• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG,

Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan perekonomian rakyat yang perlu dibina, dikembangkan dan dikendalikan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengendalian usahanya sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pertumbuhan perekonomian Daerah;

b. bahwa untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif guna mendorong peningkatan investasi, perlu didukung oleh adanya SIUP sebagai legalitas usaha di bidang perdagangan, sehingga diperlukan adanya penerbitan SIUP kepada dunia usaha;

c. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, guna membiayai atau menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin usaha perdagangan di daerah;

d. bahwa memperhatikan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka pungutan daerah dalam bentuk Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan;

Mengingat : 1. Bedrijfsreglementerings Ordonnantie 1934 (Stbl 1983 Nomor 86);

2. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penindakan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 801) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1971 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2966);

3. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

(2)

Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3206);

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214) ;

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1720);

10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130);

12. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4131);

13. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220);

14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang–Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

15. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

(3)

16. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866 );

17. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

18. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Badung ( Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 1, Seri D Nomor 1);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung ( Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 );

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG dan

BUPATI BADUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Badung.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Badung.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung.

5. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung.

(4)

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung.

7. Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual beli, sewa beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi.

8. Perusahaan Perdagangan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha disektor perdagangan yang bersifat tetap dan berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.

9. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SIUP adalah Surat Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.

10. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SP-SIUP adalah formulir permohonan izin yang diisi oleh perusahaan yang memuat data - data perusahaan untuk memperoleh SIUP Mikro/ SIUP Kecil/ Menengah/ Besar.

11. Perubahan Perusahaan adalah perubahan data perusahaan yang meliputi perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik/ penanggung jawab, NPWP, Modal dan Kekayaan Bersih, Kelembagaan, Bidang Usaha, dan barang/ jasa dagangan utama.

12. Kantor Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya.

13. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili Kantor Pusat perusahaan untuk melakukan suatu kegiatan dan/ atau pengurusannya menurut kewenangan yang telah ditentukan sesuai dengan yang diberikan. 14. Perwakilan Perusahaan yang ditunjuk adalah perusahaan yang diberi

kewenangan bertindak untuk mewakili “Kantor Pusat” perusahaan.

15. Hak Atas Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HAKI adalah hak yang meliputi Hak Paten, Hak Merk, dan Hak Cipta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

16. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

17. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroaan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah Ketetapan Retribusi yang menentukan besaran pokok retribusi.

19. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda.

20. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

(5)

BAB II

SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) Bagian Kesatu

Kewajiban dan Klasifikasi SIUP Pasal 2

(1) Setiap perusahaan perdagangan wajib memiliki SIUP.

(2) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. SIUP Kecil;

b. SIUP Menengah; dan c. SIUP Besar.

(3) Selain SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan SIUP Mikro kepada Perusahaan Perdagangan Mikro.

(4) Penentuan klasifikasi SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditentukan berdasarkan :

a. perusahaan perdagangan dengan kekayaan bersih (Netto) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dapat diberikan SIUP Mikro;

b. perusahaan perdagangan dengan kekayaan bersih (Netto) diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Kecil;

c. perusahaan perdagangan dengan kekayaan bersih (Netto) diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Menengah;

d. perusahaan perdagangan dengan kekayaan bersih (Netto) diatas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP Besar.

Pasal 3

(1) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dikecualikan terhadap :

a. Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di luar sektor perdagangan; b. kantor cabang atau kantor perwakilan;

c. perusahaan perdagangan mikro dengan kriteria sebagai berikut: 1. usaha perseorangan atau persekutuan;

2. kegiatan usaha diurus, dijalankan atau dikelola oleh pemiliknya atau anggota keluarga/ kerabat terdekat; dan

3. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(6)

(2) Perusahaan perdagangan mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat diberikan SIUP Mikro, apabila dikehendaki yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Penerbitan dan Masa Berlaku Pasal 4

(1) SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan perusahaan perdagangan dan berlaku untuk melakukan usaha perdagangan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

(2) Penerbitan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada pemilik/ pengurus/ penanggung jawab perusahaan perdagangan atas nama perusahaan.

Pasal 5

(1) SIUP berlaku selama perusahaan perdagangan masih menjalankan usahanya dan wajib melakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) tahun di tempat penerbitan SIUP.

(2) Setiap Perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya SIUP wajib mendaftarkan Perusahaannya dalam Daftar Perusahaan sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 6

SIUP dilarang digunakan untuk melakukan kegiatan :

a. usaha perdagangan yang tidak sesuai dengan kelembagaan dan/ atau kegiatan usaha, sebagaimana yang tercantum di dalam SIUP;

b. usaha yang mengaku kegiatan perdagangan, untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan menawarkan janji keuntungan yang tidak wajar (money game); atau

c. usaha perdagangan lainnya yang telah diatur melalui ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

BAB III KEWENANGAN

Pasal 7

(1) Bupati menunjuk Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung untuk dan atas nama Bupati menandatangani SIUP.

(2) Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan dan penyelenggaraan penerbitan SIUP.

(7)

BAB IV

PERSYARATAN DAN TATA CARA PERMOHONAN/ PENERBITAN SIUP, PEMBUKAAN KANTOR CABANG/ PERWAKILAN PERUSAHAAN,

PERUBAHAN, SERTA SIUP YANG HILANG/ RUSAK Bagian Kesatu

Permohonan / Penerbitan SIUP Pasal 8

(1) Permohonan SIUP diajukan kepada Bupati Up. Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung dengan mengisi formulir SP–SIUP dan melampirkan dokumen persyaratan.

(2) SP–SIUP baru harus ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau penanggung jawab perusahaan perdagangan diatas materai cukup.

(3) Pihak ketiga yang mengurus SIUP baru, wajib melampirkan surat kuasa yang bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau penanggung jawab perusahaan perdagangan.

(4) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP dan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung menerbitkan SIUP.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan / penerbitan SIUP diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Pembukaan Kantor Cabang/ Perwakilan Perusahaan Pasal 9

(1) Pemilik SIUP yang akan membuka kantor cabang atau perwakilan perusahaan, wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung di tempat kedudukan kantor cabang dan perwakilan perusahaan dengan melampirkan dokumen persyaratan.

(2) Paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterima laporan dan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara lengkap dan benar, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung mencatat dalam buku register pembukaan kantor cabang atau perwakilan perusahaan dan membubuhkan tanda tangan dan cap stempel pada halaman depan foto copy SIUP Perusahaan Pusat.

(3) Foto copy SIUP yang telah didaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sebagai SIUP bagi kantor cabang atau perwakilan perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan sesuai kedudukan kantor cabang atau perwakilan perusahaan.

(8)

Bagian Ketiga Perubahan Data SIUP

Pasal 10

Setiap terjadi perubahan data perusahaan, pemilik atau pengurus atau penanggung jawab perusahaan perdagangan wajib mengajukan SP-SIUP perubahan paling lama 3 ( tiga ) bulan kepada Bupati Up. Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung dengan melampirkan dokumen persyaratan.

Pasal 11

(1) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sepanjang menyangkut kekayaan bersih (netto) diatur sebagai berikut :

a. SIUP Mikro yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib melakukan perubahan SIUP;

b. SIUP Mikro yang kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Mikro menjadi SIUP Kecil;

c. SIUP Mikro yang kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Mikro menjadi SIUP Menengah;

d. SIUP Mikro yang kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib mengajukan perubahan SIUP Mikro menjadi SIUP Besar;

e. SIUP Kecil yang mengadakan perubahan kekayaan bersihnya (Netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib melakukan perubahan SIUP;

f. SIUP Kecil yang kekayaan bersihnya (Netto) turun menjadi dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUPnya menjadi SIUP Mikro.

g. SIUP Kecil, yang kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Menengah;

h. SIUP Kecil yang kekayaan bersih (Netto) setelah perubahan menjadi diatas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib mengajukan perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Besar;

(9)

i. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) sehingga menjadi lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP; j. SIUP Menengah yang kekayaan bersih (Netto) turun menjadi dibawah

Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Kecil;

k. SIUP Menengah yang kekayaan bersihnya (Netto) turun menjadi dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Mikro.

l. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) menjadi di atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP Besar;

m. SIUP Besar yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi sampai dengan di bawah Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dan di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Menengah;

n. SIUP Besar yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi sampai dengan di bawah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Kecil.

o. SIUP Besar yang mengadakan perubahan kekayaan bersih (Netto) turun menjadi sampai dengan di bawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP Mikro.

(2) Perubahan perusahaan yang tidak termasuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 11 wajib melaporkan secara tertulis kepada Bupati tanpa mengganti atau mengubah SIUP yang diperoleh.

Bagian Keempat SIUP yang hilang/ rusak

Pasal 12

Dalam hal SIUP hilang atau rusak, Pemilik atau pengurus atau penanggung jawab perusahaan perdagangan yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan penggantian SIUP kepada Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung menerbitkan SIUP di tempat kedudukan pemohon, dengan melampirkan dokumen persyaratan.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan pembukaan kantor cabang/ perwakilan perusahaan, perubahan, serta pengganti SIUP yang hilang/ rusak diatur dengan Peraturan Bupati.

(10)

BAB V

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 14

(1) Dengan nama Retribusi SIUP dipungut Retribusi atas kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan guna melindungi kepentingan umum.

(2) Obyek Retribusi adalah kegiatan pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin usaha perdagangan kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan dan pengawasan guna melindungi kepentingan umum.

(3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendaftar ulang SIUP yang telah digunakan sebelumnya, perubahan dan/ atau penggantian SIUP yang hilang atau rusak.

BAB VI

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 15

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan Klasifikasi SIUP yang diberikan / diterbitkan, meliputi :

a. SIUP Kecil;

b. SIUP Menengah; dan c. SIUP Besar.

BAB VII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF SERTA WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 16

(1) Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi SIUP didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan penerbitan izin usaha perdagangan yang bersangkutan.

(11)

BAB VIII

GOLONGAN RETRIBUSI, STRUKTUR, DAN BESARNYA TARIF

Pasal 17

(1) Retribusi SIUP termasuk golongan Retribusi Jasa Umum.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi pendaftaran ulang SIUP, perubahan dan/ atau penggantian SIUP yang hilang atau rusak ditetapkan sebagai berikut: a. SIUP Kecil : Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah);

b. SIUP Menengah : Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah); c. SIUP Besar : Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).

(3) Perusahaan yang mengajukan permohonan baru tidak dikenakan Retribusi SIUP.

(4) Perusahaan perdagangan mikro tidak dikenakan Retribusi SIUP.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 18

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang sah.

BAB X

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 19

(1) Pengeluaran surat tegoran/ peringatan/ surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/ peringatan/ surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.

(3) Surat tegoran/ peringatan/ surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung.

(12)

BAB XI KEDALUARSA

Pasal 20

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi. (2) Kedaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tertangguh apabila:

a. diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XII PELAPORAN

Pasal 21

Apabila diperlukan dalam pelaksanaan pembinaan dan evaluasi oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung, pemilik SIUP wajib menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan kegiatan usahanya.

Pasal 22

(1) Pemilik SIUP yang tidak melakukan kegiatan usaha selama 6 (enam) bulan berturut-turut atau menutup perusahaannya wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung disertai alasan penutupan dan mengembalikan SIUP asli.

(2) Terhadap Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung mengeluarkan Keputusan Penutupan Perusahaan.

Pasal 23

(1) Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung harus menyampaikan laporan perkembangan penerbitan SIUP dan Pencabutan SIUP serta penutupan perusahaan kepada Bupati.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap 6 (enam) bulan sekali.

(13)

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 24

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

Pasal 25

(1) Sanksi Administratif berupa peringatan tertulis oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung diberikan dalam hal :

a. pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) , Pasal 10, Pasal 21, dan Pasal 22 ayat (1);

b. pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP, tidak melaksanakan Wajib Daftar Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);

c. adanya laporan / pengaduan dari Pejabat yang berwenang atau pemilik dan / atau pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), bahwa perusahaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran HAKI.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 3 ( tiga ) kali berturut turut dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan dikeluarkan oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung.

Pasal 26

(1) Pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang tidak menghiraukan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a dan huruf b serta Pasal 6 huruf a dikenakan sanksi administratif berupa pemberhentian sementara SIUP paling lama 3 (tiga) bulan.

(2) Pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang tidak menghiraukan peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf c dikenakan sanksi administratif berupa pemberhentian sementara SIUP sampai dengan adanya Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap. (3) Pemberhentian sementara SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung dengan mengeluarkan Keputusan Pemberhentian Sementara.

(4) Pemberhentian sementara SIUP dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan :

(14)

a. telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini; b. dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran HAKI sesuai

Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Pasal 27

(1) Sanksi Administratif berupa Pencabutan SIUP oleh Bupati Up. Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung diberikan dalam hal :

a. pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP, yang diperoleh berdasarkan keterangan / data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang bersangkutan sehingga melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4);

b. pemilik atau Pengurus atau Penanggung jawab Perusahaan Perdagangan yang telah memiliki SIUP tidak melakukan perbaikan atau kewajiban setelah melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1);

c. perusahaan perdagangan yang melanggar ketentuan Pasal 6 huruf b dan huruf c;

d. perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI berdasarkan Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(2) Pencabutan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung dengan mengeluarkan Keputusan Pencabutan SIUP.

BAB XIV

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 28

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas menyidik tindak pidana, Penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung.

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

(15)

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA Pasal 29

(1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 5, Pasal 6, Pasal 9 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11 ayat (2), Pasal 12, Pasal 21, dan Pasal 22 ayat (1) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30

Perusahaan yang telah memiliki SIUP sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku dan wajib disesuaikan pada saat daftar ulang sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 31

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 9 Tahun 2004 tentang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) (Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2004 Nomor 11, Seri C Nomor 10) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(16)

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Badung.

Ditetapkan di Badung

pada tanggal 5 Oktober 2009 BUPATI BADUNG,

ttd.

ANAK AGUNG GDE AGUNG

Diundangkan di Badung pada tanggal 5 Oktober 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG,

ttd.

I WAYAN SUBAWA

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

I. UMUM

Kegiatan usaha perdagangan merupakan salah satu sektor kehidupan dalam perekonomian rakyat yang perlu dibina, dikembangkan, dan dikendalikan baik dalam perencanaan maupun dalam kegiatannya sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pembangunan di Kabupaten Badung.

Dengan pertimbangan tersebut di atas maka perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan .

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup Jelas.

(18)

Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29

(19)

Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelahaan curahan jam kerja laki-laki dan perempuan dalam suatu rumah tangga menunjukkan secara nyata bahwa perempuan mempunyai curahan jam kerja lebih besar dalam

Minyak atsiri memiliki komponen yang mudah menguap (volatil) pada suhu kamar, sehingga sering disebut sebagai minyak eteris atau minyak terbang ( volatile oil ).. Kebanyakan

terhadap salah satu bakteri rongga mulut yang menyebabkan infeksi dan menghambat penyembuhan luka pasca prosedur dental, yaitu Porphyromonas gingivalis. Hal ini

Usaha untuk mengetahui keberadaan jamur tular benih pada benih padi dapat dilakukan dengan uji kesehatan benih melalui beberapa metode yaitu (1) metode pengamatan secara

Asumsi sederhana yang dijadi- kan pijakan membangun gagasan dalam tulisan ini adalah prospek demokrasi seiring dengan di- berlakukannya otonomi daerah yang sangat ditentukan

Simpulan yang didapatkan adalah PT.Lippo Karawaci Tbk hanya akan memiliki satu infrastruktur jaringan sehingga memudahkan dalam maintenance dan management dan biaya yang

Bukunya, La socièté du spectacle, adalah tafsir yang lebih jauh atas sinyalemen Marx bahwa di bawah kapitalisme, manusia sebenarnya hidup dalam ”alienasi”,