• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI TEKNIK PADA RANCANG ULANG MESIN PEMBUAT KERUPUK - Bina Darma e-Journal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS EKONOMI TEKNIK PADA RANCANG ULANG MESIN PEMBUAT KERUPUK - Bina Darma e-Journal"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI TEKNIK PADA RANCANG ULANG MESIN PEMBUAT KERUPUK

Ferry Jesse Boy

Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 Palembang

e-mail : ferryjesseboyyy@gmail.com

Abstrak : perkembangan industri kerupuk saat ini meningkat dengan cepat, hal ini dapat kita lihat dari bermacam-macam produk yang dihasilkan telah nyata membawa perubahan terhadapa rancang kerja atau peralatan yang bersifat tradisional (manual) hingga menjadi mekanis atau otomatis. Mesin pembuat kerupuk yang sudah ada saat ini masih banyak kelemahan, kekurangasn dan tidak efisien. Penelitian yang dilakukan dari segi ekonomi dengan mnggunakan metode Ekonomi Teknik berdasarkan perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan Rp. 17.732, NPV 25% dalam keadaan bunga dibawah 25% masih dapat menghasilkan pendapatan, IRR adalah 7%, ROI adalah 38% yang awalnya 7% semakin ROI tinggi investasi mendapatkan keuntungan dan BEP (kg) adalah 2500 kg, BEP (rupiah) adalah Rp. 46.103.251. dengan memperhatikan hasil penelitian ini, maka dilihat dari metode ekonomi teknik dapat dikatakan mesin rancang ulang pembuat kerupuk layak untuk diproduksi.

Kata kunci : Ekonomi Teknik, NPV, IRR, ROI, BEP

Abstract : perkembangan industri kerupuk saat ini meningkat dengan cepat, hal ini dapat kita lihat dari bermacam-macam produk yang dihasilkan telah nyata membawa perubahan terhadapa rancang kerja atau peralatan yang bersifat tradisional (manual) hingga menjadi mekanis atau otomatis. Mesin pembuat kerupuk yang sudah ada saat ini masih banyak kelemahan, kekurangasn dan tidak efisien. Penelitian yang dilakukan dari segi ekonomi dengan mnggunakan metode Ekonomi Teknik berdasarkan perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan Rp. 17.732, NPV 25% dalam keadaan bunga dibawah 25% masih dapat menghasilkan pendapatan, IRR adalah 7%, ROI adalah 38% yang awalnya 7% semakin ROI tinggi investasi mendapatkan keuntungan dan BEP (kg) adalah 2500 kg BEP (rupiah) adalah Rp. 46.103.251. dengan memperhatikan hasil penelitian ini, maka dilihat dari metode ekonomi teknik dapat dikatakan mesin rancang ulang pembuat kerupuk layak untuk diproduksi.

Keywords:Ekonomi Teknik , NPV, IRR, ROI, BEP

1. PENDAHULUAN

Perkembangan industri kerupuk saat ini meningkat dengan cepat, hal ini dapat kita lihat dari banyaknya industri kerupuk yang ada bahkan dapat dilihat dari banyaknya jenis kerupuk yang saat ini bermunculan. Dengan peningkatan ini tentu

saja ini merupakan kabar baik bagi pelaku usaha industri kerupuk skala rumah tangga.

(2)

Dengan adanya keinginan tersebut maka dibuatlah mesin yang bisa membantu sebagai penunjang produktifitas dan efektifitas produksi skala rumah tangga khususnya dalam bidang pembuatan rancang ulang mesin pembuat kerupuk. Dalam menghadapi permasalahan tersebut diperlukan alat yang dapat memproduksi lebih baik dari sebelumnya dan memenuhi permintaan. Akan tetapi tentunya rancang ulang mesin tersebut perlu dilakukan analisis secara ekonomi.

Hal ini dilakukan dengan maksud agar rancang ulang mesin yang akan dibuat benar-benar layak untuk dibuat serta menguntungkan bagi pelaku usaha kerupuk. Penelitian ini nantinya sangat diharapkan bisa bermanfaat bagi industri rumahan sehingga nantinya bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan mesin pembuat kerupuk yang sudah ada.

Engineering (rekayasa) adalah profesi/disiplin dimana pengetahuan tentang alam yang diperoleh dengan studi, pengalaman dan praktek dipergunakan dengan bijakasana dalam mengembangkan cara-cara untuk penggunaan secara ekonomis bahan-bahan dan sumber alam untuk kepentingan umat manusia. Dari definisi ini aspek-aspek ekonomi dari engineering (Engineering Economic/ Ekonomi Teknik) dititik beratkan pada

aspek-aspek fisik. Jelas, pada dasarnya ekonomi merupakan bagian dari engineering yang dilaksanakan dengan baik.

Ekonomi Teknik adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi dalam engineering; yang terdiri dari evaluasi sistematis dari biaya-biaya dan manfaat-manfaat dari usulan proyek-proyek teknik. Selain itu, ekonomi teknik juga dapat dinyatakan sebagai sebuah konsep dan teknik analisis yang berguna untuk mengevaluasi penerimaan dari sistem, produk dan jasa dalam kaitannya dengan uang .(Ristono Agus dan Puryani, 2011) Ada 7 langkah dasar disipilin ilmu ini yaitu:

1. Langkah 1: membuat alternatif-alternatif

Pemilihan keputusan diantara alternatif. alternatif-alternatif tersebut perlu diidentifikasikan dan kemudian dicari analisisnya secara berututan.

2. Langkah 2: fokuskan pada perbedaan-perbedaan

Hanya perbedaan yang bearti dari hasil diantara alternatif-alternatif yang relevan dengan perbandingan yang harus dipertimbangkan dalam keputusan itu.

3. Langkah 3: gunakan suatu titik pandang yang konsisten

Hasil dari alternatif, aspek ekonomi dan lainnya harus

dikembangkan secara

(3)

4. Langkah 4: gunakan satuan ukuran umum

Menggunakan satuan yang umum dalam menghitung hasil untuk mempermudah analisis dan perbandingan dari alternatif.

5. Langkah 5: pertimbangkan semua kriteria yang relevan Pemilihan suatu alternatif yang dikehendaki (pengambilan keputusan) memerlukan penggunaan suatu kriteria (atau beberapa kriteria).

6. Langkah 6: membuat tegas suatu ketidakpastin

Ketidakpastian berkaitan dengan pemroyeksian (atau perkiraan) hasil-hasil alternatif saat mendatang dan harus dikenal dalam analisis dan perbandingan mereka.

7. Langkah 7: tinjau kembali keputusan saudara

Perbaiki hasil keputusan terhadap hasil dari suatu proses penyesuaian diri (adaptive); terhadap yang dapat dipraktekan secara luas, hasil yang diproyeksikan semula dari alternatif terpilih secara berturut-turut harus dibandingkan dengan hasil sebenarnya yang dicapai. (Ristono Agus dan Puryani, 2011)

2.1 Internal Rate Of Return(IRR) IRR berasal dari bahasa inggris Internal rate Of Return disingkat IRR yang merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain).

IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat pengembalian internal

yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). IRR ini merupakan tingkat discount rate yang membuat NPV proyek = 0.

IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga di mana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor atau telah di present value -kan, nilainya sama dengan initial investment (biaya invetasi).

IRR digunakan dalam menentukan apakah investasi dilaksanakan atau tidak, untuk itu biasanya digunakan acuan bahwa investasi yang dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum acceptable rate of return atau Minimum atractive rate of return. Minimum acceptable rate of return adalah laju pengembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh seorang investor. Langkah-Langkah Perhitungan IRR :

1. Siapkan tabel cash flow dari proyek atau gagasan usaha. 2. Memilih discount factor

tertentu untuk mencapai NPV = 0

3. Pada discount factor pemilihan pertama dihitung besarnya NPV

4. Jika NPV yang diperoleh masih positif, sedangkan yang diharapkan NPV = 0 maka kita pilih discount factor yang ke dua dengan harapan akan memperoleh NPV = 0

5. Misalnya dengan DF pada pemilihan yang ke dua dan seterusnya sampai memperoleh NPV yang negatif ( NPV < 0 ) 6. Karena NPV yang kita peroleh

(4)

dengan negatif agar tercapai NPV = 0.

7. Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus interpolasi. Rumus Peritungan IRR dengan cara Interpolasi

Jika diperoleh NPV +, maka carilah NPV – dgn cara meningkatkan discount faktornya :

IRR = I1 + (I2 – I1)

……….…….…(2.5) Keterangan :

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif. i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif. Indikator IRR :

Jika IRR > untuk, discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk dilaksanakan dan Jika IRR< untuk. discount rate yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. (Ristono Agus dan Puryani 2011 : 128)

2.2 Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.

2.2.1 Jenis NPV

Terdapat tiga kriteria dalam mengaplikasikan teknik analisis dari NPV, yakni:

1. Untuk situasi fixed input, maka fungsi tujuannya adalah melakukan maximize terhadap benefits atau output yang lain. 2. Untuk situasi fixed output,

maka fungsi tujuannya adalah melakukan minimize terhadap ongkos atau input yang lain. 3. Untuk situasi kombinasi

keduanya, yakni inputs and outpuls vary, maka fungsi tujuannya adalah melakukan maximize terhadap selisih antara keuntungan dengan ongkos.

Langkah awal adalah memutuskan katagori yang mana yang akan diaplikasikan Langkah selanjutnya. (Ristono Agus dan Puryani, 2011)

2.2.2 Aplikasi NPV

Dengan menggunakan PW analysis, maka penggunaan periode analisis adalah persoalan yang besar Beberapa kasus antara lain:

1. beberapa altematif yang akan dipilih memiliki umur yang sama.

2. Beberapa altematif yang akan dipilih memiliki umur yang tidak sam.

3. Periode analisis menggunakan waktu tak terbatas atau cukup panjang sehingga dianggap tidak memiliki akhir.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dalam analisis nilai sekarang, perlu diperhatikan periode waktu analisis untuk membandingkan 2 atau lebih rencana investasi. Terdapat 3 cara analisis, terganatung dari periodenya, antara lain:

(5)

Aplikasi yang lain adalah didasarkan kepada tujuan dari penerapannya itu sendiri, yakni (l) replacement project dan (2) new project. Replacetnent projects diterapkan dengan ketentuan bahwa jika present value memiliki nilai yang lebih besar dari nol, kemudian diakumulasi, lalu dilakukan discounted savings exceed costs, dan baru kemudian investasi dilakukan.

Dengan menggunakan, i dapat saja dicari yang sesuai sedemikian hingga nilai P tersebut tepat sama dengan nol. Nilai i untuk memberikan hasil P = 0 disebut dengan nama discounted rate of return. Ini mengandung arti bahwa angka tersebut merupakan tingkat atau laju pengembalian modal yang sudah ditanamkan, sama halnya kalau kita menyimpan modal tersebut di bank dengan bunga i.

New projects diterapkan secara nomal akan menghasilkan nilai negatif untuk tiap alternatif. Hal ini terjadi karena proyek tersebut adalah non-profit. The most economically attractive alternatif adalah dengan cara memilih salah satu dari alternatif itu yang memiliki nilai P paling kecil negatifnya. Nilai P terkecil berkaitan dengan alternatif yang akan memberikan biaya paling minimal. (Ristono Agus dan Puryani, 2011)

2.2.3 Konsep Net Present Value (NPV) Berkaitan dengan investasi (modal) yang akan ditanamkan, maka diperlukan pedoman untuk dapat dengan bijak menilai investasi tersebut. Dan pedoman tersebut yang dapat dipakai sebagai panduan :

a. terima investasi yang

diharapkan bilamana

memberikan NPV positif. b. Terima investasi yang

memberikan IRR yang lebih besar daripada tingkat keuntungan yang diisyaratkan.

Tentu saja penyajian konsep ini berlaku bila mana kondisi pasar uang dan pasar modal yang sempurna dengan catatan :

a. Tingkat suku bunga yang ada adalah stabil dan sama, tidak berfluktuatif.

b. Tidak adanya pihak yang dominan untuk mempengaruhi pasar.

c. Kondisi diluar transaksi keuangan yang ada adalah stabil.

PV adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan identik dengan nilai awal dari

penanaman modal. Rumus untuk

menghitung Present Value adalah :

PV = C1 / (1 + r) Dimana...(2.6) C1 = Uang yang akan diterima di tahun ke-1. r = Discount rate/ opportunity cost of capital.

Tingkat pengembalian/hasil investasi (%) dari investasi yang sebanding

Rumus Net Present Value (NPV) adalah :

Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)).yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:

………... (2.7)

dimana:

t = waktu arus kas

i = suku bunga diskonto yang digunakan Rt= arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t

Arti perhitungan Net Present Value (NPV) :

Pada tabel berikut ditunjukan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi.

Tabel 2.2 Perhitungan NPV terhadap Keputusan Investasi

(6)

NPV > 0

Bila

Investasi yang dilakukan

memberikan manfaat bagi perusahaan.

Bearti…

Proyek bias dijalankan.

Maka…

NPV< 0

NPV = 0

Investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan untung maupun rugi.

Proyek ditolak.

Kalau proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan. (Ristono Agus dan Puryani, 2011) 2.3 Return on ivestment (ROI)

Analisis Return on ivestment (ROI) adalah salah satu dari beberapa metrik keuangan yang secara umum digunakan untuk mengevaluasi konsekuen keuangan dari investasi bisnis, keputusan, atau tindakan. Secara sederhana analisis ROI juga disebut analisis kas. Sebagai arus kas metrik, analisis ROI membandingkan besaran keuntungan dan waktu investasi. Semakin nilai ROI tinggi bearti bahwa investasi menguntungkan dibandingkan dengan biaya investasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, ROI telah menjadi metrik keuangan utama untuk pengambilan keputusan, persetujuan dan keputusan, persetujuan dan keputusan

pendanaan proyek dan segala keputusan bisnis penting lainnya. Sebagian besar bentuk analisis ROI membandingkan hasil investasi dan biaya dengan membangun rasio, atau persentase. Dalam metode ROI sederhana, rasio ROI lebeih besar 0,00 (atau persentase lebih besar dari 0%) bearti bahwa pengambilan investasi lebih dari biaya. (Pujawan, 1995)

Return on Investment adalah jumlah laba yang dihasilkan oleh investor setelah menempatkan uangnya kedalam bisnis. ROI adalah sebuah ukuran profitabilitas yang mengevaluasi kinerja bisnis dengan membagi laba bersih dengan kekayaan bersih. ROI biasanya dinyatakan dalam persentase pengambilan investasi.

ROI juga dapat diukur dengan uang tunai yang dihasilkan oleh atau hilang akibat investasi. Ini mengukur arus kas atau aliran pendapatan dari investasi kepada investor, relatif terhadap jumlah yang diinvestasikan. Arus kas pada investor dapat berupa keuntungan, bunga, dividen, peningkatan pendapat atau kerugian. Untuk mengukur profitabilitas bisnis, anda dapat menggunakan ROI dengan cara yang berbeda-beda, misalnya untuk mengukur kinerja dalam kebijakan harga, persediaan investasi, investasi modal peralatan, dan sebagainya.

(7)

1. Membagi laba bersih, bunga, dan pajak dan jumlah kewajiban untuk mengukur tingkat pendapatan total modal yang digunakan.

2. Membagi laba bersih dan pajak pendapatan dengan ekuitas kepemilikan dan kewajiban tetap untuk menghasilkan tingkat laba pada modal yang diinvestasikan.

3. Membagi laba bersih dengan jumlah modal ditambah untuk cadangan menghitung tingkat laba atas ekuitas kepemilikan dan ekuitas saham.

Rasio profitabilitas digunakan oleh para analis keuangan untuk membandingkan profitabilitas perusahaan dari waktu ke waktu atau membandingkan profatabilitas antara perusahaan satu dengan lainnya, termasuk marjin laba kotor, marjin laba usaha, rasio ROI, hasil Dividen, marjin laba bersih, dan pengambilan asset investasi.

Return on Investment secara umum adalah rasio profitabilitas. Ada beberapa cara untuk menentuka ROI, tetapi metode yang paling sering digunakan adalah membagi laba bersih dengan total aset. Sekarang kita akan mencari nilai pengambilan investasi tahunan (Anuallzed ROI), sehingga kita dapat membandingkan dengan investasi lain. Dalam bidang keuangan, hal ini sering disebut menghitung Internal Rate of Return.

Secara teknis proses ini melibatkan penentuan tingkat diskonto dimana nilai saat ini dari serangkaian investasi. Anda dapat menggunkan rumus ROI berikut :

ROI =

.

...(2.8)

Dapat disimpulkan bahwa Rate of return dan Return on Investment menunjukan arus kas dari investasi kepada investor selama periode waktu tertentu (biasanya satu tahun). ROI adalah ukuruan profitabilitas investasi, bukan mengukur besaran investasi. Sementara bunga mejemuk dan reinvestasi dividen dapat meningkatkan ukuran investasi (sehingga berpotensi menghasilkan Return yang lebih tinggi kepada investor), Return on Investment adalah pengambilan investasi yang dihitung dalam persentase bedasarkan modal yang diinvestasikan. Secara umum, semakin tinggi nilai investasi, semakin besar potensi pengambilan investasi berupa keuntungan, dan semakin besar pula resiko investasi yang ditimbulkan. (Pujawan, 1995) 2.4 Analisis Break Event Point (BEP)

(8)

mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap.

Contribution Margin adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya variabel, yang merupakan jumlah untuk

menutup biaya tetap dan

keuntungan.Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya apabila Contribution Marginnya lebih besar dari Biaya Tetap, yang berarti total penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.

Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Break Event Point ditinjau dari konsep Contribution Margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana Contribution Margin tepat sama besarnya dengan total Biaya Tetapnya. (Pujawan, 1995)

2.4.1 Asumsi Break Event Point

Asumsi dasar dalam analisa break event, antara lain :

a. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.

b. Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.

c. Total biaya tetap tidak

mengalami perubahan,

meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.

d. Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.

e. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk,

maka perbandingan

penghasilan

f. Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan. g. Kapasitas produksi pabrik

relatif konstan.

h. Harga faktor produksi relatif konstan.

(9)

j. Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.

k. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya. (Pujawan, 1995)

2.4.2 Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan

pertanggung jawabannya sering

diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunakannya. Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1. Biaya dalam analisis BEP, Hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disaat sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk

memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap.Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :

a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yangterkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.

b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanyakapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

(10)

Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang

diterima maupundiberikan

perusahaan .contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

4. Harga Jual

Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual

Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak. (Pujawan, 1995) 2.14.5 Perubahan Harga Jual Per Unit

Perubahan harga jual per unit akan mempengaruhi besarnya BEP. Apabila harga jual per unit naik sementara biaya tidak berubah, maka akan menurunkan BEP, demikian pula sebaliknya bila harga jual turun akan menaikkan BEP.

1. Perubahan Biaya Variabel per Unit

Perubahan pada biaya variabel juga akan merubah posisi BEP, yakni apabila biaya variabel naik akan menaikkan BEP dan bila turun akan menurunkan BEP.

2. Perubahan komposisi sales mix Dalam asumsi disebutkan bahwa perusahaan hanya menghasilka satu macam produk, dan bila menghasilkan lebih dari dua macam produk, maka tidak boleh ada perubahan komposisi dalam sales mix –nya. Sales mix menunjukkan perimbangan penjualan antara beberapa macam produk yang dihasilkan. Apabila ada perubahan sales mix nya akan menyebabkan perubahan pada BEP secara total.

Rumus Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:

BEP(unit/x)= ………...(2.9)

atau

BEP(rupiah)= ……...……….…(2.10)

Dimna :

(11)

VC = variable cost (biaya variabel),

S = sales (Penjualan)

Rumus BEP untuk multiple product adalah:

BEP(rupiah)=

………...……..(2.11)

Dimana :

TVC = total variable cost (total biaya variabel).

TR = total revenue (total pendapatan).

Atau dengan :

a. Pendekatan grafik :

b. Break event Point terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis total biaya.

c. Metode Trial and Error. d. Pendekatan matematis :

Rumus matematika untuk menentukan BEP adalah :

BEP (unit) =

...(2.12)

BEP (Rp) = / Hasil

Penjualan…………...………...(2.13) (Pujawan, 1995)

2.14.6 Analisa Titik Impas pada Permasalahan Produksi

Aplikasi analisa titik impas padapermasalahan produksi biasanya digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsi-fungsi tersebut bertemu maka total biaya maupun pendapatannya. Pada saat kedua fungsi tersebut bertemu maka total biaya sama dengan total pendapatan. Dalam melakaukan titik impas, sering kali fungsi biaya maupun fungsi pendapatan diasumsikan linier terhadap volume produksi. Ada 3 komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisa ini, yaitu :

1. Biaya-biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya- biaya yang besarnya tidak diepngaruhi oleh volume produksi. Beberapa yang termasuk biaya tetap adalah biaya gedung, biaya tanah, biaya mesin dan peralatan, dan sebagainya. 2. Biaya-biaya variabel (variable

cost) yaitu biaya-biaya yang besarnya biaya yang tergolong biaya variabel diantaranya adala biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

3. Biaya total (total cost) adalah jumlah dari biaya-biaya tetap dan biaya-biaya variabel.

(12)

TC = ongkos total untuk membuat X produk

FC = ongkos tetap

VC = ongkos variabel untuk membuat X produk

C = ongkos variabel untuk membuat satu produk.

Dalam analisa titik impas selalu diasumsikan bahwa total pendapatan

(total revenue) diperoleh dari penjualan semua produk yang diproduksi. Bila harga satu buah produk adalah p maka harga x buah produk akan menjadi total pendapatan, atau :

TR = pX

Dimana :

TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk.

p = harga jual per satuan produk. Titik impas akan diperoleh apabila total ongkos-ongkos yang terlibat persis sama dengan total pendapatan, atau :

TR = TC...(2.14) X =...(2.15) Dimana X dalam hal ini adalah volome produksi yang menyebabkan perusahan berada dalam titik impas (BEP). Tentu saja perusahaan akan mendapatkan untung apabila bisa produksi diatas X (melampaui titik impas). Hal ini ditunjukan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.2. Diagram titik impas pada permasalahan produksi. (Pujawan, 1995)

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian membantu memudahkan dalam pengumpulan data, analisis data dan pembuatan laporan penelitian.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium proses produksi teknik industri Universitas Bina Darma yang terlatak di jalan A. Yani No.12 Plaju Palembang.

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis dapat mengumpulkan data dari sumber data primer dan sumber data sekunder, dimana sumber data primer diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti sedangkan data sekunder data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

Data Primer

(13)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang dibutuhkan selama penelitian dan tentunya disesuaikan dengan topik penelitian yang dilakukan. Data yang dimaksud adalah bahan baku dan komposisi kerupuk ikan serta pengujian instrumen kuesioner.

Data Skunder

Penelitian melakukan pengumpulan referensi-referensi yang ada hubungan dengan penelitian skripsi. Peneliti melakukan pengumpulan buku-buku yang relevan dengan judul penelitian yang ada dilakukan. Sehinga referensi tersebut akan dijadikan sebagai pedoman dalam menyelesaikan penelitian ini nantinya.

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan metode Engineering (rekayasa) adalah profesi/disiplin dimana pengetahuan tentang alam yang diperoleh dengan studi, pengalaman dan praktek dipergunakan dengan bijakasana dalam mengembangkan cara-cara untuk penggunaan secara ekonomis bahan-bahan dan sumber alam untuk kepentingan umat manusia. Dari definisi ini aspek-aspek ekonomi dari engineering (Engineering Economic/ EkonomiTeknik) dititik beratkan pada aspek-aspek fisik. Jelas, pada dasarnya ekonomi merupakan bagian dari engineering yang dilaksanakan dengan baik.

Flow Chart Metode Penelitian

Gambar dibawah ini menunjukkan Bagan Alir Metode Penelitian, yaitu bagan yang

mendeskripsikan langkah-langkah penelitian dari awal hingga selesai penelitian.

Gambar 2. Flowchart Metode penelitian 3. HASIL DAN BAHASAN

Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan dengan cara pengamatan pada industri – industri pembuatan kerupuk selanjutnya dilakukan penelitian di Laboraturium Teknik Industri Bina Darma meliputi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Hasil Penelitian Dana investasi mesin rancang ulang pembuat kerupuk dan instalasi listrik

Rp. 46.000.000

Kapasitas mesin 100-300 kg / hari 100 kg /hari Tenaga kerja 1 orang standar

(UMR)

Rp. 1.250.000

Bahan baku untuk membuat kerupuk :

1. tepuk tapioka 53,3 kg x Rp. 10.000 /kg

Rp. 533.333

2. air galon20 liter x Rp. 5000 / galon

(14)

3. ikan (tenggiri) 16,6 kg x Rp. 60.000 /kg

Rp. 1.000.000

4. bumbu-bumbu 10 kg x Rp. 17.000 /kg

Rp. 170.000

Daya listrik yang diperlukan mengoprasikan mesin 2200 Va

1500 watt

Sumber : harga pasar global

3.1 menentukan harga pokok produk kerupuk

1. menentukan biaya variabel produksi / hari

 Tenaga listik = Rp. 371.700 / 25 hari = Rp. 14.868 /hari  Tenaga kerja = Rp. 1.250.000 /

25 hari = Rp. 50.000 /hari  Bahan baku

= Rp.1.708.333 /hari+ Total biaya produksi /hari = Rp.1.773.201 sehari

2. menentukan harga produk / kg.

Harga produk =

=

= Rp. 17.732 /kg Jadi modal harga pokok produk kerupuknya adalah : Rp. 17.732 /

3.2 Menentukan harga jual produk dan laba bersih penjualan

1. menentukan harga jual produk adalah 4% (Rp.17.732 + (4% x Rp. 17.732) = Rp. 18.441. laba bersih produk dari

4% adalah Rp. 709,28 dan pajak diabaikan.

 Laba bersih Produk x Hasil Produksi /hari

= Rp. 709,28 /kg x 100 kg = Rp. 70.928 /hari

laba bersih yang diperoleh dari hasil penjualan produk /hari adalah Rp. 70.928 / hari.

laba bersih yang diperoleh dari hasil penjualan produk / bulan adalah Rp. 1.773.200. Perhitungan laba bersih / bulan sesuai hari kerja dalam 1 bulan 25 hari, untuk itu laba bersih 1 bulan sebagai berikut :  Laba bersih Produk (/hari) x 1

bulan produksi 25 hari = Rp. 70.928 x 25 = Rp. 1.773.200 /bulan

yang diperoleh dari hasil laba bersih produk / tahun adalah Rp. 21.278.400. Perhitungan laba bersih produk sesuai hari kerja dalam 1 tahun 12 bulan, untuk itu laba bersih 1 tahun sebagai berikut :

 Hasil laba bersih Penjualan Produk /bulan x 1 tahun produksi 12 bulan

(15)

opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskon pada saat ini.

Suku bunga yang dipakai adalah suku bunga Bank Indonesia : 7 %

DF = 7%

P = P + A ( P/A . i . n ) + F ( P/F . i . n ) = - Rp. 46.000.000 + Rp. 21.278.400 ( P/A . 7% . 3 ) + Rp. 3.000.000 ( P/F . 7% . 3)

= - Rp. 46.000.000 + Rp. 21.278.400 . (2,6243) + Rp. 3.000.000 . (0,8163)

= - Rp. 46.000.000 + Rp. 55.840.905 + Rp. 2.448.900

= Rp. 12.289.805

DF = 25%

P = P + A ( P/A . i . n ) + F ( P/F . i . n ) = - Rp.46.000.000 + Rp. 21.278.800 ( P/A . 25% . 3 ) + Rp. 3.000.000 ( P/ F . 25% . 3 )

= - Rp. 46.000.000 + Rp. 21.278.800 . ( 1,952 ) + Rp. 3.000.000 . ( 0,5120 )

= - Rp. 46.000.000 + Rp. 41.535.437 + Rp. 1.536.000

= -Rp. 2.928.563

Bedasarkan perhitungan yang dilakukan diatas maka Net Present Value (NPV) untuk tingkat bunga 7% masih dapat berproduksi untuk mendapatkan pendapatan. Sehingga dalam keadaan tingkat bunga dibawah 25% mesin pembuat kerupuk layak diproduksi.

2. Tingkat Pengembalian Suku Bunga (IRR)

IRR (Internal Rate Of Return) merupkan tingkat pengembalian internal

yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). IRR ini merupakan tingkat discount rate yang membuat NPV proyek = 0.

i1 = 7%

i2 = 25%

NPV 1 = Rp. 12.289.805 NPV 2 = - Rp. 2.928.563

IRR = i1 + x ( i2% - i1% )

= 7% + x

( 25% - 7% )

=7% + x 18%

= 0,07 + 0,4994 x (0,18) = 0,0753

Jadi IRR yang diperoleh 0,0753 sama dengan 7,53% ini bearti jika tingkat bunga bunga lebih dari 7,53% maka pendapatan yang diperoleh menjadi negatif (-) sedangkan jika tingkat bunga dibawah 7,53% hasil yang diperoleh positif.

3. Tingkat Pengembalian Dana Investasi (ROI)

(16)

membandingkan besaran keuntungan dan waktu investasi. Semakin nilai ROI tinggi bearti bahwa investasi menguntungkan dibandingkan dengan biaya investasi.

Dalam hal ini total pendapatan dihitung selama 3 tahun yang pendapatan / tahunnya sebesar Rp.21.278.800 untuk mengembalikan nilai investasi.

ROI = x

100%

= x 100%

= x 100%

= 0,38 x 100% = 38%

Bedasarkan hasil Perhitungan yang dilakukan Return On Investment (ROI) adalah 38%. semakin nilai ROI tinggi semakin cepat nilai investasi itu kembali yang tingkat bunga investasi awalnya 7% dan selanjutnya mendapatkan keuntungan.

4. Titik Impas (BEP)

BEP (Break Event Point) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Maka dengan volume tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian

kecil biaya tetap. Break Event Point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.

BEP yang dipakai adalah single product karna hanya menghasilkan 1 produk yaitu kerupuk.

FC = fixed cost ( biaya tetap ) = Rp. 1.773.201

VC = variable cost ( biaya variable ) = Rp. 1.773.201 / 100 kg =

Rp. 17.732

S = sales ( penjualan ) = Rp. 18.441

BEP ( unit ) =

=

=

= 2500 kg

BEP (rupiah) =

=

=

(17)

Gambar 4.1. Diagram titik impas produksi.

Dari hasil perhitungan titik impas (BEP) maka volume penjualannya sebesar 2500 kg atau sama dengan nilai penjualan selama Rp. 46.103.251. pada saat terjadi titik impas artinya perusahaan tidak mengalami kerugian maupun tidak mengalami keuntungan.

4.1 Pembahasan

4.1.1 Nilai Bersih dari Sekarang NPV Tabel 4.2 Perhitungan Tingkat Suku Bunga NPV

Tingkat Suku

Bunga i (%)

Hasil Perhitungan

7% Rp. 12.289.805

8% Rp. 11.218.995

9% Rp. 10.179.626

10% Rp. 9.172.147

12% Rp. 7.242.821

15% Rp. 4.556.256.

18% Rp. 2.092.295

20% Rp. 559.892

25% -Rp. 2.298.563

Bedasarkan perhitungan yang dilakukan diatas maka Net Present Value (NPV) untuk tingkat bunga 7% masih dapat berproduksi untuk mendapatkan pendapatan. Sehingga dalam keadaan tingkat bunga dibawah 25% mesin pembuat kerupuk layak diproduksi.

4.1.2 Tingkat Pengembalian Suku Bunga IRR

Jadi IRR yang diperoleh 0,0753 sama dengan 7,53% ini bearti jika tingkat bunga bunga lebih dari 7,53% maka pendapatan yang diperoleh menjadi negatif (-) sedangkan jika tingkat bunga dibawah 7,53% hasil yang diperoleh positif. Kita mempunyai dana investasi jika kita tabung ke bank bunganya 7% dan jika kita membuat usaha membeli mesin pembuat kerupuk tingkat bunganya naik menjadi 7,53%. 4.1.3 Tingkat Pengembalian Dana

Investasi ROI

Bedasarkan hasil Perhitungan yang dilakukan Return On Investment (ROI) adalah 38%. semakin nilai ROI tinggi semakin cepat nilai investasi itu kembali yang tingkat bunga investasi awalnya 7% dan selanjutnya mendapatkan keuntungan. 4.1.4 Titik Impas BEP

(18)

keuntungan. Dan produksi selanjutnya mendapatkan keuntungan.

5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Bedasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan harga pokok produk kerupuk yang dihasilkan pada rancang ulang mesin pembuat kerupuk adalah Rp. 17.732 /kg.

2. Menganalisa mesin rancang ulang pembuat kerupuk berdasarkan :

 Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Net Present Value (NPV) untuk tingkat bunga 7% masih dapat berproduksi untuk menghasilkan pendapatan. Sehingga dalam keadaan tingkat bunga dibawah 25% mesin pembuat kerupuk layak untuk diproduksi.

IRRnya yang diperoleh 0,0753 sama dengan adalah 7,53%.

 Perhitungan yang dilakukan Return On Investment (ROI) adalah 38%. semakin nilai ROI tinggi semakin cepat nilai investasi itu kembali yang tingkat bunga investasi awalnya 7% dan selanjutnya mendapatkan keuntungan.

 Titik impas BEP (unit) adalah 2500 kg sedangkan BEP (rupiah) adalah Rp. 46.103.251 .

Saran

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diajukan saran yaitu :

1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perindustrian kerupuk. Karena mesin ini layak diproduksi dan mendapatkan keuntungan yang lebih baik.

2. Sebelum memulai suatu usaha harus mempertimbangkan segi ekonomi teknik agar usaha yang kita jalankan mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.

DAFTAR RUJUKAN

(19)

Gulo,W.,2002, MetodologiPenelitian , Jakarta, GramediaWidiasarana Indonesia.

Newman, D. G., 1990, Engineering Economic Analysis, Third Edition,

Engineering Press, Inc., california, USA.

Pujawan, I Nyoman, 1995, Ekonomi Teknik, Surabaya, GunaWidya.

Ristono, AgusdanPuryani, 2011, Ekonomi Teknik, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Sinulingga, Sukaria, 2008, Pengantar Teknik Industri, Medan, Graha Ilmu.

Suryabrata, Sumadi, 2012, Metodologi Penelitian, Yogjakarta, Universitas Gadjah Mada.

Gambar

Gambar 2. Flowchart Metode penelitian
Gambar 4.1.

Referensi

Dokumen terkait

Buku pedoman ini berisi ketentuan-ketentuan tentang penyusunan penulisan karya ilmiah skripsi pada Program Studi (Prodi) Ahwal Syakhshiyah Jurusan Syari’ah di

Pemanas air umpan jenis ini memberikan efisiensi siklus yang agak lebih baik apabila digunakan tanpa pendingin kurasan karena energi yang berpindah dari kurasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari model pendidikan multikultural pada pendidikan dasar yang tepat yang dapat dilaksanakan di Indonesia dengan melihat dan mengkaji

Dari hasil studi kelayakan investasi peningkatan kapasitas mesin yang dilakuan maka akandiketahui investasi yang akan dilaksanakan perusahaan layak atau tidak layak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa resepsi intepretasi penonton terhadap film Dua Garis Biru untuk adegan konflik pertama dan kedua di dominasi oleh

Hasil penelitian yang dilakukan ini tidak sejalan dengan pendapat Gunadi (2004: 14) yang mengatakan bahwa “Seseorang yang bekerja lebih lama di bidang yang sama

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi dalam kemampuan membaca teks siswa kelas sebelas SMK Islam

Pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, karya ilmiah yang berkaitan dengan tinjauan teori mengenai identifikasi elemen activity support (kegiatan pendukung) yang terdapat