• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN TERPADU (Studi tentang Pendidikan Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN TERPADU (Studi tentang Pendidikan Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT))"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN TERPADU

(Studi tentang Pendidikan Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT))

Sadiran

Institut Agama Islam (IAI) Ngawi

Abstract

This study aims to determine ; (1) what is the process of implementing Character education with the local content curriculum (Mulok) at SDIT Almukminun and to find out (2) what are the steps taken by SDIT Almukminun or what is the response offered in supporting and preparing Local Content in SDIT Almukminun Ngrambe.

This research uses field research methods as well as participation research with analytical descriptive analysis techniques. The collected research data is then analyzed using a descriptive-analytic analysis model.

The results showed that the process of implementing character education on local content in elementary schools of SDIT Almukminun Ngrambe can be realized and can be carried out well because it is supported by several factors as follows; [1] there is a very strict student admission process and must go through a gradual selection process according to existing regulatory patterns, [2] always optimizing and balancing the affective, cognitive, and psychomotor domains, [3] there are teachers (educators) who quality with a minimum education of undergraduate (S1) who has gone through the recruitment stage based on the standardization of teacher competency requirements set by the local SDIT, and always puts forward the concept of multi-methods in the delivery strategy in every teaching and learning process.

Based on the results of this study, it is hoped that it will become material for information and input for the Almukminun, students, teaching staff, especially in encouraging students to always apply character more adequately.

Keywords: Character Education, Integrated and Al Mukminun.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; (1) bagaimana proses pelaksanaan pendidikan Karakter dengan kurikulum muatan lokal (Mulok) di SDIT Almukminun dan untuk mengetahui (2) seperti apa langkah-langkah yang ditempuh oleh pihak SDIT Almukminun atau bagaimana respon yang ditawarkan dalam mendukung

(2)

dan mempersiapkan Muatan Lokal yang ada di SDIT Almukminun Ngrambe,. Penelitian ini menggunakan metode riset lapangan (field research) sekaligus participation research dengan tehnik analisia deskriptif analitik.Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan model analisa deskriptik-analitik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan pendidikan Karakter pada muatan lokal di sekolah dasar SDIT Almukminun Ngrambe bisa terwujud dan bisa terlaksana dengan baik adalah karena ditunjang oleh beberapa faktor sebagai berikut; [1] adanya proses penerimaan siswa yang sangat ketat dan harus melalui proses penyeleksian yang bertahap menurut pola peraturan yang ada, [2] selalu mengoptimalkan dan menyeimbangkan antara ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik, [3] adanya guru-guru (pendidik) yang berkualitas dengan pendidikan minimal sarjana (S1) yang telah melalui tahapan rekruitmen berdasarkan syarat standarisasi kompetensi guru yang ditetapkan pihak SDIT setempat,dan selalu mengedepankan konsep multi metode dalam strategi penyampaian di setiap proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi Almukminun, siswa, tenaga pengajar terutama dalam memberi dorongan kepadasiswa agar senantiasa menerapkan karakter secara lebih memadai. Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Terpadu dan Al Mukminun.

A. PENDAHULUAN

Penomena perilaku anarkis, pertikaian dan tawuran antar pelajar, antar warga, antar sekolah, main hakim sendiri, penyalahgunaan wewenang, korupsi, penyalahgunaan narkoba serta hubungan antar pribadi yang semakin tidak mengindahkan nilai-nilai etika dan sopan santun menjadi keprihatinan dunia pendidikan kita,82Era globalisasi yang semakin terus berjalan, disadari ataupun tidak telah menuntut untuk merubah segala aspek kehidupan. Hal ini tak lepas dari adanya perubahan zaman dan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi.Perubahan zaman itulah yang pada akhirnya menuntut penekanan pada pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.Untuk merealisasikan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, tentu diperlukan berbagai faktor penunjang yang tepat.Faktor penunjang tersebut salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diyakini oleh beberapa ahli sebagai gerbang utama dan yang paling efektif di dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.

Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting bahkan bisa menentukan tidak hanya bagi perwujudan dan perkembangan diri individu, akan tetapi juga bagi perkembangan dan pembangunan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia.Tentu hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota-anggota masyarakatnya.Oleh karena itulah pendidikan harus dilaksanakan dan diusahakan secara sadar dan maksimal dalam rangka pengembangan kepribadian dan menambah pengetahuan serta meningkatkan ketrampilan bagi warga masyarakat.

82 Luluk Mauluah,, Membangun Karakter Kerjasama, Kreatif dan Tanggungjawab Mahasiswa PGMI

Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dala, Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Pendiodikan Islam, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga,

(3)

Pendidikan yang khusus, tentu sangat berbeda dengan pendidikan biasa atau tidak khusus. Coba kita lihat, bahwa pendidikan yang ada di negara kita selama ini masih ada yang menggunakan sistem klasikal berjenjang di mana semua peserta didik (student) mempunyai kewajiban yang sama untuk menyelesaikan pada setiap jenjangnya. Semua peserta didik dianggap sama baik yang berbakat (berprestasi) atau yang biasa, harus mengikuti jenjang-jenjang klasikal. Yang membedakan bagi peserta didik yang inferior adalah bahwa mereka harus rela tinggal kelas. Tentu dalam fenomena ini, peserta didik baik yang cerdas maupun yang tidak, senantiasa diberikan metode dan materi yang sama. Begitu juga dalam fenomena ini, sangat kurang diperhatikan bahwa kemampuan siswa adalah sangat heterogen.

Dalam hal inilah sebenarnya, diperlukan suatu pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Bagi peserta didik yang berkemampuan di atas rata-rata sangatlah tidak bijaksana jika diperlakukan sama dengan anak-anak yang memiliki potensi di bawah mereka. Melaksanakan sekaligus mempraktekan metode dan sistem pendidikan yang sama kepada peserta didik yang berpotensi beda hanya dikarenakan mereka duduk di kelas yang sama, sangatlah ironis dan sangat tidak pas ( tidak kontekstual). Implikasi dari penerapan metode yang menyamaratakan peserta didik tersebut, tentunya akan menyiksa bagi peserta didik yang lambat belajarnya (kurang pintar). Anak yang lambat akan merasakan siksaan di sekolah maupun di rumah karena ketidakmampuan mereka mengikuti pelajaran sebagaimana teman-teman kelasnya. Sebaliknya, anak-anak yang pandai (di atas rata-rata), akan menerima pelajaran yang terlalu mudah dan berkemungkinan mereka akan cenderung melihat teman-temannya sebagai terlalu bodoh. Implikasinya, rasa malas dan mungkin bosan akan terjangkit ke pikiran-pikiran mereka karena merasa tidak tertantang dengan pelajaran yang sangat mudah. Oleh karenanya, tidak jarang bagi bagi peserta didik yang berpotensi di atas rata-rata menjadi putus sekolah hanya karena pendidikan yang ia dapatkan tidak memuaskan harapannya.

Di negara Indonesia, sangat bisa dilihat bahwa sekolah bagi peserta didik yang inferior (di bawah rata-rata, red), telah banyak didirikan yang cukup dikenal dengan nama sekolah luar biasa dan tentu dengan kurikulum yang khusus pula. Sebaliknya, sekolah bagi peserta didik yang berpotensi di atas rata-rata, cenderung belum ada atau bahkan sangat jarang. Meskipun banyak sekolah unggulan, akan tetapi sistem kurikulum dan metode pengajarannya masih mereferensi dan mengacu pada sekolah biasa. Idealnya, bagi anak yang berprestasi di atas rata-rata diselenggarakan pendidikan khusus baik dari segi kurikulum, metode, tenaga pengajar, sistem kenaikan kelas, sarana dan lain sebagainya.

Secara ideal, tentu pendidikan karakter berusaha mengantarkan manusia mencapai kesempurnaan secara utuh, mengembangkan semua aspek dalam kehidupan manusia meliputi spiritual, intelektual, imajinasi baik dalam kehidupan individu maupun kelompok serta senantiasa memberikan dorongan bagi kedinamisan aspek-aspek tersebut menuju kebaikan dan pencapaian kesempurnaan hidup.

Melihat sekaligus berangkat dari fenomena di atas itulah, penulis mencoba untuk meneliti pelaksanaan pendidikan karakkter di SD IT Almukminun, dimana ada satu program khusus sehubungan dengan merespon dan menyikapi dari peserta didik yang sangat berpotensi dan berkualitas sangat tinggi, yaitu muatan local .Program ini bertujuan untuk membantu peserta didik yang mempunyai kemampuan dan prestasi tinggi untuk lebih cepat menghafal, sehingga peserta didik tidak harus menyelesaikan pendidikan Taman Pendidikan Al Qur”an (TPA) di luar sekolah, melainkan cukup belajar Mulok di Sekolah tersebut..

(4)

Ada hal yang menarik pada SDIT ini, bahwa pendidikan karakter tidak bisa dicapai hanya dengan penguasaan kognitif saja, namun perlu adanya penghayatan (afeksi) serta pengamalan (psikomotor) dalam kehidupan praksis. Disinilah timbul permasalahan baru, yakni mungkinkah dengan percepatan kelas yang nota bene hanya mengandalkan penguasaan koginitif saja pendidikan agama Islam bisa berjalan dengan optimal ?. nah dari sinilah, perlu kiranya diadakan sebuah penelitian terhadap karakter siswa tersebut, agar nantinya kedepan penelitian ini bisa dijadikan rekomendasi terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter di tahun berikutnya dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah yang lain.

Ilmu datangdari Tuhan, dengan demikian pendidik pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini dalam Islam telah melahirkan sikap bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah dan guru, maka wajar kalau kedudukan guru amat tinggi dalam Islam.Hubungan guru dan anak didik dalam Islam tidak berdasarkan untung rugi. Hubungan guru dengan anakdidik dalam Islam adalah suatu hubungan keagamaan, suatu hubungan yang bersumber dari Allah.

B. PEMBAHASAN

Seorang pakar pendidikan adalah Lickona mengatakan bahwa ada tiga hal dalam mendidik karakter yaitu knowing, loving and acting the good. Pendidikan yang baik adalah pemahaman yang baik, mencintai dan peneladanan.Menurut Suyanto, karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama. Menurut T. Ramli pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau pendidikan akhlak., Menurut Tadkiroatun Musfiroh, karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan ketrampilan. Menurut Musfiroh, karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti to mark atau menandai. Menurut kemendiknas karakter adalah watak/ tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik.. Menurut Muhammad AR Muhammad mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak melihat moral dan karakter, sebab esensinya sama keduanya di wilayah etika, semua agama memiliki moral yang disebut etika atau akhlak. Adapun bagi agama pendidikan akhlak utama adalah setelah pendidikan tauhid.. Menurut Aristoteles. Karakter itu erat kaitanya dengan ‘habit’ atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan

Orang sukses terkait dengan karakter adalah Lee Kwuan Yew, adalah seorang Perdana Menteri Singapura pertama, sifatnya keras, disiplin dan otoriter namun jujur dan bersih. Menurut Razak Samik Ibrahim, Singapura menjadi Negara terbersih di dunia dan terpesat kemajuanya di Asia Tenggara.

Salah satu warga Jepang bernama Ninomiya dengan gelar sontoku artinya pribadi produktif dan kreatifkarena sukses bekerja menjadi seorang petani. Semua sekolah di jepang terdapat patung Ninomeya sedang membaca sambil berjalan dan membawa kayu bakar dipundaknya..pemerintah mendorong agar orangtua di Jepang menananmkan anak-anaknya agar gemar membaca, kerja keras. Sejarah kecil Ninomeya seorang anak yang mendaki gunung untuk mencari kayu bakar sebelum ayam berkokok, Ninomiya selalu belajar untuk menghidupi saudara dan ibunya sepeninggal ayahnya.Kisah Ninomeya Sontoku menjadi cerita popular menjadi negara Jepang meraih kemajuan.

Proses pendidikan yang ada dewasa ini, sebenarnya telah lama dilaksanakan orang dan merupakan proses yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan tujuan

(5)

yang jelas pula83.Sebagaimana dikutib oleh Tobroni, Hersey dan Blancharcd dikemukakan bahwa, ‘kepemimpinan merupakan sebagai proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Ketika sekolah kembali pada misi sejarah mereka untuk membangun karakter, mereka sering terkejut dengan hasil dari usaha mereka 84guru adalah aktor utama, sekaligus yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.85Selain harus memiliki pemahaman, ketrampilan dan kompetensi mengenai karakter.Guru juga harus memiliki karakter-karangter mulia itu dalam dirinya sendiri, sebagai bagian dari hidupnya.Dalam pribadi guru sudah memancarkan karakter-karakter mulia. Hal ini menjadi penting, karena bagaimana mau mengajari anak didik tentang pendidikan karakter, sementara yang bersangkutan tidak memahaminya ?.

Tanpa memiliki dan menjiwai karakter itu, proses pembelajaran yang dilakukan guru juga akan tanpa rasa, tanpa ruh dan sudah pasti menjemukan. Hak atas pendidikan melibatkan empat pemain kunci pemerintah sebagai penyedia dan / atau pembiaya sekolah publik, si anak sebagai pemegang hakatas pendidikan dan pemegang tugas untuk mengikuti ketentuan-ketentuan wajib belajar orangtua si anak yang merupakan pendidik pertama dan pendidik professional, yaitu para guru86.

Para pakar berbeda pandangan di dalam memaknai pendidikan karakter, pendapat tersebut sebagaimana di sampailan oleh :Menurut LickonaKarakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral

Pada lazimnya pendidikan dipahami sebagai fenomena individual di satu pihak dan fenomena sosial di pihak lain. seorang guru akan terbantu jika ia memahami dan memiliki gagasan yang jelas tentang fitrah manusia, sebagaimana seorang pelukis atau pandai besi yang harus memahami karakteristik material yang dihadapinya. Praktek pendidikan akan menemui kegagalan kecuali jika dibangun di atas konsep yang jelas tentang fitrah manusia.

Tugas mengajar dan mendidik diumpamakan dengan sumber air.Sumber air itu mengalir dan bergabung dengan air lainnya, berpadu menjadi satu berupa sungai yang mengalir sepanjang masa.Kalau sumber air tidak diisi terus menerus, maka sumber air itu kering. Demikian juga jabatan guru, jika guru tidak berusaha menambah pengetahuan yang baru melalui membaca dan terus belajar maka materi sajian waktu mengajar akan gersang.

Oleh karena itu ia perlu berusaha untuk tumbuh baik secara pribadi maupun secara profesi. Karenanya jabatan guru dapat diilustrasikan sebagai sumber air yang terus menerus mengalir sepanjang karir seseorang. Dan proses pertumbuhan profesi dimulai sejak guru mulai mengajar dan berlangsung sepanjang hidup dan karir. Yang masih dipertanyakan kapankah dorongan untuk berkembang itu mulai padam ?

Guru berfungsi sebagai pemberi inspirasi. Guru membuat si terdidik dapat berbuat. Guru menolong agar subjek didik dapat menolong dirinya sendiri. Guru menumbuhkan prakarsa, motivasi agar subjek didik mengaktualisasikan dirinya sendiri. Jadi guru yang ahli mampu menciptakan situasi belajar yang mengandung makna relasi interpersonal. Relasi interpersonal harus diciptakan sehingga subjek didik merasa “diorangkan”, subjek didik mempunyai jati dirinya.

83 Soelaiman Joesoef Slamet Santoso, Pendidikan Luar Sekolah, * Surabaya, Usaha Nasional, 1981), Hlm.

15.

84 Thomas Lickona, Character Matters, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Hlm. 43. 85 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hlm. 76.

(6)

Guru dibentuk bukan hanya untuk memiliki seperangkat keterampilan teknis saja, tetapi juga memiliki kiat mendidik serta sikap yang profesional. Dengan demikian praktik pengalaman calon guru harus lebih lama sekurang-kurangnya satu tahun agar mereka memperoleh peningkatan dan kelengkapan profesional yang mantap sebelum terjun dalam dunia mengajar.

Guru yang profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan otonomi adalah suatu sikap yang profesional yang disebut mandiri.Ia telah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada awalnya ia belum punya kebebasan atau otonomi. Ia masih belajar sebagai magang.melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri.

Pengertian bertanggung jawab menurut teori ilmu mendidik mengandung arti bahwa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban dan kesediaan untuk diminta pertanggung jawaban.Tanggung jawab yang mengandung makna multidimensional ini berarti bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadap orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia dan akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta.8715

Akhir-akhir ioni kita menyaksikasn anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa mulai tidak betah tinggal di rumah dan terasing dari lingkungan sosial.Gejala ini semakin hari nampaknya semakin meluas dan salah satu sumbernya ialah model pembelajaran di sekolah yang menyimpang dan melanggar nilai-nilai dasar kemanusiaan bagi setiap peserta didik. Hal ini dipercaya banyak fihak menjadi penyebab ketergantungan obat, putus sekolah dan perilaku merusak dan tawuran antar mereka dan antar sekolahan di berbagai kota besar bahkan juga di berbagai daerah lainnya. Bahkan tidak sedikit anak-anak muda ini yang kemudian melakukan perilaku menyimpang, hubungan seks bebas, perkosaan dan bunuh diri. Hampir setiap hari media massa menyajikan berita mengenai banyaknya peristiwa tersebut88.Al Mukminun membiasakan siswa siswinya mengikuti para guru yang menjadi tauladannya.

C. KESIMPULAN

Setelahmengadakan penelitian di SDIT Al Mukminun Ngrambe, maka langkah selanjutnya adalah memberi kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendidikan Karakter di SDIT Al Mukminun Ngrambe dilakukan dengan pembinaan keagamaan seperti pengajian keagamaan, shalat lima waktu, tahfidz, puasa senin kamis, asmaul Husna dan lain-lain. Pengasuhan intensif seperti bimbingan konseling keagamaan, penerapan metode pembinaan adab serta pendampingan belajar. Pembinaan kesenian dan ketrampilan seperti hadroh dan qiraah. Kegiatan sosial dan wisata ruhani seperti ikut gotong royong dan rekreasi bersama.

2. Hasil yang telah dicapai dalam pembinaan laraktersiswa siswi SDIT Al Mukminun Ngrambe ditandai dengan perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya seperti shalat lima waktu, berbakti kepada orang tua, jujur, optimis dan sikap terpuji lainnya.

87 Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1999), hlm. 34. 88 John P. Miller disadur oleh Abdul Munir Mulkhan, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, ( Yogyakarta:

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan,Surabaya : Usaha Nasional, 1999. John P. Miller disadur oleh Abdul Munir Mulkhan, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian,

Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002.

Katatrina Tomasevski, ed. Hafid AbbasPendidikan yang Terabaikan, Sida, 2003.

Luluk Mauluah,, Membangun Karakter Kerjasama, Kreatif dan Tanggungjawab Mahasiswa PGMI Melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dala, Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Pendiodikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010.

Soelaiman Joesoef Slamet Santoso, Pendidikan Luar Sekolah, * Surabaya, Usaha Nasional, 1981.

Referensi

Dokumen terkait

Huruf A diletakkan di samping item yang siswa benar-benar senang melakukannya seorang diri; kemudian huruf P untuk kegiatan yang senang dilakukan bersama orang lain, dan huruf

dilaksanakan di MTs Negeri 1 Kabupaten Indramayu. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa Sebagai kepala sekolah melihat hasil program yang disusun oleh

Hasil dari intervensi pada klien yang menderita penyakit fisik dengan permasalahan psikososial ansietas dan gangguan citra tubuh tersebut menunjukkan bahwa

expert opinion dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan dalam upaya memberikan pembinaan serta membentuk sikap disiplin santri melalui tata tertib adalah

Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60- 70%; namun demikian karena ketersediaan pakan hijauan gat terbatas maka pengembangan peternakan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris dan fakta-fakta yang tepat (sahih, benar

Dataran rendah Australia terdapat di bagian tengah dan Selatan, tepatnya di sebelah Utara Teluk Australia Besar yang disebut dengan Dataran Nurlabor ( Nurlabor Plain ), di kawasan

Hasil penelitian ini adalah guru dan siswa menghendaki adanya pengembangan media booklet 3D berbahan flanel untuk pembelajaran keterampilan menulis bahasa Arab siswa