• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas SDM dapat dicapai jika kualitas pendidikan dapat terwujud. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satunya adalah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan MBS diharapkan para kepala sekolah, guru, dan personil lain di sekolah serta masyarakat setempat dapat melaksanakan pendidkan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global (Mulyasa, 2007: 31).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 Ayat (1) menyatakan bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.”

AMBS merupakan cara untuk memotivasi kepala sekolah untuk lebih bertanggung jawab terhadap

(2)

kualitas peserta didik. Untuk itu sudah seharusnya kepala sekolah mengembangkan program-program kependidikan secara menyeluruh untuk melayani segala kebutuhan peserta didik di sekolah (Fadjar, 2002:xv-xvi).

Dalam pelaksanaannya, manajemen pendidikan harus lebih terbuka, accountable, mengoptimalkan partisipasi orang tua dan masyarakat, serta dapat mengelola semua sumber daya yang tersedia di sekolah dan lingkungannya untuk digunakan seluas-luasnya bagi peningkatan prestasi siswa dan mutu pendidikan pada umumnya (Indra Djati Sidi, 2001: 19-20).

Pelaksanaan MBS secara efektif dan efisien menuntut seorang kepala sekolah yang memiliki pandangan luas tentang sekolah dan pendidikan. Pelaksanaan MBS juga menuntut guru untuk berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Pada sisi lain, pelaksanaan MBS yang ideal harus sesuai dengan karakteristik MBS dan harus melalui tahap-tahap pelaksanaan MBS, karena perencanaan dan persiapan yang baik dalam pelaksanaan MBS akan membantu keberhasilan program tersebut. Hal itu akan menghasilkan mutu pendidikan yang semakin baik, ada kepedulian warga sekolah dan tanggung jawab sekolah pun akan semakin meningkat. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan model pengelolaan sekolah yang mengintegrasikan

(3)

seluruh sumber internal dan eksternal dengan lebih menekankan pada penting-nya menetapkan kebijakan melalui perluasan otonomi sekolah. MBS penting (peranannya) diterapkan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah dengan prinsip MBS yang baik. Hubungan antara pilar-pilar MBS adalah merupakan satu kesatuan seperti sistem yang penting guna mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Mulyasa (2007: 125) MBS mencakup 3 pilar utama, yaitu: 1) otonomi sekolah dalam bentuk manajemen sekolah, 2) pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM), dan 3) peran serta masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat pada sekolah.

Beberapa penelitian tentang implementasi MBS menunjukkan hasil yang beragam. Menurut hasil penelitian Nurkolis (2003: 251-256) antara lain menunjukkan: (1) hasil studi di India, Papua Nugini, dan Chicago menunjukkan bahwa MBS dengan partisipasi masyarakatnya meningkatkan kehadiran siswa, dan (2) studi di Nikaragua menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan motivasi guru karena keterlibatannya dalam pengambilan keputusan di MBS. Selain itu, kehadiran guru dan siswa secara reguler meningkatkan perubahan positif terhadap pengalaman belajar para siswa. Menurut Fullan dan Watson (dalam Nurkolis, 2003: 256), terdapat bukti yang nyata bahwa keterlibatan orang tua dan masyarakat berpengaruh terhadap pembelajaran siswa

(4)

yang bernuansa PAKEM di kelas, namun pada sekolah-sekolah yang belum maju pengaruhnya masih terbatas.

Sedangkan, hasil studi di Indonesia yang dilaksanakan oleh Subakir dan Sapari (dalam Nurkolis, 2003: 248-249) mengenai pelaksanaan MBS di Jawa Timur, menemukan bahwa secara umum pelaksanaan uji coba MBS di Jawa Timur berhasil dan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2007: 50), menyimpulkan bahwa efektivitas MBS ditinjau dari aspek proses pembelajaran berjalan cukup baik dan perolehan out put yang berupa prestasi akademik dan non akademik juga cukup baik sehingga menarik perhatian masyarakat sekitar.

Zaenuddin (2008: 75), dalam penelitiannya terhadap kurikulum dan MBS dalam proses pembelajaran, pada kenyataannya penerapan MBS belum sesuai dengan ide-ide dasar MBS, sehingga peningkatan mutu pendidikan belum bisa tercapai secara maksimal. Sementara peningkatan mutu merupakan fokus MBS. MBS tidak akan ada artinya apabila tidak diorientasikan pada mutu”. Dari penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan MBS belum dapat dilaksanakan secara efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pada uraian di atas, telah tampak bahwa dari hasil studi mengenai MBS khususnya yang berkaitan

(5)

dengan aspek proses pembelajaran terlihat masih berbeda. Hal tersebut dikarenakan permasalahan yang diidentifikasikan ada kecenderungan kurangnya pengetahuan kepala sekolah, guru, orang tua murid, dan masyarakat tentang pelaksanaan MBS di sekolah. Kurangnya pengetahuan tersebut mengakibatkan rendahnya partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam mendorong pelaksanaan MBS dalam praktek pengelolaan pendidikan di sekolah.

Berdasarkan penelitian awal di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2008 – 2011 SDN Kalirejo 02 Ungaran Timur hampir mati suri dikarenakan memiliki siswa yang minim, rata-rata dalam satu kelas kurang dari 20 siswa. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 103 siswa, pada tahun 2009/2010 berjumlah 96 siswa, dan pada tahun 2010/2011 berjumlah 119 siswa.

Selain jumlah siswa yang minim, prestasi belajar siswa juga minim dikarenakan proses pembelajaran yang kurang optimal. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat sekitar enggan menyekolahkan anaknya di SDN Kalirejo 02. Selain itu diketahui bahwa sebagian besar siswa SDN Kalirejo 02 berasal dari desa tetangga yang tidak diterima di SD tempat tinggalnya. Namun pada 4 tahun terakhir ini, pengelolaan pembelajaran dikemas oleh kepala sekolah baru dengan model PAKEM sehingga mampu mendongkrak prestasi belajar siswa. Dampak dari

(6)

peningkatan prestasi siswa menjadikan SDN Kalirejo 02 mengalami perkembangan di mana jumlah siswanya selalu bertambah. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 156 siswa, pada tahun 2012/2013 berjumlah 159 siswa, bahkan pada tahun pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 ini melebihi quota sehingga menolak pendaftar calon siswa baru. Tahun pelajaran 2013/2014 jumlah siswa 184 siswa dan pada tahun pelajaran 2014/2015 jumlah siswanya 189. Kondisi seperti ini mengubah SDN Kalirejo 02 berubah dari status SD Imbas menjadi SD Inti di Gugus Gatot Subroto Kecamatan Ungaran TimurPada tahun 2012.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti hendak mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Aspek PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitiannya ialah:

1. Bagaimana konteks manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur?

2. Bagaimana input manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur?

(7)

3. Bagaimana proses manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur?

4. Bagaimana produk manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi tentang:

1. Konteks manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur.

2. Input manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur. 3. Proses manajemen berbasis sekolah dalam

PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur.

4. Produk manajemen berbasis sekolah dalam PAKEM di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya teori-teori manajemen pendidikan dalam kaitannya dengan manajemen berbasis sekolah. Dengan mengkaji pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, dapat dipahami secara utuh wujud pelaksanaan manajemen berbasis sekolah khususnya di SDN Kalirejo 02 Kecamatan Ungaran Timur.

2. Secara praktis, penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat praktis bagi:

a. Kepala sekolah, yaitu sebagai masukan dalam pengelolaan kepemimpinan pembelajaran berbasis MBS dan solusi dalam mengatasi hambatan pelaksanaan MBS.

b. Guru, yaitu dapat memotivasi guru dalam melaksanakan MBS di sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis Penelitian ... Defenisi Operasional ...

Keputusan daripada model dalam JaduallO rnenunjukkan bahawa persepsi guru memberi kesan kepada arnalan ciri berkongsi objektif pembelajaran antara guru dan pelajar, di mana jika

tulisan (UTS) Menguraikan Latar belakang, sejarah, pengertian & syarat-syarat utama bagi seorang MC dengan benar Menguraikan Latar belakang, sejarah, pengertian &

Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dalam kehidupan politik, yang nantinya diharapkan akan memberikan perubahan

Oleh karena itu, perlu dibuat campuran resin akrilik dengan kitosan yang hasilnya dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan diharapkan dapat memenuhi

Semata-mata bahwa sewa (demikian ia mencampur- adukkan sewa-tanah dan laba) tidak lahir sebagai suatu tambahan pada nilai sebuah barang-dagangan, melainkan lebih “sebagai

Setiap instrumen investasi tersebut tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, misalnya melakukan investasi pada obligasi mungkin lebih tepat untuk dilakukan

Sehingga hasilnya adalah 3,33% pada 5 responden memiliki kategori bentuk perilaku seksual sangat tinggi yaitu 4 responden di kategori berciuman dan 1 responden di