• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PERUNTUKAN

PENGGUNAAN TANAH DI KABUPATEN SLEMAN

Oleh: Ambar Tri Pratiwi dan Puji Wulandari, M.Kn/ Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta ambarpratiwi77@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang izin peruntukan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman dan hambatan dalam mengimplementasikan peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penentuan subjek dilakukan dengan cara purposive. Subjek penelitian yaitu Kepala bidang Perizinan Pertanahan BPMP2T dan Kepala Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tanah KPPD. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan Cross check data. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) implementasi peraturan daerah Kabupaten Sleman yaitu: izin peruntukan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman sebagian besar adalah izin perubahan penggunaan tanah (IPPT) dan izin pemanfaatan tanah (IPT), Peraturan Daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 hanya mengatur orang dan badan hukum yang memiliki izin penggunaan tanah, pengawasan dilakukan untuk orang dan badan hukum yang berizin. (2) hambatan yang dihadapi yaitu: sumber daya aparatur BPMP2T dan KPPD terbatas, penerbitan surat keputusan tidak sesuai waktu yang ditentukan, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, sanksi yang diberikan terlalu ringan.

(2)

THE IMPLEMENTATION OF SLEMAN REGENCY’S LOCAL REGULATION NUMBER 19 YEAR 2001 REGARDING THE LAND USE

ALLOTMENT PERMITS IN SLEMAN REGENCY Ambar Tri Pratiwi

NIM 11401241035 ABSTRACT

The study aims to investigate the implementations of Sleman Regency’s local regulation number 19 year 2001 regarding the land use allotment permits in Sleman Regency and the constraints in the implementations of Sleman Regency’s local regulation number 19 year 2001.

This was a descriptive study using the qualitative approach. The subjects were purposively selected. The subjects were the Head of the Division of Land Licensing of BPMP2T and the Head of the Section of Land Use Supervision of KPPD. The data were collected by interviews and documentation. The data trustworthiness was enhanced by cross checking the data. The data were analyzed through data reduction, data display, and conclusion.

The result of the study showed that: (1) The implementation of Sleman Regency’s local regulation is that: the land use allotment permits in Sleman Regency are mostly land use change permit (IPPT) and land utilization permit (IPT), Sleman Regency’s Local Regulation number 19 year 2001 only regulates people or legal bodies that hold land use permits, and the supervision is done on authorized people and legal bodies. (2) the faced constraints are that: the huan resources of BPMP2T and KPPD are limited, the issue of a decision is not within the appropriate time, there is lack of socializations to the public, and the imposed sanctions are the light.

(3)

PENDAHULUAN

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah mengharuskan setiap orang dan badan hukum untuk memiliki izin dalam peruntukan penggunaan tanah. Sesuai Pasal 2 Peraturan daerah tersebut menyebutkan bahwa setiap orang pribadi dan atau badan yang menggunakan tanah untuk kegiatan pembagunan fisik dan atau untuk keperluan lain yang berdampak pada struktur ekonomi, sosial budaya dan lingkungan wajib memperoleh izin peruntukan penggunaan tanah dari Bupati. Peraturan daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah digunakan untuk pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan tanah agar peruntukannya sesuai.

Sebagai Kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lahan di Kabupaten Sleman yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal, termasuk apartemen. Diantara sejumlah apartemen yang sedang dibangun, masih ada apartemen yang belum memperoleh izin dari pemerintah dan masyarakat. Pembangunan apartemen tetap berlangsung meski izinnya masih di proses (Arum. 2015. Diakses dari http://liputan.tersapa.com/apartemen-uttara-tanpa-izin-tapi-pembangunan-jalan-terus/. pada tanggal 18 Juli 2016).

Selain itu kepemilikan tanah yang berada pada individu menyulitkan pemerintah untuk mengendalikan laju perpindahan tanah dan perkembangannya. Alih fungsi lahan di Daerah Istimewa Yogyakarta banyak dilakukan oleh individu (sporadis) dan ini sangat sulit untuk dikontrol. Sementara, alih fungsi secara

(4)

sistematis relatif semakin terbatas (tatiek.lecture.ub.ac.id, diakses pada tanggal 21 Februari 2015).

Perubahan lahan pertanian menjadi perumahan dan pembangunan lainnya akan berdampak buruk bagi kelangsungan lingkungan sekitar. Alih fungsi lahan yang biasanya dijadikan pemukiman ini akan sulit ditata ulang karena pelestarian fungsi lingkungannya yang tidak tergantikan. Konversi lahan bisa memengaruhi kadar buangan air yang seharusnya bisa terserap tanah.

Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 19 tahun 2001 Tentang Izin Peruntakan Penggunaan Tanah, maka setiap setiap orang atau badan hukum yang akan menggunakan tanah untuk kegiatan pembangunan harus memiliki izin pemerintah daerah. Namun ternyata masih ada orang atau badan hukum yang akan menggunakan tanah sebagai pembangunan tidak mengajukan izin terlebih dahulu. Oleh karena itu pengendalian perubahan pengggunaan lahan pertanian perlu dilakukan. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah merupakan langkah pemerintah dalam mengendalikan peruntukan penggunaan tanah. Peneliti tertarik untuk meneliti implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Sleman dan Kantor Pengendalian Pertanahan Daerah (KPPD) Kabupaten Sleman.

(5)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.

Subyek penelitian diambil dengan cara purposive, maka subyek penelitin sebagai berikut: Kepala Bidang Perizinan Pertanahan BPMP2T dan Kepala Seksi Pengawasan Pemanfaatan Tanah KPPD. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan dengan cross check data. Proses analisis datanya mencakup reduksi data, data display (penyajian data), dan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan berupa deskripsi tentang implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah dan hambatan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001.

1. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Sleman

Peraturan Daerah nomor 19 tahun 2001 Tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah merupakan instrumen yuridis yang digunakan pemerintah untuk memengaruhi masyarakat agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya. Izin peruntukan penggunaan tanah digunakan sebagai cara pengendalian peruntukan penggunaan tanah. Izin peruntukan penggunaan tanah juga berfungsi sebagai alat penertiban masyarakat karena pembangunan yang dilakukan harus sesuai dengan rancangan tata ruang wilayah dan sesuai dengan peruntukannya.

(6)

Berdasarkan data dari Badan Penanaman Modal dan Pusat Perizanan Terpadu (BPMP2T) diperoleh data dan informasi jumlah permohonan izin. Seperti yang tergambar sebagai berikut:

Tabel. 1 Permohonan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

No Tahun Ket. Pemberian Izin Izin Lokasi Izin Pemanfaat -an tanah Izin Perubahan Penggunaan Tanah Izin Konso -lidasi Tanah Izin Penet-apan Lokasi 1 2010 Diizinkan 25 383 363 3 4 Ditolak 0 24 208 - - Lain-lain - - 11 - - 2 2011 Diizinkan 9 276 192 - - Ditolak 0 27 149 - - Lain-lain - 9 18 - - 3 2012 Diizinkan 20 343 222 1 14 Ditolak 0 33 199 - - Lain-lain - 1 13 - - 4 2013 Diizinkan 12 326 384 0 0 Ditolak 0 31 160 - - Lain-lain - 3 17 - - 5 2014 Diizinkan 19 343 378 - 1 Ditolak 1 35 142 - - Lain-lain - 27 31 - - 6 2015 Diizinkan 15 301 360 - 1 Ditolak 0 37 81 - - Lain-lain - 30 15 - -

Sumber: Data BPMP2PT Kabupaten Sleman

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa permohonan izin peruntukan penggunaan tanah di kabupaten Sleman merupakan permohonan yang banyak diajukan ke BPMP2T. Sebagian besar izin yang diajukan dan diizinkan adalah izin pemanfaatan tanah dan izin perubahan penggunaan tanah, sedangkan izin lokasi, izin konsolidasidan izin

(7)

penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum jarang dilakukan di kabupaten Sleman.

BPMP2T memiliki pertimbangan dalam menentukan izin peruntukan penggunaan tanah yang diajukan akan diterima atau ditolak. Izin yang telah sesuai dengan kriteria pertimbangan yang telah ditentukan maka izin diterima kemudian diterbitkan surat keputusan dari BPMP2T. Jika izin peruntukan penggunaan tanah yang diajukan tidak sesuai dengan pertimbangan tersebut maka, BPMP2T menolak pengajuan izin peruntukan penggunaan tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan lain-lain pada tabel yaitu berkas izin yang diajukan tidak memenuhi syarat sehingga tidak bisa diproses dan dikembalikan pada pemohon.

Peraturan daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaa Tanah merupakan upaya pemerintah dalam mengendalikan dan mengarahkan penggunaan tanah sesuai dengan peruntukannya. Implementasi dari peraturan daerah tersebut telah sesuai dengan aturan yang ada didalam perdanamun, perlu adanyapengawasan untuk pelaksanaannya agar dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Pengawasan bertujuan untuk memberikan pengarahan-pengarahan kepada orang atau badan yang telah mempunyai izin. Dalam hal ini Kantor Pengendalian Pertanahan (KPPD) dibentuk sebagai instansi pengawasan dan pengendalian tanah. Sesuai dengan Pasal 40 Keputusan Bupati Sleman nomor 53/Kep.KDH/A/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

(8)

Daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan atas izin peruntukan penggunaan tanah dilakukan oleh Badan Pengendalian Pertanahan Daerah yang sekarang dirubah menjadi KPPD beserta dengan instansi yang terkait.

Pengawasan atas penggunaan tanah terkait dengan pelaksanaan izin bagi perorangan dan badan hukum yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten Sleman. Izin tersebut meliputi, izin pemanfaatan tanah, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin lokasi. Orang dan badan hukum yang memiliki izin akan dimonitoring secara rutin oleh pihak KPPD untuk melihat apakah syarat yang terlampir dalam surat izin yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten Sleman terlaksana dan penggunaanya sesuai dengan yang tertulis dalam surat izin tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran.

Pengawasan pemanfaatan tanah yang dilakukan oleh KPPD meliputi:

1. Badan hukum yang belum memiliki izin

2. Orang dan badan hukum yang melakukan pembangunan tapi belum berizin

3. Orang atau badan hukum yang sudah memiliki izin tetapi tidak sesuai dengan rekomendasi atau yang terlampir dalam surat izin.

Kegiatan pengawasan KPPD meliputi monitoring dan insidental. Monitoring adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan secara rutin dan sudah terjadwal biasanya dilakukan setiap satu minggu sekali. Orang atau

(9)

badan yang akan dimonitoring adalah mereka yang telah melakukan pelanggaran. Suatu tindakan dapat dikatakan pelanggaran jika sesuatu yang dilakukan tidak sesuai dengan Rencana Tatat Ruang Wilayah (RTRW) yang ditentukan serta tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001.

Pengawasan insidental dilakukan jika ada laporan dari masyarakat terkait dengan adanya pemanfatan tanah yang tidak sesuai atau menyimpang. Seperti misalnya, pada surat izin tertulis bahwa bangunan yang ada digunkan sebagai gudang namun, kenyataanya bangunan tersebut digunakan sebgai pabrik kayu. Masyarakat melapor pada KPPD bahwa merasa terganggu karena menimbulkan polusi udara dan juga bunyi bising. Monitoring yang dilakukan KPPD bersama dengan tim yang berasal dari instansi berbeda. Seperti Satuan Polisi-Pamong Praja, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, BAPPEDA serta Dinas Pertanian. Tim tersebut memonitoring orang dan badan hukum yang telah diberikan Surat Keputusan pemberian izin yang dikeluarkan BPMP2T dan permohonan yang yang ditolak oleh BPMP2T. Hal-hal yang dimonitoring untuk orang dan badan hukum yang telah memiliki Surat Keputusan Izin terdiri dari beberapa izin operasional yaitu:

1. Perolehan tanah

2. Pencatatan status tanah

(10)

4. Siteplan

5. Izin Mendirikan Bangunan 6. Izin menutup saluran irigasi 7. Izin operasional

8. Pemanfaatan tenaga kerja

9. Pemasangan tanda IPPT di lokasi

Sedangkan bagi orang yang telah memiliki Surat Keputusan izin yang digunakan sebagai tempat tinggal, maka monitoring yang dilakukan berupa:

1. Pencatatan status tanah 2. Izin Mendirikan Bangunan

3. Izin menutup saluran irigasi jika ada

Orang dan badan hukum harus mengurus izin operasional selain IPPT atau izin prinsp, karena PPT yang telah dkeluarkan oleh BPMP2T bukan izin segala-galanya. Kepala KPPD menuturkan bahwa banyak orang yang telah mempunyai IPPT tidak mengurus izin operasional seperti pencatatan status tanah dan izin mendirikan bangunan. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui dan menganggap IPPT adalah izin untuk segalanya

2. Hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

(11)

1. BPMP2T sebagai instansi pemerintah yang melaksanakan regulasi pengendalian tanah mengalami hambatan. Berdasarkan hasil penelitian hambatan yang dihadapi dalam pemberian izin adalah:

a. Hambatan internal yang dialami BPMP2T yaitu terbatasnya sumber daya manusia yang tidak sesuai denan banyaknya permohonan izin. Pada saat tinjauan lokasi tim dari BPMP2T kesulitan karena lokasi yang harus ditinjau lebih banyak dari pada sumber daya yang ada. Selain itu terkadang tim dari BPMP2TP harus meninjau lebih dari satu lokasi pada satu har.

b. Hambatan eksternal yang dialami BPMP2T yaitu:

1. Peraturan daerah yang telah dibuat tidak mengatur dan mengikat orang-orang yang tidak memiliki izin dalam penggunaan tanah. Sehingga masih banyak orang dan badan hukum yang tidak memiliki izin peruntukan penggunaan tanah namun telah mendirikan bangunan.

2. Proses penerbitan Surat Keputusan dari BPMP2T terkadang ada yang tidak sesuai dengan ketentuan yaitu 60 hari kerja. Hal ini karena banyaknya permohonan IPPT yang masuk dan proses untuk memperoleh izin memerlukan waktu yang lama karena harus berurusan dengan banyak instansi terkait sehingga, BPMP2T kesulitan untuk menyelesaikan permohonan tepat pada waktunya.

(12)

2. KPPD merupakan instansi pengawasan pemanfaatan tanah dalam melaksanakan tugasnya mengalami beberapa hambatan yaitu:

a. Hambatan interal KPPD yaitu, sosialisasi yang dilakukan KPPD kepada masyarakat untuk kesadaran penggunaan pemanfaatan tanah yang sesuai dengan peruntukannya masih kurang. Selama ini sosialisasi yang dilakukan hanya kepada pihak Desa/ Kecamatan tidak langsung kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut bersifat teknis karena membahas terkait dengan aturan IPPT informasi tentang kriteria pelanggaran terhadap IPPT

b. Hambatan eksternal yang dialami KPPD yaitu:

1. Tinjauan lokasi yang dilakukan oleh KPPD dan tim terkadang mengalami kendala sepert sulit bertemu pemilik izin peruntukan penggunaan tanah secara langsung dilokasi dan terkadang yang ditemui hanya pekerja bangunan saja. Pekerja bangunan tidak mau memberikan informasi terkait dengan pembangunan yang sedang dikerjakan. Hal tersebut menyita waktu KPPD yang seharusnya masalah dapat terselesaikan harus tertunda dan tidak bisa memberikan peringatan secara langsung.

2. Jika ada pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah daerah Sleman pihak KPPD tidak bisa menertibkan pembangunan tersebut dan memberikan sanksi secara langsung karena tanah yang digunakan merupakan

(13)

hak milik pribadi, jadi KPPD tidak bisa bertindak tegas seperti membongkar bangunan secara paksa bagi yang melanggar tata ruang wilayah.

3. Penegakan sanksi atas pelanggaran peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang izin peruntukan penggunaan tanah tidak efektif karena dendanya terlalu kecil hanya Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) dan pidana kurungan yang hanya tiga bulan kurungan. Hal tersebut tidak menimbulkan efek jera pada orang dan badan hukum yang telah melanggar.

Simpulan dan Saran Simpulan

Izin peruntukan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman sebagian besar adalah Izin Pemanfatan Tanah (IPT) dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT). Hal tersebut karena Kabupaten Sleman merupakan wilayah pendukung kota Yogyakarta, sehingga Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang strategis untuk tempat tinggal maupun tempat usaha. Pemberian izin peruntukan penggunaan tanah sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah sesuai dengan ketentuan, seperti: a. Aspek rencana tata ruang, b. Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemindahan hak dan penggunaan tanah, c. Aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.

(14)

Peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah hanya mengatur orang dan badan hukum yang memiliki izin, mereka yang tidak memiliki izin tidak terikat dengan peraturan daerah tersebut. Pengawasan yang dilakukan hanya terbatas pada orang dan badan hukum yang mempunyai izin peruntukan penggunaan tanah saja. Sedangkan bagi orang dan badan hukum yang tidak memiliki izin peruntukan penggunaan tanah tidak ada pengawasan dari pemerintah kabupaten Sleman.

Hambatan yang dihadapi dalam implementasi peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah yaitu:

1. Sumber daya aparatur yang terbatas baik pada BPMP2T maupun KPPD Kabupaten Sleman

2. Peraturan daerah Kabupaten Sleman nomor 19 tahun 2001 tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah hanya diperuntukan bagi orang dan badan hukum yang memiliki izin

3. Waktu penerbitan surat keputusan tidak sesuai dengan ketentuan 4. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPPD Sleman 5. Sanksi yang diberikan terlalu ringan

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu:

1. Perlunya menambah sumber daya manusia pada lembaga yang terkait agar dapat bekerja dan melayani masyarakat secara optimal.

(15)

2. Meningkatkan sosialisasi diberbagai kecamatan maupun desa di wilayah Kabupaten Sleman untuk masyarakat agar agar kesadaran penggunaan peruntukan tanah sesuai dengan fungsinya.

3. Perlunya penegakan hukum yang tegas dan memberikan sanksi yang berat bagi pelanggar peraturan.

DAFTAR PUSTAKA

Arum. 2015. Diakses dari http://liputan.tersapa.com/apartemen-uttara-tanpa-izin-tapi-pembangunan-jalan-terus/. pada tanggal 18 Juli 2016

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disusun pada bab IV, maka simpulan pada penelitian ini adalah variabel penerapan prinsip-prinsip andragogi

Dari hasil analisa pathloss didapatkan untuk parameter dengan variasi tinggi BTS Fiber Optic punya pathloss yang lebih kecil daripada BTS Microwave , untuk

Dari masing-masing kelompok diukur kadar kortisol sebelum dan 6 jam pasca operasi , setelah 7 hari pasca operasi dilakukan pengambilan sampel dari cairan

Kompensasi adalah suatu penghargaan atau balas jasa yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada pegawai atau karyawan baik secara langsung maupun tidak

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

[r]

Demikianlah, untuk dapat diindahkan dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Lubuklinggau, 31

Pembatasan ini dimaksudkan agar lebih fokus dan agar lebih mudah dimengerti, bukan untuk membedakan kurban yang ada dalam agama Hindu di dunia, karena sebenarnya