• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan

oleh: ARIF SANJAYA

Q. 100 140 192

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ARIF SANJAYA Q. 100 140 192

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA

Oleh:

ARIF SANJAYA Q. 100 140 192

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Hari: Kamis, 19 Januari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Dr. Sofyan Anif, M.Si.

(Ketua Dewan Penguji) (...)

2. Dr. Wafr

(...) 3. Prof. Dr. Sutama, M. Pd.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya

Surakarta, Januari 2017 Yang membuat pernyataan

Arif Sanjaya Q. 100 140 192

(5)

PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI DUKUHAN, KERTEN, LAWEYAN, SURAKARTA

Abstract

The objectives of the research are to describe: ) the science’s learning media planning; 2) the science’s learning media organizing and actuation; 3) the science’s learning media maintenance; and 4) the supporting and inhibiting factors of the science’s learning media management at SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Sub District of Surakarta Municipality. The type of the research is a qualitative research using ethnographic design. The research concludes that: 1) the science’s learning media planning was initiated by the proposal construction to be proposed to the local government and educational bureau; 2) the science’s learning media organizing and actuation has been done optimally. The learning media utilization is done to support student’s competence exploration, namely as students’ creativity and innovation tools; 3) the science’s learning media maintenance is done depend on the type of media. It is done by specified teacher authorized to manage the learning media; and 4) the supporting factors of the science’s learning media management at SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Sub District of Surakarta Municipality is the support of local government, teachers’ creativity and the freedom provided by the principal to utilize media. Whereas the inhibiting factors of the science’s learning media management at SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Sub District of Surakarta Municipality are teacher and students factors.

Keywords: management, Science’s Learning Media, Learning quality. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) perencanaan penggunaan media pembelajaran IPA; 2) pengorganisasian dan pelaksanaan penggunaan media pembelajaran IPA; 3) pemeliharaan penggunaan media pembelajaran IPA; dan 4) faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan desain etnografi. Penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Perencanaan media pembelajaran IPA diawali dengan perencanaan yang dilakukan dengan penyusunan proposal permohonan bantuan dana yang diajukan kepada Dikdasmen Depdiknas, APBD Provinsi, dan APBD Kota; 2) Pengorganisasian dan pelaksanaan media pembelajaran IPA sudah dilaksanakan secara optimal. Pemanfaatan sarana pembelajaran dilakukan sebagai sarana eksplorasi kompetensi siswa, yaitu sebagai sarana penuangan kreativitas dan inovasi siswa; 3) Penyimpanan dan perawatan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dilakukan sesuai jenis media. Pemeliharaan sarana pembelajaran berupa laboratorium multimedia dilakukan dengan bekerjasama dengan suplier komputer melalui sistem kontrak; dan 4) Faktor pendukung dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah dukungan optimal yang diberikan pemerintah Kota Surakarta,

(6)

kreativitas guru, dan kebebasan memanfaatkan media yang diberikan kepala sekolah. Sedangkan faktor penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah berupa faktor kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan media.

Kata kunci: pengelolaan, Media Pembelajaran IPA, Kualitas pembelajaran. 1. PENDAHULUAN

Salah satu faktor penunjang dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sarana dan prasarana sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas akan mendorong elemen sekolah untuk berkinerja lebih baik. Hal ini dijelaskan oleh Buckley, dkk., bahwa “teaching takes place in a specific physical location (a school building) and the quality of that location can affect the ability of teachers to teach, teacher morale, and safety of the teachers ”(Buckley, dkk., 2014: 3).

Media pembelajaran (learning media) adalah semua media yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Keberadaan media pembelajaran tersebut sangat mendukung dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Pentingnya kehadiran media pembelajaran dalam mendukung keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lacour dan Tissington (2011: 522-527). Hasil penelitian Lacour dan Tissington membuktikan bahwa prestasi belajar pada siswa yang berasal dari keluarga kurang beruntung tertinggal jauh dari siswa yang berasal dari kalangan berada. Perbedaan tersebut dikaitkan dengan minimnya sumber belajar yang digunakan oleh siswa dari keluarga yang kalangan kurang beruntung dalam menunjang pembelajaran mereka.

Dikaitkan dengan pembelajaran sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, kehadiran media pembelajaran menjadi sangat vital dalam menunjang kegiatan belajar-mengajar. Hal ini didasari alasan bahwa pendidikan sains membutuhkan penguasaan gagasan ilmiah agar dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep dengan konteks yang sesuai.

Konsep tersebut sejalan dengan pendapat Hoolbrook (Arroyo, 2010:132) yang berpendapat bahwa pendidikan tidak dapat terlepas dari konteks.

Education cannot be developed in a vacuum. It needs a context and this context, inevitably in science lessons, involves science content and science conceptual

(7)

learning. Thus, although science content need not be specified and may be related to a contemporary context, science lessons utilise the acquisition of scientific ideas to aspire to playing their major role in the development of students through an appropriate contex (Hoolbrook dalam Arroyo, 2010: 132).

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep (Asy’ari, 2006: 24). Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan.

Seiring dengan perubahan pola pemerintahan setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka pola manajemen sekolah saat ini berbeda pula dengan sebelumnya, yakni lebih bernuansa otonomi dimana sekolah diberi wewenang sendiri dari pemerintah untuk mengelola semua yang berkaitan dengan sekolah tersebut. Untuk mengoptimalkan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan ini diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama. Sekolah dituntut memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu jenis sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah adalah media pembelajaran IPA.

Pengelolaan media pembelajaran IPA di sekolah yang baik akan menjadi salah satu kunci keberhasilan sekolah dalam mengantar siswa untuk menguasai teknologi yang sangat diperlukan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan pandangan Kilpatrick dan Quinn (2009) yang menyatakan bahwa

“The success of all students in science has become a priority in countries throughout the world, as governments have increasingly realized that their economic futures depend on a workforce that is capable in science, mathematics,

(8)

and engineering. A particular focus in policy discussions is on science in the elementary grades, where children’s early attitudes and orientations are formed.” Merujuk pada pendapat Kilpatrick & Quinn di atas, dapat diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam bidan sains menjadi prioritas di seluruh negara di dunia. Hal ini dikarenakan pemerintah semakin menyadari bahwa masa depan ekonomi mereka sangat tergantung pada tenaga kerja yang menguasai sains, matematika dan enjinering. Oleh karena itu, fokus khusu dalam pembahasan kebijakan ditekankan pada pendidikan sains di tingkat pendidikan dasar, yang merupakan masa-masa pembentukan sikap dan orientasi siswa terhadap sains.

Penelitian mengenai fasilitas pendidikan dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa dilakukan oleh Wilson (2010) dengan judul ”The Impact of the Educational Facility on Student Achievement.”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas sekolah berdampak pada prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian Wilson dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa kedua penelitian mengambil subjek utama berupa fasilitas pendidikan atau sarana dan prasarana pendidikan. Perbedaan kedua penelitian terletak pada fokus kajian dan pendekatan yang digunakan. Fokus kajian pada penelitian Wilson berupa dampak fasilitas pendidikan terhadap prestasi belajar siswa, pendekatan yang digunakan berupa meta analisis. Penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada pengelolaan sarana dan prasarana, pendekatan yang digunakan adalah etnografi.

Penelitian lain dilakukan oleh Harris & Rooks (2010) dengan judul “Managing Inquiry-Based Science: Challenges in Enacting Complex Science Instruction in Elementary and Middle School Classrooms”. Penelitian yang dilakukan oleh Harris & Rooks (2010) mengkaji tentang lima bidang manajemen yang saling berkaitan yang dibutuhkan dalam pengelolaan kelas pembelajaran sains di K-8. Model yang ditawarkan adalah model piramid sebagai kerangka kerja dalam berpikir terkait pengelolaan tersebut. Hasil analisis menyimpulkan bahwa kelima bidang manajemen yang saling berkaitan dalam pengelolaan kelas sains meliputi: komunitas kelas sebagai ujung piramid, dan empat bidang lainnya yang berada di dasar piramid yang meliputi siswa, materi pembelajaran, gagasan sains, dan penugasan.

Salah satu sekolah yang dipandang cukup bagus dalam pengelolaan media pembelajaran IPA adalah SD Negeri Dukuhan, Kerten, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

(9)

Pengelolaan media pembelajaran IPA di sekolah tersebut diharapkan dapat menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah lain.

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan media pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah tersebut. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Pengelolaan Media Pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta”.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan media pembelajaran IPA di Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) perencanaan penggunaan media pembelajaran IPA; 2) pengorganisasian dan pelaksanaan penggunaan media pembelajaran IPA; 3) perawatan dan penyimpanan media pembelajaran IPA; dan 4) faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Creswell (2005: 18), adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif, atau berdasarkan perspektif partisipatori, atau keduanya. Desain atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi. Pendekatan etnografi, menurut Sutopo (2006: 32) lebih menekankan pada subjek pokok yang diteliti. Studi etnografi merupakan studi tentang bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-harinya, sehingga melalui metode ini peneliti berusaha memahami bagaimana orang memandang dan merumuskan struktur di dunia kehidupannya sendiri sehari-hari.

Penelitian dilakukan di SD Negeri Dukuhan Kerten Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Pemilihan lokasi penelitian didasari pada beberapa keunikan yang melekat pada sekolah ini. Keunikan tersebut antara lain adalah bahwa pengelolaan media pembelajaran IPA di sekolah ini merupakan salah satu model pengelolaan yang media yang dapat menjadi percontohan.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan situs tunggal. Menurut Miles dan Huberman (1994: 279), penggunaan rancangan situs tunggal dimaksudkan agar dapat meningkatkan rampatan dan dapat memberikan kepastian

(10)

bahwa peristiwa dan proses yang ada dalam latar yang terdeskripsikan dengan baik tidak seluruhnya bersifat idiosinkretik.

Analisis data dilakukan dengan analisis interaktif. Komponen utama analisis data dalam penelitian kualitatif, menurut Miles dan Huberman, (Sutopo, 2006: 112), terdiri dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan penggunaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta

Perencanaan diawali dengan penyusunan proposal permohonan bantuan dana yang diajukan kepada Dikdasmen Depdiknas, APBD Provinsi, dan APBD Kota. Pengembangan sarana prasarana dilakukan dengan penetapan 15 program pengadaan sarana prasarana sebagai pelengkap fasilitas pembelajaran IPA sekolah. Pembiayaan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan melalui penganggaran program atau rencana stratejik bidang sarana prasarana. Biaya dialokasikan dari bantuan orang tua siswa dan dana bantuan block grant dari pemerintah.

Program strategis sekolah SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dalam bidang sarana prasarana pendidikan adalah “Pengembangan pendidikan yang memiliki sarana dan prasarana pendidikan sekolah unggulan”. Pengembangan sarana prasarana dilakukan dengan penetapan 15 program pengadaan sarana prasarana sebagai pelengkap fasilitas pembelajaran IPA sekolah.

Upaya melengkapi sekolah dengan teknologi informasi guna menciptakan standar sarana prasarana pendidikan sekolah unggulan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dilakukan dengan secara bertahap melengkapi guru dengan laptop. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Wilson (2008: 1-9). Menurut Wilson dikatakan bahwa guna mendukung pembelajaran IPA “schools need to account for virtual learning through the internet and have both wired and wireless digital, audio, an video connectivity.” Penjelasan di atas diartikan bahwa sekolah harus menyediakan fasilitas pembelajaran IPA virtual melalui internet. Keluasan akses melalui internet akan memudahkan guru dan siswa memperoleh akses yang lebih besar ke pendidikan

(11)

yang lebih tinggi. “Such connections enable teachers and students to have greater resources as well as access to institutions of higher learning.”

Pembiayaan sarana dan prasarana sekolah unggulan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dikaitkan dengan program sekolah atau rencana stratejik yang dijalankan. Pembiayaan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan melalui penganggaran program atau rencana stratejik bidang sarana prasarana. Biaya dialokasikan dari bantuan orang tua siswa dan dana bantuan block grant dari pemerintah.

Temuan ini didukung hasil temuan penelitian yang dilakukan De Grauwe (2010: 4). Menurut De Grauwe dikatakan bahwa sekolah yang mampu menunjukkan akuntabilitasnya akan dapat memperoleh mobilisasi sumber daya yang lebih besar. De Grauwe menyatakan bahwa “teachers and especially parents will be more eager to contribute to the funding of their school if they have a say in the organization and management it.”

Pembiayaan sarana prasarana pendidikan yang ditanggung bersama antara pemerintah daerah, pusat dan orang tua siswa menjadi suatu faktor kunci keberhasilan pengadaan fasilitas sekolah. Hal ini didukung temuan penelitian Jones, dkk., (2009: 1570 – 1575). Menurut Jones, dkk, dikatakan bahwa “to improve school environmental heath, the school should make existing and new school healthier places to learn by improving coordination and collaboration among federal, state, and local programs.”

Temuan ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wilson (2010) dengan judul ”The Impact of the Educational Facility on Student Achievement.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas sekolah berdampak pada prestasi belajar siswa. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Naz & Akbar (2014) dalam penelitian mereka yang berjudul “Use of Media for Effective Instruction its Importance: Some Consideration”. Penelitian yang dilakukan oleh Naz & Akbar mengkaji tentang pentingnya penggunaan media dalam penyampaian pembelajaran. Berdasarkan analisis, tulisan tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan media membantu pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

(12)

Pengorganisasian dan pelaksanaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta

Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta sudah dilakukan secara optimal. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta bahwa pemanfaatan sarana prasarana pendidikan di sekolah tersebut dilakukan dengan optimal. Pemanfaatan sarana prasarana pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dalam menunjang proses belajar mengajar selain dilakukan secara optimal juga dilakukan sebagai sarana eksplorasi kompetensi siswa.

Pemanfaatan lain dari sarana prasarana pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta adalah sebagai sarana penuangan kreativitas dan inovasi siswa. Berdasarkan hasil-hasil di atas, maka karakteristik pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta adalah bahwa pemanfaatan sarana prasarana pendidikan dalam menunjang proses belajar mengajar dilakukan secara optimal. Selain dilakukan secara optimal, pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan sebagai sarana eksplorasi kompetensi siswa dan sebagai sarana pengembangan kreativitas dan inovasi siswa.

Pemanfaatan sarana prasarana pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan program pengelolaan sarana prasarana sekolah. Kelengkapan sarana prasarana pendidikan yang tidak ditunjang dengan pemanfaatan yang optimal akan menjadi sesuatu hal yang sia-sia.

Pengorganisasian dan pelaksanaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta sudah dilaksanakan secara optimal. Pengorganisasian dilakukan dalam bentuk pencatatan media/alat peraga pembelajaran dalam buku Inventaris Sekolah. Pengorganisasian penggunaan media pembelajaran dicatat dalam Buku Catatan Penggunaan Alat Peraga yang ditempatkan di ruang guru sehingga memudahkan guru. Pengorganisasian penggunaan media ditangani oleh guru khusus yang ditugaskan oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan penggunaan media pembelajaran IPA sudah cukup baik dilakukan oleh para guru. Dalam hal media yang dimiliki sekolah kurang mendukung, guru membuat sendiri atau memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran IPA. Kepala

(13)

sekolah memberikan kebebasan penuh kepada guru untuk memanfaatkan media pembelajaran guna mendukung proses pembelajaran IPA.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Leung, dkk., (2005: 115). Menurut Leung, dkk., dikatakan bahwa fasilitas sekolah akan mampu mmpengaruhi perilaku kerja guru. Hal ini berimplikasi bahwa pemanfaatan fasilitas sekolah secara optimal untk kegiatan pembelajaran IPA dapat meningkatkan kualitas daya guna sarana prasarana sekolah.

Temuan ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin, Lake, Hanley & Thurston (2012) dengan judul “Effective Programs for Elementary Science: A Best-Evidence Synthesis”. Penelitian yang dilakukan Slavin, et al., meneliti tentang penggunaan media dan pengaruhnya terhadap hasil belajar sains pada siswa. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan media mampu meningkatkan penguasaan materi sains oleh siswa.

Perawatan dan penyimpanan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta

Perawatan dan penyimpanan media pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dilakukan oleh guru yang ditugaskan secara khusus untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan. Strategi pemeliharaan yang dilakukan mencakup langkah-langkah yang dilakukan sejak sarana dan prasarana mulai dimasukkan sebagai inventarisasi sekolah sampai sarana tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dan dihapus dari daftar invntarisasi sekolah.

Pemeliharaan pertama dalam hal sarana dan prasarana pendidikan dilakukan sejak penerimaan barang dan dijadikan sebagai inventarisasi di sekolah. Pemeliharaan sarana prasarana pendidikan yang baik akan dapat meningkatkan efektivitas daya guna sarana dan prasarana pendidikan. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah melalui perbaikan dan tata kelola pemanfaatan yang baik menjadi salah satu kunci keberhasilan SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, maka karakteristik pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pemanfaatan dilakukan secara optimal; 2) Optimalisasi pemanfaatan

(14)

dilakukan dengan penjadwalan agar sarana pembelajaran IPA yang terbatas dapat digunakan bersama-sama; 3) Selain dilakukan secara optimal, pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan sebagai sarana eksplorasi kompetensi siswa dan sebagai sarana pengembangan kreativitas dan inovasi siswa; 4) Strategi pemeliharaan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dilakukan oleh guru yang ditugaskan secara khusus untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan; dan 5) Strategi pemeliharaan dilakukan dengan cara pencatatan sejak penerimaan barang dan dijadikan sebagai inventarisasi di sekolah hingga barang tersebut dihapuskan dari daftar inventarisasi.

Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam pendidikan. Dengan adanya sarana prasarana yang mendukung, maka pembelajaran IPA akan menjadi lebih bermakna. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh oleh Leung, Chan dan Wang (2005: 80-82). Penelitian yang dilakukan Leung, dkk., meneliti dampak fasilitas sekolah terhadap perilaku kerja guru menggunakan dua belas aspek fasilitas pendukung sekolah. Kedua belas fasilitas pendukung tersebut meliputi: 1) manajemen ruang; 2) alokasi tempat duduk; 3) ruangan umum; 4) pemandangan luar ruangan; 5) pencahayaan; 6) ventilasi; 7) suhu rangan; 8) fasilitas mengajar; 9) tanaman dalam ruangan; 10) kebisingan; 11) privasi; dan 12) keamanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas sekolah mempengaruhi perilaku kerja guru yang dampak selanjutnya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

Pemeliharaan sarana pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dalam menunjang proses belajar mengajar sudah mengacu pada Pasal 42 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pemeliharaan sarana pembelajaran IPA berupa laboratorium multimedia dilakukan dengan bekerjasama dengan supllier komputer melalui sistem kontrak. Hal ini didasari pertimbangan efektivitas dan agar guru bisa fokus mengajar dan alat selalu siap digunakan karena selalu terpelihara dengan baik.

Pemeliharaan yang didasari pertimbangan efektivitas sesuai dengan prinsip penyelenggaraan sekolah. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang dilakukan Buckley, dkk., (2009) yang menunjukkan bahwa kualitas fasilitas sekolah menjadi salah satu penentu penolakan guru. Guru akan

(15)

mengalami ketidakpuasan dalam bekerja dalam kondisi di mana fasilitas sekolah yang ada kurang berkualitas. Hal ini berakibat pada penolakan guru untuk mengajar di sekolah tersebut.

Dalam Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa komponen fasilitas laboratorium Fisika di SMA meliputi (1) bangunan/ruang laboratorium, (2) perabot, (3) peralatan pendidikan, (4) alat dan bahan percobaan, (5) media pendidikan, (6) bahan habis pakai, (7) perlengkapan lainnya. Pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium Fisika sebagai fasilitas sekolah harus memperhatikan faktor kondisi dan mutu fasilitas, karena kedua faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung terhadap proses pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Roehrich & Patrick (2003: vii) bahwa:

School facility factors such as building age and condition, quality of maintenance, temperature, lighting, noise, color, and air quality can affect student health, safety, sense of self, and psychological state. Research has also shown that the quality of facilities influences citizen perceptions of schools and can serve as a point of community pride and increased support for public education.

Setiap sekolah harus mampu memanfaatkan dan mengatur fasilitas yang ada untuk berbagai kegiatan laboratorium, sebagaimana dikemukakan oleh Gardner (2010: 77) sebagai berikut.

Three general arrangements are used for these multipurpose laboratories: (1) one-way facing tables with a demonstration desk a the front of the room, with the entire room used for all activities; (2) separate areas at opposite ends of the laboratory for demonstration-discussion and laboratory activities; and (3) a perimeter arrangement tables and work counters along two or three walls, demonstration desk and pupil tables along another wall, and research and related activities grouped at other locations.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka semua unsur yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium multimedia harus memiliki kompetensi, yaitu kemampuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki dan mampu diterapkan oleh pengelola laboratorium multimedia (kepala, teknisi, dan laboran) sebagai tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas pengelolaan laboratorium. Hoffman (Hill & Houghton, 2011: 153) menggunakan tiga dasar teori dalam mendefinisikan kompetensi, yaitu: Pertama, Competency is defined as observable performance”. Kedua, kompetensi adalah ”Refers

(16)

to the standard or quality of the outcome of the person's performance”. Ketiga, ”Competence as an expression of the underlying attributes of a person”.

Faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta

Faktor pendukung dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah dukungan optimal yang diberikan pemerintah Kota Surakarta, kebebasan yang diberikan kepala sekolah kepada guru untuk memanfaatkan media, serta kemauan guru untuk berkreasi dalam memanfaatkan semua media baik yang tersedia di sekolah maupun membuat sendiri media dalam hal sekolah tidak memiliki media. Sedangkan faktor penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah berupa faktor guru yang kurang kreatif dalam memanfaatkan media dan kemampuan siswa menggunakan media pembelajaran IPA.

Temuan bahwa salah satu penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dan siswa dalam pemanfaatan media. Temuan ini didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan Hackatorn, et al., (2012: 43). Menurut hasil penelitian Hackatorn, et al., dikatakan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan bantuan media dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran lebih menarik. Menurut Hackatorn, et al., dikatakan bahwa “This technique is slightly more active than lecture because the students are able to get involved and see first-hand how the construct or phenomena presents itself in the real world. Additionally, demonstrations can break up the pace of the classroom while also providing an enjoyable experience for the students.” Dengan demikian kurangnya kemampuan guru dan siswa dalam memanfaatkan media dapat menghambat proses pembelajaran sains.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diperoleh 4 simpulan.

Pertama, perencanaan penggunaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta diawali dengan penyusunan RPP yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPA. Kepala sekolah memberikan dorongan kepada guru berdasarkan pemeriksaan susunan RPP yang disusun oleh guru. Kepala sekolah memberikan

(17)

dukungan dan dorongan penggunaan media melalui pemeriksaan RPP dalam kegiatan supervisi maupun mengecek pelaksanaan di kelas yang dilakukan secara acak. Guru diberi kebebasan yang luas dalam pemilihan penggunaan media pembelajaran.

Kedua, pengorganisasian dan pelaksanaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta sudah dilaksanakan secara optimal. Pengorganisasian dilakukan dalam bentuk pencatatan media/alat peraga pembelajaran dalam buku Inventaris Sekolah. Pengorganisasian penggunaan media pembelajaran dicatat dalam Buku Catatan Penggunaan Alat Peraga yang ditempatkan di ruang guru sehingga memudahkan guru. Pengorganisasian penggunaan media ditangani oleh guru khusus yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Pelaksanaan penggunaan media pembelajaran IPA sudah cukup baik dilakukan oleh para guru. Dalam hal media yang dimiliki sekolah kurang mendukung, guru membuat sendiri atau memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran IPA. Kepala sekolah memberikan kebebasan penuh kepada guru untuk memanfaatkan media pembelajaran guna mendukung proses pembelajaran IPA.

Ketiga, pemeliharaan dan perawatan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dalam menunjang proses belajar mengajar sudah mengacu pada Pasal 42 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pemeliharaan sarana pembelajaran berupa laboratorium multimedia dilakukan dengan bekerjasama dengan suplier komputer melalui sistem kontrak. Hal ini didasari pertimbangan efektivitas dan agar guru bisa fokus mengajar dan alat selalu siap digunakan karena selalu terpelihara dengan baik. Strategi pemeliharaan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dilakukan oleh guru yang ditugaskan secara khusus untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan.

Keempat, faktor pendukung dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah dukungan optimal yang diberikan pemerintah Kota Surakarta, kebebasan yang diberikan kepala sekolah kepada guru untuk memanfaatkan media, serta kemauan guru untuk berkreasi dalam memanfaatkan semua media baik yang tersedia di sekolah maupun membuat sendiri media dalam hal sekolah tidak memiliki media. Sedangkan faktor penghambat dalam pengelolaan media pembelajaran IPA di SD Negeri Dukuhan, Kerten, Laweyan, Surakarta adalah berupa

(18)

faktor faktor guru yang kurang kreatif dalam memanfaatkan media dan kemampuan siswa menggunakan media pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Arroyo, Agonaldo. 2010. ”Context based learning: A role for cinema in science education”. Science Education International Journal Vol.21, No.3, September 2010, 131-143, http://www.proquest.umi.com diakses pada 05 Maret 2016.

Bergen, Doris. 2010. “Play as the Learning Medium for Future Scientists, Mathematicians, and Engineers.” American Journal of Play, Vol. 1 No. 1, 2010, pp: 413-427, diunduh dari: http://www.proquest.umi.com pada 10 Mei 2016. Buckley, Jack., Mark Schneider, and Yi Shang. 2014. The Effects of School Facilities

on Teacher Retention in Urban School Districts. National Clearinghouse for Educational Facilities. Vol. 2 No. 1, pp: 1 – 10, http://www.proquest.umi.com diakses pada 12 Maret 2016.

Cervetti, Gina N., Jacqueline Barber., Rena Dorph., P. David Pearson., and Pete G. Goldschmidt. 2012. “The Impact of an Integrated Approach to Science and Literacy in Elementary School Classrooms.” JOURNAL OF RESEARCH IN SCIENCE TEACHING VOL. 49, NO. 5, PP. 631–658 (2012), , diunduh dari: http://www.proquest.umi.com pada 10 Mei 2016.

De Jong, Tim., Marcus Specht., & Rob Koper. 2014. “Contextualised Media for Learning.” Educational Technology & Society, 11 (2), 4153, diunduh dari: http://www.proquest.umi.com pada 10 Mei 2016.

Dirjen Dikdasmen Kemdiknas. 2010. Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prsarana Pendidikan. Jakarta: Kemdiknas.

Dirjen Dikdasmen Kemdiknas. 2010. Panduan Manajemen Sekolah Dasar. Jakarta: Kemdiknas.

Dirjen Dikdasmen Kemdiknas. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Kemdiknas.

Dirjen Dikdasmen Kemdiknas. 2010. Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Kemdiknas.

Harris, Christopher J., & Deborah L. Rooks., 2010. “Managing Inquiry-Based Science: Challenges in Enacting Complex Science Instruction in Elementary and Middle School Classrooms”, Journal of Sci Teacher Education (2010) 21:227–240, http://www.proquest.umi.com diakses pada 12 Maret 2016.

Miles, Michael B., dan A. Michael Huberman. 2002. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Naz, Ahsan Akhtar & Rafaqat Ali Akbar. 2014. “Use of Media for Effective Instruction its Importance: Some Consideration”. Journal of Elementary Education Vol. 18(1-2) 35-40, http://www.proquest.umi.com diakses pada 12 Maret 2016.

Park, Hyung Sung. 2012. “Relationship between Motivation and Student’s Activity on Educational Game”. International Journal of Grid and Distributed Computing Vol.

(19)

5, No. 1, March, 2012, diunduh dari: http://www.proquest.umi.com pada 10 Mei 2016.

Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah.

Slavin, Robert E., Cynthia Lake, Pam Hanley & Allen Thurston. 2012. “Effective Programs for Elementary Science: A Best-Evidence Synthesis”. National Science Foundation Vol. 1 No. 1, pp: 1-30, http://www.proquest.umi.com diakses pada 12 Maret 2016.

Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Weinberg, Andrea E., Carole G. Basile., & Leonard Albright. 2011. “The Effect of an Experiential Learning Program on Middle School Students' Motivation Toward Mathematics and Science.” RMLE Journal Vol. 35 No. 3, pp: 335 – 446, diunduh dari: http://www.proquest.umi.com pada 10 Mei 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan benih dengan pencucian dengan fungisida dengan bahan aktif mankozeb, pencucian dengan air dingin, dan penjemuran benih di bawah sinar matahari dapat meningkatkan

Sistem persamaan dalam aljabar max-plus dapat diterapkan dalam masalah ramp handling pesawat di bandara yakni untuk menentukan waktu mulai paling lambat untuk setiap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar matematika bangun ruang melalui model bangun ruang pada siswa tunarungu kelas IV SLB Negeri

Menuru Keachie (1954) yang di kutip oleh Diymiati dan Mujiono (1999:119) pengaruh keaktifan terhadap proses belajar siswa ada beberapa hal yang perlu

Pengaruh sport education model terhadap motivasi dan intensitas belajar gerak siswa pada penjasorkes universitas pendidikan indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

The widely used isotherm models (Langmuir, Freundlich, Sips, and Toth) with their tempera- ture dependence form were employed to correlate the equilibrium data. It was found that

PENGENALAN SUARA PADA SISTEM NOTULEN RAPAT MENGGUNAKAN CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK (CNN).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat Kesehatan Keuangan pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor:KEP- 100/MBU/2002, dalam kondisi /