• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Hasil Kultur Jaringan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Hasil Kultur Jaringan."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

DARI LOKASI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT JABON

(Anthocephalus cadamba

Roxb Miq.) HASIL

KULTUR JARINGAN

ELFINA YUNISARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Hasil Kultur Jaringan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Elfina Yunisari

(4)

ABSTRAK

ELFINA YUNISARI. Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)Hasil Kultur Jaringan. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan yang berperan penting dalam pengambilan unsur hara dari dalam tanah terutama fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas inokulum mikoriza dari tegakan tanaman jabon dan tegakan alam jabon. Mengetahui pertumbuhan jabon hasil kultur jaringan yang diberi mikoriza pada tanah bekas tambang serta mengetahui jenis tanaman inang yang baik dalam perbanyakan spora mikoriza. Perbanyakan inokulum dengan tanaman inang

Pureria javanica mempunyai kepadatan spora lebih tinggi dibandingkan dengan

Sorghum bicolor. Inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap terhadap tinggi, diameter, berat kering total, indeks mutu bibit dan infeksi akar namun tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar. Inokulum asal tegakan tanaman Cangkuang (A1) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum dari 3 lokasi lainnya dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, nisbah pucuk akar dan infeksi akar. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa inokulasi FMA dapat meningkatkan pertumbuhan bibit jabon hasil kultur jaringan. Kata kunci: Fungi Mikoriza Arbuskula, inokulasi, jabon, kultur jaringan

ABSTRACT

ELFINA YUNISARI. Effect of Arbuskula Mycorrhiza Fungi Inoculation From different locations on the growth of Seedlings Jabon (Anthocephalus cadamba

Roxb Miq.) Results Of Tissue Culture. Supervised by IRDIKA MANSUR.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

DARI LOKASI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT JABON

(Anthocephalus cadamba

Roxb Miq.) HASIL

KULTUR JARINGAN

ELFINA YUNISARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)Hasil Kultur Jaringan.

Nama : Elfina Yunisari NIM : E44100033

Disetujui oleh

Dr Ir Irdika Mansur, MForSc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Dari Lokasi Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) Hasil Kultur Jaringan.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini:

1. Dr Ir Irdika Mansur MForSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dukungan serta semangat kepada penulis.

2. Kedua orang tua penulis (Thabrani SPd dan Kartina SPd), kakak dan adik penulis (Rosalina SPd dan Meryska Pebriani) atas dukungan moral dan materil

serta do’a dan kasih sayang yang sempurna yang diberikan kepada penulis

selama ini.

3. Teman - teman yang berarti bagi penulis Rifky Faishal, Novita, Wulan, Lastiti, Usy, Miranti, Inggar terimakasih atas keceriaan, doa, dukungan dan persahabatan yang selama ini terjalin.

4. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan finansial kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Serta keluarga Paguyuban Karya Salemba Empat IPB

5. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jambi, Keluarga Sunda Karya, Keluarga Silvikultur serta rekan satu bimbingan (Iqbal Nizar, Dimas Noorca, Riyan Dwi, Rian Prakosa) atas dukungan dan bantuannya.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian dan skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kondisi umum wilayah asal sampel inokulum 3

2 Hasil analisis ragam pengaruh inokulasi FMA terhadap parameter

pertumbuhan bibit jabon setelah 3 bulan tanam 9

3 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap tinggi bibit jabon

(Anthocephalus cadamba) setelah 3 bulan tanam 9

4 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap pertumbuhan diameter bibit

jabon setelah 3 bulan tanam 11

5 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap parameter berat kering total

pada bibit jabon setelah 3 bulan tanam 11

6 Pengaruh inokulasi FMA terhadap nisbah pucuk akar pada bibit jabon

setelah 3 bulan tanam 12

7 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap parameter indeks mutu bibit

pada bibit jabon setelah 3 bulan tanam 13

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi inokulum FMA dengan tanaman inang Pureria javanica dan

Sorghum bicolor 3

2 Tanah tambang sebelum ditumbuk dan tanah tambang setelah ditumbuk 4 3 Pengamatan spora awal pada sampel inokulum di bawah miskroskop 4 4 Kepadatan spora pada tiap inokulum fungi mikoriza arbuskula dari

sebelas lokasi setelah tiga bulan produksi spora 8 5 Kondisi bibit jabon (Anthocephalus cadamba) asal kultur jaringan yang

diinokulasikan dengan FMA 3 bulan setelah tanam 10

6 Grafik persen infeksi akar pada tanaman jabon (Anthocephalus

cadamba) setelah 3 bulan tanam 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan bibit jabon 19 2 Data Rekapitulasi kepadatan spora per 10 gram sampel tanah selama 3

bulan produksi 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan dalam rehabilitasi lahan diperlukan pemilihan jenis pohon yang cocok dan aplikasi mikroba yang diterapkan (Setiadi 1989). Tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan jenis fast growing potensial dapat dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya seperti reklamasi lahan bekas tambang, penghijauan dan pohon peneduh (Mansur dan Tuheteru 2010). Fauziah (2013) menambahkan bahwa jabon (A. cadamba) merupakan salah satu jenis tanaman dari famili Rubiaceae yang dapat bersimbiosis dengan fungi mikoriza arbuskula (FMA).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) adalah fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan yang berperan penting dalam pengambilan unsur hara dari dalam tanah terutama fosfat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat diperbaiki (Gunawan 1984). Menurut Turjaman et al (2008) bahwa bibit yang akan ditanam pada lahan rehabilitasi sebaiknya dipersenjatai dengan cara menularkan fungi mikoriza, agar bibit mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim. FMA ini akan membantu logistik tanaman dan melindungi akar tanaman dari gangguan lingkungan sehingga tanaman dapat hidup lebih baik di lapangan dan program rehabilitasi berhasil.

Selain secara generatif, jabon dapat dibiakan secara vegetatif diantaranya kultur jaringan (Mansur dan Tuheteru 2010). Tanaman jabon hasil kultur jaringan dapat tumbuh baik dan memiliki daya hidup yang tinggi di lahan reklamasi diperlukannya bantuan pupuk. Pemanfaatan mikoriza dapat digunakan sebagai pupuk hayati

Selama ini penelitian hanya terfokus pada Fungi Mikoriza Arbuskula untuk menstimulasi pertumbuhan pada bibit atau bibit dari perkembangbiakan generatif. Perlu dilakukan penelitian Fungi Mikoriza Arbuskula dari lokasi berbeda terhadap bibit jabon dari hasil perkembangbiakan vegetatif dengan tanah bekas tambang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas inokulum mikoriza dari tegakan tanaman jabon dan tegakan alam jabon. Mengetahui pertumbuhan jabon hasil kultur jaringan yang diberi mikoriza pada tanah bekas tambang. Mengetahui jenis tanaman inang yang baik dalam perbanyakan spora mikoriza.

Manfaat Penelitian

(12)

2

bibit hasil kultur jaringan di tanah bekas tambang, serta diperolehnya informasi mengenai jenis tanamang inang yang baik digunakan dalam perbanyakan spora.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Oktober 2013 sampai Juli 2014. Pengamatan spora juga dilakukan di Laboratorium Bioteknologi SEAMEO BIOTROP.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jabon hasil kultur jaringan, tanah tambang yang berasal dari PT Bukit Asam, inokulum FMA dari penelitian sebelumnya (Rengganis 2013 dan Handani 2013), benih Pureria javanica, benih Sorghum bicolor, pupuk hyphonex red, dan zeolite yang berukuran berukuran 0.1 – 50 µ. Bahan yang digunakandalam pewarnaan dan pengamatan infeksi akar yaitu KOH 2.5%, HCL 2%, larutan Trypan Blue 0.05%, glycerin dan cat kuku.

Alat

Alat yang digunakan untuk produksi di rumah kaca adalah polybag, pot plastik ukuran 200 ml, rak susun, alat penyiram, kamera, mistar, kaliper, tissue, kertas label, sendok, sungkup, dan alat tulis. Alat yang digunakan di Laboratorium adalah saringan spora (saringan bertingkat tiga yaitu 500μm, 125μm,

dan 63μm), timbangan ketelitian 10-2, labu Erlenmeyer, gelas ukur, sendok pengaduk, pinset spora, gunting, mikroskop stereo, mikroskop binokuler, tabung film, alumunium foil, kaca preparat, cover glass, cawan petri, kantong plastik bening, dan alat tulis.

Prosedur Penelitian

Produksi masal inokulum

Sampel inokulum berasal dari penelitian sebelumnya yang berasal dari 11 daerah dimana 9 berada dibawah pohon jabon yang tumbuh secara alami dan 2 berada di hutan tanaman (Rengganis 2013 dan Handani 2013). Menurut Turjaman

(13)

3

- Rimbo Panti Pasaman, Sumatera Barat 265 3120 Tegakan Alam

-OKI Palembang Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan

-Batu Hijau Sumbawa, Nusa Tenggara

Barat

53 1500

Tegakan Alam

-Parangloe Goa, Sulawesi Selatan 117 2850 Tegakan Alam

-Pomalaa Kolaka, Sulawesi

Desa Sukaresmi, Bogor 900 3178 Tegakan

Tanaman

-Cangkuang Desa Pamijahan Gunung

Bunder

435 2500 Tegakan

Tanaman

Perbanyakan inokulum dengan menggunakan tanaman inang P.javanica dan

S.bicolor (Gambar 1). Perbanyakan dilakukan selama 3 bulan dengan cara pot diisi zeolite berukuran 0.1 – 50 µ sebanyak setengah volume pot kemudian diisi sampel inokulum sebanyak 50 gram dan ditutup kembali dengan zeolite sehingga media akan tersusun atas zeolit - contoh tanah – zeolit (Delvian 2006). Kemudian ditata di dalam rumah kaca yang diletakkan diatas rak agar tidak menyentuh langsung lantai rumah kaca dan diberi label nama lokasi asal inokulum.

Gambar 1 Produksi Inokulum FMA dengan tanaman inang Pureria javanica (a) dan Sorghum bicolor (b)

(14)

4

Persiapan media tanam

Media yang digunakan adalah tanah tambang dari Perusahan Tambang Bukit Asam. Tanah dijemur lalu ditumbuk hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 10 cm x 15 cm. Kemudian polybag yang telah berisi media ditata di dalam rumah kaca sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan. Kemudian polybag diberi label sesuai dengan perlakuan. Proses persiapan media tanam dapat dilihat di Gambar 2.

Gambar 2 Tanah tambang sebelum ditumbuk (a) dan tanah tambang setelah ditumbuk (b)

Pengamatan spora awal

Pengamatan spora awal dilakukan di bawah mikroskop untuk mengamati kepadatan spora dari setiap lokasi dengan tanaman inang S.bicolor dan P. javanica. Proses pengamatan spora awal dapat dilihat seperti Gambar 3.

(15)

5

Inokulasi fungi mikoriza

Teknik inokulasi dilakukan dengan sistem lubang. Menurut Rumondang (2011) bahwa teknik inokulasi sistem lubang memiliki persen infeksi akar lebih tinggi dan lebih cepat. Bibit jabon yang akan diberi perlakuan mikoriza, dimasukkan ke dalam polybag yang telah diisi media. Kemudian pada lubang yang telah ditempatkan tanaman, diberi inokulum fungi mikoriza sesuai dengan jenis perlakuannya sebanyak 10 gr kedalam lobang. Akar tanaman inang yang mengandung mikoriza dicacah lalu dicampur sebanyak 0.1 gr ke dalam lubang tersebut lalu ditutup dan dipadatkan.

Pemeliharaan Inokulan

Penyiraman dengan air biasa dilakukan pada pagi dan sore hari tergantung kondisi media. Jika media dalam kondisi basah atau lembab maka cukup disiram sekali saja (pagi atau sore). Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mematikan hama

Pengukuran tinggi bibit dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan centimeter (cm).

2. Diameter batang

Pengukuran diameter dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. Diameter diukur mulai dari 1.5cm di atas permukaan media dengan menggunakan alat kaliper digital. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan milimeter (mm).

3. Berat Kering Total (BKT)

Berat Kering Total (BKT) adalah jumlah dari berat kering pucuk dan akar. Nilai tersebut dinyatakan dalam satuan gram.

4. Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nilai ini menggambarkan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan bagian akar bibit. Menurut Durye dan Brown (1984) dalam Julian (2013) bahwa pertumbuhan dan kemampuan hidup bibit yang baik pada umumnya terjadi pada ratio pucuk akar antara 1-3 dan yang terbaik mendekati nilai 1.

5. Indeks Mutu Bibit (IMB)

Menurut Lackey (1982) dalam Hendromono (1987), Indeks Mutu Bibit dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

IMB = A + B

C/D + A/B

Keterangan : IMB = Indeks Mutu Bibit

(16)

6

Identifikasi persentase infeksi akar dilakukan dengan cara mengambil contoh akar yang muda (serabut) secara acak dari polybag kemudian dilakukan proses pembersihan dan pewarnaan akar. Infeksi akar ditandai dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel atau salah satu dari organ tersebut. Menurut Setiadi et al.

(1992) yang dimodifikasi, pengukuran persen infeksi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Akar diambil, dicuci dengan air biasa untuk melepaskan semua miselium luar. Bagian akar muda (serabut) diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau tabung film bekas dan direndam dalam larutan KOH 2.5%, dibiarkan selama semalam atau akar sampai berwarna kuning bersih. Setelah akar berwarna kuning bersih, larutan KOH 2.5% dibuang dan akar dibilas dengan air. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan semua isi sitoplasma dari sel akar sehingga akan memudahkan pengamatan struktur infeksi FMA. Setelah 10 menit akar tidak dicuci lagi dan langsung diganti dengan larutan staining (gliserin dan aquades dengan perbandingan 7:3), ditambah dengan Trypan blue 0.05% (0,2 g dalam 1 L), kemudian dibiarkan semalam. Larutan staining dibuang dan diganti dengan larutan distaining (larutan staining tanpa Trypan blue yaitu gliserin dan aquades dengan perbandingan 1:1) selama 14 semalam. Akar kemudian dipotong-potong sepanjang 1 cm, lalu disusun pada gelas objek (1 gelas objek untuk 10 potong akar). Untuk setiap tanaman sampel dibuat tiga preparat. Selanjutnya diamati dengan mikroskop binokuler. Potongan akar pada kaca preparat diamati untuk setiap bidang pandang. Bidang pandang yang terinfeksi ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda seperti hifa, arbuskula maupun vesikula. Persentase akar terinfeksi dihitung dengan rumus :

% Kolonisasi akar = ∑bidang pandang yang terinfeksi x 100%

∑bidang pandang keseluruhan

Persentase infeksi dikelompokan dalam empat kelas menurut Setiadi et al

(1992) yaitu kelas rendah berada di selang 0 hinga 25, kelas tinggi berada di selang 26-50, kelas tinggi berada di selang 52-71 dan kelas sangat tinggi berada di selang 76-100.

Rancangan Percobaan

(17)

7

Perlakuan jenis habitat mikoriza, yang terdiri dari; 1. Kontrol tanpa mikoriza (AO)

2. Isolat FMA dari Tegakan Tanaman Jabon di Cangkuang (A1) 3. Isolat FMA dari Tegakan Tanaman Jabon di Mega Mendung (A2) 4. Isolat FMA dari Tegakan Alam Jabon di Batu Hijau-Sumbawa ( A3) 5. Isolat FMA dari Tegakan Alam Jabon di Pakenjen - Garut (A4)

Langkah-langkah pengacakan setiap kombinasi perlakuan dari 1 sampai dengan 5. Kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdapat 3 unit sehingga terdapat 60 tanaman uji. Langkah berikutnya memberi Label pada polibagnya. Setiap kombinasi perlakuan diacak dan diurutkan dari polybag pertama sampai akhir. Rancangan percobaan dilakukan untuk melihat pengaruh jenis habitat mikoriza ini. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μij + αi + εij

Keterangan :

Yij : respon atau rata-rata pertumbuhan dalam dua minggu, untuk unit percobaan dengan mikoriza i dan ulangan j

μij : rataan umum pengaruh mikoriza i αi : pengaruh mikoriza i

εij : pengaruh faktor acak pada unit percobaan dengan mikoriza i, dan ulangan j

Pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan jabon, hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah pengaruh inokulan mikoriza:

H0: inokulan mikoriza tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman H1: minimal ada 1 inokulan mikoriza yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman.

Kriteria pengambilan keputusan dan hipotesis yang diuji adalah: F hitung < F Tabel, terima H0

F hitung > F Tabel, terima H1

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Masal Inokulum FMA

Perbanyakan inokulum FMA yang berasal dari tegakan alam dan tegakan tanaman dengan tanaman inang S.bicolor dan P. javanica memiliki kepadatan spora yang berbeda. Hasil pengamatan kepadatan spora disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Kepadatan spora pada tiap inokulum fungi mikoriza arbuskula dari sebelas lokasi setelah tiga bulan produksi spora.

Kepadatan spora adalah jumlah spora yang ditemui saat pengamatan per 10 gr sampel inokulum. Berdasarkan Gambar 4 bahwa ada 4 lokasi yang

mempunyai kepadatan spora tertinggi yaitu Pakenjen, Batu Hijau Sumbawa, Cangkuang dan Mega Mendung. Gambar 4 juga menjelaskan bahwa 11 dari 12 lokasi asal inokulum mempunyai kepadatan spora tertinggi dengan tanaman

P.javanica dibandingkan S.bicolor. Hasil ini berbeda dengan penelitian (Handani 2013 dan Rengganis 2013) yang menyatakan tanaman inang S.bicolor

menghasilkan kepadatan spora yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. javanica.

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, penyiraman dan pemberian pupuk yang diterima tanaman inang pada saat perbanyak spora. Menurut Delvian (2003) bahwa adanya perubahan kepadatan spora dalam setiap pengamatan menunjukkan bahwa setiap jenis FMA membentuk spora pada saat yang berbeda, tergantung responnya terhadap tanaman inang. Patriyasari (2006) menambahkan jumlah spora dipengaruhi oleh mikoriza itu sendiri, varietas tanaman inang dan kondisi lingkungan, seperti cahaya dan suhu, karena cahaya matahari berperan dalam pembentukan karbohidrat melalui asimilasi karbon yang selanjutnya FMA akan menggunakan karbon tersebut sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya.

0 10 20 30 40 50 60 70

(19)

9

Pengaruh Mikoriza Terhadap Parameter Pertumbuhan Bibit Jabon

Pengaruh inokulasi mikoriza terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis ragam. Hasil analisis ragam dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh inokulasi FMA terhadap parameter pertumbuhan bibit jabon setelah 3 bulan tanam.

Parameter F Hitung P

Keterangan: Angka-angka dalam Tabel adalah nilai signifikan; * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α); tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, berat kering total, indeks mutu bibit dan infeksi akar namun tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar.

Tinggi bibit

Inokulasi FMA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit asal kultur jaringan. Hasil uji lanjut DMRT inokulasi FMA terhadap parameter pertumbuhan tinggi pada bibit jabon setelah 3 bulan tanam disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Uji lanjut Duncan Inokulasi FMA terhadap tinggi bibit jabon

(Anthocephaluscadamba) setelah 3 bulan tanam

Perlakuan Rata-rata (cm) Peningkatan terhadap kontrol (%)

Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95 %

(20)

10

mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan bibit jabon dibandingkan dengan yang tidak diinokulasikan. A1 dan A0 mempunyai pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayan 95%. Berbeda dengan perlakuan A2 dan A4 tidak mengalami beda nyata dalam uji lanjut Duncan. A1 mengalami peningkatan terhadap kontrol tertinggi sebesar 500%, sedangkan A2 mengalami peningkatan sebesar 250%, A3 sebesar 193%, dan A4 mengalami peningkatan sebesar 373% terhadap kontrol. Hasil penelitian Yudhistira (2012) menunjukan pemberian mikoriza pada bibit jabon hasil biakan generatif mengalami peningkatan hanya sebesar 38,26% terhadap pertumbuhan tinggi. Hal ini menunjukan inokulasi mikoriza pada bibit jabon hasil kultur jaringan terhadap pertumbuhan tinggi mempunyai pengaruh yang lebih besar dari inokulasi ada bibit generatif. Menurut Sastrahidayat (2011) bahwa tanaman yang diberi mikoriza dapat menyerap unsur hara P lebih baik dibandingkan tanaman yang tidak diberi mikoriza dimana unsur P itu digunakan untuk pembelahan dan perpanjangan sel. Kondisi bibit jabon asal kultur jaringan yang diinokukasi dengan FMA dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kondisi bibit jabon (Anthocephalus cadamba) asal kultur jaringan yang diinokulasikan dengan FMA 3 bulan setelah tanam. Dari kanan ke kiri dari lokasi Cangkuang, Pakenjen, Mega Mendung, Batu Hijau dan Kontrol.

(21)

11

tegakan tanaman Cangkuang (A1) lebih efektif dibandingkan dengan inokulan asal tegakan alam.

Diameter Bibit

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 2) diketahui inokulasi FMA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bibit jabon yang diinokulasi FMA memiliki nilai rata-rata pertumbuhan diameter jauh lebih besar dibandingkan perlakuan tanpa FMA (Tabel 4).

Tabel 4 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap pertumbuhan diameter bibit jabon setelah 3 bulan tanam

Perlakuan Rata-rata (mm) Peningkatan

Terhadap Kontrol (%)

Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95 %

Tabel 4 menunjukkan perlakuan yang diberi mikoriza mempunyai nilai yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (A0). Hasil uji lnajut Duncan menjelaskan bahwa perlakuan yang diberi inokulasi mempunyai pengaruh berbeda nyata pada selang kepercayaaan 95% dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan yang diinokulasi FMA memberikan nilai peningkatan sebesar 2260% asal tegakan tanaman Cangkuang (A1), 2120% asal tegakan tanaman Mega Mendung, 1780% asal tegakan alam Batu Hijau Sumbawa (A3), dan 2160% asal tegakan alam Pakenjen terhadap perlakuan kontrol. Menurut Campbell et al. 2008

(22)

12

Berat Kering Total

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 2) berat kering total berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Uji lanjut Duncan Inokulasi FMA terhadap parameter berat kering total

pada bibit jabon setelah 3 bulan tanam

Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95 %

Hasil uji lanjut Duncan menjelaskan bahwa perlakuan A0 (kontrol) mempunyai rata 0.38 yang berbeda nyata dengan perlakuan A2 dengan rata-rata sebesar 0.64 dan mengalami peningkatan sebesar 68.42 terhadap kontrol. Sedangkan pada perlakuan A1 dengan A3 tidak berpengaruh nyata pada uji lanjut Duncan yang hanya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 28.94, dan 5.26. Pada perlakuan A4 hanya mengalami peningkatan 47.36 terhadap kontrol dan berpengaruh nyata dengan A0, A1, tapi tidak berpengaruh nyata dengan A2 dan A3 pada uji lanjut Duncan dengan selang kepercayan 95%. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan BKT pada perlakuan yang diinokulasikan

Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering tanaman berarti semakin baik pertumbuhan bibit (Putri dan Nurhasybi 2010). Nusantara et al. (2012) menambahkan bahwa inokulan FMA dikatakan efektif jika dapat meningkatkan bobot kering tanaman.

Nisbah Pucuk Akar

Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara berat kering bagian pucuk dengan berat kering bagian akar yang digunakan sebagai ukuran dalam proses pemindahan bibit ke lapangan sehingga dapat mengurangi resiko kematian bibit di lapangan. Pertumbuhan yang baik dan normal ditunjukkan dengan nilai nisbah pucuk akar yang seimbang sehingga tanaman akan kokoh dan tidak mudah roboh karena sistem perakaran tanaman tersebut mampu menompang pertumbuhan tanaman bagian atas yaitu batang, daun, dan pucuk (Wibisono 2009). Pengaruh inokulasi terhadap nisbah pucuk akar dapat dilihat pada Tabel 6.

(23)

13 perlakuan mempunyai rata-rata NPA dengan selang 0.89 hingga 1.97. Menurut Durye dan Brown (1984) dalam Julian (2013) bahwa pertumbuhan dan kemampuan hidup bibit yang baik pada umumnya terjadi pada ratio pucuk akar antara 1-3 dan yang terbaik mendekati nilai 1. NPA yang nilainya besar lebih banyak mengalami pembentukan tunas dibandingkan dengan akar. Sebaliknya NPA yang nilainya kecil lebih banyak mengalami pembentukan akar jika dibandingkan dengan tunas. Perlakuan kontrol mempunyai rata-rata NPA kecil dari 1 yaitu 0.89 sedangkan perlakuan yang diberi mikoriza berada pada selang 1.47-1.97. Hal ini diduga perlakuan yang diberi mikoriza memaksimalkan pertumbuhan ditajuk sedangkan akar tidak perlu mencari nutrisi karena pencairan nutrisi dibantu oleh hifa eksternal fungi mikoriza. Khastini et al. (2007) menambahkan tanaman akan mendistribusikan sebagian besar hasil fotosintesis pada bagian tajuk sehingga rasio akar terhadap tajuk menjadi kecil dimana tajuk berperan memasok fotosintat yang digunakan akar untuk berespirasi.

Indeks Mutu Bibit (IMB)

Hasil uji lanjut Duncan pada parameter indeks mutu bibit disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Uji lanjut Duncan Inokulasi FMA terhadap parameter Indeks Mutu Bibit pada bibit jabon setelah 3 bulan tanam

Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95 %

Perlakuan Rata-rata nisbah pucuk akar

Kontrol (A0) 0.89

Cangkuang (A1) 1.97

Mega Mendung (A2) 1.47

Batu Hijau (A3) 1.52

Pakenjen (A4) 1.88

Perlakuan Rata-rata Peningkatan

(24)

14

Indeks mutu bibit juga termasuk dalam indikator menentukan pertumbuhan dan kualitas bibit di lapangan. Indeks mutu bibit merupakan perbandingan antara jumlah bobot kering akar dan pucuk dengan jumlah diameter berbanding tinggi dan bobot kering pucuk berbanding bobot kering akar. Menurut Dickson et al. 1960 dalam Susanti (2012) bahwa bibit yang mempunyai nilai IMB > 0.09 adalah bibit yang layak untuk dipindahkan dilapangan.

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada perlakuan A2 dan A3 mempunyai nilai IMB yang besar dari 0.09. Hal ini menunjukkan dari lima perlakuan pada bibit hasil kultur jaringan hanya perlakuan A3 dan A2 saja yang layak untuk dipindahkan ke lapangan berdasarkan standar Dickson et al. (1960) Selanjutnya dijelaskan juga bahwa bibit yang mempunyai angka IMB lebih kecil dari 0.09 tidak akan berdaya hidup tinggi dikondisi lapangan.) Namun secara statistik hanya perlakuan A3 saja yang memiliki nilai IMB yang berpengaruh nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayan 95% dari perlakuan lainnya termasuk perlakuan kontrol. Perlakuan A3 ini mempunyai nilai peningkatan 600% terhadap kontrol. Hal ini menunjukkan pada perlakuan A3 mempunyai IMB yang paling tinggi. Menurut Roller (1997) dalam Yuniarti et al (2004) dijelaskan semakin tinggi nilai IMB maka semakin tinggi pula mutu bibit tersebut dan bibit akan mudah beradaptasi di lapangan.

Hasil penelitian Safriati (2012) menunjukkan bahwa jenis jabon dapat bertahan hidup dilahan bekas tambang batubara dengan kondisi pH tanah yang rendah dan miskin unsur hara. Perlu diketahui penelitian ini menggunakan tanah bekas tambang dengan pH sebesar 5.4, memiliki tekstur tanah yang liat dan kandungan Ca dan Mg yang tinggi sehingga daya serap air kecil. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada lampiran 3. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bibit kultur jaringan dapat hidup di tanah bekas tambang dan inokulasi FMA memberikan respon yang lebih baik terhadap pertumbuhan dibandingkan yang tidak diinokulasi. Namun agar dapat beradaptasi dengan mudah di lapangan perlu pemilihan bibit kultur jaringan yang kualitas unggul dan umur bibit yang tidak terlalu muda saat pemindahan ke lapangan serta bantuan pupuk lainnya jika bibit sudah dipindahkan ke lapangan.

Infeksi akar

Pada dasarnya mikoriza adalah asosiasi antara akar tanaman dan jamur. Manfaat dari asosiasi ini diantaranya adalah meningkatkan penyerapan unsur hara, lebih tahan dari kekeringan, tahan terhadap patogen akar, dan memperbaiki stuktur tanah. Mikoriza memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karena miselium jamur ini mampu berperan sebagai perpanjangan akar dalam menyerap nutrisi dan air yang tidak terjangkkau oleh akar sehingga permukaan absorbsi akar bertambah luas (Mose 1981 dalam

(25)

15

Pada penelitian ini inokulasi FMA berpengaruh nyata terhadap infeksi akar, hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6.

*Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata dalam uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%

** Sumber : Setiadi et al (1992)

Gambar 6 Grafik persen infeksi akar pada tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) setelah 3 bulan tanam. A0 = kontrol, A1 = Cangkuang, A2 = Mega Mendung, A3 = Batu Hijau Sumbawa, A4 = Pakenjen.

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa persentase infeksi akar perlakuan A3 sebesar 42.70 berbeda nyata dengan perlakuan A0 dan A1, A2 serta A4 dalam uji lanjut Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Berbeda dengan perlakuan A1, A2 dan A4 masing – masing sebesar 66.14, 58.90, 64.83 tidak berpengaruh nyata diantara ketiganya.

Persentase infeksi dikelompokan dalam empat kelas menurut Setiadi et al

(1992) yaitu kelas rendah berada di selang 0 hinga 25, kelas tinggi berada di selang 26-50, kelas tinggi berada di selang 52-71 dan kelas sangat tinggi berada di selang 76-100. Perlakuan kontrol memiliki kriteria rendah yang menunjukan kontrol terinfeksi mikoriza. Terinfeksinya akar pada perlakuan kontrol mungkin disebabkan faktor lingkungan seperti adanya semut ataupun serangga lainnya. Sedangkan perlakuan A1, A2 dan A4 mempunyai kriteria tinggi namun perlakuan A3 mempunyai perlakuan sedang

(26)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Inokulum FMA yang berasal dari tegakan tanaman jabon khususnya inokulum dari tegakan tanaman Cangkuang (A1) lebih efektif terhadap pertumbuhan bibit jabon hasil kultur jaringan. Bibit kultur jaringan yang diinokulasi dengan FMA dapat hidup pada tanah bekas tambang dan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang tidak diinokulasi dengan FMA.Tanaman inang P.javanica menghasilkan kepadatan spora yang lebih tinggi dibandingkan dengan S.bicolor.

Saran

Inokulasi FMA perlu diaplikasikan pada tanaman hasil kultur jaringan ataupun bibit yang akan ditanam untuk rehabilitasi dan revegetasi lahan kirits ataupun lahan pasca tambang sehingga lebih memaksimalkan pertumbuhannya.

Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai penanaman bibit jabon hasil kultur jaringan bermikoriza di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Atunnisa R. 2009. Pemanfaatan Bakteri Rhizoplane dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jelutung (Dyera polyphylla Miq. Steenis.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Delvian. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Sumatera Utara (ID): USU Press.

Delvian. 2003. Keanekaragaman cendawan mikoriza arbuskula (CMA) di hutan pantai dan potensi pemanfaatannya (studi kasus di hutan cagar alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut, Jawa Barat) [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fauziah L. 2013. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula di bawah Tegakan Tanaman Agroforestri Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) di Purwakarta, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gunawan AW. 1984. Mikoriza vesikular arbuskular pada palawija [laporan

(27)

17

Handani E. 2013. Dinamika Sporulasi Genus Fungi Mikoriza Arbuskula Hasil Penangkaran dari Bawah Tegakan Hutan Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hendromono. 1987. Pertumbuhan dan mutu bibit Acacia mangium Willd.,

Eucalyptus deglupta Blume. pada tujuh macam medium yang telah diberi kapur [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Indriana DA. 2013. Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq) pada Media Bekas Tambang Pasir. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Julian A. 2013. Pengaruh Pupuk Daun Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Khastini RO, Triadiati, Sukarno N. 2007. Pengaruh Fosfat pada Bawang Daun (Allium Fistulosum L) Hidroponik Bermikoriza dan Pemanfaatan Limbahnya untuk Pertumbuhan Tapak Dara (Catharanthus roseus L.G)

dalam Prosiding Seminar Nasional Mikoriza II. 32-39. Mansur I, Tuheteru DF. 2010. Kayu Jabon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mattjik AA, Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.

Nusantara AD, Bertham YH, Mansur I. 2012. Bekerja Dengan Fungi Mikoriza Arbuskula. Bogor (ID): SEAMEO-BIOTROP.

Putri KP, Nurhasybi. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

7(3):141-146.

Patriyasari T. 2006. Efektivitas cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap pertumbuhan dan produktivitas Cynodon dactylon (L.) Pers yang diberi level salinitas berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Rengganis D. 2013. Studi Keanekaragaman Genus Fungi Mikoriza Arbuskula di Sekitar Perakaran Pohon Jabon (Anthocephalus cadamba Robx Miq.) Alami [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rumondang J. 2011. Evaluasi Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Respon Pertumbuhannya Terhadap Bibit Jati (Tectona grandis Linn. F.) di Persemaian. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Safriati. 2012. Respon pertumbuhan jabon terhadap sumber benih dan dosis pupuk

yang berbeda pada daerah bekas tambang batubara di PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

18

Setiadi Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Setiadi Y, Mansur I, Budi SW, Achmad. 1992. Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Tanah Hutan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.

Susanti S. 2012. Aplikasi Pupuk Daun Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Turjaman M, Santoso E, Irianto RSB, Sitepu IR. 2008. Teknologi Fungi Mikoriza Untuk Perbaikan Mutu Bibit Tanaman Hutan dalam Prosiding Ekspose

dan Gelar Teknologi “Pemanfaatan OPTEK untuk Mendukug

Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Propinsi

Kalimantan Barat”. 269-282.

Wasis B, Fathia N. 2011. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina Arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Jurnal Silvikultur Tropika 2(1):14-18.

Wibisono H. 2009. Pemanfaan Mycorrhizal Helper Bacteria (MHB) dan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) untuk meningkatkan pertumbuhan semai gmelina (Gmelina arborea Roxb.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Yudhistira A. 2012. Inokulasi Bakteri dan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) di Media Tanah Ultisol. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(29)

19

Lampiran 1 Hasil Analisis Ragam Terhadap Parameter Pertumbuhan Bibit Jabon Analisis ragam Tinggi

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F

Model 4 15.56804000 3.89201000 5.04 0.0016

Error 55 42.43763333 0.77159333

Corrected Total 59 58.00567333

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.268388 80.25840 0.878404 1.094333

Analisis ragam Diameter

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F

Model 4 10.73021000 2.68255250 3.78 0.0087

Error 55 39.05918333 0.71016697

Corrected Total 59 49.78939333

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.215512 94.72245 0.842714 0.889667

Analisis ragam Berat Kering Total

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F

Model 4 0.34783308 0.08695827 3.98 0.0094

Error 55 0.74258619 0.02184077

Corrected Total 59 1.09041927

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.318990 29.10544 0.147786 0.507762

Analisis ragam Nisbah Pucuk Akar

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F

Model 4 8.71881523 2.17970381 1.39 0.2846

Error 55 86.09562309 1.56537497

Corrected Total 59 94.81443832

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

(30)

20

Analisis ragam Indeks Mutu Bibit (IMB)

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F Model 4 0.95273462 0.23818365 40.39 <.0001

Error 55 0.20049954 0.00589705

Corrected Total 59 1.15323416

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.826142 48.21568 0.076792 0.159268

Analisis ragam Infeksi akar

Source DF Sum of Squares Mean Square

F Value Pr > F Model 4 8897.91910 2224.47977 32.75 <.0001

Error 55 2309.47340 67.92569

Corrected Total 59 11207.39250

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.793933 15.36191 8.241704 53.65026

Analisis ragam Kepadatan spora dengan tanaman inang P. javanica Source DF Sum of Squares Mean

Square

F Value Pr > F

Model 11 10052.66667 913.87879 2.04 0.0395

Error 60 26847.33333 447.45556

Corrected Total 71 36900.00000

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

0.272430 57.69040 21.15315 36.66667

Analisis ragam Kepadatan spora dengan tanaman inang S.bicolor Source DF Sum of Squares Mean

Square

F Value Pr > F

Model 11 3473.81944 315.89268 1.68 0.1009

Error 60 11301.8333 188.36389

Corrected Total 71 14776.65278

R-Square Coeff Var Root MSE Mean

(31)

21

Lampiran 2 Data rekapitulasi kepadatan spora per 10 gram tanah selama 3 bulan produksi

Lokasi Kepadatan Spora

P.javanica S.bicolor

Control Umum 18.50c 12.00b

Alas Purwo 28.33bc 26.67ab

Inco Sultra 31.17ac 27.50ab

Parangloe 47.83ab 28.66ab

Pakenjen 49.67ab 32.67a

Batu Licin 32.50abc 22.67ab

B. Hijau Sumbawa 59.33a 40.83a

Oki Palembang 21.83bc 26.33b

CA. Rimbopati 36.50abc 27.00ab

Nusa Kambangan 27.50bc 25.50ab

Cangkuang 39.83abc 31.00a

(32)

22

Lampiran 3 Hasil analisis tanah tambang batubara PT. Bukit Asam Tanjung Enim Sumber : Atunnisa (2013)

No. Parameter Pengujian

Satuan Nilai

1. pH (H2O) 5.4

pH (CaCl2) 5.3

2. C-org % 0.84

3. N Total % 0.04

4. C:N 21.0

5. P Tersedia ppm 4.5

Kation-kation dapat ditukar

6. Ca cmol/kg 13.26

7. Mg cmol/kg 19.85

8. K cmol/kg 1.44

9. Na cmol/kg 6.92

10. Total cmol/kg 41.47

11. KTK cmol/kg 54.61

12. KB % 75.94

Al-H

13. Al3+ me/100 g 0.11

14. H+ me/100 g 0.01

Sebaran butir (Tekstur 3 fraksi)

15. Pasir % 2.1

16. Debu % 19.2

17. Liat % 78.7

18. Sulfat (SO42-) terlarut % 0.52

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 18 Juni 1993 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Thabrani SPd dan Kartina SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 5 Kota Jambi pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan di IPB penulis aktif di berbagai kepanitian dan organisasi. Penulis pernah menjadi penyiar radio di radio kampus AGRIFM tahun 2010-2012 dan pernah menjadi Finalis Lima Besar pada kompetisi Duta Anti Narkoba Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun 2011. Pada tahun 2011-2012 penulis aktif sebagai seketaris umum pada Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA) serta penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan selama dua periode 2011-2012 sebagai Divisi Sosial Lingkungan dan 2012-2013 sebagai Divisi Budaya Olahraga dan Seni. Selain itu penulis aktif di Paguyuban Karya Salemba Empat IPB tahun 2011-2012 sebagai wakil seketaris dan pada tahun 2012-2013 penulis diamanahkan menjadi sekretaris umum.

Penulis juga mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat – Kamojang (2012), Praktek Pengolahan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2013) serta Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Multi TambangJaya Utama, Kalimantan Tengah.

Gambar

Tabel 1 Kondisi umum wilayah asal sampel inokulum (Rengganis 2013 dan
Gambar 3  Pengamatan spora awal pada sampel inokulum di bawah miskroskop
Gambar 4 Kepadatan spora pada tiap inokulum fungi mikoriza arbuskula dari
Tabel 4 Uji lanjut Duncan inokulasi FMA terhadap pertumbuhan diameter bibit jabon setelah 3 bulan tanam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kelas XI di SMA Negeri 2 Cirebon” , memiliki permasalahan lemahnya hasil belajar siswa salah satunya karena siswa merasa bosan dalam pembelajaran seni tari,

[r]

71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual mewajibkan pemerintah daerah dan seluruh organisasi sektor publik untuk menerapkan laporan keuangan

3) pola jalan pasien lebih menumpu pada kaki yang normal.. Palpasi mendapatkan hasil yaitu tidak ada oedema, Suhu normal, nyeri tekan pada tumit kanan, adanya spasme

Menurut Whaley &amp; Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk

Hukua pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukua - yang be rlaku dlsuat u negara yang aongadakan dase r-dase r a dan at uran-at

Melihat kondisi Subak Dukuh yang mulai mengalihkan pertaniannya dari menggunakan pupuk anorganik menjadi organik, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum