PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI SITOKININ TERHADAP PEMBENTUKAN BUAH PARTENOKARPI PADA TANAMAN
CABAI (Capsicum annum L.) Oleh :
Elva Rahmayani , Rizki , Novi
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Elva.rahmayani@yahoo.com
ABSTRACT
Chili of cultivation will be attracted for most of farmers because the highest economic value. It influences by the quality of chili it self. Nowadays, the quality of chili’s cultivation is still low. One of the way to solve this problem is partenocarpy. This research aims ti know the effect some cytokinin concentrate to establish the chili’s fruit (Capsicum annum L.). the research has done on February until August in 2013 in Green House of Biology, Science and Math Faculty, UNAND by using RAL (Random design complete) with 6 treatmenst and 4 repetations. The control without, cytokinin concentrate 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, and 100 ppm. The result of this research shows that giving concentrate 80 ppm is the best in avolding seeds with average 5,25 seeds, 100 ppm for size, diameter, and weight of the chili. Key words : Cytokinin, chili, partenocarpy
PENDAHULUAN
Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman perdu yang berasal dari daratan Amerika dan Amerika Tengah, termasuk Meksiko, kira-kira sejak 2500 tahun sebelum Masehi dan menyebar ke negara Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia (Sugiharto, 1999). Budidaya cabai menjadi daya tarik bagi petani karena terletak pada nilai ekonominya yang tinggi dan cabai yang mempunyai kualitas terbaik adalah cabai yang bisa berbuah lebat serta mempunyai buah yang besar atau lebih besar dari ukuran cabai lainnya (Ripangi, 2012). Kebutuhan cabai yang semakin meningkat, dan cabai merupakan komoditas yang
bernilai ekonomi tinggi, dimana nilai jualnya dipengaruhi oleh kualitas buahnya, namun tanaman cabai yang dihasilkan oleh petani tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang selalu bertambah dari tahun ke tahun.
Hal ini disebabkan oleh rendahnya hasil panen cabai di Indonesia. Hasil panen cabai yang rendah, juga ditentukan oleh kualitas cabai yang dihasilkan petani di Indonesia sendiri, dikatakan rendah karena buahnya sedikit dan kecil, serta bijinya banyak, dibandingkan dengan hasil pertanian cabai di China, Thailand, dan India (Setiadi, 2006).
Salah satu cara mengatasi rendahnya kualitas cabai yang dihasilkan, yaitu dengan
melakukan partenokarpi. Buah yang terbentuk tanpa melalui polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi. Partenokarpi ini kurang menguntungkan bagi program produksi biji, tetapi lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas buah, khususnya pada jenis tanaman komersial (hortikultura). Salah satu hormon yang berperan dalam proses partenokarpi adalah sitokinin, hormon ini merangsang pembelahan sel dengan cepat sehingga dapat menghambat pembentukan biji (Pardal, 2008).
Annisah (2004) telah melakukan penelitian tentang pengaruh induksi Giberelin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada tanaman semangka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyemprotan Giberelin pada kisaran konsentrasi 0 – 200 ppm belum dapat mengakibatkan terbentuknya buah semangka yang bersifat partenokarpi. Namun penyemprotan Giberelin dapat menurunkan jumlah bunga gugur dan meningkatkan jumlah serta berat total semangka yang dihasilkan, dan konsentrasi yang paling baik pada penelitian ini adalah 100 ppm. Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian tentang adanya pengaruh beberapa konsentrasi Sitokinin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada tanaman cabai (Capsicum annum L.).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Agustus 2013 di Rumah Kaca Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag dengan diameter 50 × 40 cm, baki, timbangan ohous digital, jangka sorong, meteran, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah benih cabai (Capsicum annum L.) varietas TM 999 koleksi Balai Penelitian Teknologi Pertanian, Solok, sitokinin, alkohol 96 %, aquadest, insektisida, NPK, air, dan label.
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuannya adalah kontrol, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Sehingga total unit percobaan adalah 6 × 4 = 24 unit. Pengamatan dianalisa secara deskriptif.
Prosedur kerja dalam penelitian ini yang pertama persiapan bibit. Persiapan dimulai dengan mempersiapkan benih. Dengan menggunakan tanah, sekam, dan pupuk kandang, perbandingan nya 1 : 1 : 1 yang diletakkan didalam baki kemudian tutup dengan plastik. Setelah itu persiapan media tanam dapat dilakukan sebagai berikut ; Siapkan polibag dengan diameter 50 × 40 cm. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah, pupuk kandang dan
sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1 (Ripangi, 2012). Kemudian bibit yang sudah berumur 12 hari (memiliki 2 helai daun) ditanam ke polibag. Bibit ditanam tepat di tengah, lalu tambahkan media tanam hingga mencapai sekitar 2 cm dari bibir polibag (Ripangi, 2012).
Setelah itu dilakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media (dilakukan 3 kali dalam seminggu). Pemupukan dilakukan (umur 30 hari setelah tanam (HST) : 1,5 gr NPK per tanaman) (Ripangi, 2012). Apabila tanaman cabai berbunga, dilakukan Aplikasi larutan sitokinin pada bunga hermafrodit beserta bakal buahnya yang tampak menggelembung dicelupkan dengan larutan Sitokinin sampai merata. Masing-masing bunga hermafrodit tiap tanaman dicelupkan pada saat bunga masih kuncup. Pencelupan dimulai pada saat bunga betina sudah lengkap dengan bakal buahnya. Pencelupan dilakukan sebanyak 1 kali sebelum bunga mekar (Annisah, 2004). Setelah dilakukan pencelupan sitokinin pada
bunga cabai, biarkan sampai berbuah dan panen. Panen dilakukan dengan kriteria buah cabai yang benar-benar tua warna merah, hijau kemerahan, atau hitam kemerahan. Pemanenan buah cabai dilakukan dengan mengikutsertakan tangkai buahnya, tetapi jangan sampai merusak ranting atau percabangan tanaman, serta umur panen yang sudah cukup sekitar 80 HST. Pemetikan dapat dilakukan 1 kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah panen dilakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap persentase terbentuknya buah, panjang buah, diameter buah, jumlah biji, dan bobot buah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh beberapa konsentrasi sitokinin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada tanaman cabai (Capsicum annum L.), didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Persentase terbentuknya buah
Tabel 1. Persentase terbentuknya buah pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) setelah diberi perlakuan beberapa konsentrasi sitokinin.
No Perlakuan Persentase terbentuknya buah (%) 1. A 40 2. B - 3. C - 4. D - 5. E 20 6. F 60
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase terbentuknya buah tertinggi terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi sitokinin 100 ppm dengan persentase terbentuk buah 60%, tanpa perlakuan (kontrol) dengan persentase terbentuk buah 40%, dan perlakuan dengan konsentrasi sitokinin 80 ppm dengan persentase terbentuk buah 20%, sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm tidak terbentuk buah
partenokarpi. Hal ini disebabkan karena penggunaan konsentrasi sitokinin yang tidak tepat. Hormon sitokinin yang diberikan kepada bunga yang sedang kuncup, tidak dapat menyerap dengan sempurna sehingga
sitokinin tidak sampai ke serbuk sari. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanaman yang lambat, rontoknya bunga, dan ukuran buahnya kecil.
2. Panjang buah, diameter buah, dan jumlah biji tanaman cabai yang diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi sitokinin.
Tabel 2. Rata-rata panjang buah, diameter buah, dan jumlah biji tanaman cabai (Capsicum annum L.) yang diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi sitokinin.
No Perlakuan Rata-rata panjang buah (cm) Rata-rata diameter buah (cm) Rata-rata bobot buah (gr) 1. A 6,50 0,9 18,25 2. B - - - 3. C - - - 4. D - - - 5. E 3,10 0,55 5,25 6. F 6,83 1,58 10
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian sitokinin sampai konsentrasi 100 ppm menunjukkan pengaruh terhadap panjang buah dan diameter buah dibandingkan dengan kontrol, dan perlakuan yang lebih baik terhadap panjang buah dan diameter buah, terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi 100 ppm. Sedangkan dalam mengurangi jumlah biji terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi sitokinin 80 ppm dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena hormon sitokinin dapat membantu proses partenokarpi atau buah tanpa biji. Salah satu cara untuk mendapatkan buah tanpa biji yaitu dengan memberi hormon sitokinin pada saat bunga kuncup. Hormon tersebut mampu merusak benang sari sehingga tidak terjadi pembuahan, dan buah yang terbentuk bijinya
akan berkurang, bahkan apabila konsentrasi sitokinin yang diberikan menyerap dengan baik dapat menyebabkan buah partenokarpi atau buah tanpa biji.
3. Bobot buah tanaman cabai (Capsicum annum L.) yang diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi sitokinin.
Tabel 3. Rata-rata bobot buah tanaman cabai (Capsicum annum L.) yang diberi perlakuan dengan beberapa konsentrasi sitokinin.
No Perlakuan Bobot buah (gr)
1. A 2,52 2. B - 3. C - 4. D - 5. E 1,77 6. F 5,00
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada beberapa perlakuan sitokinin memberikan pengaruh terhadap bobot buah tanaman cabai. Buah cabai yang diberi perlakuan sitokinin 100 ppm memiliki bobot
buah yang lebih besar apabila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini ddiduga karena konsentrasi 100 ppm lebih memacu pembelahan sel, sesuai dengan fungsi hormon sitokinin adalah merangsang pembelahan sel dengan cepat dan mempengaruhi pembesaran sel (peningkatan ukuran). Adanya pembesaran sel mengakibatkan ukuran sel yang baru lebih besar dari sel induk. Pertambahan ukuran sel
menghasilkan pertambahan ukuran jaringan, organ dan akhirnya meningkatkan ukuran tanaman (buah) secara keseluruhan maupun berat tanaman tersebut. Peningkatan pembelahan sel menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak. Jumlah sel yang meningkat, termasuk didalam jaringan pada daun, memungkinkan terjadinya peningkatan fotosintesis penghasil karbohidrat, yang dapat mempengaruhi bobot tanaman.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh beberapa konsentrasi sitokinin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada tanaman cabai, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian sitokinin membantu dalam pembentukan buah partenokarpi pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). Konsentrasi yang paling baik dalam mengurangi jumlah biji adalah 80 ppm dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu dengan rata-rata jumlah biji adalah 5,25 biji.
SARAN
Untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi sitokinin terhadap pembentukan buah partenokarpi pada tanaman cabai, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Annisah, 2004. Pengaruh Induksi Giberelin Terhadap Pembentukan Buah Partenokarpi pada Tanaman Semangka. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara: Medan Alex, S. 2012. Kreatif Bertanam Cabai
Dalam Pot. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Cahyanti, 2002. Peranan Konsentrasi dan Interval Pemberian Giberelin terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika (Capsicum annum L.). Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara: Medan.
Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Nawangsih, 2001. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai. Universitas Sumatera Utara Press: Medan
Pardal, S.J. 2008. Tanpa Biji Tinggi Produksi. Edisi November 2008/XXXIX:Trubus No. 468. Prawirohartono, Slamet. 2005. Sains Biologi.
PT. Bumi Aksara:Jakarta.
Rahmad, M. 2007. Estandar Operasional Prosedur (pedoman umum) Cabai Merah. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Direktorat Jendral Hortikultura: Bandung.
Ripangi, Arip. 2012. Budidaya Cabai. PT. Buku Kita:Yogyakarta.
Salisbury, F.B and C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Biokimia Tumbuhan, Jilid 2. ITB:Bandung.
Setiadi, 2006. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sugiharto, 1999. Pembentukan buah partenokarpi pada Cabai (Capsicum
annum, L.).
http://libunair@indo.net.id. Faculty of Mathematics and Natural Science Airlangga University. Diakses tanggal 28 Juli 2012.
Sunarjono, H. 2000. Prospek Bertanam Buah. Penebar Swadaya: Jakarta. Sunarjono, H. 2005. Berkebun 21 Jenis
Tanaman Buah. Penebar Swadaya: Jakarta.
Syukur, Muhamad. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya: Jakarta.