• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Kemajuan budaya dalam suatu masyarakat dapat diketahui dari tradisi-tradisi yang ditelusuri dari peninggalannya di masa lampau. Kesenian membuat patung atau arca memiliki akar kebudayaan yang sangat kuat terhadap perkembangan Agama Hindu di Bali pada umumnya, sebagai wujud penghormatan terhadap orang-orang yang memiliki kedudukan penting dalam suatu kelompok masyarakat. Tradisi semacam ini masih tetp berlanjut hingga saat ini. Dengan kata lain tradisi pemujaan terhadap roh nenek moyang ini dapat dikatakan sebagai tradisi lokal yang telah dilaksanakan secara turun-temurun. Terlebih lagi, adanya penemuan benda-benda kuno berupa seni arca yang cukup dominan ditemukan di daerah Gianyar Bali ini menjadi bukti yang sangat penting untuk ditelusuri kembali keberadaan maupun kebenaran bendanya.

Seni arca menajdi salah satu tradisi masyarakat yang dapat diketahui perkembngannya baik yang berasal dari periode Pra-Hindu bahkan sampai pada Periode Bali Modern. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara periodisasi dari masing-masing bentuk dan fungsi arca, dengan faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca leluhur. Mengacu pada hasil penelitian yang penulis lakukan khususnya seni arca, dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian pada Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan dan Pura Puseh Ampingan yang bertempat di Desa Keramas. Adapun alasan peneliti memilih tiga pura ini sebagai lokasi penelitian, karena terdapat beberapa tinggalan arca yang keunikannya dianggap dapat mewakilkan ciri khas dari masing-masing periode, untuk dapat mengaitkan beberapa periode dengan ciri khas arca yang terdapat pada tiga pura tersebut. Sesuai dengan pengamatan observasi lapangan, wawancara, survei lapangan, dan studi pustaka, penulis juga menggunakan beberapa analisis sebagai dasar dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, diantaranya analisis ikonografi, analisis ikonoplastik, analisis ikonologi, dan studi etnoarkeologi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media arca sebagai sarana pemujaan mengalami perubahan baik dari segi bentuk maupun motif hiasnya, sesuai dengan perkembangan seni pada masing-masing periode meski terjadi perubahan bentuk arca namun media pemujaan ini masih tetap difungsikan sebagai media penghormatan dan pemujaan terhadap roh suci leluhur.

Kata Kunci : bentuk, fungsi arca, dan periodisasi

(2)

ABSTRACT

A cultural development in a certain society can be perceived through tradition by tracing the estate in the past. Generally, the art of making sculpture or statue have a strong culture source towards the development of Hindu Religion in Bali as a reference to people who has important position in society. This tradition is still persisted in this era. On other words, the tradition of worshiping to the holy sole of the ancestors can be said as a local tradition that had been practiced continually from generation to generation. Moreover, the inventions of archaeological remain such as art of sculpture which dominantly discovered in Gianyar regency, Bali. This fact can be used as the essential evidence estates.

The art of making sculpture had become one of tradition in society in which its development from pre-Hindu period until Modern-Balinese period can be apprehended. This study aimed to investigate the relationship between periodization from each sculpture shape and function and the factor that trigger the development of its shape and function. Furthermore, there were three temples in Keramas village that was investigated in this study namely, Besakih Keramas

Temple, Kebo Edan Temple, and Puseh Ampingan Temple. These temple were

used because of some special and unique remain sculptures that could be related to each period of each special heritage statues invented in these three temples. Beside spot observation, interviews, and field survey, and library study, the writer also used several analyses as the core in solving the problem of this study. Among others were; iconography, echonoplastic, echonology analyses, and study of athno-archaelogy.

Based on the elaboration the writer could conclude that the use of statue as the media of worshiping had changed and developed either in its shape as well as in its style of decoration, in accordance to the development of art making sculpture of each period. Though this art of making sculpture has changed in its shape but it is still used as the media of worshiping and appreciating the holy sole of the ancestors.

Key Words: periodization, sculpture function, sculpture shape

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Abstrak ... ix

Abstract ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I Pendahuluan ... 01 1.1 Latar Belakang ... 01 1.2 Rumusan Masalah ... 09 1.3 Tujuan Penelitian ... 09 1.3.1 Tujuan Umum ... 10 1.3.2 Tujuan Khusus ... 10 1.4 Manfaat Penulisan ... 11 1.4.1 Manfaat Teoretis ... 11 1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1.5.1 Ruang Lingkup Objek... 13

1.5.2 Ruang Lingkup Permasalahan ... 13

(4)

BAB II Kajian Pustaka, Konsep, Landasan Teori, Model Penelitian ... 15

2.1 Tinjauan Pustaka ... 15

2.2 Konsep... 22

2.2.1 Arca Pemujaan ... 23

2.2.2 Pemujaan Terhadap Roh Suci Leluhur ... 23

2.2.3 Tradisi Berkelanjutan... 24

2.3 Landasan Teori ... 26

2.3.1 Teori Estetika ... 26

2.3.2 Teori Fungsional - Struktural... 27

2.4 Model Penelitian ... 28

BAB III Metode Penelitian ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.4 Instrumen Penelitian ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Observasi ... 36

3.5.2 Wawancara ... 38

3.5.3 Studi Pustaka ... 39

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

3.6.1 Analisis Kualitatif ... 40

3.6.2 Analisis Ikonografi ... 41

3.6.3 Analisis Ikonoplastik ... 41

3.6.4 Analisis Ikonologi ... 42

3.6.5 Studi Etnoarkeologi ... 43

3.7 Teknik Penyajian Data ... 44

(5)

BAB IV Gambaran Umum Desa Keramas dan Profil Tiga Pura di Desa

Keramas ... 46

4.1 Gambaran Umum Desa Keramas ... 46

4.2 Sejarah Desa Keramas ... 48

4.3 Profil Tiga Pura di Desa Keramas ... 51

4.3.1 Profil Pura Besakih Keramas ... 51

4.3.2 Profil Pura Puseh Ampingan ... 55

4.3.3 Profil Pura Kebo Edan ... 56

BAB V Periodisasi dan Perkembangan Bentuk Arca Pemujaan Pada Tiga Pura di Desa Keramas ... 59

5.1 Periodisasi Arca ... 60

5.1.1 Bentuk Arca Pemujaan Periode Pra Hindu di Bali ... 61

5.1.2 Bentuk Arca Pemujaan Periode Hindu di Bali ... 66

5.1.3 Bentuk Arca Pemujaan Periode Bali Kuno ... 69

5.1.4 Bentuk Arca Pemujaan Periode Bali Madya ... 71

5.1.5 Bentuk Arca Pemujaan Periode Bali Modern ... 73

5.2 Perkembangan Bentuk Arca Pemujaan di Desa Keramas ... 74

BAB VI Perkembangan Fungsi Arca Leluhur pada Tiga Pura di Desa Keramas ... 79

6.1 Fungsi Arca Leluhur Periode Pra-Hindu di Bali ... 80

6.2 Fungsi Arca Leluhur Periode Hindu di Bali ... 85

6.2.1 Fungsi Arca Leluhur Periode Bali Kuno ... 87

6.2.2 Fungsi Arca Leluhur Periode Bali Madya ... 89

6.2.3 Fungsi Arca Leluhur Periode Bali Modern ... 90

63 Perkembangan Fungsi Arca Leluhur ... 91

(6)

BAB VII Faktor Penyebab Terjadinya Perkembangan Bentuk dan

Fungsi Arca Leluhur pada Tiga Pura di Desa Keramas ... 97

7.1 Perkembangan Pola Prilaku Masyarakat ... 101

7.2 Faktor Akulturasi Budaya ... 105

7.3 Unsur Religi ... 111

7.4 Unsur Seni ... 114

BAB VIII PENUTUP ... 119

8.1 Simpulan ... 119

8.2 Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Apit Lawang Pura Besakih Keramas Tampak Depan, Desa Keramas Blahbatuh Gianyar ... 52

Gambar 4.2 Arca Megalitik pada Gedong Penyarikan Tampak Depan Di Pura Besakih Keramas, Blahbatuh Gianyar ... 53

Gambar 4.3 Arca Sederhana Laki-Laki di Pura Besakih Keramas Desa Kermas Blahbatuh Gianyar ... 54

Gambar 4.4 Pura Puseh Ampingan Tampak Depan, Dusun Gelgel Desa Keramas, Blahbatuh Gianyar ... 55

Gambar 4.5 Arca Pemujaan Pada Pura Puseh Ampingan, Desa Keramas 56

Gambar 4.6 Pura Kebo Edan, Desa Keramas, Blahbatuh Gianyar ... 56

Gambar 4.7 Arca Perwujudan Pada Gedong Puri Pasek Gaduh, Pura Kebo Edan Desa Keramas ... 58

Gambar 4.8 Arca Perwujudan pada Gedong Kebo Edan, Pura Kebo Edan Desa Keramas... 59

Gambar 5.1.1 Arca Sederhana (A) pada Pura Besakih ... 62

Gambar 5.1.2 Arca Sederhana (B) pada Pura Besakih Keramas ... 62

Gambar 5.1.3 Arca Sederhana (A) pada Pura Besakih Keramas ... 64

Gambar 5.1.4 Arca Sederhana (B) pada Pura Besakih Keramas ... 65

Gambar 5.1.5 Arca Pendeta Pada Pura Puseh Ampingan Desa Keramas... 68

Gambar 5.1.6 Arca Perwujudan Bhatara Di Pura Kebo Edan, Keramas ... 70

Gambar 5.1.7 Arca Perwujudan Bhatari Di Pura Kebo Edan Keramas ... 72

Gambar 5.1.8 Daksina Tapak dalam Upacara Ngelinggihang Bhatara Hyang Di Desa Keramas ... 73

Gambar 5.2 Perkembangan Bentuk Arca Pemujaan Pada Tiga Pura di Desa Keramas... 76

Gambar 6.1 Arca Sederhana pada Pura Besakih Keramas ... 82

Gambar 6.2 Arca Perwujudan Di Pura Kebo Edan Keramas ... 86 xv

(8)

Gambar 6.3 Arca Pemujaan Pura Puseh Ampingan ... 86 Gambar 7.1 Arca Sederhana Periode Pra-Hindu Di Pura Besakih

Keramas... 108 Gambar 7.2 Arca Pendeta Di Pura Puseh Ampingan Desa Keramas ... 110 Gambar 7.3 Arca Sederhana Di Pura Besakih Keramas, Blahbatuh

Gianyar ... 116 Gambar 7.4 Arca Pendeta Di Pura Puseh Ampingan, Blahbatuh Gianyar 116 Gambar 7.5 Arca Perwujudan Bhatari Di Pura Kebo Edan Keramas,

Blahbatuh Gianyar ... 117

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Pulau Bali ... 129

Lampiran 2. Peta Kabupaten Gianyar ... 130

Lampiran 3. Peta Kecamatan Blahbatuh ... 131

Lampiran 4. Peta Desa Keramas ... 132

Lampiran 5. Denah Pura Besakih Keramas ... 133

Lampiran 6. Denah Pura Kebo Edan di Desa Keramas ... 134

Lampiran 7. Denah Pura Puseh Ampingan di Desa Keramas ... 135

Lampiran 8. Denah Lokasi Penelitian pada Tiga Pura di Desa Keramas ... 136

Lampiran 9. Foto-foto ... 137

Foto 1. Pura Besakih Keramas beserta tinggalannya ... 137

Foto 2. Pura Kebo Edan Keramas beserta Tinggalannya ... 138

Foto 3. Pura Puseh Ampingan Keramas beserta tinggalannya... 137

Foto 4. Wawancara Informan ... 140

Lampiran 10. Daftar Informan ... 142

Lampiran 11. Pedoman wawancara ... 143

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki beragam kebudayaan, salah satu dari keragaman kebudayaan tersebut adalah kebudayaan Bali yang pada hakekatnya mempunyai akar sejarah pada masa lampau, sebagaimana suatu kebudayaan yang mempunyai eksistensi fungsional. Kebudayaan Bali memiliki wujud ideal, sosial dan material. Wujud ideal ini berupa ide (gagasan), yang terdiri dari unsur-unsur nilai budaya, norma, aturan dan hukum yang berfungsi untuk menata dan mempelajarinya melalui proses pembudayaan (enkulturasi). Hal ini dapat dilihat dari wujud sosialnya berupa tindakan berpola, yang terdiri dari unsur kedudukan dan peranan, sehingga berfungsi untuk berinteraksi dan dipelajari melalui proses sosialisasi, sedangkan wujud materialnya berupa benda-benda hasil karya orang Bali itu sendiri (Oka, 1993:1).

Bali merupakan sebuah pulau yang dikenal dengan keragaman etnik dan budayanya yang tergolong unik, dengan jati diri yang khas. Konsep spiritual yang kuat, serta local genius, telah membuat kebudayaan Bali pada masa lampau maupun di masa sekarang masih menjadi suatu tradisi yang maih tetap dilestarikan. Keberadaan kebudayaan Bali yang mencakup unsur-unsur yang sangat beragam, membuat kehidupan masyarakat Bali menjadi sangat menonjol, dengan kebudayaan yang saat ini masih memperlihatkan corak atau ciri khas yang berakar dari sejarah di masa lampau (Sumartika, 2010 : 01). Budaya masa lalu

(11)

khususnya dalam bidang kesenian. Kesenian merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat kuat dalam perkembangan kebudayaan Bali khususnya dalam bidang kesenian. Kesenian merupakan salah satu faktor pendukungyang sangat kuat dalam perkembangan kebudayaan Bali pada masa sekarang. Perkembangan kesenian yang saat ini begitu maju tidak terlepas dari peranan budaya yang berkembang di masa sebelumnya (Zaman Prasejarah), bahkan masih terus berlangsung hingga saat ini (Kusumawati, 2002 : 32-34).

Bali merupakan salah satu bagian dari kepulauan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya memiliki peninggalan arkeologi, baik yang berasal dari Zaman Prasejarah maupun yang berasal dari Zaman Klasik, bahkan sebagaian besar dari peninggalan arkeologi yang terdapat di Bali, masih tetap berfungsi secara sakral oleh masyarakat Bali itu sendiri. Kehidupan masyarakat Bali yang masih sangat tradisional dan sistem pemujaan yang berlatarbelakang pada kesenian (Sutaba, 2000: 02). Berbicara mengenai kesenian di Bali, salah satunya seni rupa, pada dasarnya seni rupa di Bali memiliki hubungan yang sangat erat dengan kegiatan upacara keagamaan. Masyarakat Bali pada mulanya telah mempunyai akar kepercayaan yang telah terbentuk sejak Zaman Prasejarah, berlandaskan pada konsepsi kepercayaan terhadap adanya alam kehidupan manusia setelah meninggal (Kartodirdjo dkk, 1977 : Ekawati, TT : 50).

Melalui penelitian kepurbakalaan yang telah dilakukan di Bali hingga sekarang ini, membuktikan bahwa Pulau Bali mempunyai kekunaan yang cukup banyak dan beranekaragam. Beberapa peninggalan ini berasal dari zaman

(12)

Hindu (Prasejarah), salah satu diantaranya adalah seni arca merupakan perwujudaan yang berlatar belakang pada konsepsi kepercayaan terhadap pemujaan roh leluhur, bahkan seni arca penggunaannya masih difungsikan hingga masuknya pengaruh Hindu-Budha dan masih berkelanjutan sampai sekarang. Tinggalan purbakala berupa seni arca lebih dominan ditemukan di Kabupaten Gianyar, yang pada umumnya tinggalan purbakala ini mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam hidup keagamaan penduduk setempat (Astawa, 2008 : 20).

Masuknya pengaruh kebudayaan India khususnya dalam bidang agama, masuk ke Indonesia salah satunya di Bali, kepercayaan masyarakat lokal tidak hilang namun berakulturasi dengan agama Hindu dan Budha karena memiliki dasar kepercayaan yang sama, bahwa kematian bukan merupakan titik akhir melainkan permulaan dari suatu perjalanan hidup yang baru (Ekawati, TT : 50). Sebelum adanya pengaruh Hindu dan Budha masyarakat Gianyar, khususnya masyarakat di Desa Keramas sudah mempunyai kepercayaan tentang sesuatu yang gaib. Kebudayaan Megalitik yang diduga telah muncul pada masa bercocok tanam, menjadi landasan utama lahirnya konsep pemujaan terhadap arwah leluhur. Benda Megalitik berupa arca sederhana lebih digunakan dalam kegiatan pemujaan leluhur dan mengandung makna keabadian, dalam proses perkembangan kebudayaan adanya pola Prasejarah yang demikian, tetap menjadi landasan pembentuk budaya pada masa-masa mendatang (Herayati, 1998: 2-3).

Arca bercorak megalitik tidak jarang terdapat dalam suatu pura, bahkan dianggap keramat dan mempunyai nilai religius magis oleh masyarakat pendukungnya (Umbara, 1992 : 03). Sebagai contoh dari wujud kebudayaan di

(13)

media pemujaan terhadap roh suci leluhur salah satunya terdapat di Desa Keramas. Perlu diketahui bahwa Desa Keramas di Kecamatan Blahbatuh Gianyar yang secara geografis letaknya sangat dekat dengan pesisir pantai Gianyar, memiliki kebudayaan yang sangat beragam jika dilihat dari bukti tinggalan arkeologi berupa benda pemujaan di masa lampau. Hal tersebut dapat ditelusuri dari keberadaan arca perwujudan dan arca dewa yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas. Tinggalan seni arca perwujudan dan arca dewa yang berasal dari periode berbeda-beda dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Salah satunya arca megalitik yang terdapat di Pura Besakih Keramas, dimana arca yang berbentuk sederhana ini difungsikan sebagai sarana pemujaan terhadap roh suci leluhur, dalam hal ini roh suci leluhur yang dimaksud ialah roh leluhur dari seorang kepala suku atau tokoh terkemuka saat itu.

Kuatnya perkembangan unsur budaya Megalitik terlihat masih mempengaruhi perkembangan budaya Hindu dan Budha, telah membaur dengan kepercayaan lokal, kepercayaan terhadap roh nenek moyang masih terus berlangsung dengan kedudukan roh nenek moyang pada Periode Hindu Bali, dapat disejajarkan dengan perwujudan para dewa-dewa. Gunung dalam konsep Hindu merupakan tempat bersemayamnya para dewa, sedangkan dalam kepercayaan asli, tempat yang tinggi merupakan tempat tinggal para roh nenek moyang. Anggapan semacam ini mengakibatkan munculnya benda-benda yang disimbolkan dalam sistem kepercayaan yang dianut pada saat itu, wujud pemujaan yang dibuat dalam bentuk arca dewa sekaligus sebagai gambaran dari para tokoh

(14)

nenek moyang, kemampuan beradaptasi antara kepercayaan lokal dengan pengaruh agama Hindu dan Budha dengan lingkungan disekitarnya telah melahirkan akulturasi kebudayaan, yang masih berkembang secara berkelanjutan. Adanya faktor pendukung pada masa itu, menyebabkan unsur-unsur kebudayaan mengalami perubahan dari segi bentuk, sifat dan konsepsinya (Nirtawati, 2000: 8-11).

Setelah pengaruh Hindu masuk, kepercayaan yang semula hanya tertuju kepada adanya kehidupan di alam sana, saat ini semakin meluas dan mengalami perkembangan. Adanya kepercayaan terhadap makhluk yang lebih tinggi tingkatannya, yang tak dapat dilihat dan diraba yang disebut dewa-dewi sebagai manifestasi Tuhan. Penggunaan simbol-simbol sebagai sarana konsentrasi dan komunikasi seperti arca sebagai penghubung diri dengan para dewa yang diyakini sebagai manifestasi Tuhan (Bagus, 1979 : 294 dalam Umbara, 1992 : 03).

Adanya bukti di atas memberikan petunjuk bahwa masuknya unsur kesenian, khususnya seni arca, yang difungsikan sebagai perwujudan leluhur telah dikenal oleh nenek moyang, serta menjadi bukti bahwa telah masuknya Hinduisme maupun Budhisme ke Bali khususnya di Desa Keramas, telah memberikan gambaran bahwa seni arca semakin tumbuh meluas dan berkembang pesat. Seni arca merupakan hasil karya manusia dan mempunyai makna yang begitu sakral, dengan kata lain bahwa seni arca dapat dipergunakan untuk menelusuri kehidupan beragama yang dianut dan berkembang di daerah tersebut. salah satu contoh pengaruh India yang berkembang di Indonesia yaitu berupa peninggalan seni arca yang ada di Jawa Tengah, pengaruh India dapat dilihat pada

(15)

Prambanan. Sedangkan untuk di Bali seni arca periode ini adalah arca Dhyani Budha di Goa Gajah, seni arca tersebut sebagai bukti bahwa agama Budha pada masa itu telah berkembang di daerah tersebut, contoh lainnya adalah arca Siwa di Pura Desa Bedulu menjadi bukti adanya perkembangan agama Hindu khususnya perkembangan seni arca di Bali (Ardana, 1982 : 12 dalam Suranadi, 1992 : 11).

Kenyataan bahwa kehidupan masyarakat yang berlatar belakang, tradisi megalitik merupakan landasan yang kuat dalam penyembahan kepada roh leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Pada sebagian besar pura-pura di Bali masih tersimpan unsur-unsur peninggalan megalitik, dalam arti yang luas mencakup Zaman Prasejarah dan Zaman Sejarah, hingga saat ini rupanya masih terus berkelanjutan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengemukakan tentang adanya keterkaitan antara perkembangan bentuk dan fungsi pada tinggalan seni arca yang digunakan sebagai media pemujaan, hal ini dapat dibuktikan bahwa antara unsur bentuk dengan fungsi yang berbeda pada masing-masing periodenya, yang dapat membentuk suatu tradisi yang masih berlanjut hingga saat ini, yang didasari oleh konsep pemujaan sebagai suatu wujud penghormatan terhadap roh suci leluhur khususnya di Desa Keramas. Melalui tinggalan arca-arca perwujudan yang masih difungsikan sebagai media pemujaan di Bali khususnya di Desa Keramas, baik arca yang berasal dari masa pra Hindu hingga masa Bali Modern.

Adapun alasan dari penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Keramas ini dikarenakan adanya tinggalan arkeologi yang sangat bervariasi di desa ini,

(16)

apabila dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai penginggalan-peninggalan arkeologi khususnya terhadap tinggalan arkeologi berupa seni arca, maka akan diketahui bahwa tinggalan-tinggalan arkeologi di desa tersebut sangatlah unik jika dilihat dari seni arca yang terdapat dimasing-masing pura di daerah ini diperkirakan sudah berlangsung sejak zaman megalitik di Bali sampai pada masa Bali Modern. Mengingat minimnya data dan penelitian terhadap tinggalan arkeologi yang dilakukan di desa ini, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang bentuk tinggalan seni arca yang masih difungsikan sebagai salah satu media pemujaan khususnya dari masa Hindu di Bali hingga masa Bali Modern, penulis bermaksud mencari informasi mengenai perkembangan tradisi pemujaan terhadap roh suci leluhur di Desa Keramas yang masih berkelanjut hingga saat ini, untuk mengetahui adanya proses perkembangan tradisi yang berlangsung di Bali khususnya di Desa Keramas Gianyar, penulis bermaksud memfokuskan penelitian ini pada tiga lokasi pura di Desa Keramas diantaranya; Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan di Desa Keramas.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, dari ketiga pura ini terdapat peninggalan seni arca yang cukup bervariasi dan diperkirakan telah cukup mewakili dari penggambaran bentuk arca pada masing-masing periode, selain itu pula telah diketahui bahwa penelitian terhadap tinggalan arkeologi di pura ini terbilang sangat minim dan belum ada yang membahas mengenai keterkaitan perkembangan bentuk dan fungsi arca di Desa

(17)

masyarakat setempat.

Sistem kepercayaan yang berpusat pada pengkultusan atau pemujaan nenek moyang, dianggap mempunyai kekuatan gaib sebagai suatu media untuk memohon perlindungan, dan dianggap dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang bersangkutan, menjadi suatu konsep dasar perkembangan sistem pemujaan yang mempengaruhi munculnya tradisi pemujaan khususnya di Desa Keramas. Kehidupan masyarakat saat ini, merupakan suatu perkembangan tradisi pemujaan di masa lampau (Sumawati, 1992 : 1). Berbicara mengenai tradisi di Bali tentu sangat menarik sekali apabila masyarakat Desa Keramas lebih mengetahui mengenai asal mula munculnya tradisi yang saat ini masih berlangsung di Desa tersebut. Melalui peninggalan-peninggalan seni arca, penulis bermaksud untuk mengungkap kaitan antara perkembangan bentuk dan fungsi, pada media arca pemujaan pada Periode Pra-Hindu hingga Bali Modern, yang terdapat di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, serta di Pura Puseh Ampingan Desa Keramas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penjajakan dan survei yang telah dilakukan di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan, dimana minimnya penelitian yang dilakukan di Desa Keramas terutama di Pura Besakih Keramas, Pura Kebo Edan, dan Pura Puseh Ampingan mengenai perkembangan bentuk dan fungsi seni arca sebagai media pemujaan dalam tradisi penghormatan terhadap roh

(18)

suci leluhur, yang diperkirakan telah berkembang sejak periode pra-Hindu di Bali, hal tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya ;

1. Bagaimana perkembangan bentuk arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

2. Bagaimana perkembangan fungsi pada arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas?

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pastinya mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai, diantaranya sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini, bertujuan untuk dapat menghubungkan kaitan antara periodisasi dari masing-masing bentuk dan fungsi arca, dengan faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca leluhur, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan penjelasan yang lebih jelas kepada para intelektual dan generasi muda, mengenai peninggalan seni arca yang tersebar disetiap daerah di Bali pada umumnya dan di Desa Keramas

(19)

dijadikan acuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya, mengenai awal mula munculnya tradisi pemujaan terhadap roh suci leluhur yang pada umumnya masih berkembang di Bali. Melalui tinggalan-tinggalan arkeologi atau benda-benda purbakala yang masih disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setiap penelitian memiliki tujuan khusus yang ingin dicapai dalam suatu permasalahan. Adapun beberapa tujuan khusus dari permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut;

a. Untuk dapat memberi penjelasan mengenai proses perkembangan bentuk arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas.

b. Untuk dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai terjadinya perkembangan fungsi pada arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas.

c. Untuk dapat memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor penyebab dari perkembangan bentuk dan fungsi arca-arca leluhur dari Periode Pra-Hindu di Bali hingga Periode Bali Modern yang terdapat pada tiga pura di Desa Keramas.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian ini, penulis tentunya sangat berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi terutama di kalangan masyarakat , serta

(20)

diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas khususnya bagi para generasi muda.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, salah satunya yang berkaitan dengan bidang kajian etnoarkeologi, terutama mengenai konsep pemujaan terhadap roh suci leluhur dalam tradisi pemujaan yang menggunakan media arca dalam konteks keagamaan yang berkembang di Desa Keramas, serta di Bali pada umumnya. Berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini diharapkan untuk ke depannya nanti, dapat bermanfaat bagi para penulis-penulis selanjutnya, terutama bagi yang melakukan penelitian berkaitan dengan topik dan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Keramas dan masyarakat Bali pada umumnya, sehingga kedepannya nanti dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan suatu karya ilmiah. Sebagai suatu pemahaman dalam pemanfaatan benda-benda warisan budaya yang difungsikan sebagai sarana atau media pemujaan dalam kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat Bali pada umumnya, terutama masyarakat di Desa Keramas.

(21)

Adapun ruang lingkup dari objek penilitan ini akan asyaa batasi yang menjadi batasan dalam pembahasan pada penelitian ini, yaitu sebagai suatu tahapan untuk dapat memudahkan penulis dalam melakukan pengolahan, dan pendataan secara langsung pada tiga lokasi penelitian di Desa Keramas, terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Suatu penelitian tentunya perlu memiliki ruang lingkup, untuk mendapatkan kejelasan mengenai batasan-batasan pada objek yang diteliti, serta diharapkan dapat memberikan batasan-batasan sebagai suatu pemahaman pada permasalahan yang dikaji, pada tiga lokasi di Desa Keramas. Melalui batasan-batasan yang ditentukan dalam penelitian ini, diharapkan dapat memudahkan penulis dalam menyempurnakan isi pada penelitian ini, adapun batasan-batasan pada penelitian yang dilakukan di tiga lokasi pura di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, diantaranya sebagai berikut.

1.5.1 Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini mengacu pada objek yang diteliti, adapun lingkup objek yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini yaitu mencakup objek penelitian yang berupa arca sederhana di Pura Besakih Keramas mewakili bentuk arca pada periode pra-hindu, arca perwujudan bhatara dan arca ganesa pada Pura Kebo Edan mewakili bentuk arca pada periode Bali madya dan satu arca pendeta mewakili bentuk arca dari periode Bali Kuno pada Pura Puseh Ampingan di Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar.

(22)

Ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, hanya difokuskan pada perkembangan bentuk dan fungsi pada tiga pura tersebut, dan faktor penyebab terjadinya perkembangan bentuk dan fungsi pada arca pemujaan leluhur. Adapun perkembangan bentuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah munculnya keterkaitan dari wujud yang sangat sederhana pada periode awal hingga mengalami perubahan dengan wujud yang begitu kompleks pada periode pertengahan, sehingga kembali memunculkan wujud kesederhanaan pada periode yang baru. Sebagai suatu penjelasan pada bentuk-bentuk arca pemujaan yang terdapat pada tiga pura ini, sangat perlu mengetahui fungsi pada masing-masing arca yang berasal dari periode yang berbeda tersebut, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai adanya kaitan antara bentuk yang diciptakan dari periode yang berbeda, dengan fungsi yang pada dasarnya memiliki latar belakang konsepsi yang sama. Adanya bentuk dan fungsi yang mengalami perkembangan namun dengan latar belakang yang masih berlanjut, maka untuk mendapatkan jawaban dari adanya proses perkembangan tersebut, sangat perlu dilakukan pembahasan mengenai faktor-faktor penyebab dari proses

Referensi

Dokumen terkait

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar Menjadi

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

sering g adala# tulang&t adala# tulang&tulang pan!ang. Pada ulang pan!ang. Pada anak&a anak&anak" nak" sarkom sarkoma a e$ing merupakan tumor 

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SSB Kabupaten Kudus dapat disimpulkan bahwa: Pembinaan SSB di Kabupaten Kudus belum berkriteria baik

Adalah persenyawaan antara unsur-unsur logam dengan air dan hydroksil (OH); dapat ditegaskan bahwa Hydroxides dapat terbentuk melalui reaksi kimia antara oksida dan air;

Pengujian aktivitas penyembuh bisul ekstrak daun cocor bebek dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu kontrol positif (disk amoxicillin), kontrol negatif