• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

1.1 Pemahaman Judul

x Apartemen

Apartemen adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. (UU no. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun)

x Desain Biophilik

Desain Biophilik adalah desain yang berlandaskan pada aspek biophilia1 dengan tujuan untuk menghasilkan suatu ruang yang dapat berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan hidup manusia secara fisik dan mental dengan membina hubungan positif antara manusia dan alam di tempat-tempat yang memiliki makna budaya dan ekologi. (Browning, Ryan, & Clancy, 2014)

Apartemen dengan pendekatan Desain Biophilik di Jakarta Selatan merupakan sebuah objek rancangan berupa unit-unit hunian beserta fasilitas penunjangnya yang disusun secara vertikal maupun horizontal dengan menghadirkan taman ke dalam blok-blok hunian sebagai penunjang fungsi sosial dan estetik. Keberadaan taman di dalam blok vertikal merupakan sarana pendukung bagi penghuni apartemen untuk berinteraksi sosial serta sebagai penyediaan ruang terbuka hijau pada bangunan. Keberadaan apartemen ini merupakan solusi dari kebutuhan masyarakat akan sebuah tempat tinggal di tengah kota dengan keterbatasan lahan dengan menghadirkan konsep ruang terbuka hijau pada bangunan guna meningkatkan kenyamanan, kesejahteraan dan

(2)

commit to user

penyediaan ruang terbuka hijau dengan penerapan desain biophilik dalam rangka ikut berupaya mempertahankan wilayah Jakarta Selatan sebagai kawasan resapan air sebagaimana yang tertulis dalam RTRW DKI Jakarta 2030.

1.2 Latar Belakang

1.2.1 Kebutuhan Apartemen

Pertumbuhan gedung perkantoran di Jakarta yang kian pesat menjadi magnet tersendiri bagi penduduk Indonesia untuk melakukan urbanisasi ke kota Jakarta. Daya tarik akan ketersediaannya lapangan kerja inilah yang memicu tingginya arus urbanisasi dan berakibat pada kepadatan penduduk di Jakarta. World Bank memprediksi jumlah penduduk Ibu Kota pada tahun 2020 mendatang mencapai 16 juta jiwa. Prediksi ini berdasarkan tingkat pertumbuhan di Jakarta sebanyak 3,7% per tahun. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Jakarta sebesar 9.78 juta. Tahun 2014 (berdasarkan Proyeksi Penduduk 2010-2035) penduduk DKI Jakarta menjadi 10,07 juta (meningkat hampir 300 ribu jiwa) atau dapat dikatakan secara rata-rata penduduk Jakarta setiap jamnya bertambah 7 orang. Angka kepadatan penduduk di Jakarta saat ini telah mencapai 15 ribu jiwa per km2.

Adanya ketersediaan lapangan kerja dan meningkatnya arus urbanisasi menimbulkan meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal. Dengan kondisi Jakarta yang padat penduduk dan terbatasnya ketersediaan lahan, solusi yang efektif adalah penyediaan hunian secara vertikal seperti apartemen atau rumah susun. Saat ini, keberadaan hunian vertikal yang dekat dengan gedung perkantoran sangat diperlukan, mengingat keadaan lalu lintas kota Jakarta

(3)

commit to user

yang selalu macet. Efisiensi waktu, biaya dan tenaga merupakan hal yang penting bagi masyarakat perkotaan. Itulah sebabnya kebutuhan akan apartemen di kawasan bisnis kini menjadi kebutuhan yang riil. kawasan bisnis kini menjadi kebutuhan yang riil.

Jika dilihat dari data diatas, jumlah ketersediaan rumah vertikal hingga tahun 2014 ini berjumlah 156.902 unit, yakni 138.574 unit apartemen (gambar 1.1) dan 18.328 unit Rumah Susun (tabel 1.2). Jumlah ini jelas tidak sebanding dengan keadaan jumlah penduduk Jakarta yang hingga tahun 2014 (tabel 1.1) telah mencapai angka 10 juta jiwa dan setiap tahunnya mengalami pertumbuhan hingga 100 ribu jiwa.

(Sumber: Jakarta Dalam Angka 2014)

Tabel 1. 1 Indikator Kependudukan DKI Jakarta 2014

Gambar 1. 1 Grafik Tren Pertumbuhan Kondominium di

Jabodetabek 2007-2015 (Sumber: http://pusatdata.kontan.co.id)

Tabel 1. 2 Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Lokasi,

Luas Area, Tipe dan Kota Administrasi, 2014

(4)

commit to user

Pada tahun 2015, pemerintah menargetkan membangun 20.000 unit rumah susun. Sementara untuk apartemen, menurut Colliers International Indonesia pasokan apartemen pada tahun 2015 hanya sebesar 28.837 unit. Jumlah tersebut masih belum sebanding dengan pertumbuhan penduduk Jakarta yang meningkat 100 ribu jiwa setiap tahunnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan kebutuhan akan hunian vertikal di Jakarta masih sangat tinggi.

1.2.2 Desain Biophilik

Permintaan akan apartemen yang cukup tinggi membuat para pengembang berlomba-lomba untuk membangun apartemen di lahan yang sempit dengan jumlah unit apartemen yang semaksimal mungkin. Hal inilah yang memicu desain apartemen yang hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar akan tempat tinggal tanpa mempertimbangkan dampak terhadap hubungan sosial penghuni di dalamnya.

Gambar di bawah (Gambar 1.2 dan 1.3) merupakan beberapa contoh dari desain bangunan apartemen di Jakarta. Ruang publik sebagai tempat penghuni untuk bersosialisasi hilang pada susunan blok yang berada di lantai atas. Ruang publik berupa ruang terbuka hijau pun hanya ditemukan di lantai dasar bangunan apartemen. Hal inilah yang memicu hilangnya hubungan sosial antar penghuni sehingga membentuk pribadi yang individualis. Padahal ruang terbuka hijau dapat menjadi sarana berinteraksi dan memiliki fungsi ekologis bagi lingkungan sekitar. Dalam pembangunan gedung-gedung di Jakarta, penyediaan ruang terbuka hijau sering kali terlupakan keberadaannya.

Gambar 1. 2 Apartemen Mediterania Garden

Residence 2

(Sumber: apartemen-murah.com)

Gambar 1. 3 Apartemen Kalibata City

(5)

commit to user

Hingga tahun 2011, ruang terbuka hijau (RTH) yang dimiliki Kota Jakarta saat ini hanya 9,8 persen dari keseluruhan luas wilayah (Bappeda DKI Jakarta, 2011). Penyusutan ruang terbuka hijau di Jakarta seluas 90 hektar per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan sekarang, perlu 400 tahun untuk mencapai RTH 13.94% sesuai peraturan daerah (Kusumawijaya, 2011). Peralihan fungsi lahan ini membawa dampak yang besar bagi kota Jakarta. Hilangnya daerah resapan air hujan mengakibatkan banjir yang kini menjadi salah satu permasalahan kota Jakarta yang tak kunjung usai.

Permasalahan yang ada di kota Jakarta mulai dari kepadatan penduduk, lalu lintas yang macet, banjir, tuntutan bidang pekerjaan yang tinggi mengakibatkan meningkatnya tingkat stres pada warga Jakarta. Tidak hanya itu, masyarakat perkotaan menghabiskan sekitar 90% waktunya berada di dalam ruang. Sayangnya sebagian besar karakter dan kualitas lingkungan terbangun yang ada meningkatkan kecenderungan manusia untuk terisolasi dari lingkungan alami (Kellert, 2005). Pola hidup semacam ini mengurangi kesempatan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan alami yang dapat berakibat pada menurunnya kesejahteraan umum (well-being) seseorang, yaitu kondisi fisik dan psikologis seperti menurunnya produktivitas, stress, depresi dan penyakit jangka panjang. Sedikitnya empat belas persen (14%), warga Jakarta mengalami stres. Prosentase ini terbilang tinggi. Rata-rata warga yang mengalami stress di Indonesia hanya sekitar 11,6 persen (Giyanto, 2013).

Pada dasarnya, ruang terbuka hijau dapat membantu dalam menurunkan stress di ibu kota. Menghadirkan unsur alam ke dalam bangunan untuk menciptakan hubungan antara manusia dengan alam juga mampu memberikan dampak psikologis dan fisik terhadap pengguna. Penerapan desain biophilik ke dalam bangunan merupakan cara yang efektif untuk mewujudkannya. Desain Biophilik merupakan desain yang berlandaskan pada aspek biophilia dengan tujuan untuk menghasilkan suatu ruang yang dapat

(6)

commit to user

berpartisipasi dalam peningkatan kesejahteraan hidup manusia secara fisik dan mental dengan membina hubungan positif antara manusia dan alam di tempat-tempat yang memiliki makna budaya dan ekologi. Desain biophilik dapat menciptakan ruang-ruang yang restoratif bagi fisik manusia, menyehatkan sistem syaraf, dan menampilkan vitalitas kehidupan yang estetik (Kellert, 2005).

Penerapan desain biophilik pada bangunan apartemen dirasa sangat diperlukan mengingat keadaan hiruk pikuk kota Jakarta dan tingkat stres manusianya yang cukup tinggi sehingga kenyamanan, ketenangan dan efek

healing pada sebuah hunian sangat dibutuhkan. Manfaat dari penerapan

desain biophilik tidak hanya dapat dirasakan bagi penghuni apartemen, konsep ini pun juga ramah lingkungan karena menggunakan prinsip untuk menyelaraskan bangunan dengan alam. Selain itu, bagi perusahaan dan pelaku properti, penerapan desain biophilik mampu menciptakan daya tarik tersendiri untuk mempromosikan brand perusahaan, meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan pengguna bangunan yang dapat mengarah kepada peningkatan nilai jual dan pemasukan keuangan.

1.2.3 Jakarta Selatan

Ruang perkantoran di Jakarta terus mengalami pertumbuhan. Sejalan dengan itu, permintaannya juga disinyalir alami kenaikan. Menurut catatan Cushman & Wakefield Indonesia, tingkat permintaan ruang perkantoran pada tahun 2015 berada pada posisi rekor tertinggi untuk pusat perkantoran. Tingkat penyerapannya selama 2015 tercatat mencapai 56,800 m2, sedangkan tingkat hunian hingga Desember 2015 berada di kisaran 85,6 persen.

Menurut Anton Sitorus, Head of Research Savills PCI, tahun 2015 hingga 2016 pasokan perkantoran masih akan terus bertambah. Beberapa kawasan di Jakarta, seperti Cawang, Puri, dan TB Simatupang bisa menjadi wilayah komersial selain central business district (CBD) Jakarta. Kawasan tersebut memiliki lokasi yang strategis karena dekat dengan daerah pinggiran Jakarta, ditambah akses jalan tol yang mempermudah pergerakan orang.

(7)

commit to user

"TB Simatupang cukup baik, kawasan ini bisa menjadi area komersil selain CBD. Tapi tidak untuk menggantikan CBD, hanya ekspansi," tutur

Antor Sitorus kepada Investor Daily (beritasatu.com)

Pada 1Q 2015, Jakarta Selatan menjadi daerah yang paling aktif. Kontribusi kawasan ini sebanyak sembilan dari 12 kantor yang diproyeksikan dibangun pada 2015. Menurut riset Colliers International Indonesia, kawasan TB Simatupang Jakarta Selatan terus memperkuat posisinya sebagai kawasan komersial sekunder setelah CBD Jakarta.

Perkembangan gedung perkantoran di Jakarta Selatan yang sedang berlangsung saat ini, tentunya menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang sangat potensial pula untuk berdirinya sebuah apartemen dimana sasaran penghuninya adalah para pekerja kantoran yang akan mengisi ruang-ruang tersebut. Peningkatan kepadatan kota Jakarta Selatan akan meningkat seiring pertumbuhan gedung perkantoran, kebutuhan akan apartemen dengan penerapan desain biophilik pun akan menjadi penting. Selain itu, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010-2030, Jakarta Selatan merupakan kawasan resapain air. Hal ini menjadi penting untuk mempertimbangkan presentase pemanfaatan ruang terbuka hijau di dalam bangunan guna mendukung pelestariaan kawasan Jakarta Selatan sebagai kawasan resapan air.

1.3 Permasalahan dan Persoalan 1.3.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang muncul adalah bagaimana merancang apartemen di Jakarta Selatan dengan mempertimbangkan pendekatan desain biophilik dalam penerapan desain.

1.3.2 Persoalan

Dari rumusan permasalahan tersebut, ditemui beberapa persoalan terkait dengan perencanaan dan perancangan bangunan apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik secara arsitektural, antara lain :

a. Bagaimana konsep penataan ruang terbuka hijau pada bangunan apartemen garden di Jakarta Selatan berdasarkan pendekatan desain biophilik?

(8)

commit to user

b. Bagaimana konsep sistem aktivitas hunian yang bersifat sosial pada apartemen di Jakarta Selatan?

c. Bagaimana konsep kebutuhan ruang yang mampu memberikan terapi/mengurangi stress pada unit hunian apartemen berdasarkan pendekatan desain biophilik ?

1.4 Tujuan dan Sasaran 1.4.1 Tujuan

Menghasilkan konsep perencanaan dan perancangan apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik yang mampu menghadirkan ruang terbuka hijau ke dalam bangunan.

1.4.2 Sasaran

Sasaran yang akan dicapai pada perencanaan dan perancangan apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik di Jakarta Selatan adalah: a. Tercapainya konsep ruang terbuka hijau pada bangunan apartemen di

Jakarta Selatan berdasarkan pendekatan desain biophilik

b. Tercapainya konsep pengguna, jenis kegiatan, pola kegiatan sosial pada apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik

c. Tercapainya konsep pola hubungan ruang, penggunaan material, pencahayaan dan penghawaan pada apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik yang mampu memberikan terapi/mengurangi stres pada unit hunian.

1.5 Batasan dan Lingkup Pembahasan 1.5.1 Batasan Pembahasan

Batasan pembahasan diorientasikan untuk menjawab permasalahan yang akan terjawab dalam bentuk rumusan konsep perencanaan dan perancangan yang dapat digunakan dalam mendesain sebuah apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik

1.5.2 Lingkup Pembahasan

Lingkup pembahasan dalam ilmu arsitektur adalah lingkungan disiplin ilmu arsitektur yang mendukung lingkungan arsitektur. Hal-hal diluar bidang arsitektur akan dibahas secara garis besar sebagai pertimbangan jika dianggap mendasari dan menentukan faktor perancangan fisik. Pembahasan dilakukan

(9)

commit to user

berdasarkan data yang ada sesuai tujuan dan sasaran dari perencanaan dan perancangan apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik

1.6 Metode Tugas Akhir

Dalam hal ini terdapat beberapa metode yang dilakukan guna mendapatkan data serta metode mengolah data yang akan digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep bangunan apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan desain biophilik. Berikut ini merupakan metode penyelesaiannya, yaitu:

1. Eksplorasi

Tahapan pertama yang dilakukan adalah menggali isu mengenai kondisi permasalahan hunian di Kota Jakarta, baik dari segi kebutuhan jumlah unit, kondisi terhadap perilaku penghuninya, maupun lokasi strategis keberadaan apartemen. Pencarian isu dilakukan melalui berita, wawancara singkat dan studi empirik. Setelah pengumpulan isu, maka disusunlah argumen-argumen guna mendukung kelayakan objek yang akan dirancang. Selanjutnya adalah menentukkan pendekatan desain yang sesuai dan mampu menyelesaikan permasalahan dan persoalan yang diangkat.

2. Pengumpulan Data dan Informasi

Tahapan kedua yang dilakukan adalah mengumpulkan data, informasi dan teori yang akan digunakan dalam mengolah data pada tahap selanjutnya. Pengumpulan data, informasi dan teori ini menggunakan metode kegiatan studi literature dan studi preseden.

a. Studi Literatur, meliputi :

- Referensi buku yang berkaitan dan representative dengan konsep apartemen yang direncanakan, dan buku yang terkait dengan rencana perkotaan serta data-data Kota Jakarta

- Artikel, tulisan, atau Jurnal yang dapat dipercaya yang terkait dengan konsep apartemen yang direncanakan, berupa artikel tentang kebutuhan apartemen, tentang permasalahan apartemen yang terjadi atau kebutuhan ruang terbuka hijau di Jakarta dan mengenai tinjauan Desain Biophilik.

(10)

commit to user

- Referensi melalui kasus sejenis yang berkaitan dengan konsep perancangan apartemen yang sudah ada sebelumnya, berupa konsep desain objek sejenis yang memiliki nilai yang selaras dengan Apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan Desain Biophilik yang direncanakan.

- Referensi mengenai apartemen melalui pencarian situs/e-book di internet yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Studi Preseden atau studi banding yang dilakukan terhadap apartemen yang sesuai dengan konsep Apartemen di Jakarta Selatan dengan pendekatan Desain Biophilik yang direncanakan. Seperti halnya apartemen yang memiliki ruang terbuka hijau vertikal dan beberapa apartemen yang telah terbangun di kota Jakarta.

3. Konsep Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap pemograman fungsional dan pemograman perfomancy. Pemograman fungsional adalah penerjemahan tinjauan dari data, informasi yang ada dan referensi pendukung yang telah disintesiskan dengan hasil eksplorasi pada tahap 1. Dari kajian tersebut akan didapat gambaran secara umum tentang objek yang meliputi identifikasi pengguna, identifikasi kegiatan. Selanjutnya adalah tahap pemograman perfomancy, yaitu proses menerjemahkan kebutuhan calon pemakai ke dalam pernyataan persyaratan karakteristik respon lingkungan binaan. Kriteria performancy tersebut antara lain identifikasi fasilitas yang akan disediakan, identifikasi jumlah unit yang akan disediakan, dan identifikasi penerapan pendekatan Desain Biophilik pada objek.

4. Pemograman Arsitektural

Tahapan ini merupakan proses menerjemahkan program fungsional dan pernyataan performansi ke dalam spesifikasi rancangan. Proses tersebut antara lain, sebagai berikut:

- Analisa Kebutuhan Ruang

Analisa kebuthan ruang yaitu menganalisa kebutuhan ruang berdasarkan kegiatan pelaku dan alur pergerakannya. Selanjutnya adalah analisa besaran ruang dengan mempertimbangkan kegiatan, furniture dan pergerakan dalam ruang serta analisa kebutuhan persyaratan ruang yang berkaitan dengan

(11)

commit to user

pencahayaan, penghawaan, kebutuhan view, tingkat kebisingan dan tingkat privasi ruang.

- Analisa Tapak

Dalam analisa ini berisi mengenai pemilihan lokasi site berdasarkan kriteria, analisa site terhadap sinar matahari, angin, kebisingan, view, dan pencapaian. Analisa site mempertimbangkan prinsip Desain Biophilik sehingga eksisting pepohonan yang ada pada site harus tetap dipertahankan sehingga zoning mengikuti analisa site.

- Analisa Bentuk, Material danTampilan Bangunan

Dalam analisa ini teori mengenai Desain Biophilik disintesiskan dengan kebutuhan ruang sehingga bentuk, material dan tampilan bangunan yang akan dirancang didasari oleh pertimbangan Desain Biophilik.

- Analisa Sistem Utilitas

Analisa ini meliputi analisa sistem dalam bangunan, yaitu pencahayaan, penghawaan, sistem penyediaan air bersih, pengolahan air buangan, pengolahan sampah, sistem kebakaran, sistem kelistrikan, sistem telekomunikasi, sistem penangkal petir dan sistem keamanan.

5. Menyusun Konsep Perancangan

Tahapan ini merupakan tahap penggabungan dari hasil terbaik yang telah dikaji pada tahap analisa. Hasil dari tahap analisa akan diolah dan ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki sesuai dengan daya kreatif perancang. Konsep yang dihasilkan dari tahap analisa ini kemudian akan digunakan sebagai input dalam mengembangkan desain menuju produk final.

6. Transformasi Desain

Tahapan ini merupakan tahap penterjemahan konsep perencanaan dan perancangan ke dalam bentuk desain. Konsep perencanaan dan perancangan pada tahap sebelumnya akan menjadi panduan dalam proses mendesain. Produk final yang dihasilkan adalah sebagai berikut.

a. Gambar block plan, situasi dan site plan yang diperoleh dari konsep pengolahan tapak

(12)

commit to user

c. Gambar tampak, potongan, struktur dan utilitas yang diperoleh dari konsep tampilan bangunan dan konsep utilitas

d. Gambar perspektif dan detail arsitektur yang merupakan gambar pendukung.

1.7 Sistematika Pembahasan

Tahap I: Pendahuluan

Pada tahap ini akan dibahas mengenai gambaran umum mengenai judul, latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan dan pola pikir.

Tahap II: Tinjauan Pustaka

Pada tahapan ini akan menjabarkan hasil studi pustaka dan studi literature untuk menjelaskan obyek yang akan dirancang. Dalam hal ini, yang dijelaskan adalah mengemukakan dan menjabarkan tinjauan mengenai Apartemen, tinjauan mengenai taman dan ruang terbuka hijau, tinjauan mengenai Desain Biophilik serta contoh bangunan preseden sebagai strategi yang digunakan pada proses perencanaan dan perancangan

Tahap III: Tinjauan Lokasi

Pada tahapan ini akan dibahas tentang data fisik kota, dan non fisik, baik secara makro yaitu Kota Jakarta Selatan melalui RTRW dan RDTR sebagai pertimbangan pemilihan lokasi

Tahap IV: Analisis Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik di Jakarta Selatan Pada tahap ini akan dibahas tentang analisa konsep perencanaan dan perancangan bangunan apartemen dengan pendekatan Desain Biophilik di Jakarta Selatan meliputi analisa pendekatan pelaku, kegiatan dan peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, tampilan bangunan, utilitas serta struktur bangunan

Tahap V: Konsep Perencanaan dan Perancangan

Tahapan ini merupakan hasil pengolahan tahap IV, dimana hasil dari analisa yang telah dilakukan akan menjadi sebuah konsep yang akan digunakan sebagai panduan dalam proses transformasi desain.

(13)

commit to user

Gambar

Tabel 1. 1 Indikator Kependudukan DKI Jakarta 2014
Gambar di bawah (Gambar 1.2 dan 1.3) merupakan beberapa contoh  dari desain bangunan apartemen di Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

proportion to the original Contract Period. 2) If testing is carried out by an accredited laboratory, payment is to be made in proportion to the progress of works on site.

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini yaitu diduga bahwa kurikulum pelatihan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan alumni pada Lembaga

Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan ampas tebu sebagai adsorben zat warna reaktif Cibacron Red, menentukan kondisi optimum adsorpsi yang meliputi waktu adsorpsi, bobot

Secara simultan menunjukkan bahwa va- riabel stabilitas penjualan, stabilitas aktiva, inten- sitas aktiva, ukuran perusahaan, DOL, pertum- buhan penjualan, ROA, pertumbuhan

Selain itu, agenda Toyeb yang tidak membuat khawatir orang tua, juga menunjukkan adanya cerminan akhlak mahmudah seorang anak terhadap orang tuanya, disinilah

Air untuk keperluan irigasi adalah air yang digunakan dalam sistem.. pertanian, dikonsumsi oleh tanaman dan lahan

Membentuk warganegara yang menyadari akan hak dan kewajibannya adalah tugas dari guru Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi menjadikan peserta didik memiliki watak atau karakter