• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Cair dengan Penambahan Bioaktivator bagi Kelompok Tani Desa Duren

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Cair dengan Penambahan Bioaktivator bagi Kelompok Tani Desa Duren"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pelatihan Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Cair

dengan Penambahan Bioaktivator bagi Kelompok Tani Desa Duren

Muhammad Jaenal Arifin, Lu’lu’ Jauharatul Maknunah, Nur Azizah Lathifah, Hartanto,

Emmy Budiartati

Universitas Negeri Semarang, Mjarifin206@gmail.com

Abstrak

Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang adalah salah satu desa penghasil sayuran yang melimpah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Desa Duren, banyak limbah sayur yang dijumpai dan tidak ada penangananan lebih lanjut. Di sisi lain, banyak petani sayuran di desa Duren menggunakan pupuk kimia untuk sayurannya, sedangkan pupuk kimia dapat merusak tanah dan mengganggu keseimbangan hara. Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis menggagas suatu program pelatihan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos organik cair. Metode pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan pelatihan secara teori dan praktik langsung. Pelatihan pupuk kompos cair melibatkan secara langsung kelompok tani Desa Duren. Tujuan pelatihan guna memberikan wawasan tentang cara pembuatan pupuk kompos cair yang dapat dibuat dan digunakan secara pribadi, serta dapat dipasarkan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi. Dengan adanya program pelatihan pupuk kompos cair dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa Duren dan secara efektif dapat mengurangi sampah organik dari sayur-sayuran, serta dapat digunakan sebagai alternatif dalam penggunaan pupuk kompos cair yang lebih ramah lingkungan.

Kata kunci: sampah, pupuk organik cair, bioaktivator, effective microorganisms, EM4.

Abstract

Duren Village, Bandungan Subdistrict, Semarang Regency is one of the villages that yield abundant vegetable. Based on the observation results made in Duren Village, a lot of vegetable waste found and no further handling. On the other hand, many vegetable farmers in Duren village use chemical fertilizers for their vegetables, while chemical fertilizers can damage and disrupt the soil nutrient balance. With these problems, the authors initiated training program for processing organic waste into liquid organic fertilizer. The method of conducting the training was carried out in theory and direct practice. Liquid organic fertilizer training directly involved the group of Duren Village farmers. The training aimed to provide insights of how to make liquid organic fertilizer that can be made and used personally, and can be marketed to increase economic needs. The liquid organic fertilizer training program can increase the empowerment of Duren Village community, can reduce organic waste from vegetables effectively, and can be an alternative use of liquid organic fertilizer that is more environmentally friendly.

(2)

A. PENDAHULUAN

Lingkungan saat ini menjadi salah satu masalah yang paling utama dan paling diperhatikan dalam beberapa tahun terakhir. Setiap komponen masyarakat mulai menyadari bahwa Bumi tidak sedang dalam keadaan baik. Oleh karena itu, harus dilakukan suatu tindakan untuk menyelamatkan Bumi kita bersama. Hal yang dapat dievaluasi adalah kegiatan pemisahan sampah yang hanya sebatas pada kata pemisahan, dapat dilanjutkan dengan pengelolaan sampah. Banyak sampah yang ditemukan pada tempat umum dapat menjadi problem kesehatan yang cukup mendesak. Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. (Rulyana,C, dkk, 2017).

Klasifikasi sampah digolongkan menjadi sampah yang berupa padatan atau setengah padatan yang dikenal dengan istilah sampah basah atau sampah kering. Sampah diklasifikasikan menjadi sampah organik (bersifat degradable) dan sampah anorganik (non-degradable). Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau kotoran). Sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup (renik) khususnya mikroorganisme, sedangkan sampah anorganik adalah jenis sampah

yang tersusun dari senyawa anorganik seperti, plastik, botol, atau logam. Sampah ini sangat sulit untuk diuraikan oleh jasad hidup (renik).

Hadiwiyono (1983) menyebutkan bahwa komponen sampah di berbagai kota di Indonesia yang memiliki persentase paling banyak dan mencapai 80-90% bahkan lebih adalah sampah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu penanganan sampah organik seperti halnya sampah tumbuh-tumbuhan yang efektif adalah mengolahnya sebagai pupuk organik.

Pupuk Organik

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert./HK.060/2/2006, pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Direktorat Sarana Produksi, 2006).

Pupuk cair dapat digunakan sesuai kebutuhan nutrisi tanaman yang berbeda dan ramah lingkungan, serta memiliki resiko kontaminasi tanah dan kesehatan manusia yang lebih rendah. Pupuk organik dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi nutrisi yang berlebih pada tanaman yang

(3)

diperoleh dari pupuk mineral. Kompos juga berfungsi sebagai biostimulasi untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman, menekan mikroorganisme patogen tanaman, dan memasok tanaman dengan nutrisi yang larut dalam air dan tanah. (Sanadi, et al, 2019). Enujeke, dkk (2013) juga menyatakan bahwa penggunaan pupuk kompos cair memberikan pengaruh yang positif. Salah satu pengaruh penggunaan pupuk kompos cair adalah meningkatnya produksi buah (Setyo & Yanuwiadi, 2014).

Effective Microorganisms (EM4)

Proses pembuatan pupuk cair alami memakan waktu enam bulan hingga setahun (tergantung bahan yang digunakan). Oleh karena itulah saat ini telah banyak dikembangkan produk bioaktifator/ agen decomposer yang diproduksi secara komersial untuk meningkatkan kecepatan dekomposisi, meningkatkan penguraian materi organik, dan dapat meningkatkan kualitas produk akhir. Produk tersebut salah satunya adalah EM4. EM4 juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian penggunaan EM4 akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Berikut ini beberapa manfaat EM4 bagi tanaman dan tanah adalah menghambat pertumbuhan hama dan

penyakit tanaman dalam tanah, membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk, meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. (Elmi & Rinaldo, 2012).

Li dan Ni, dalam Lindani dan Brutsch (2012) menyebutkan bahwa penggunaan effective microorganisms merupakan alternatif bagi kebutuhan petani kecil untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. EM merupakan campuran microorganisme pilihan dan dibudidayakan secara alami, sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman secara signifikan dan dibudidayakan secara alami

Proses pengomposan umumnya dilakukan dalam kondisi aerob karena metode aerob tidak menimbulkan bau. Namun, proses pengomposan dengan bantuan EM4 dapat dipercepat dengan menggunakan metode anaerob (Indriani, 2002)

Proses anaerob adalah suatu proses biokimia yang mengubah bahan organik menggunakan mokroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen dengan menghasilkan biogas yang terdiri dari metana dan karbondioksida. Biogas dihasilkan dari bahan organik dan pada umumnya dari hasil fotosintesis dengan menggunakan energi matahari (Botheju & Bakke, 2011).

(4)

Desa Duren yang terletak di lereng gunung Ungaran Kecamatan Bandungan merupakan daerah dengan mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani sayur. Hasil dari petani sayur tersebut sebagian dipasarkan dan sebagian digunakan secara pribadi. Banyak dijumpai sisa-sisa sayur yang terbuang akibat produksi sayur yang berlebih ketika panen namun sudah tidak layak jual. Sehingga, sisa-sisa sayur tersebut hanya dibuang sia-sia. Dengan permasalahan tersebut dan didukung dengan letak geografis desa Duren yang merupakan daerah dataran tinggi dengan udara yang lembab, Tim KKN Alternatif IIB UNNES tahun 2019 membuat program kerja pelatihan pupuk kompos cair. Pelatihan pupuk kompos cair ini bertujuan untuk memanfaatkan sisa-sisa sayur yang tidak terpakai, memberikan pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos cair sehingga warga dapat memproduksi sendiri pupuk kompos cair yang bernilai jual ataupun dapat digunakan secara pribadi, serta memberikan alternatif penggunaan pupuk kompos kimia menjadi pupuk kompos organik yang lebih aman untuk tumbuhan ataupun tanah.

B. METODE

Metode yang digunakan dalam program pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik cair adalah metode pelatihan dan praktik langsung. Ada beberapa kegiatan

yang dilaksanakan dalam program ini diantaranya, penyampaian materi dan praktik pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik cair yang disampaikan oleh para mahasiswa KKN. Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut.

1. Persiapan

Gambar 1. TIM KKN UNNES Mengikuti Pelatihan Pupuk Kompos Cair di Fakultas

MIPA UNNES

Pada tahap ini ada beberapa langkah yang ditempuh oleh tim KKN UNNES sebagai pelaksana program antara lain, mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos cair di Fakultas MIPA UNNES yang bertujuan untuk memperoleh materi yang benar agar tim pelaksana program dapat memberikan pelatihan tersebut kepada para peserta. Pada tahap selanjutnya, dilakukan kegiatan perizinan penggunaan tempat yaitu di Balai Desa Duren.Kegiatan persiapan juga meliputi kegiatan penentuan peserta pelatihan. Program ini memiliki sasaran utama yaitu kelompok tani dari tiap dusun di desa Duren. Kegiatan lain yang tercakup

(5)

dalam persiapan pelaksanaan pelatihan adalah memberikan arahan kepada peserta yang berjumlah 10 orang untuk melakukan presensi sebagai tanda kehadiran.

2. Pelaksanaan

Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan Pupuk Kompos Cair di Balai Desa Duren

Program ini dilaksanakan pada Minggu, 30 Oktober 2019. Tahap pelaksanaan merupakan tahap pelatihan yang diberikan kepada peserta yakni kelompok tani desa Duren, kecamatan Bandungan. Pelaksanaan pelatihan ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Penyampaian materi

Gambar 3. Penyampaian Materi Pelatihan Pupuk Kompos Cair oleh TIM

KKN UNNES

Materi yang disampaikan oleh mahasiswa KKN kepada peserta terkait dengan

pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik cair yang berguna dan memiliki nilai ekonomis.

b. Praktik

Gambar 4. Praktik Pembuatan Pupuk Kompos Cair yang Dipandu oleh TIM

KKN UNNES

Setelah memperoleh materi, para peserta diarahkan untuk melakukan praktik langsung yang dipandu dan didampingi pengerjaannya oleh para mahasiswa KKN.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang

Desa Duren yang terletak di lereng gunung Ungaran Kecamatan Bandungan merupakan daerah dengan mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani sayur. Hasil dari petani sayur tersebut sebagian dipasarkan dan sebagian dikonsumsi secara pribadi. Dengan produksi sayuran yang berlimpah, mengakibatkan jumlah limbah sayur pun meningkat terutama limbah rumah tangga yang belum tepat pengolahan bahkan

(6)

dibuang begitu saja. Meskipun limbah sampah sayur (limbah organik) ini dapat terurai dan tidak membuat kerusakan lingkungan, namun tetap saja limbah sampah tersebut mengurangi estetika jika hanya dibuang di sembarang tempat dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Berdasarkan hasil survei dan pengamatan, hampir di seluruh dusun yang ada di desa Duren terdapat banyak limbah sampah organik khususnya sayur-sayuran yang tidak digunakan dan dibuang. Dari permasalahan tersebut, tim KKN Alternatif 2B UNNES Tahun 2019 membentuk program kerja selaras dengan keadaan di desa Duren yaitu dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat desa Duren khususnya dengan melibatkan kelompok tani secara langsung. Hal ini bertujuan agar hal yang disampaikan lebih efektif dan efisien sehingga hasil dari program tersebut dapat dijadikan sumber produksi langsung oleh kelompok tani dan dapat meningkatkan kondisi ekonomi desa.

Program kerja tersebut merupakan kegiatan pelatihan pengolahan sampah organik dari sayur-sayuran menjadi pupuk organik cair. Tujuan dari program kerja tersebut adalah untuk mengurangi limbah sampah organik yang hanya dibuang begitu saja tanpa adanya pengelolaan lebih lanjut yang dapat bernilai ekonomis, membuat pupuk organik

cair yang mudah dibuat dari bahan yang setiap hari dijumpai, menambah penghasilan masyarakat dengan adanya pupuk organik cair yang nantinya dapat diperjual belikan, dapat mewujudkan masyarakat desa Duren yang lebih produktif dan mandiri, serta memberikan alternatif penggunaan pupuk kompos kimia menjadi pupuk kompos organik yang lebih aman untuk tumbuhan ataupun tanah.

Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Pupuk Cair

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah organik ini adalah banyaknya sampah organik dari sayur-sayuran ataupun buah-buahan di masing-masing dusun yang belum tertampung dalam suatu TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sehingga sampah-sampah tersebut masih sering tercampur dengan sampah anorganik. Maka dari itu sebelum dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos harus dipilah terlebih dahulu antara limbah organik dan anorganik agar dalam pembuatan pupuk juga mudah diproses oleh bakteri pembantu. Selain itu, permasalahan lainnya timbul dari bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat yang belum menganggap pentingnya pembuatan pupuk yang berguna untuk mengurangi sampah dan memberikan pelatihan pengelolaan sampah organik menjadi

(7)

pupuk cair yang dapat dijual kembali sehingga bernilai ekonomis dan bermanfaat untuk para petani itu sendiri.

Pelaksanaan Sosialisasi dan Pelatihan 1. Persiapan

a. Persiapan Alat dan Bahan 1.) Pembuatan Komposter

Gambar 5. Pembuatan Komposter

Pada tahap ini yang dilakukan terlebih dahulu adalah membuat komposter dengan langkah seperti berikut.

Alat: 1. Solder

2. Pisau atau Cutter 3. Palu

4. Gergaji 5. Obeng Bahan:

1. Tong Sampah Berbentuk Tabung 2. Lem Paralon 3. Kran 4. Kayu 5. Paku 6. Fiber 7. Skrup Cara Pembuatan

Dalam pembuatan komposter, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat komposter 2. Melubangi bagian bawah tong

seukuran kran dengan menggunakan solder

3. Memasang kran pada lubang yang telah dibuat pada bagian bawah tong

4. Merekatkan kran dan tong menggunakan lem

5. Menunggu hingga lem kering 6. Mengukur diameter dari tong

sampah

7. Membuat penyangga dari kayu yang sesuai dengan ukuran diameter tong sampah dengan tinggi 30 cm

8. Memasukkan penyangga ke dalam tong sampah

9. Menyiapkan fiber dan lubangi menggunakan solder seperlunya 10. Memasang fiber di atas kayu

penyangga dan rekatkan dengan menggunakan skrup

11. Memasukkan air ke dalam komposter sebagai uji coba kebocoran. Jika tidak terjadi kebocoran,

(8)

Gambar 6. Komposter yang siap digunakan

2.) Pembuatan Pupuk Kompos Cair

Gambar 7. Pelatihan Pembuatan Starter dan Pupuk Kompos Cair yang Dipandu

oleh TIM KKN UNNES

Pada tahap menyiapkan pupuk kompos cair dilakukann dengan mengumpulkan sampah organik dari sayur-sayuran yang ada di berbagai dusun di desa Duren serta alat dan bahan lainnya. Alat dan bahan yang digunakan antara lain :

Alat : - Pisau

Digunakan untuk memotong sayuran yang berukuran besar menjadi lebih kecil agar mempercepat proses penguraian oleh bakteri EM4.

- Ember

Digunakan untuk tempat pembuatan starter.

- Tong Sampah

Digunakan sebagai komposter atau tempat untuk menampung sampah organik dan bahan pupuk lainnya.

- Komposter Bahan Starter : - Air

- 2 s/d 3 tutup botol EM4 - Gula merah

- Air kelapa - Air cucian beras - Terasi

Catatan: Gula, air kelapa, air cucian beras, dan terasi digunakan sebagai nutrisi bakteri hidup dan mempercepat penguraian bahan berupa sayur-sayuran

Bahan Pupuk Kompos Cair : - Starter

- Sisa sayur-sayuran yang sudah dipotong dan dibersihkan

Catatan: Sayuran dibersihkan dengan tujuan menghilangkan kotoran yang dapat menghambat proses penguraian sayuran oleh bakteri EM4.

b. Persiapan Tempat

Program kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Duren, kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang.

(9)

2. Pelaksanaan Pembuatan Pupuk Kompos Cair

- Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan untuk membuat starter - Langkah kedua membuat starter

Starter dapat dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan starter ke dalam ember, kemudian ditutup dengan rapat menggunakan plastik atau sesuatu yang dapat menutupi dengan rapat.

- Langkah ketiga starter didiamkan selama satu hari satu malam

Starter dapat dikatakan berhasil jika warnanya kecoklatan.

- Langkah keempat menyiapkan alat dan bahan untuk pembuatan pupuk kompos cair.

- Memasukkan bahan untuk membuat pupuk kompos cair ke dalam tong dengan ketentuan urutan sebagai berikut :

1. Starter

2. Sisa sayur-sayuran yang sudah dibersihkan

3. Sisa nasi

- Tambahkan air hingga sisa sayur-sayuran terendam sebagian.

- Aduk sisa sayur-sayuran perlahan. - Tutup tong dengan rapat dan

usahakan tidak ada yang masuk ke dalam tong.

- Buka tutup tong dalam rentang waktu 2 hari sekali dan tambahkan

sayur-sayuran yang sudah dipotong-potong dan dibersihkan, serta tambahkan air secukupnya.

- Apabila ketika selang 2 hari tutup dibuka dan tidak berbau asam, tambahkan starter secukupnya. - Pupuk kompos cair dapat dipanen

dalam waktu H+17 pembuatan atau maksimal H+21.

- Indikasi keberhasilan dari pupuk adalah warnanya yang coklat kehitaman.

- Lakukan proses secara berulang hingga bau dalam tong tidak asam lagi.

Setelah indikasi keberhasilan pupuk organik cair tersebut terlihat maka pupuk tersebut sudah dapat digunakan. Pupuk tersebut aman digunakan serta tidak membahayakan tingkat kesuburan tanah. Dari penelitian tersebut para petani kebun desa Duren dapat mempraktikan dan membuat pupuk dari bahan sampah organik dan yang utama dapat mengurangi sampah organik karena tidak adanya TPA di desa Duren, serta memberikan keterampilan hidup bagi masyarakat dari pembuatan pupuk tersebut.

D. PENUTUP Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui

(10)

program pengolahan sampah organik dari sayur-sayuran menjadi pupuk organik cair di Desa Duren telah berjalan dengan baik dan lancar. Program pelatihan ini dilakukan dengan cara memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk organik cair yang bernilai ekonomis, dan dapat membantu menyuburkan tanah masyarakat desa Duren, serta dapat mengurangi sampah. Dengan demikian program pelatihan ini mampu menciptakan peluang usaha yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Saran

Sebagai masyarakat, khususnya bagi masyarakat Desa Duren akan lebih baik jika memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai pemilahan dan pengolahan sampah serta memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar. Karena dampak buruk dari lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya adalah munculnya berbagai macam penyakit dan kerusakan ekosistem lingkungan.

Ucapan Terima Kasih

Perkenankan kami Tim KKN Alternatif 2B UNNES 2019 menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat Desa Duren yang telah berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan ini,

serta kepada Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada tim KKN UNNES untuk melakukan pengabdian di Desa Duren serta pihak-pihak yang membantu kelancaran program ini.

DAFTAR PUSTAKA

Botheju, D., Bakke, R. 2011. Oxygen Effects in Anaerobic Digestion – A Review. The Open Waste Management Journal, 4, 1-19

Direktorat Sarana Produksi, 2006, Pupuk Terdaftar, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Elmi, E. S., & Rinaldo, R. (2012). Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4. Kalium, 2, 0-2.

Anujeke, E. C., Ojeifo, I. M., & Nnaji,. G. U. 2013. Effects of Liquid Organic Fertilizer on Time of Tasseling, Time of Silking and Grain Yield of Meize (Zea mays). Asian Economic and Social Society, Vol. 3, No.4, pp. 186-192

Hadiwiyono, S, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan idayu, Jakarta.

Indriani, Yovita Hety. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya: Jakarta

(11)

Lindani, N., & Olivier, M. B.2012 . Effect of the Integrated use of effective microorganisms, compost, and mineral fertilizer on greenhouse-grown tomato. African Journal of Plant Science Vol. 6(3), 120-124 Rulyana, C., Nurjazuli, N., & Joko, T.

(2017). Variasi Konsentrasi EM4 Dalam Proses Pembuatan Kompos Lindi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), 531-540.

Sanadi, N. F. A., Lee, C. T., Sarmidi, M. R., Klemeš, J. J., & Zhang, Z. (2019). Characterisation of liquid fertiliser from different types of bio-waste compost and its correlation with the compost nutrients. Chemical Engineering Transactions, 72, 253-258.

Setyo, A. S., Yanuwiadi, B. 2014. The effect of bio and liquid organic fertilizer on weight and quality of apple, Vol. 5, No. 5, p.53-58

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

Gambar

Gambar 1. TIM KKN UNNES Mengikuti  Pelatihan Pupuk Kompos Cair di Fakultas
Gambar 2. Pelaksanaan Pelatihan Pupuk  Kompos Cair di Balai Desa Duren
Gambar 5. Pembuatan Komposter Pada  tahap  ini  yang  dilakukan  terlebih  dahulu  adalah  membuat  komposter  dengan  langkah  seperti  berikut
Gambar 6. Komposter yang siap  digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini penulis memilih perusahaan swasta yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang berada diwilayah Kotamadya Surakarta.. PT ya ng penulis ambil sebagai obyek

masyarakat dalam pengorganisiran dan pengelolaan sampah rumah tangga ini tidak hanya pada penyadaran serta pemanfaatan sampah untuk di olah menjadi barang yang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2016 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya Dalam Tahun Anggaran 2016 Kepada

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (diundangkan pada tanggal 4 Februari 2014) serta

6.2.1 Kepercayaan yang Menyimpang Efektivitas negatif yang dimaksudkan disini seperti susahnya mengubah suatu kepercayaan ataupun keyakinan masyarakat terhadap

Pada tahap pengujian, setelah didapatkan hasil analisis data dan analisis pengujian dari responden alfa dan beta, dapat diketahui kelayakan dari video animasi 2D iklan layanan

Saudara dapat memilih Mata Kuliah yang diajukan untuk RPL sesuai dengan kompetensi (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah) yang menurut saudara telah diperoleh dari

Adanya keinginan untuk berhasil dapat mendorong mahasiswa untuk lebih rajin belajar karena keinginan ini berasal dari diri sendiri akan memacu tingkat belajarnya