• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL MENULIS CERITA BERANTAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MODEL MENULIS CERITA BERANTAI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI

MELALUI MODEL MENULIS CERITA BERANTAI

(IMPROVING EXPOSITION WRITING SKILLS BY MEANS OF

SERIAL STORY WRITING MODEL)

Nantje Harijatiwidjaja Balai Bahasa Jawa Barat Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung

Telepon: (022) 405468 Pos-el: [email protected] Tanggal naskah masuk: 28 Maret 2016

Tanggal revisi terakhir: 31 Mei 2016

Abstract

THIS article begins with the necessity to improve students' writing skills in writing

exposition text in vocational schools (SMK). The problem of the research is the improvement of students' of class X of SMK SMIP YPPT Bandung skill in writing exposition by means of serial story writing model. The method used in this study is an action research. The number of samples is 39 students of year X of SMK SMIP YPPT Bandung of 2nd semester in academic year 2014/2015. Data were collected using instruments of tests and observation. The result indicates that the serial story writing model is acceptable and effectively facilitating in improving their skills on writing exposition.

Key words: writing, serial stories, exposition text Abstrak

PENELITIAN ini diawali dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di SMK. Masalah yang diteliti adalah peningkatan kemampuan siswa kelas X SMK SMIP YPPT Bandung dalam menulis eksposisi melalui model pembelajaran menulis cerita berantai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian berjumlah 39 orang siswa kelas X SMK SMIP YPPT Bandung, Semester 2, Tahun Pelajaran 2014/2015. Instrumen pengumpulan data meliputi tes dan observasi. Temuan penelitian ini adalah model pembelajaran menulis cerita berantai dapat diterima oleh siswa sebagai suatu kemudahan dalam belajar menulis eksposisi serta dapat meningkatkan keterampilan menulis. Selain itu, model pembelajaran tersebut efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung.

(2)

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses ataupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena meliputi berbagai unsur yang harus diterapkan sekaligus. Dengan menulis kita dapat mengekspresikan pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan harapan dapat dimengerti oleh pembaca.

Menulis bukan pekerjaan yang sekali jadi, melainkan memerlukan proses. Proses itu mulai dari menemukan topik, membatasi topik, menguraikan topik menjadi kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi sebuah karangan. Namun, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat memahami jalan pikiran seseorang, tidaklah mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1995:270) yang menyatakan bahwa keterampilan menulis lebih sulit dikuasai jika dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang menjadi isi tulisan.

Dalam pengajaran bahasa, keterampilan menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan cara tertulis. Hal tersebut juga merupakan kemampuan siswa untuk mengekspresikan maksud yang ingin disampaikan melalui media bahasa. Untuk melakukan pekerjaan menulis, sebelumnya diperlukan perencanaan mengenai topik yang akan ditulis, tujuan yang hendak disampaikan, dan pembahasan yang akan diuraikan. Semua itu dilakukan karena menulis merupakan proses berpikir.

Pengajaran bahasa Indonesia, khususnya pengajaran keterampilan menulis, sangat penting karena sekarang ini dan masa yang akan datang setiap siswa dituntut dapat mengomunikasikan setiap ide dan pikiran untuk mengimbangi kemajuan informasi dan teknologi. Untuk mencapai harapan tersebut, selayaknya proses belajar mengajar keterampilan menulis

dilaksanakan dengan suatu model pembelajaran yang sesuai.

Mengajarkan kemampuan menulis kepada siswa tidak berarti ingin menjadikan siswa seorang penulis, tetapi setidaknya dengan kemampuan menulis yang baik, siswa dapat berhasil dalam pendidikan. Keterampilan menulis sangat diperlukan untuk menuliskan jawaban ujian yang berbentuk esai dan mengungkapkan gagasan-gagasan sehingga dapat dibaca oleh orang lain.

Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan, dimulai dari peningkatan pengetahuan tentang jenis, kaidah, dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan, baik secara terencana maupun spontan. Secara umum Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah.

Dengan pendekatan tersebut pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan. Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada jenjang SMA/SMK sepatutnya diarahkan untuk menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menjadi sangat penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Ada empat prinsip yang sering terabaikan, yaitu (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan

untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang

tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks

karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, serta (4) bahasa merupakan

sarana pembentukan kemampuan berpikir

manusia (Kemendikbud, 2013:v).

Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013, kelas X, mengamanatkan bahwa “Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

(3)

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi”. Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi, baik secara lisan maupun tulisan melalui berbagai teks, antara lain, teks eksposisi.

Salah satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Sehubungan dengan itu, guru bahasa Indonesia harus mampu membuat siswa menggunakan bahasa Indonesia dalam semua fungsinya, terutama fungsi komunikasi. Dengan demikian, pembelajaran menulis perlu beralih dari model konvensional ke model belajar modern, di antaranya model pembelajaran kooperatif. Model ini mengajak siswa untuk bekerja sama dalam membuat sebuah tulisan.

Banyak model pembelajaran menulis yang dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran, di antaranya model menulis cerita berantai. Model ini memerlukan kerja sama antarsiswa dalam belajar kelompok untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Pada saat belajar kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka, gotong royong dan demokrasi antara guru dan siswa, siswa dan siswa sehingga akan tampak pengembangan nilai, sikap moral, dan keterampilan siswa.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik dengan model menulis cerita berantai untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis yang menjadi salah satu permasalahan di SMK SMIP YPPT Bandung. 1.2 Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, berikut adalah rumusan masalah penelitian ini. a. Bagaimana perencanaan pembelajaran

menulis eksposisi dengan model

pembelajaran cerita berantai di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis eksposisi dengan model pembelajaran cerita berantai di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung?

c. Bagaimana analisis hasil pembelajaran menulis eksposisi dengan model pembelajaran cerita berantai di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

(1) mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran menulis cerita berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung;

(2) mendeskripsikan pelaksanaan model pembelajaran menulis cerita berantai dalam meningkatkan kemampuan menulis eksposisi di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung;

(3) mendeskripsikan dan menganalisis hasil pembelajaran menulis eksposisi dengan model pembelajaran menulis cerita berantai di kelas X SMK SMIP YPPT Bandung . 1.4 Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang diadaptasi dari model PTK Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Artinya, penelitian ini dilakukan tidak sendiri, tetapi berkolaborasi dan berpartisipasi dengan teman sejawat yang berminat dengan permasalahan penelitian (Syamsudin dan Vismaia, 2006:228). Wiriaatmadja (2006:12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari lingkungan sekolah mereka. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam

(4)

praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas atau classroom action

research adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan di dalam kelas secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Pada penelitian ini akan dilaksanakan dua kali tindakan, yaitu siklus 1 dan siklus 2.

Instrumen penelitian ini berupa (1) lembar kerja siswa yang berisi soal-soal latihan sebagai bahan diskusi dan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran; (2) lembar observasi atau lembar kerja peneliti untuk pencatatan secara sistematik mengenai aktivitas atau situasi dari seluruh komponen pembelajaran secara langsung; (3) tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes tertulis.

2. Kerangka Teori

2.1 Model Menulis Cerita Berantai Suatu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya (Dahlan, 1990:21). Joyce dan Weil (2000:13) menjelaskan bahwa model belajar adalah deskripsi suatu lingkungan pembelajaran yang disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan menjadi alat belajar bagi siswa; suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu untuk mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa. Jadi, yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subjek pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan kurikulum.

Model pembelajaran menawarkan kegiatan pembelajaran yang beraneka ragam sehingga siswa tidak jenuh dalam belajar. Keragaman

model yang diterapkan diharapkan mampu menjangkau lebih banyak sisi keperluan siswa di kelas. Model-model pembelajaran bukan untuk mengubah apa yang sudah guru miliki dan biasa ia lakukan, melainkan menambah, melengkapi dan memperluas variasi gaya mengajar guru.

Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2007:4), belajar kooperatif (cooperatif learning) adalah suatu model pembelajaran yang siswanya belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang siswa perlukan.

Mitra belajar merupakan pola hubungan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif. Artinya, guru dan siswa sama-sama aktif mengupayakan peningkatan pengertian dan pengorganisasian pengetahuan. Oleh karena itu, peran guru dalam model pembelajaran kooperatif lebih dominan sebagai organisator dan fasilitator. Model cerita berantai termasuk dalam model kooperatif karena memerlukan kerja sama dalam menulis sebuah cerita. Lingkungan sekolah siswa berbeda-beda, tetapi ada kemiripan dengan lingkungan sekolah siswa yang lain. Hal tersebut dapat dijadikan bahan untuk memulai menulis eksposisi.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan model ini adalah sebagai berikut.

A. Kegiatan Awal

(1) Guru mempersiapkan tema karangan eksposisi.

(2) Guru mempersiapkan format penilaian. (3) Guru memotivasi siswa dengan

mengondisikan siswa. B. Kegiatan Inti

(1) Guru memberikan informasi singkat tentang karakteristik karangan eksposisi dan tema karangan yang akan dibuat.

(2) Guru membagikan lembar kerja (LK) yang berisi sebuah kalimat sebagai awal/pembuka sebuah tulisan.

(5)

(3) Siswa nomor 1 mendapat tugas untuk meneruskan kalimat awal tersebut dengan kalimat karangannya.

(4) Setelah selesai, LK diberikan kepada siswa nomor 2 dalam kelompoknya. Siswa nomor 2 meneruskan kalimat yang telah dibuat oleh siswa nomor 1. Selanjutnya, LK diserahkan kepada siswa nomor 3 dalam kelompoknya. (5) Demikian seterusnya sampai setiap siswa dalam satu kelompok mendapat giliran menulis karangan dalam LK.

(6) Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menampilkan/membacakan hasil tulisan/karangannya.

(7) Setiap satu kelompok selesai lalu diberi semangat dengan tepuk tangan bersama-sama, lalu giliran kelompok yang lain. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil membacakan hasil karangannya.

C. Kegiatan Akhir

(1) Siswa menulis kembali hasil karangan bersama itu dalam buku masing-masing. (2) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang

karangan eksposisi tersebut.

(3) Setelah selesai, siswa membacakan hasil karangannya di depan teman-temannya dan siswa yang lain menyimak serta mengomentari untuk kesempurnaan karangan tersebut.

(4) Siswa menyimpulkan materi karangan eksposisi tentang lingkungan sekolah. 2.2 Menulis

Suriamiharja dkk. (1996:2) menyebutkan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain. Siswa dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya.

Sebagai suatu proses, menulis mencakup serangkaian kegiatan menulis dari penemuan gagasan/topik yang akan dibahas sampai penulisan berakhir. Proses menulis mencakup beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Pada tahap perencanaan, kita mengerjakan kegiatan sebelum kegiatan menulis yang sebenarnya dapat dimulai, yaitu memilih topik tulisan, menuliskan judul tulisan, merumuskan tujuan penulisan, menentukan bahan penulisan, dan membuat kerangka tulisan (Akhadiah, 1996:29). Pada tahap penulisan, yang dikerjakan adalah mengembangkan gagasan, memecahkan topik dalam subtopik, memberikan uraian, dalam wujud rangkaian kata, rangkaian kalimat, dan rangkaian paragraf sehingga menjadi karangan yang utuh.

Proses menulis tahap terakhir, yaitu kegiatan merevisi, pada kegiatan ini penulis dapat merevisi tulisan yang telah dibuatnya kalau ada yang perlu direvisi sehingga menjadi sebuah karangan yang baik.

2.3 Karangan Eksposisi

Eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk kepada pembaca (Alwasilah, 2007:111). Eksposisi sering dipergunakan dalam menyampaikan uraian-uraian ilmiah populer dan uraian-uraian ilmiah lainnya dengan tidak berusaha memengaruhi sikap atau pendapat pembaca. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea, seperti lewat pemberian contoh, proses, sebab akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi, dan kontras.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data yang dikumpulkan, pada bab ini disajikan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X SMK SMIP YPPT Bandung.

(6)

3.1 Siklus 1

Pada siklus 1 ini akan diuraikan tentang perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi pembelajaran menulis eksposisi. Pembelajaran tersebut akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Berikut adalah uraiannya. A. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran menulis eksposisi yang diberikan pada waktu pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dengan perincian sebagai berikut.

(1) Topik pembelajaran ialah membuat karangan eksposisi dengan tema lingkungan sekolah. (2) Langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran menulis cerita berantai.

(3) Bahan pembelajaran diambil dari lingkungan sekolah siswa.

(4) Instrumen penelitian berupa LKS, pedoman observasi, dan catatan lapangan.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Observasi terhadap proses pembelajaran difokuskan pada kegiatan guru dan siswa. Tahapan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan model pembelajaran menulis cerita berantai diuraikan sebagai berikut. 1) Kegiatan Awal

Sebelum pelajaran dimulai, terlebih dahulu guru mengondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran. Sebagai kegiatan awal pada pertemuan ke-1 ini guru menjelaskan tujuan dan proses yang akan ditempuh pada pelaksanaan pembelajaran menulis eksposisi dengan model menulis cerita berantai. Kemudian, guru mengajukan pertanyaan mengenai lingkungan sekolah yang paling mengesankan yang pernah dialami siswa. Pada umumnya siswa menjawab bahwa mereka mempunyai cerita tentang lingkungan sekolah yang menarik.

Pada kegiatan ini guru dan siswa menentukan tema karangan, yaitu lingkungan sekolah. Selain menentukan tema karangan, guru

mempersiapkan format penilaian. Format ini digunakan guru untuk menilai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, guru dan siswa membentuk beberapa kelompok yang beranggotakan 8--10 siswa, setiap anggota diberi nomor sesuai dengan urutannya. Karena jumlah siswa sebanyak 39 orang, anggota tiap kelompok sebanyak 8 orang untuk 4 kelompok dan 1 kelompok sebanyak 7 orang. Jumlah kelompok ada 5 kelompok.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan informasi singkat tentang karakteristik karangan eksposisi dan tema karangan yang akan dibuat. Setelah itu, guru membagikan lembar kerja (LK) yang berisi sebuah kalimat sebagai awal/pembuka sebuah karangan.

Satu orang anggota dari setiap kelompok (nomor 1) mendapat tugas untuk meneruskan kalimat awal tersebut dengan kalimat karangannya. Setelah selesai, LK diberikan kepada siswa nomor 2 dalam kelompoknya. Siswa nomor 2 lalu meneruskan kalimat yang telah dibuat oleh siswa nomor 1. Selanjutnya, LK diserahkan kepada siswa nomor 3 dalam kelompoknya. Demikian seterusnya sampai setiap siswa dalam satu kelompok mendapat giliran menulis karangan dalam LK. Setelah selesai, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menampilkan/membacakan karangannya. 3) Kegiatan Akhir

Siswa menulis kembali teks eksposisi karangan bersama itu dalam bukunya masing-masing. Pada kegiatan ini semua siswa menuliskan kembali teks eksposisi hasil karangan bersama. Ketika ada yang tidak dimengerti, siswa bertanya kepada guru. Selama proses pembelajaran, siswa dengan antusias menulis karangan eksposisi.

Setelah selesai, siswa membacakan karangannya di depan kelas dan siswa yang lain menyimak serta mengomentari untuk kesempurnaan karangan tersebut. Guru mengevaluasi karangan siswa, yaitu tentang

(7)

keserasian kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan, tanda baca, dan sebagainya. Kegiatan selanjutnya, siswa menyimpulkan karangan eksposisi tersebut. Setelah itu, guru memberikan tugas untuk latihan di rumah, menulis karangan eksposisi.

C. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 27 Januari 2015. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama siswa masih agak bingung dengan metode yang berpusat pada siswa. Mereka masih kaku, masih ragu-ragu dalam melaksanakan perintah guru. Dominan guru masih tinggi walaupun pada akhirnya siswa dapat melaksanakan pembelajaran tersebut. Namun, hal itu masih jauh dari yang diharapkan. Dalam menemukan ide/topik karangan lingkungan sekolah, siswa masih merasa kesulitan. Dengan bimbingan guru dan diskusi dengan pasangannya, akhirnya siswa dapat menemukan ide karangan. Tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru pada awal pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam membuat karangan eksposisi tentang lingkungan sekolah. Kegiatan belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan tujuan dan bahan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar difokuskan pada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mempelajari bahan disertai dengan bimbingan guru. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan pada model pembelajaran menulis cerita berantai dengan tema lingkungan sekolah. Sarana pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah buku paket, buku sumber, dan LKS. Semua siswa memegang buku paket serta LKS yang dibuat guru untuk latihan dalam membuat karangan eksposisi.

Pada akhir pertemuan kegiatan pembelajaran diadakan tes. Data hasil tes menunjukkan bahwa pada siklus 1 ini nilai sudah cukup menggembirakan. Hal itu terlihat dari perolehan nilai rata-rata yang mencapai 70,38.

Nilai rata-rata ini sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70. Akan tetapi, sebagian siswa masih ada yang belum mencapai KKM, yaitu sebanyak 11 orang. Dengan demikian, perlu peningkatan lagi atau perlu dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus 2. Tabel 1 berikut merupakan model penilaian tugas menulis siswa.

Tabel 1 Model Penilaian Tugas Menulis Siswa

Nurgiantoro, (2001:306) Hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru meliputi pengamatan terhadap kemampuan membuat rencana pembelajaran dan penampilan mengajar. Hasil pengamatan peneliti terhadap penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 1 menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) masuk pada kategori cukup (3,26). Hal itu terjadi karena ada beberapa aspek yang belum memenuhi syarat dalam pembuatan RPP dan harus ditingkatkan lagi pada RPP yang akan digunakan pada siklus berikutnya. Aspek nomor 2, 3, 4, dan 5 umumnya mendapat nilai rata-rata 3 atau kategori cukup. Hal ini harus mendapat perhatian dari guru kelas yang akan melaksanakan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Hasil penilaian terhadap penampilan mengajar pada siklus 1, dapat dilihat bahwa penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis eksposisi (tema lingkungan sekolah) dengan model menulis cerita berantai memperoleh rata-rata nilai 3,30 dan termasuk pada kategori cukup. Pada tindakan pembelajaran siklus 1 ini guru tampak belum terbiasa dengan model menulis cerita berantai

1. 2. 3. 4. 5. Unsur yang Dinilai Isi gagasan yang dikemukakan Organisasi isi Tata bahasa Gaya: pilihan struktur dan kosakata Ejaan Jumlah No. Skor Maksimal Skor Siswa 35 25 20 15 5 100

(8)

sehingga terlihat masih canggung dalam melaksanakannya. Dalam menanggapi pertanyaan siswa, guru belum merespons dengan baik. Selain itu, guru juga belum jelas dalam memberikan contoh karangan eksposisi. Secara umum guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran menulis

karangan eksposisi dengan model menulis cerita berantai walaupun belum memuaskan dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. Tabel 2 dan 3 berikut merupakan penilaian kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. 1 2 3 4 5

Aspek yang dinilai

Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indikator pembelajaran

a. Menggunakan bahan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum b. Merumuskan tujuan khusus/indikator pembelajaran

Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar

a. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran b. Menentukan dan mengembangkan alat bantu pembelajaran c. Memilih sumber belajar

Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran a. Menentukan jenis kegiatan pembelajaran b. Menyusun langkah-langkah pembelajaran c. Menentukan alokasi waktu pembelajaran d. Menentukan cara-cara memotivasi siswa e. Menyiapkan pertanyaan

Merancang pengelolaan kelas

a. Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar

b. Menentukan cara-cara pengorganisasian siswa agar siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran.

Merencanakan prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian a. Menentukan prosedur dan jenis penilaian

b. Membuat alat-alat penilaian dan kunci jawaban

No. Nilai Nilai

1 2 3 4 5

Tabel 2 Penilaian Kemampuan Guru dalam Merencanakan Pembelajaran

A

Aspek yang dinilai

No. Nilai Nilai

1 2 3 4 5

Tabel 3 Penilaian Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

PENDAHULUAN

1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran a. Tata ruang sesuai dengan kebutuhan b. Fasilitas yang dibutuhkan tersedia c. Sumber belajar yang diperlukan tersedia 2. Melaksanakan tugas rutin

a. Mengecek ketersediaan alat tulis b. Mengecek kehadiran siswa c. Mengecek kebersihan kelas 3. Menyampaikan topik pelajaran 4. Menyampaikan pokok-pokok kegiatan

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 6. Menyampaikan apersepsi

Jumlah nilai Rata-rata Nilai Pendahuluan (A)

(9)

B

C

Aspek yang dinilai

No. Nilai Nilai

1 2 3 4 5

KEGIATAN INTI

1. Mengelola Interaksi Kelas

a. Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran

b. Menangani pertanyaan dan respons siswa

c. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat, dan gerakan badan

d. Memicu dan memelihara keterlibatan siswa e. Memantapkan penguasaan materi pembelajaran 2. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu siswa

mengembangkan sikap positif dalam belajar

a. Menunjukkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa

b. Menunjukkan kegairahan dalam mengajar

c. Mengembangkan hubungan antarpribadi yang sehat dan serasi

d. Membantu siswa menyadari kekurangan dan kelebihannya e. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri

3. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran menulis narasi

a. Mendemonstrasikan penguasaan materi menulis narasi (pengalaman)

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menulis narasi (pengalaman)

c. Memberikan latihan keterampilan menulis narasi (pengalaman)

d. Memupuk kegemaran menulis

e. Peka terhadap kesalahan siswa dalam latihan menulis narasi (pengalaman)

Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Kegiatan Inti (B) KEGIATAN AKHIR

1. Guru memberikan apresiasi atau penguatan kepada siswa 2. Guru melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar a. Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran b. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran 3. Guru memberikan tindak lanjut

Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Kegiatan Akhir Jumlah Nilai Tiap Kegiatan

Rata-rata / Nilai Kriteria SB = Sangat baik (5) B = Baik (4) C = Cukup (3) K = Kurang (2) SK = Sangat kurang (1)

(10)

D. Refleksi Siklus 1

Setelah selesai pembelajaran siklus 1, peneliti dan rekan berkolaborasi melakukan refleksi, yaitu mendiskusikan hasil pembelajaran menulis eksposisi (tema lingkungan sekolah) dengan metode menulis cerita berantai.

Hasil refleksi untuk bahan pertimbangan guru pada pembelajaran siklus selanjutnya adalah sebagai berikut.

a) Pemahaman guru terhadap langkah-langkah model menulis cerita berantai dalam mengajarkan menulis sudah benar. Namun, pada tindakan pembelajaran siklus 1 ini terlihat guru belum terbiasa dengan model tersebut sehingga masih canggung dalam melaksanakannya. Dalam menanggapi pertanyaan siswa, guru belum merespons dengan baik. Selain itu, guru juga belum jelas dalam memberikan contoh karangan eksposisi. b) Dominansi guru masih tinggi walaupun pada akhirnya siswa dapat melaksanakan pembelajaran dengan model menulis cerita berantai. Dalam menyambungkan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya siswa masih merasa kesulitan. Dengan bimbingan guru, siswa dapat menyambungkan kalimat demi kalimat. Akhirnya, kalimat-kalimat tersebut dapat membentuk sebuah karangan eksposisi dengan tema lingkungan sekolah. Secara umum guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi itu walaupun belum memuaskan dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus 2.

c) Rata-rata nilai siswa dalam menulis karangan eksposisi (lingkungan sekolah) pada siklus 1 ini mencapai 70,38. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada siklus 1 ini belum menggembirakan karena masih ada beberapa siswa yang belum mencapai target nilai KKM, yaitu 70. Akan tetapi, siswa sudah mampu menulis karangan eksposisi walaupun baru termasuk pada kategori cukup. Jika melihat hasil yang dicapai oleh siswa pada siklus 1 itu, penulis memandang perlu ada peningkatan hasil pembelajaran pada kegiatan berikutnya, yaitu pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2.

d) Motivasi guru sangat diperlukan untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri siswa. Dengan adanya motivasi dari guru, diharapkan siswa dapat dengan mudah membuat kalimat untuk meneruskan alur cerita setiap paragraf pada karangan eksposisi. 3.2 Siklus 2

Pertemuan kedua yang merupakan siklus 2 pembelajaran menulis eksposisi tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 Februari 2015. Seperti halnya pada siklus 1, pada siklus 2 ini juga akan diuraikan tentang perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi pembelajaran menulis eksposisi.

A. Perencanaan Pembelajaran

Pada siklus 2 ini perencanaan pembelajaran menulis eksposisi yang diberikan pada waktu pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dalam hal ini sama dengan perencanaan pembelajaran pada siklus 1.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Observasi terhadap proses pembelajaran difokuskan pada kegiatan guru dan siswa. Uraian tahapan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus 2 ini masih sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 1. Berikut adalah uraian kegiatan pembelajaran siklus 2, yaitu (a) kegiatan awal: guru mengondisikan siswa dan apersepsi, (b) kegiatan inti: siswa membuat karangan eksposisi, dan (c) kegiatan akhir: siswa menulis kembali cerita hasil karangan bersama dan menyimpulkannya dan guru mengevaluasi karangan siswa.

C. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2

Pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dilakukan pada hari Kamis, tanggal 12 Februari 2015. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan

(11)

bahwa pada pertemuan kedua ini, siswa sudah menerima model pembelajaran menulis cerita berantai dalam pembelajaran menulis eksposisi. Motivasi guru sangat diperlukan agar siswa dapat belajar menulis dengan baik seperti yang diharapkan. Motivasi guru pada pertemuan kedua ini mengalami peningkatan yang berarti. Guru mulai terampil mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis terhadap ide-ide yang muncul sehingga dapat menuangkan ide-ide tersebut dalam sebuah karangan eksposisi.

Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut tampak ada kegiatan siswa, yaitu membuat karangan. Selama proses mengarang berantai, siswa sudah tidak ragu lagi dalam menuangkan kalimat ke dalam alur cerita. Jika kalimatnya terasa janggal, mereka saling mengoreksi sehingga menghasilkan karangan yang alurnya mengalir. Dalam pertemuan kedua ini kegiatan tersebut sudah terlihat tidak kaku seperti pada pertemuan pertama. Guru sebagai fasilitator dan pembimbing pada kegiatan pembelajaran ini memotivasi siswa dalam menyelesaikan karangan itu.

Hasil yang diperoleh siswa kelas X dalam menulis teks eksposisi dengan model pembelajaran menulis cerita berantai pada siklus 2 ini mengalami kenaikan. Semua siswa sudah mencapai target KKM. Nilai rata-rata karangan siswa pada siklus 2 adalah 83,42. Hasil tersebut ada peningkatan jika dibandingkan dengan siklus 1. Nilai rata-rata pada siklus 2 ini sudah melampaui KKM. Hal itu menunjukkan bahwa siswa kelas X dalam mengarang eksposisi sudah baik.

Hasil pengamatan peneliti terhadap penyusunan rencana pembelajaran pada siklus 2 menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sudah baik (4,12). Jika dibandingkan dengan siklus 1, pada siklus 2 ini kemampuan guru dalam membuat RPP sudah ada peningkatan yang berarti. Hal tersebut tampak bahwa ada usaha guru untuk meningkatkan diri dalam pembuatan RPP berdasarkan refleksi pada siklus 1.

Hasil penilaian terhadap penampilan mengajar pada siklus 2 terlihat bahwa penampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis

eksposisi dengan model menulis cerita berantai memperoleh rata-rata nilai 4,25 dan termasuk pada kategori baik. Pada tindakan pembelajaran siklus 2 ini guru sudah mulai terbiasa dengan model itu sehingga tidak canggung lagi dalam melaksanakannya. Dalam menanggapi pertanyaan siswa, guru sudah merespons dengan baik. Selain itu, guru juga sudah jelas dalam memberikan contoh karangan eksposisi. Secara umum guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan model menulis cerita berantai itu.

D. Refleksi Siklus 2

Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 2, peneliti dengan rekan berkolaborasi melakukan refleksi, yaitu mendiskusikan hasil pembelajaran menulis eksposisi itu. Hasil diskusi tersebut adalah sebagai berikut.

a) Pada tindakan pembelajaran siklus 2 ini guru sudah mulai terbiasa dengan model menulis cerita berantai sehingga tidak canggung lagi dalam melaksanakannya. Dalam menanggapi pertanyaan siswa, guru sudah merespons dengan baik. Dalam memberikan contoh karangan eksposisi sudah dilakukan guru dengan jelas sehingga terlihat respons siswa dalam menanggapi contoh karangan itu. Secara umum guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi tersebut. Dalam pelaksanaannya terlihat ada kegiatan siswa, yaitu membuat karangan secara kolaborasi. Setelah itu, siswa saling mengoreksi karangan mereka dengan berdiskusi. Kegiatan dalam pertemuan kedua ini sudah terlihat tidak kaku seperti pada pertemuan pertama. Guru sebagai fasilitator dan pembimbing pada kegiatan pembelajaran ini sangat memotivasi siswa dalam menyelesaikan karangan yang dibuatnya. b) Nilai rata-rata siswa dalam menulis karangan

eksposisi pada siklus 2 ini mencapai 83,42. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus 2 sudah ada peningkatan jika

(12)

dibandingkan dengan siklus 1. Jika melihat hasil yang dicapai oleh siswa pada siklus 2 itu, penulis memandang tidak perlu lagi ada kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Jadi, kegiatan pembelajaran cukup sampai pada siklus 2 saja.

c) Motivasi guru sudah menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri siswa dalam menuangkan gagasannya. Dengan adanya motivasi guru yang terus-menerus selama pembelajaran, terlihat bahwa pada siklus 2 ini kemampuan siswa jauh lebih baik. Motivasi guru sangat perlu karena dapat menumbuhkan semangat belajar menulis siswa seperti yang diharapkan. Peran motivasi guru pada siklus 2 ini mengalami peningkatan yang berarti. Guru mulai terampil mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis terhadap ide-ide yang muncul sehingga dapat menuangkan ide-ide tersebut dalam sebuah karangan eksposisi. d) Bahan pembelajaran yang digunakan adalah lingkungan sekolah siswa. Siswa dituntut untuk menemukan lingkungan sekolah yang paling berkesan. Dengan gaya guru memberikan apersepsi dan motivasi pada permulaan pembelajaran, siswa dapat menemukan lingkungan sekolah yang paling berkesan dan dapat dituangkan pada karangan.

4. Penutup 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran menulis cerita berantai dalam pembelajaran menulis eksposisi adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran untuk mengaktifkan siswa harus memberikan solusi pengembangan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dituangkan ke dalam tulisan. Pengambilan ide untuk karangan eksposisi diambil dari lingkungan sekolah siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran menulis eksposisi dengan model tersebut dimulai dari apersepsi, eksplorasi yang merupakan kegiatan awal pembelajaran. Pada umumnya siswa sudah dapat mencari bahan tulisan dari lingkungan sekolah. Pada kegiatan inti siswa sudah dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa dapat menyimpulkan apa yang dipelajarinya.

3. Secara keseluruhan pembelajaran dengan model menulis cerita berantai dapat meningkatkan aspek keterampilan menulis. Hal tersebut tampak pada kemampuan siswa kelas X yang secara umum mengalami kenaikan nilai rata-rata setiap siklusnya, yaitu siklus 1 memperoleh nilai rata-rata sebesar 70, 38 dan siklus 2 memperoleh nilai rata-rata 83,42.

4. Guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis eksposisi dengan model menulis cerita berantai sudah baik. Hal itu terlihat dari hasil pengamatan yang terus meningkat dari siklus 1 hingga siklus 2. Siklus 1 memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,30 dan siklus 2 memperoleh nilai rata-rata 4,25. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis eksposisi dengan model menulis cerita berantai efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.

4.2 Saran

Model pembelajaran menulis cerita berantai ini sebaiknya tidak dilaksanakan hanya pada pembelajaran menulis teks eksposisi. Model tersebut dapat diaplikasikan pada pembelajaran menulis teks yang lain karena dapat memberikan semangat belajar kepada siswa. Dengan demikian, siswa dapat berpikir kreatif, kritis, dan bersemangat untuk belajar bersama.

(13)

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis

dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat.

Dahlan, M.D. 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Jacob, H. et al. 1981. Testing ESL Composition: A Practical Aproach. London: Newbury House Publishers, Inc.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2000. Models of Teaching. New York: Allyn and Bacon a Pearson Education Company.

Kemendikbud. 2013. Buku Guru: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Buku Siswa: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang

Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Solihatin, Entin. 2007. Cooperative Learning. Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Suriamiharja, Agus. et al. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Syamsudin, A.R. dan Vismaia D. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: Rosda. Tarigan, Henri Guntur. 1985. Menulis: Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wiriaatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(14)

Gambar

Tabel 1 berikut merupakan model penilaian tugas menulis siswa.
Tabel 3 Penilaian Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Dengan beberapa contoh kasus cybercrime ini juga kita dapa mengetahui jenis dan baran bukti digital yang biasa di gunakan untuk kejahatan dalam dunia

Dengan ini diumumkan peserta pengadaan langsung yang ditetapkan sebagai pemenang pengadaan langsung untuk kegiatan tersebut di atas :.

Perhatian akan faktor sosial menjadi penting, hasil produk dan jasa kita, wajib memperhatikan akan budaya masyarakat setempat. Setiap masyarakat memiliki ciri khas

Instrumen penelitian yang digunakan ialah tes keseimbangan dinamis (Dinamic Test Of Positional Balance) dan tes kelentukan sendi panggul ( Pront Split ). Sedangkan

Sahabat MQ/ Dari enam ribu armada angkutan darat di Sumatera Barat / hanya dua ribu saja yang layak pakai // Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat- Organda-

 Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan

apa yang akan diukur” (Arifin, 2 012:245). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah berupa angket untuk mengukur kemampuan literasi informasi. siswa,

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ekowisata merupakan konsep pengembangan pariwisata Ekowisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk