• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

I Made Parwata, I Wayan Swendra, Fridayana Yudiaatmaja

Jurusan Manajemen

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

madeparwata88@yahoo.com, ycgeda@yahoo.co.id, fyudiaatmaja@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan, (2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan, (3) tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan, dan (4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif kausal. Subjek dalam penelitian ini adalah Kabupaten Buleleng, dan objeknya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat pengangguran terbuka, dan tingkat kemiskinan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pencatatan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan dengan sumbangan pengaruh sebesar 64,6%, (2) ada pengaruh negatif dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan dengan sumbangan pengaruh sebesar 47,3%, (3) ada pengaruh positif dari tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan dengan sumbangan pengaruh sebesar 7,4%, dan (4) ada pengaruh negatif dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng dengan sumbangan pengaruh sebesar 7,0%.

Kata Kunci: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat pengangguran terbuka, dan tingkat kemiskinan

Abstract

This study aimed to determine the effect of (1) Gross Regional Domestik Product (GRDP) and open unemployment to poverty,(2) Gross Regional Domestik Product (GRDP) to poverty, (3) open unemployment to poverty, and (4) Gross Regional Domestik Product (GRDP) to open unemployment in Buleleng. This research uses a quantitative research design causal. The subjects of this study was Buleleng Regency. The object of this study was Gross Regional Domestik Product (GRDP), open unemployment, and poverty. The data collection in this study used documentation technique. The data were analyzed using path analysis. The results of this study showed that (1) there was effect of Gross Regional Domestik Product (GRDP) and open unemployment to poverty with a donation effect of 64,6%, (2) there was a negative influence of the Gross Regional Domestik Product (GRDP) to poverty with a donation effect of 47,3%, (3) there was a positive influence of open unemployment to poverty with a donation effect of 7,4%, and (4) there was a negative influence of the Gross Regional Domestik Product (GRDP) to open unemployment in Buleleng with a donation effect of 7,0%.

(2)

PENDAHULUAN

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Kemiskinan dapat diuraikan dari penyebabnya, terdiri dari dua macam. Pertama adalah kemiskinan kultural, yaitu unsur dari budaya yang terdapat disuatu daerah tertentu berdasarkan faktor adat yang dimiliki di daerah tersebut, sehingga sedikitnya bisa dikurangi dengan menghindari faktor adat yang mempengaruhinya untuk bisa terlepas dari kemiskinan itu sendiri. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu keadaan masyarakat yang tidak layak terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka berada pada keadaan yang lemah untuk mengakses dan mengembangkan diri mereka sendiri dari cengkraman kemiskinan (BPS Provinsi Bali, 2011). Di samping itu, kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran). Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor dan lintas pelaku secara terpadu, terkoordinasi dan terintegrasi.

Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan, yaitu mewujudkan masyarakat yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera. Pembangunan yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Buleleng selama ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembangunan yang dilaksanakan daerah-daerah lainnya di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia. Harapan yang ingin dicapai, yaitu mampu

meningkatkan taraf hidup dan menciptakan pendapatan masyarakat yang lebih merata serta memperluas kesempatan kerja. Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masing-masing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Salah satu indikator tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana, 2006). Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. Dalam realitanya, PDRB mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat. Output yang jumlahnya meningkat tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja yang diminta (pengangguran menurun) serta dapat mengurangi angka kemiskinan. PDRB Kabupaten Buleleng memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi sehingga arah perekonomian daerah akan

(3)

lebih jelas. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Menurut Sadono Sukirno (2000), pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turun tingkat kemakmuran, maka masalah lain yaitu kemiskinan akan muncul.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng, tingkat kemiskinan,

pertumbuhan PDRB, dan tingkat

pengangguran terbuka mengalami fluktuasi. Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2012 sebesar 5,19% mengalami peningkatan menjadi 6,31% pada tahun 2013. Namun disisi lain, laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 sebesar 6,52% mengalami peningkatan menjadi 6,71%

pada tahun 2013. Peningkatan laju

pertumbuhan PDRB ini dibarengi dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2012 sebesar 3,15% menjadi 2,13% pada tahun 2013.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Buleleng Periode 2009-2013”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Bagaimana pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan?, (2)

Bagaimana pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan?, (3) Bagaimana pengaruh dari tingkat pengangguran terbuka terhadap

tingkat kemiskinan?, (4) Bagaimana pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan, (2) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan, (3) Pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan, (4) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013.

Hasil penulisan ini diharapkan akan mempunyai manfaat, yaitu sebagai berikut. (a) Manfaat Teoritis, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu penelitian dalam bidang Manajemen Keuangan kaitannya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan. (b) Manfaat Praktis,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini melalui perwujudan variabel-variabel yang mempengaruhinya dan mempunyai pemahaman yang jelas mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan.

PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Hadi Sasana, 2006). PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). PDRB juga didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

(4)

jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar (Widodo, 2006:78). Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, (1) Metode Langsung adalah penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah. Hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut, yang dilakukan melalui pendekatan produksi. (2) Metode Tidak Langsung adalah menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. Dalam perhitungan PDRB atas dasar harga konstan faktor harga pada tahun berjalan/bersangkutan telah dikeluarkan terlebih dahulu, dengan perkataan lain seluruh produksi maupun biaya antara pada tahun berjalan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun dasar yaitu tahun 2000. Dengan tahun dasar ini bisa dilihat perkembangan produksi yang dihasilkan suatu daerah yaitu produksi barang dan jasa dari sektor-sektor yang berperan dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi diperlihatkan dengan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan yang menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor yang berperan dalam kegiatan ekonomi. Laju pertumbuhan PDRB merupakan laju pertumbuhan rata-rata hitung dari seluruh pertumbuhan sektoral. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi (BPS Kabupaten Buleleng, 2012).

Sukirno (1997) menyatakan bahwa pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan

pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan memelebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Sedangkan menurut Prathama dan Manurung (2008), Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Apabila ada orang yang tidak bekerja, tetapi tidak aktif mencari pekerjaan, dia tidak bisa di katakana pengangguran. Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, atau mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (Profil Perkembangan Kependudukan Kab. Buleleng, 2014). Sedangkan menurut Wardhana (2006), pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja. Sumarsono (2009:6) menyatakan bahwa Angka pengagguran adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan tetapi tidak sedang mempunyai pekerjaan disebut pengangguran. Oleh sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000), pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis

(5)

berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain (1) pengangguran friksional, (2) pengangguran structural, (3) pengangguran konjungtur.

Definisi kemiskinan menurut UNDP (dalam Cahyat, 2004) adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan. Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan kemiskinan itu bersifat multidimensional artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Aspek lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun kolektif (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003). Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995) menyatakan bahwa pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang

menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas. Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Mudrajad Kuncoro, 2006), secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) Kemiskinan Absolut, (2) Kemiskinan Relatif, (3) Kemiskinan Kultural.

Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai daerah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan periode waktu yang berbeda, antara lain. (1) Made Myanti Astrini dan Putu Purbadharmaja (2013) yang berjudul “Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali”. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil regresi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB, angka melek huruf dan tingkat pengangguran terbuka secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Pengujian secara parsial menunjukkan hasil bahwa PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali, hal ini disebabkan karena sebagian besar pertumbuhan ekonomi di Bali di topang oleh sektor tersier, sedangkan penduduk Bali sebagian besar bekerja disektor pertanian, sehingga pendapatan penduduk bali keseluruhan semakin timpang yang sebagian besar dinikmati oleh pelaku pariwisata. Pengujian secara parsial angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi angka melek huruf akan menurunkan

(6)

angka buta huruf. Pengujian secara parsial tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena semakin rendah pengangguran maka kemiskinan akan menurun. (2) Roby Cahyadi Kurniawan (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi terhadap Tingkat pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011”. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil regresi menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan inflasi berpengaruh secara negatif terhadap pengangguran terbuka di Kota Malang, hal ini berarti peningkatan PDRB dan Inflasi pada Kota Malang berpengaruh pada penurunan pada jumlah pengangguran terbuka. Sedangkan sedangkan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) berpengaruh secara positif terhadap pengangguran terbuka di Kota Malang, hal ini berarti peningkatan UMK pada Kota Malang membuat jumlah pengangguran terbuka semakin meningkat. (3) Fatkhul Mufid Cholili (2014) yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia)”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Indeks pembangunan manusia mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal, adalah suatu penelitian yang menggambarkan suatu generalisasi atau menjelaskan hubungan sebab akibat dan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain.

Subyek dalam penelitian ini adalah Kabupaten Buleleng, dan obyeknya adalah PDRB (X1), tingkat pengangguran terbuka

(X2), dan tingkat kemiskinan (Y).

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yaitu data bulanan selama lima tahun yang meliputi data laju pertumbuhan PDRB, tingkat pengangguran terbuka, dan tingkat kemiskinan yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng.

Data dikumpulkan dengan teknik

pencatatan dokumen

Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis jalur (Path Analysis) dengan bantuan Statistical Package for

Social Science (SPSS) 17.0 For Windows

maka diperoleh hasil penelitian seperti yang tampak pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.

(7)

Tabel 1. Hasil Uji Statistik Analisis Jalur (Path Analysis)

No Parameter Koefisien p-value Alpha (α) Keputusan Kesimpulan

1 Ryx1x2 0,804 0,000 0,05 Menolak Ho Ada

hubungan X1 dan X2 terhadap Y 2 R2yx1x2 0,646 0,000 0,05 Menolak Ho Besar pengaruh X1 dan X2 terhadap Y adalah 64,6% 3 Pyx1 -0,688 0,000 0,05 Menolak Ho - Ada pengaruh X1 terhadap Y - Besar pengaruh X1 terhadap Y adalah 47,3% 4 P2yx1 0,473 5 Pyx2 0,272 0,002 0,05 Menolak Ho - Ada pengaruh X2 terhadap Y - Besar pengaruh X2 terhadap Y adalah 7,4% 6 P2yx2 0,074 7 Px2x1 -0,265 0,040 0,05 Menolak Ho - Ada pengaruh X1 terhadap X2 - Besar pengaruh X1 terhadap X2 adalah 7,0% 8 P2x2x1 0,070 9 ε2 0,930 - - - Besar pengaruh dari faktor lain terhadap X2 adalah 93,0% 11 ε1 0,354 - - - Besar pengaruh dari faktor lain terhadap Y adalah 35,4%

(Sumber: Hasil Output SPSS)

Tabel 2. Sumbangan Pengaruh Variabel X1 dan X2 Terhadap Y

Keterangan Besar

Sumbangan

Persentase (%)

Besar pengaruh langsung X1 terhadap Y

Besar pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2

0,473 -0,072

47,3% -7,2%

(8)

Besar pengaruh total X1 terhadap Y 0,401 40,1%

Besar pengaruh total X2 terhadap Y 0,074 7,4%

Besar pengaruh total X1 dan X2 terhadap Y 0,646 64,6% Besar pengaruh variabel lain terhadap Y 0,354 35,4%

Total 1,000 100%

(Sumber: Hasil Output SPSS)

Keterangan: X1 = PDRB X2 = Tingkat Pengangguran Terbuka Y = Tingkat Kemiskinan ε = Variabel lain

Gambar 1. Pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Y

(1) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013.

Pada Tabel 1 diperoleh Ryx1x2 =

0,804, dengan nilai p-value

0,000<alpha 0,05. Hal ini berarti

menolak Ho, yang artinya ada

pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng.

Besarnya pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng

dapat dilihat pada Tabel 1. Besar koefisien determinasi (R2yx1x2) adalah

0,646. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa sebesar 64,6% tingkat

kemiskinan di Kabupaten Buleleng dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka secara bersama-sama (simultan) sedangkan sisanya sebesar 0,354 atau 35,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(2) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Tingkat

Kemiskinan di Kabupaten Buleleng

periode 2009-2013.

Pada Tabel 1 diperoleh hasil Pyx1 = -0,688 dengan nilai p-value

0,000<alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di

Kabupaten Buleleng. Besarnya

pengaruh total Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan yaitu sebesar 0,523 atau 52,3%.

(3) Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013.

Pada Tabel 1 diperoleh hasil Pyx2

= 0,272 dengan nilai p-value 0,002 <alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh dari tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng.

Besarnya pengaruh total tingkat

pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan yaitu sebesar 0,074 atau 7,4%.

(4) Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. X1 X2 Px2x1=-0,265 Y

ε

ε2=0,930 Pyx1=-0,688 Pyx2 = 0,272 Ryx 1x2=0,804 ε1 = 0,354

(9)

Pada Tabel 1 diperoleh hasil Px2x1

= 0,265 dengan nilai p-value 0,000 <alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka

di Kabupaten Buleleng. Besarnya

pengaruh total Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka yaitu sebesar 0,070 atau 7,0%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur (Path Analysis) dengan menggunakan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) 17.0 For

Windows maka diperoleh hasil bahwa

variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka secara bersama-sama mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini mendukung kajian empirik dari Myanti Astrini dan Purbadharmaja (2013) yang menyatakan laju pertumbuhan PDRB dan tingkat pengangguran terbuka secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Penelitian mengenai pengaruh dari variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara negatif berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng. Hasil tersebut didukung oleh kajian empirik dari Myanti Astrini dan Purbadharmaja (2013) yang menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan, hal ini berarti peningkatan PDRB berpengaruh pada penurunan jumlah penduduk miskin.

Penelitian mengenai pengaruh dari variabel tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Fatkhul Mufid Cholili (2014) yang menyatakan bahwa pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, hal ini

berarti penurunan jumlah pengangguran berpengaruh pada penurunan jumlah penduduk miskin.

Selanjutnya hasil penelitian mengenai pengaruh dari variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh secara negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Roby Cahyadi Kurniawan (2013) yang menyatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh secara negatif terhadap pengangguran terbuka, hal ini berarti peningkatan PDRB berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran terbuka.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

(1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. (2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. (3) Tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng periode 2009-2013. (4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Buleleng 2009-2013.

Berdasarkan hasil penelitian,

pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

(1) Pemerintah daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan 9 sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) agar kesembilan sektor tersebut mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan mengurangi kemiskinan di Kabupaten Buleleng, seperti pelatihan untuk menjadi wirausaha mandiri dan kreatif. (2)

(10)

meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui pelatihan keterampilan serta memperluas kesempatan kerja sehingga jumlah pengangguran terbuka dapat dikurangi dan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Buleleng.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2011. Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali: Denpasar

---. 2013. Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng ---. 2014. Profil Perkembangan

Kependudukan Kab.Buleleng Cahyat. 2004. Bagaimana Kemiskinan

Diukur? Beberapa Model Penghitungan Kemiskinan di Indonesia. Governance Brief, 21 - 8.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta Fatkhul. 2014. Analisis Pengaruh

Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi di Indonesia)

Kuncoro. Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,

Kurniawan, Roby Cahyadi. 2013. Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011

Myanti Astrini dan Putu Purbadharmaja. 2013. Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali.

Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo. 2003. Produksi Domestik Bruto, Harga, dan Kemiskinan, dalam Media Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Raharja, Prathama., dan Manurung, M. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sasana, Hadi. 2006. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Ekonomi Makro, Edisi Kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

---. 2097. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumarsono, Sonny. 2009. Teori dan

Kebijakan

Publik:

Ekonomi

Sumber

Daya

Manusia.Yogyakarta:

Graha

Ilmu

Wardhana, Dharendra. 2006. Pengangguran Struktural Di Indonesia: Keterangan Dari Analisis SVAR Dalam Kerangka Hysterisis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 21, (No. 4)

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. Yogyakarta: UPP STIM YKPM

Gambar

Tabel 2. Sumbangan Pengaruh Variabel X1 dan X2 Terhadap Y
Gambar 1. Pengaruh Variabel X 1  dan X 2  terhadap Y

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini maka, metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

Panitia penyelenggara penyembelihan hewan qurban agar melaporkan kegiatan pemotongan tersebut keSuku Dinas Peternakan di Kotamadya atau RPH setempat untuk mendapatkan

Berdasarkan hasil uji menggunakan chi square didapatkan nilai p = 0,000 &lt; 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja dengan tingkat

c) Terjadinya defleksi pada block lambung. d) Terjadinya ketidak tepatan pada sambungan pengelasan ( seamslag ) pada pelat alas dalam pelat sekat. e) Te1jadi

Percepatan oksidasi lemak pindang dengan asap cair pada hari ke-2 yakni 0,20 lebih rendah dibandingkan dengan pindang tanpa asap cair yakni 1.62 Produksi angka peroksida pada

Kelompok komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Desember 2016 di Kota Singkawang, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,3434 persen; kelompok makanan jadi,

Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul &#34;On Islamic Accounting&#34;, Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum

Sementara itu, dengan nilai koefisien variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 0,86 bermakna bahwa setiap tambahan satu persen Produk Domestik Regional Bruto