• Tidak ada hasil yang ditemukan

MALAKAH. Oleh : WIWIN WIDANINGSIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MALAKAH. Oleh : WIWIN WIDANINGSIH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN

TEKNIK PEMETAAN PIKIRAN DI KELAS VII SMPN 1 SUKAWENING

KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

MALAKAH

Oleh :

WIWIN WIDANINGSIH

10.21.0444

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SILIWANGI BANDUNG

2012

(2)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN

TEKNIK PEMETAAN PIKIRAN DI KELAS VII SMPN 1 SUKAWENING

KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

WIWIN WIDANINGSIH 10.21.0444

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Siliwangi Bandung 2012

ABSTRAK

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul " Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Dengan Menggunakan Teknik Pemetaan Pikiran di Kelas VII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011-2012"

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui keefektifan Teknik Pemetaan Pikiran pikiran dalam menulis karangan narasi.

2. Untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan Teknik Pemetaan Pikiran pikiran

3. Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya agar tujuan dapat tercapai.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsi dan metode eksperimen.

Setelah memperoleh data penelitian dan melakukan analisis atas data tersebut, dapat dirumuskan kesimpulan yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan mengunakan Teknik Pemetaan Pikiran pikiran lebih efektif. 2. Dilihat dari segi perhitungan rata-rata hasil belajar siswa, ternyata pemebelajaran dengan menggunakan Teknik Pemetaan

Pikiran pikiran hasilnya 1 baik dibanding dengan pembelajaran yang tidak menggunakan Teknik Pemetaan Pikiran pikiran.

3. Dengan demikian bahwa pembelajaran menulis karangan dengan menggunkan Teknik Pemetaan Pikiran pikiran hasilnya lebih efektif dan lebih baik, berarti teknik dapat dikembangkan oleh para guru.

Kata Kunci : Menulis, Karangan, Narasi, Pemetaan Pikiran PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kurikulum tingkat satuan pendidikan merumuskan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah ingin menjadikan siswa terampil dalam empat aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan yang dimaksud yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Menulis juga merupakan sarana komunikasi secara tidak langsung dengan pembaca. Dengan demikian

keterampilan menulis perlu dikuasai oleh setiap siswa.

Pendapat Tarigan di atas ditemukan oleh penulis di lapangan . Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, kemampuan siswa dalam menulis memang masih kurang. Mereka masih sulit dalam memilih kata yang tepat dan membuat rangkaian kalimat efektif guna menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, bahkan banyak siswa yang tidak suka menulis.

Akhadiah (1998: 15) mengemukakan ada tiga faktor penyebab siswa tidak suka menulis diantaranya, (1) Tidak tahu untuk menulis, (2) Merasa tidak berbakat, (3) Tidak tahu bagaimana menulis.

(3)

Kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas akan berhasil secara optimal apabila terdapat sejumlah faktor pendukung, misalnya kurikulum, buku teks dan guru yang saling mendukung secara berkesinambungan. Akan tetapi dalam kenyataannya bahwa faktor -faktor tadi belum dapat menjalan fungsinya secara utuh.

Kita ketahui bahwa kurikulum yang ada masih terus mengalami perubahan sehingga cukup membingungkan guru dalam membuat rencana pembelajaran dan merumuskan materi. Buku teks yang tersedia belum mencerminkan sebuah sumber dan media belajar siswa yang benar-benar diharapkan guru. Sedangkan guru merupakan faktor utama dalam proses belajar mengajar.Guru memiliki peranan penting dalam kelangsungan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan kebebasan kepada guru dalam proses pembelajaran termasuk di dalamnya guru diberi kebebasan dalam menentukan bahan pengajaran dengan teknik pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan yang kita harapkan dapat tercapai.

Begitu pula pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan narasi, guru dapat menerapkan teknik yang beragam. Oleh karena itu penulis ingin memberikan alternatif teknik pembelajaran menuliskan dengan mengujicobakan teknik peta pikiran dalam menulis karangan narasi.

Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul " Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Dengan Menggunakan Teknik pemetaan pikiran di Kelas VII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012" KAJIAN TEORI DAN METODE

Pengertian Pembelajaran

Dalam proses pendidikan di sekolah, yang merupakan kegiatan pokok adalah pelaksanaan pembelajaran.Berhasil tidak tujuan pembelajaran banyak bergantung pada proses belajar mengajar yang dilakukan siswa. Pemahaman tentang pembelajaran akan mempengaruhi cara guru mengajar. Maka oleh sebab itu pemahaman tentang pembelajaran sangat mutlak diperlukan.

Mohamad Surya mengemukakan (2004: 7) bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hal serupa juga dikemukan oleh Hamzah B.Uno (2006:2), pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam kegiatan pembelajaran tersebut terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian pembalajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan, sehingga seseorang akan bertambah pengetahuannya atau adanya perubahan prilaku. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Tarigan (1994 : 21 ) mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Pengertian lain diungkapkan pula oleh Sabarti Akhadiah ( 1997 : 1.3 ) bahwa menulis adalah kegiatan penyampaian pesan ( gagasan, perasaan , dan informasi ) secara tertuilis kepada pihak lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis adalah merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan atau pengalaman-pengalaman hidupnya secara ekspresif dalambentuk bahasa tulisan.

Pengertian Karangan Narasi

Narasi adalah suatu bentuk karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu. Dengan pengisahan peristiwa penulis berharap dapat membawa pembaca kepada suatu suasana yang memungkinkan seperti menyaksikan atau mengalami sendiri peritiwa itu. ( Akhadiah,1997 : 7.3 ).

Sejalan dengan itu Gorys Keraf ( 1994 : 136 ) mengemukakan bahwa Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

Sedangkan Asrom Gunawan ( 1999 : 34 ) mengemukan bahwa narasi adalah jenis wacana yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan rekaan.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian narasi dapat disimpulkan bahawa karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang berisi cerita baik cerita nyata ataupun rekaan yang disusun dengan urutan waktu.

(4)

Pengertian Teknik pemetaan pikiran

Bobi De Porter dan Mike Hernacki dalam buku Quantum Learning (1996 : 152-153) mengemukan bahwa Peta Pikiran adalah pendekatan keseluruhan otak yang membantu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Atau dengan kata lain peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafts lainnya untuk membentuk pesan. Sejalan dengan itu Hernowo ( 2006 : 141 ) mengemukan peta pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis. Gabriele dalam Herwono ( 2006 : 141 ) menamakan teknik ini dengan sebutan clustering ( pengelompokan. Melalui culstering akan muncul sejumlah alternatif dari bagian pikiran kita yang dalam alternatif tersebut, pengalaman hidup melebur menjadsi satu.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peta pikiran adalah sebuah teknik pembelajaran menulis dengan menata ide atau gagasan sebelum manulis.

Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya agar tujuan dapat tercapai.Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskripsi dan metode eksperimen.

a. Metode deskripsi

Metode deskripsi adalah suatu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang ini. Menurut penulis bahwa metode ini sangat cocok dipergunakan dalam penelitian ini, karena dalam penyusunan penelitian ini bertolak dari hal-hal yang nyata , demikian pula masalah yang penulis bahas merupakan masalah yang sudah ada. b. Metode eksperimen

Metode ekaperimen adalah suatu metode yang memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah yang sekarang belum terpecahkan.Di sini penulis akan meneliti dan mencari kebenaran hasil dari proses belajar mengajar keterampilan menulis karangan narasi kepada siswa.

Dengan demikian, penulis tertarik sekali untuk mendeskripsikan dan mengujicobakan model pembelajaran menulis karangan narasi dengan Teknik pemetaan pikiran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data

Pada bagian ini akan menyajikan hasil pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan oleh Penulis. Data ini berupa hasil karangan siswa yaitu karangan narasi.

Selanjutnya Penulis akan melaksanakan pengolahan data yang telah diperoleh .Penulis mengolah data hasil penelitian ini berdasarkan hasil karangan siswa yang ditulis baik dari tes awal atupun tes akhir.Masing-masing siswa akan mendapat nilai dari karangan sesuai dengan criteria yang telah penulis tetapkan, agar mempermudah dalam pemberian nilai dan analisis.

Pengolahan data sangat berpengaruh pada obyektifitas hasil penelitian, maka setelah data-data terkumpul selanjutnya Penulis akan melaksanakan pengolahan data.

Analisis Hasil Pretes dan Postes Karangan Siswa. Karangan 2 (Bibah Nuraibah)

Tes Awal (skor 14 = nilai 5,83)

Pada tes awal Bibah Nuraibah mendapat nilai 2 pada aspek ejaan disebabkan sering terjadi kesalahan, makna membingungkan atau kabur dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Begitupun pada aspek pemilihan diksi mendapat nilai 2, sebab sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata. Pada aspek isi karangan mendapat nilai 2 sebab informasi terbatas, pengembangan ide kurang, tapi masih relevan dengan tema. Pada aspek alur mendapat nilai 2 karena alur disusun kurang logis dan membosankan. Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat nilai 3 dikarenakan terdapat tokoh tama tidak ada tokoh pendukung. Sedangkan dan membosankan. Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat nilai 3 dikarenakan terdapat tokoh tama tidak ada tokoh pendukng. Sedangkan pada aspek amanat mendapat nilai 3 karena amanat cukup mengandung ajaran moral.

Tes Akhir (skor 20 = nilai 8,33)

Dilihat dari segi peningkatan skor maksimal ketika tes awal skor hanya 14 (nilai 5,33), ketika diberikan pembelajaran dengan Teknik pemetaan pikiran maka skornya meningkat menjadi 20 ( nilai 8,33 ). Pada aspek penggunaan ejaan mendapat skor 3 karena kadang-kadang terjadi kesalah penggunaan ejaan. Begitupun pada aspek diksi, isi karangan dan alur mendapat skor 3. Tetapi pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 4 karena terdapat tokoh utama dan tokoh pendukung , karakter digambarkan secara jelas. Begitupun pada aspek amanat mendapat skor 4 karena amanat mengandung ajaran moral disampaikan secara eksplisit/implisit.

Karangan 3 (Brian A)

Tes Awal (skor 13 = nilai 5,41)

Pada tes awal Brian Adam mendapat skor 1 pada aspek ejaan karena terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak menguasai aturan penulisan. Pada aspek diksi mendapat skor 3 karena pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat, tetapi tidak mengganggu , pemanfaatan potensi kata agak

(5)

canggih. Pada aspek isi karangan mendapat skor 2 karena informasi terbatas, substansi kurang pengembangan ide kurang , relevan dengan tema. Pada aspek alur mendapat nilai 3 karena alur disusun cukup logis dan mengandung minat pembaca.Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 2 karena tidak terdapat tokoh utama hanya ada tokoh pendukung saja, perwatakan digambarkan kurang jelas. Pada aspek amanat mendapat skor 2 karena amanat kurang mengandung moral, baik disampaikan secara eksplisit/implisit.

Tes Akhir (skor 20 = nilai 8, 33)

Pada tes akhir Brian Adam mendpat nilai 3 karena penggunaan ejaan sudah baik tapi kadang-kadang terjadi kesalahan. Pada aspek diksi mendapat skor 4 karena pilihan kata dan ungkapan tepat , menguasai pembentukan kata. Pada aspek isi karangan cukup baik dan mendapat skor 3 karena informasi cukup, pengembangan ide cukup baik, rtelevan dengan tema. Pada aspek alur sangat baik dan mendapat skor 4 karena alur disusun secara logis dan mengandsung minat pembaca. Sedangkan pada aspek tokoh dan perwatakan serta amanat sudah cukup baik, aspek tokoh mendapat skor 3 karena terdapat tokoh utama tapi tidak ada tokoh pendukung , dan pada aspek amanat juga mendapat skor 3 karena amanat cukup mengandung amanat ajaran moral dan disampaikan baik.

Karangan 4 (Devi Suandi) Tes Awal (skor 14 = nilai 5,83)

Pada tes awal Devi Suandi mendapat skor 1 pada aspek ejaan karena terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak menguasai aturan penulisan.

Pada aspek diksi mendapat skor 3 karena pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat, tetapi tidak mengganggu, pemanfaatan potensi kata agak canggih. Pada aspek isi karangan mendapat skor 1 karena kurang berisi, pengembanangan ide kurang, relevan dengan tema. Pada aspek alur mendapat skor 3 karena disusun cukup logis dan mengandung minat pembaca. Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 4 karena terdapat tokoh utama dan tokoh pendukung perwatakan digambarkan jelas. Pada aspek amanat mendapat skor 2 karena amanat kurang mengandung ajaran moral disampaikan secara eksplisit/implisit.

Tes Akhir (skor 21 = nilai 8,75)

Pada tes akhir Devi Suandi mendapat skor 3 pada aspek ejaan karena penggunaan ejaan sudah baik tapi kadang-kadang terjadi kesalahan. Pada aspek diksi mendapat skor 4 karena pilihan kata dan ungkapan tepat , menguasai pembentukan kata. Pada aspek isi karangan cukup baik dan mendapat skor 3 karena informasi cukup , pengembangan ide cukup baik, rtelevan dengan tema. Pada aspek alur sangat baik dan mendapat skor 4 karena alur disusun secara

logis dan mengandsung minat pembaca. Begitupun pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 4 karena sangat baik karena terdapat tokoh utama dan tokoh pendukung dengan perwatakan digambarkan secara jelas. Pada aspek amanat juga mendapat skor 3 karena amanat cukup mengandung amanat ajaran moral dan disampaikan baik.

Karangan 5 (Edi Suroso) Tes Awal (skor 18 = nilai 7,5)

Setelah dilaksanakan pre-tes Edi Suroso mendapat skor 3 pada aspek penggunaan ejaan karena kadang-kadang terjadi kesalahan tapi tidak mengaburkan makna. Pada aspek diksi mendapat skor 4 karena pilihan kata dan ungkapan tepat dan menguasai pembentukan kata. Pada aspek isi karangan mendapat nilai 3 karena informasi cukup , pengembangan ide cukup baik, relevan dengan tema.Pada aspek alur mendapat skor 3 karena disusun cukup logis dan mengandung minat pembaca. Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 2 karena tidak terdapat tokoh utama hanya ada tokoh pendukung, perwatakan digambarkan kurang jelas. Dan pada aspek amanat mendapat skor 3 karena amanat cukup mengandung amanat ajaran moral dan disampaikan baik.

Tes Akhir (skor23 = nilai9,58)

Pada tes akhir Edi Suroso mendapat skor 4 pada aspek ejaan karena hanya terdapat beberapa kesalah dan sudah menguasai aturan penulisan. Pada aspek diksi mendapat skor 4 karena karena pilihan kata dan ungkapan tepat dan menguasai pembentukan kata. Pada aspek isi karangan mendapat nilai 3 karena informasi cukup , pengembangan ide cukup baik, relevan dengan tema. Tetapi pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat skor 4 karena terdapat tokoh utama dan tokoh pendukung, karakter digambarkan secara jelas. Begitupun pada aspek amanat mendapat skor 4 karena amanat mengandung ajaran moral disampaikan secara eksplisit/implisit. Karangan 6 (Empi Supriatna)

Tes Awal (skor 16 = nilai 6,6)

Pada tes awal Empi Supriatna mendapat nilai 3 pada aspek penggunaan ejaan karena kadang-kadang terjadi kesalahan tapi tidak mengaburkan makna.Pada aspek pemilihan kata mendapat nilai 3 disebabkan pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tapi mengganggu . Pada aspek isi karangan mendapat nilai 2 karena informasi terbatas, substansi kurang pengembangan ide kurang, relevan dengan tema. Pada aspek alur mendapat nilai 3 karena disusun cukup logis dan mengandung minat pembaca. Pada aspek tokoh dan perwatakan mendapat nilai 3 ada tokoh utama dan tidak ada tokoh pendukung,karakter cukup jelas. Pada aspek amanat mendapat skor 2 karena amanat kurang

(6)

mengandung ajaran moral disampaikan secara eksplisit/implisit.

Tes Akhir ( skor 23 = nilai 9,58 )

Pada tes akhir Empi Supriatna mendapat skor 3 pada aspek ejaan karena penggunaan ejaan sudah baik tapi kadang-kadang terjadi kesalahan. Pada aspek diksi mendapat skor 4 karena pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. Pada aspek isi karangan, alur , tokoh dan perwatakan dan amanat mendapat masing-masing aspek mendapat skor maksimal yaitu 4 , berarti pada aspek ini ... .sudah terkuasai dengan sangat baik.

Karangan 7 (Ina Maryana) Tes Awal (skor 12 =nilai 5)

Pada tes awal Ina Maryana mendapat nilai 2 pada aspek ejaan karena dalam penggunaan ejaan sering terjadi kesalahan. Pada aspek diksi mendapat nilai 1 disebabkan pengetahuan kosa kata rendah dan potensi kata asal-asalan. Mendapat nilai 2 pada aspek isi karangan karena informasi yang disampaikan terbatas, pengembangan kurang hanya masih relevan dengan tema. Pada aspek alur mendpat nilai 3 disebabkan alur sudah baik tersusu logis dan mengandung minat pembaca. Pemunculan tokoh dan watak mendapat nilai 2 karena tidak terdapat tokoh utama dan tokoh pendukung serta gambaran watak kurang jelas. Untuk aspek amanat juga mendapat nilai 2 karena amanat kurang mengandung moral. Tes Akhir (skor 18 = nilai 7,5)

Setelah proses pembelajaran dengan diakhir pos-tes menulis karangan narasi dengan Teknik pemetaan pikiran , setelah diperiksa ternyata ada peningkatan kualitas belajar. Adapun skor yang didapat adalah : pada aspek ejaan mendapat nilai 3 karena penggunaan ejaan sudah baik tapi kadang-kadang terjadi kesalahan. Pada aspek diksi mendapat nilai 2 karena masih sering terjadi kesalahan. Pada aspek isi karangan mendapat nilai 3 karena informasi cukup, pengembangan ide cukup baik, relevan dengan tema. Pada aspek alur ternyata mendapat nilai 4 karena alur disusun secara logis dan mengandsung minat pembaca. Pada aspek tokoh dan perwatakan mndapat skor 3 karena terdapat tokoh utama tapi tidak ada tokoh pendukung. Pada aspek amanat mendapat 3 amanat cukup mengandung amanat ajaran moral dan disampaikan baik.

Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data kemudian kegiatan berikutnya adalah pengolahan data dengan cara mendeskripsikan data hasil pre-tes dan pos-tes, maka akan terlihat kualitas penguasaan materi menulis karangan narasi dengan Teknik pemetaan pikiran.

Dalam hal ini penulis menggunakan penilaian dengan skor bobot tiap aspek yang dinilai.

Pembahasan Hasil Analisa Pre-Tes.

Dari data di atas dapat terlihat bahwa secara klasikal siswa masih kurang mampu menulis karangan narasi. Seharusnya rata-rata yang baik tiap aspek adalah dia atas skor nilai 2. Dalam hal karena pemehaman dan kemampuan siswa yang masih kurang dan teknik pembelajaran yang menggunakan cara lama dan kurang tepat, tidak dapat menggali potensi siswa atau tidak dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif.

Namun demikian bahwa kelemahan-kelemahan tersebut dapat di atasi dengan cara menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dan dapat menggali, merangsang potensi yang ada pada diri siswa.Agar ada peningkatan hasil belajar siswa, penulis mengadakan uji coba model pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan Teknik pemetaan pikiran.

Pembahasan Hasil Analisis Pos-Tes

Untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan dan wawasan siswa dalam pembelajaran, penulis tidak menjelaskan secara terperinci tentang bagaimana menulis karangan narasi, akan tetapi pada pada pertemuan pertama siswa langsung diberi tes awal menulis karangan narasi. Dan menghasilkan nilai seperti yang tercantum pada tabel 4.1 di atas.Baru setelah tes awal siswa dan diperoleh hasilnya, penulis melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan Teknik pemetaan pikiran, kemudian diberi pos-tes menulis karangan dengan Teknik pemetaan pikiran. Dari kegiatan pos-tes itulah Penulis memperoleh data tentang keberhasilan Teknik pemetaan pikiran.

Melihat data hasil tes akhir siswa di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa, baik peningkatan rata-rata skor nilai setiap aspek ataupun peningkatan rata-rata nilai akhir setiap siswa. Di bawah ini tersaji data rata-rata skor nilai tes akhir tiap aspek ,yaitu :

1. Aspek Ejaan : 3,03 2. Aspek Diksi : 3,13 3. Aspek Isi Karangan : 2,96 4. Aspek Alur : 3,23 5. Aspek Tokoh : 3,16 6. Aspek Amanat : 3,26 Pengujian Hipotesis

Setelah penulis mengetahui hasil pengolahan data baik dari pre-tes dan pos-tes, selanjutnya penulis akan menguji hipotesis yang dibuat. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan Teknik pemetaan pikiran akan lebih

efektif digunakan untuk mengajarkan menulis karangan narasi sehingga siswa akan terampil menulis.

2. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan Teknik pemetaan pikiran akan lebih berhasil

(7)

dibandingkan dengan tidak menggunkan Teknik pemetaan pikiran.

Merujuk pada hasil rata-rata skor setiap aspek atau rata-rata pencaaian nilai setelah eksperimen menunjukan bahwa pembelajaran sudah baik dan berhasil.

Berdasarkan kedua tabel di atas dapat diketahui pertama adanya peningkatan skor nilai rata-rata setiap aspek penilaian menulis karangan narasi. Menunjukkan bahwa siswa sudah mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang aspek dalam membuat karangan khususnya karangan narasi. Begitu juga nilai rata-rata setiap siswa, setelah pembelajaran dengan Teknik pemetaan pikiran ternyata sebanyak 26 orang ( 86,6 %) mendapat nilai 6 ke atas, dan sebanyak 4 orang siswa ( 13,3 %) mendapat nilai 5 ke bawah.

Dari persentase keberhasilan belajar siswa tersebut sesuai data yang ada dapat dikatakan bahwa siswa tuntas /berhasil dengan menggunakan Teknik pemetaan pikiran, maka hipotesisnya ditemui.

SIMPULAN Kesimpulan

Setelah memperoleh data penelitian dan melakukan analisis atas data tersebut, dapat dirumuskan kesimpulan yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan mengunakan Teknik pemetaan pikiran lebih efektif.

2. Dilihat dari segi perhitungan rata-rata hasil belajar siswa, ternyata pemebelajaran dengan menggunakan Teknik pemetaan pikiran hasilnya 1 baik dibanding dengan pembelajaran yang tidak menggunakan Teknik pemetaan pikiran.

3. Dengan demikian bahwa pembelajaran menulis karangan dengan menggunkan Teknik pemetaan pikiran hasilnya lebih efektif dan lebih baik, berarti teknik dapat dikembangkan oleh para guru.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiat,Sabarti,at.all.l997. MenuLis I. Jakarta : Depdiknas

Arikunto,Suharsimi. 1991.Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta

De Footer dan Hernacki,Mike . 1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa

Departemen Pendidikan Nasional.1996. Pedoman Umum KYD.Jakarta : Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional.2000. Petunjuk Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta : Pusat Bahasa Indonesia

Guntur Tarigan Henry . 1994 . Menulis : Bandung : Angkasa

Hernowo. 2006 . Quantum Writing. Bandung : Mizan Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Jakarta : Nusalndah Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta

: Gramedia

Leonhart. 2005 . Bergairah Menulis. Bandung : Mizan

Subana. 1998 . Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia

Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas Winarno. 2003 . Perencanaan Pembelajaran . Jakarta : Depdiknas

Uno, Hamzah.2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Dalam klaster ini pemerintah Kota Kediri mengeluarkan dua peraturan daerah yaitu dengan penetapan Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 2 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Bantuan

Dari 16 trayek angkutan perbatasan yang semestinya ada, tinggal 9 trayek, itupun dengan catatan bahwa 2 trayek yakni Wonosari – Pracimantoro dan

Sedangkan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas

Strategi analogi mengenal adanya konsep target dan rujukan dalam analogi menjadi perbandingan yang menyeluruh antara kedua konsep tersebut dapat memperluas cakrawala

 Kebutuhan mengintegrasikan proses perijinan / non perijinan dengan sistem online untuk mempermudah & mempersingkat proses bagi

Dengan analogi yang sama dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh [4][2], tujuan utama dari paper ini adalah menunjukkan bahwa teorema titik tetap pemetaan kontraktif

Data dan informasi yang digunakan bersumber kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo, Data Kabupaten Dalam Angka, studi-studi mengenai citra satelit terdahulu

[r]