds): Sandstone Depositional environtments; Amer. Assoc. Petroleum Geologist.,Mem.31

Harsono, A., 1994. Pengantar Evaluasi Log, 6th rev., Sclumberger Data Services,akarta

Heriyanto, N., Satoto, W., dan S. Sardjono. 1992. An Overview of Hydrocarbon Maturity and Its Migration Aspects in Bunyu Island, Tarakan Basin

Koesoemadinata, RP. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Institut Teknologi Bandung. Bandung Pertamina – BEICIP, 1992. Global Geodunamics, Basin Classification and Exploration Play Types in Indonesia, Pertamina.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, 2006. Kuantifikasi Sumberdaya Hidrokarbon, Jakarta.

Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, IAGI.

Schlumberger, 1986. Log Interpretation Principle and Aplication. Hand Out.

Serra, O. 1984. Fundamental of Well Logging interpretation (The Acquisitionof Logging Data). Elsevier , Amsterdam.

Walker, R.G. & James, 1992. Facies Models 1st,and 2st ed. Geosciences Canada reprint series 1, Published by Geol. Assoc. Canada.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi yang dikembangkan dapat memudahkan koordinator, mahasiswa dan dosen yang terkait dengan pengelolaan skripsi. Aktor dapat mengelola pengguna, mengelola

Sebuah graf

Dengan bertauhid seorang muslim tidak cukup hanya dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT itu esa ( the unity of God ), tetapi ini harus diimplementasikan dalam keyakinan

Pengukuran aktiva tetap dilakukan sesuai kebijakan perusahaan, pengakuan aktiva tetap perusahaan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, perusahaan menyusutkan aktiva

Pesan rahasia yang berupa pesan acak dari hasil enkripsi menggunakan salah satu metode pada kriptografi ini yaitu Playfair cipher dan caesar cipher , dapat menimbulkan

Cincin benzen mgndung 6 atom C memp kekuatan ikatan yang hampir sama dgn kekuatan ikatan yang hampir sama dgn kekuatan ikt hidrogen. Turunan isatin- β

dari ke 4 kelas tersebut yang akan dibahas dalam pedoman ini adalah rumah sakit kelas B yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang- kurangnya

sistem informasi yang dioperasikan artinya partisipasi pegawai dapat memperbaiki kualitas sistem dan informasi yang dihasilkan sehingga dapat bermanfaat bagi