• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONDISI DAN SITUASI SUMATERA TIMUR

2.1. Kondisi Alam dan Masyarakat Sumatera Timur

Sumatera Timur dibatasi oleh Aceh di barat laut, Tapanuli di barat daya Bengkalis di tenggara dan Selat Malaka di timur laut. Luas daerah Sumatera Timur meliputi 31.715 kilometer persegi atau 6,7% dari seluruh daerah Sumatra. Sumatera Timur membentang mulai dari titik batas di puncak barisan yang dulu disebut Wilhelmina dan bukit simanuk-manuk. Dari bukit ini menurun menyentuh pantai timur Danau Toba, terus ke dataran rendah dan rawa pantai sepanjang Selat Malaka. Dua barisan bukit itu adalah bagian dari system Bukit Barisan yang membentang dari Banda Aceh di utara sampai Tanjung Cina di Selat Sunda, di selatan.10

10

Karl Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm.31

Sumatera Timur terletak antara garis khatulistiwa dan garis lintang utara 4 ° dengan iklim pantai tropik yang dalam sifat iklim mikronya dipengaruhi oleh topografi seperti daerah-daerah tanah tinggi, pegunungan Simalungun dan pegunungan Habinsaran. Di daerah-daerah pantai rata-rata suhu kira-kira 25 °C, dengan maksimum 32 °C. Dataran-dataran rendah pantai menikmati embusan angin darat dan laut dan sejuk pada malam hari. Karena suhu menurun dengan 0,6 °C per 100 m, maka suhu daerah-daerah pegunungan jelas lebih rendah daripada dataran

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan situasi dan kondisi

(2)

rendah. Di daerah-daerah yang lebih tinggi suhu menurun sampai rata-rata 12 °C dan berkisar antara 5,5 °C dan 18 °C.11

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badera, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 per tahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

(3)

penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat ini lah pada waktu penjajahan Belanda di tempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Sumatera Timur sampai pertengahan abad ke-19 didiami oleh kelompok etnis Melayu, Batak Karo, dan Batak Simalungun.12

Orang Batak Karo biasanya mendiami Dataran Tinggi Karo. Di Dataran Tinggi Karo tidak dijumpai sistem kerajaan. Akan tetapi pada masa kolonial, Belanda menciptakan lembaga-lembaga kerajaan di Dataran Tinggi Karo. Secara administrasi, unit terkecil di pemerintahan di Tanah Karo adalah kuta (kampung). Kuta didirikan oleh marga tertentu dan dipimpin oleh seorang penghulu. Pada mulanya ada banyak kesain di sana sehingga perlu digabungkan menjadi kuta. Gabungan dari kuta ini disebut urung, yang dipimpin oleh seorang Raja urung. Kuta induk disebut

Mereka inilah yamg dikenal sebagai penduduk asli Sumatera Timur. Orang Melayu sebagian besar bermukim di daerah pantai Timur. Menurut Lah Husni yang dimaksud suku Melayu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta memakai adat resam dan Melayu secara sadar dan kontinu. Orang Melayu mayoritas beragama Islam, masuk Melayu sama dengan masuk Islam.

12

Anthony Reid J,Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Sinar Harapan,1987, hlm.87

(4)

perbapaan, sedangkan kampong anak disebut dusun. Gabungan dari perbapaan dan dusun-dusun disebut urung. Urung-urung ini kemudian membentuk sebuah federasi yang dikenal dengan sibayak,13

Orang Simalungun menetap di dataran tinggi Simalungun. Sama seperti Melayu, orang Simalungun juga memiliki rajanya sendiri. Ada beberapa kerajaan kecil yang berdiri di Simalungun. Sistem pemerintahan kerajaan Melayu.

dan dipimpin oleh seorang sibayak.

14

Orang Simalungun juga ada yang menetap di daerah-daerah Kerajaan Melayu, bahkan ada juga yang sudah menjadi Melayu, umpamanya di Bedagai, Luhak Batak, Timur Dusun daerah kekuasaan Serdang, di daerah Batubara, dan Labuhan Batu.15

2.2 Pemerintahan Tradisional

Kesultanan Deli didirikan oleh Gocah Pahlawan, seorang panglima perang Sultan Iskandar Muda. Gocah Pahlawan menurut terombo kesultanan Serdang nama aslinya adalah Jazid, dan yang lain menamakannya adalah Abdullah Rhain. Sedangkan menurut Denai ia bernama Muhammad Dalik. Sebaliknya menurut terombo kesultanan Deli namanya adalah Muhammad Delikhan (asal dari Keling India, anak cucu Raja Delhi Akbar). Ia merantau ke arah nusantara dan kapalnya tenggelam dekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai. Karena kulitnya agak hitam, ia dikenal dengan nama Lebai Hitam. Berkat jasa dan kepahlawanannya

13 Nas Sebayang, Dasar-Dasar Bentuk Susunan Pemerintahan Tradisional Karo (Medan:1990), hlm.8-9

14

Suprayitno, Dari Federasi ke Unitarisme: Studi Tentang Negara Sumatera Timur (Yogyakarta: Tesis S2, 1995), hlm.34.

15

Suprayitno, “ Medan Sebagai Kota Pembauran Sosio Kultur di Sumatera Utara Pada Masa

(5)

membunuh enam orang pengacau ia diberi gelar Gocah Pahlawan dari Sultan Aceh. Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Sekitar tahun 1630 setelah kembalinya ia ke tanah Deli, ia membuka ibukota baru di sungai lalang, percut. Dengan bantuan tentara Aceh, Gocah Pahlawan dapat menstabilkan kedudukannya di Deli pada tahun 1641, sehingga suatu kerajaan Deli yang baru dan bersahabat dengan Aceh dibawah pimpinannya dapat berdiri kokoh. Nama Deli sendiri menurut terombo Deli diambil dari nama Delhi, yaitu tempat asal Gocah Pahlawan. Kemungkinan lain, nama Deli diambil dari nama Deli-Tua, bekas ibukota Kerajaan Aru yang ditaklukkan oleh Gocah Pahlawan. Nama Deli Tua itu aslinya diambil dari nama sebuah sungai dekat Deli Tua yang bernama Lau Petani Deli16

16

Tengku lukman Sinar, Sari Sejarah Serdang, Jilid I, Medan:Tanpa Penerbit, 1971, hlm. 30-32

(6)

Sultan Osman Perkasa Alamsyah adalah Sultan Deli pertama yang memerintah di Kesultanan Deli berdasarkan surat kuasa Sultan Aceh. Sultan Osman Perkasa Alamsyah wafat pada tahun 1858 dan dimakamkan di areal pemakaman Mesjid Raya Labuhan Deli. Sultan Osman Perkasa digantikan oleh putranya, Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah, di buat perjanjian Acte Van Verband, antara Kesultanan Deli dan Belanda yang dipimpin oleh Residen Riau, Eliza Netscher, pada tanggal 21 Agustus 186217

17

Perjanjian itu berisi: bahwa Sultan Deli taat dan setia pada Raja Belanda/ Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan melaksanakan pemerintahan di Deli sesuai adapt dan peraturan; bersedia memajukan negeri dan rakyat; bersedia mematuhi syarat-syarat penambahan akte yang belum jelas atau belum tercantum. Perjanjian ini dilakukan Sultan Deli dan berikut gantinya.

. Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

Setelah wafat, Sultan Mahmud Perkasa digantikan oleh putranya yaitu Sultan Mahmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Pada masa itu putranya diangkat menjadi Sultan belum mencapai usia tujuh belas tahun. Pada awal pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, ibukot a Kesultanan Deli masih berada di Labuhan. Jauh sebelum Belanda , Labuhan telah mampu menjadi pelabuhan sungai penting yang ramai, dan telah mampu menampung kegiatan ekspor impor barang dagangan dari dan keluar wilayah Kesultanan Deli. Setelah penandatanganan Acte Van Verband pada tanggal 22 Agustus 1862, Labuhan mulai dilirik untuk dijadikan wilayah perkebunan tembakau. Pada tahun 1863, J Nienhuys, seorang pengusaha

(7)

perkebunan berkebangsaan Belanda, pindah dari Jawa Timur ke Deli. Nienhuys berhasil mendapatkan konsesi tanah untuk membuka perkebunan di tanah Deli dari Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah. Daerah yang pertama untuk penanaman tembakau terletak di tepi sungai Deli yaitu seluas 4000 bau18. Konsesi ini diberikan selama 20 tahun, selam 5 tahun pertama Nienhuys dibebaskan dari pajak dan sesudah itu baru membayar 200 gulden setahun19

Pada tahun 1879, Kedudukan Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan. Asisten Residen Deli sendiri pada masa itu berada dibawah Keresidenan Sumatera Timur dengan ibukotanya Bengkalis. Pindahnya Asisten Residen Deli ke Medan semakin menguatkan posisi Medan sebagai kota baru yang strategis.

Ditempat lain, pada tahun 1886, Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa .

Nienhuys berhasil dengan tanaman tembakaunya di Labuhan Deli. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor perusahaanya Deli Maatschappij, ke Medan. Alasannya, karena letak medan yang lebih tinggi dari Labuhan, dapat menghindarkan diri dari banjir. Alasan lain Karena Medan sendiri pada waktu itu masih penuh dengan hutan sehingga cukup mudah untuk melakukan perluasan lahan tanaman tembakaunya. Perkampungan yang sempat tercatat di Medan adalah suatu kampung yang disebut dengan Medan Putri yang terletak pada pertemuan antara sungai Deli dan sungai Babura.

18

1 bau= 7,096.5 meter persegi 19

Nurhamidah,” Sejarah Buruh Perkebunan di Sumatera Timur”dalam Historisme Edisi No.21/Tahun XI/ Agustus 2005, hlm.20. Lihat juga Thee Kian Wie, Plantation Agriculture and Export Growth an Ecohomic History of East Sumatra 1863-1942, Jakara: National of Institue of Economic and Social Research ( LEKNAS- LIPI ), 1977, hlm.3.

(8)

Alamsyah mendirikan kampong Bahari di Labuhan . Setelah melihat perkembangan Medan yang pesat, maka pada tanggal 26 Agustus 1888, Sultan Makmun Al-Rasyid mulai mendirikan Istana Maimon di Medan. Secara resmi, Sultan Makmun Al-Rasyid pindah ke Medan dan menempati Istana Maimon pada tanggal 18 Mei 1891. Dengan demikian, Medan menjadi ibukota Kesultanan pada tahun itu juga. Perpindahan ini semakin menjatuhkan pamor Labuhan sekaligus mempercepat proses kemunduran Labuhan Deli. Pada akhirnya Labuhan tidak lagi menjadi Bandar pelabuhan bagi Kesultanan Deli dan pemerintah Belanda disebabkan endapan-endapan Lumpur. Sebagai gantinya, kegiatan ekspor impor dipindahkan ke Belawan yang sudah dibangun pemerintah Belanda pada saat itu20

20

Historisme Edisi No.22/Tahun XI/ Agustus 2006, oleh Ratna, “Labuhan Deli:Riwayatmu Dulu” hlm. 9-10.

.

Pada masa Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah di Deli, perkebunan-perkebunan tembakau sudah tersebar luas di Labuhan dan Medan. Pada masa itu wilayah Kesultanan Deli yang ramai dan menjadi pusat aktivitas ekonomi adalah Labuhan dan Medan. Namun, sebagai akibat perpindahan Deli Maatschappij dan Asisten Residen Deli dari Labuhan ke Medan, serta dijadikannya Medan sebagai ibukota Keresidenan Sumatera Timur, aktivitas ekonomi menjadi terpusat di Medan. Sehingga, Labuhan jatuh pamornya dan ditinggalkan orang. Hal ini yang memaksa Sultan Makmun Al-Rasyid memindahkan Kesultanan Deli dari Kampung Bahari, Labuhan ke Medan.

(9)

2.3. Hubungan dengan Kolonial

Ekspansi kekuasaan kolonial masuk ke Sumatera Timur melalui kerajaan Siak. Dengan Siak, Belanda berhasil mengadakan perjanjian yang disebut Traktat Siak yang ditandatangani pada 1858. Isi Traktat Siak antara lain:

a) Raja Siak menyatakan bahwa kerajaan menjadi bagian dari pemerintah Hindia Belanda di bawah kedaulatan Belanda.

b) Pemerintah Belanda diizinkan mendirikan pos di Bengkalis.

c) Pengganti Raja atau Raja Muda harus bersumpah setia kepada Jenderal. d) Tanpa izin dari Residen Riau Sultan tidak dibolehkan berhubungan dengan

pemerintah asing dan melarang orang asing menetap di wilayah kekuasaanya. e) Pemerintah Hindia Belanda jika berkeinginan dapat mengambilalih pajak atau

pendapatan Sultan dengan diberi ganti rugi. Karena Siak telah ditundukkan, selanjutnya Traktat Siak oleh Belanda dipakai sebagai langkah persiapan menaklukkan Sumatera Timur21

Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.

.

21

Budi Agustono, Muhammad Osmar Tanjung, Edy Suhartono, Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia VS PTPN II: Sengketa Tanah di Sumatera Timur (Bandung: Wahana Informasi Masyarakat dan AKATIGA, 1997),hlm.22

(10)

Pada tahun 1862, yaitu empat tahun setelah penandatanganan Trakta Siak, Residen Elisa Netscher berlayar ke berbagai kerajaan di Sumatera Timur. Dengan tujuan agar raja-raja yang berada dibawah kekuasaan Siak agar mengakui kedaulatan pemerintah Hindia Belanda atas kerajaan mereka masing-masing sesuai isi Traktat Siak. Tetapi Sultan Mahmud Perkasa Alam yang menggantikan Sultan Osman, yang menduduki Kerajaan Deli, menyatakan bersedia mengakui kedaulatan Hindia Belanda atas kerajaan Deli dengan syarat bahwa kerajaan Siak bukan merupakan atasan bagi kerajaan Deli. Kemudin Resident Netscher menyetujui syarat tersebut. Dengan ditandatanganinya Acte Van Erkenning (bahwa kerajaan Deli berada dibawah perlindungan Hindia Belanda yang berdaulat di Siak) oleh Sultan Mahmud pada tanggal 22 Agustus 1862 maka sejak saat itu Hindia Belanda mulai menjajah Deli.

Belanda menaklukkan Sumatera Timur bukan lewat peperangan, melalui kontrak politik atau akta perjanjian yang disodorkan secara paksa kepada kesultanan. Setiap kali menandatangani Akta Perjanjian kepada Sultan, Belanda memaksa kehendak politiknya. Dengan Akta Perjanjian itu pula Belanda semakin mudah mengontrol dan mendiktekan kemauan politiknya.

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887, Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana

(11)

Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang.

Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929). Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang

(12)

dijadikannya medan sebagai ibukota Deli juga telah menjadikan Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah.

2.4 Kedatangan Nienhuys

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau Deli, Maret 1864, hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau

(13)

Jacobus Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam, Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik.

Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor PTPN II (eks PTPN IX) sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah agar aplikasi ini dapat berguna bagi orang-orang yang ingin mencari nilai bilangan kromatis

Abstrak : Tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui permainan kotak pos dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak usia 4-5 tahun di PAUD Anggrek

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah kinerja keuangan tersebut Earning Per Share, Return On Assets, Net Profit Margin dan Return On Equity berpengaruh

The growth process is seen as a process involving an increase in output that determined by "rill" factors, for example by rate of capital accumulation

Bukan ditentukan oleh Tahun, Bulan, Minggu, Hari, Jam maupun

Penyuluh melakukan pertemuan di lahan, praktek penggunaan pestisida dan metode ataupun caracara lain bagi petani 5.. Penyuluh memfasilitasi penggunaan pestisida, serta pelatihan

Berdasarkan hasil produksi menunjukkan bahwa pola tanam kedelai dan sorgum terbaik terdapat pada jarak tanam 0,5 m dari tanaman karet dan secara ekonomi tumpangsari sorgum

eksklusivitas sistem sosial budaya masyarakat di Dusun Pangkal Raya..