• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN PAKET PENINGKATAN KAPASITAS JALAN DIPONEGORO LINGKAR UTARA PAYAKUMBUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN ULANG PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN PAKET PENINGKATAN KAPASITAS JALAN DIPONEGORO LINGKAR UTARA PAYAKUMBUH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN GEOMETRIK DAN

TEBAL PERKERASAN PAKET PENINGKATAN KAPASITAS

JALAN DIPONEGORO LINGKAR UTARA PAYAKUMBUH

Dedi Yuliadi, Dr. Ir. Bahrul Anif. MT, Apwiddhal, ST.MT

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang

E-mail: dedhiyuliadi@gmail.com, bahrulanif@gmail.com, widdpoli@yahoo.com,

Abstrak

Payakumbuh merupakan daerah yang padat dengan penduduk dan semakin banyaknya kendaraan – kendaraan yang melewati jalan tesebut, Khususnya Pada Jalan Diponegoro. Oleh karena itu pembangunan prasarana transportasi merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan. Maka jalan ini perlu dilakukan peningkatan. Tujuan dilakukan perencanaan ini adalah untuk menghasilkan suatu desain jalan yang baik, ekonomis, serta mampu memberikan pelayanan lalu lintas yang optimal. Dengan data yang ada dilakukan perhitungan geometrik berupa perencanaan terhadap alinyeman horizontal dan alinyemen vertikal dengan menggunakan peraturan yang terdapat dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) tahun 1997. Perencanaan tebal perkerasan lentur menggunakan Metoda Analisa Komponen (MAK) yang di keluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga kementerian Pekerjaan Umum. Setelah dilakukan perhitungan geometrik, maka pada jalan ini didapat 7 tikungan Full Circle (F-C), 1 tikungan Spiral Circle Spiral (S-C-S), 3 lengkung vertikal cembung , 3 lengkung vertikal cekung. Pada perhitungan tebal perkerasan didapat lapis permukaan (surface) Laston MS 590 tebal 4 cm, dan laston MS 454 tebal 6 cm, lapisan pondasi atas (base couse) tebal 20 cm, dan lapisan pondasi bawah (subbase) tebal 22 cm. Setelah jalan ini selesai, diharapkan dapat memberikan pelayanan lalu lintas yang baik serta bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Payakumbuh.

(2)

GEOMETRIC AND RE-DESIGN REVIEW PAVEMENT

THICKNESS PACKAGE CAPACITY DIPONEGORO RING ROAD

NORTH PAYAKUMBUH

Dedi Yuliadi, Dr. Ir. Bahrul Anif. MT, Apwiddhal, ST.MT

Civil Engineering Department, Civil Engineering and Planning Faculty, Bung Hatta University Padang

E-mail: dedhiyuliadi@gmail.com, bahrulanif@gmail.com, widdpoli@yahoo.com

Abstract

Payakumbuh is an area with a dense population and the increasing number of vehicles that pass through proficiency level, Especially At Jalan Diponegoro. Therefore, the development of transport infrastructure is a very important thing to do. So it is necessary to improve the road. The purpose of this project is to produce a good street design, economical , and able to provide optimal service traffic . With the existing data in the form of geometric calculation alinyeman planning to horizontal and vertical alignment using the rules contained in the Procedures for Geometric Path Planning Inter-City (TPGJAK) 1997. Planning thick flexible pavement using Method Component Analysis (MAK) which is issued by the Directorate General of Highways, Ministry of Public Works . After calculating the geometric , then the path is obtained 7 curve Full Circle (FC), 1 bend Spiral Spiral Circle (S-C-S), 3 curved convex vertical , 3 vertical curved concave. In the calculation of the surface layer of pavement thickness obtained (surface ) Laston 4 cm thick MS 590 and MS 454 Laston 6 cm thick, the base layer (base of couse) 20 cm thick , and the bottom foundation layer (subbase) 22 cm thick . Once the road is completed , is expected to provide good service and traffic is useful in improving the community's economy Payakumbuh .

(3)

Pendahuluan

Payakumbuh merupakan daerah yang padat dengan penduduk dan semangkin banyaknya kendaraan – kendaraan yang melewati jalan tesebut, Khususnya Pada Jalan Diponegoro. Kondisi Jalan pada saat ini mengalami kerusakan dan lalau lintas yang padat, maka di perlukan pelebaran pada ruas jalan di Ponegoro dengan penambahaan Lapis Pondasi Klas A, Klas B sampai dengan Pengaspalan, sehingga dibutuhkan suatu perencanaan yang matang agar bisa memenuhi standar lalu lintas yang baik.

Dalam perencanaan pembuatan jalan ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu; 1. mampu membuat perencanaan bentuk

geometrik jalan raya yang baik .

2. mampu membuat perencanaan tebal perkerasan lentur yang baik.

Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku (Shirley,2000). Di Indonesia, perencanaan geometrik jalan raya harus mengacu kepada peraturan yang dinamakan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) Tahun 1997 yang dikeluarkan oleh Bina Marga, kementerian Pekerjaan Umum.

Perencanaan geometrik jalan meliputi perencanaan alinyemen Horizontal dan alinyemen vertikal.

Pada perencanaan alinyemen horizontal, akan ditemui tiga jenis tikungan yaitu :

 Full Circle ( FC )

Full Circle adalah jenis tikungan berupa lingkaran saja dan ini hanya digunakan untuk sudut tikungan yang kecil (<150) dan jari-jari tikungan yang besar.

Tabel 1. Batas Jari-Jari Minimum Tikungan Full Circle

V Rencana (km/jam) R minimum (m) 120 100 80 60 50 40 30 20 2500 1500 900 500 350 250 130 60 Sumber : TPGJAK, Tahun 1997

Rumus yang digunakan : 𝑇𝑐 = 𝑅𝑐 𝑡𝑎𝑛 ½ 

𝐸𝑐 = 𝑇𝑐 𝑡𝑎𝑛 ¼  𝐿𝑐 =∆2𝜋𝑅𝑐

3600 ∆

 Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) Tikungan SCS biasa digunakan untuk tikungan dengan sudut tikungan antara 150 -300. Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus

(4)

ke bahagian lingkaran dan sebaliknya, sehingga disebut dengan lengkung peralihan (transition curve).

Tabel 2. Batas Jari-Jari Minimum untuk Tikungan S-C-S V Rencana (km/jam) R minimum (meter) 120 100 80 60 40 30 20 600 370 210 110 50 30 15 Sumber : TPGJAK, Tahun 1997

Fungsi utama dari transition curve ini adalah :

a. Menjaga gaya sentrifugal yang timbul pada waktu kendaraan memasuki tikungan yang dapat terjadi berangsur-angsur, agar kendaraan dapat melintasi jalur jalan yang tersedia dengan nyaman.

b. Untuk mengadakan perubahan lereng melintang dari normal ke maksimal secara berangsur-angsur sesuai dengan gaya sentrifugal yang terjadi.

Rumus yang digunakan :

Xs = Ls       22 40Rc Ls 1 Ys = 6Rc Ls2 Θs = Rc Ls 90  P = 6Rc Ls2 - Rc (1-Cos θs) k = Ls 2 3 40Rc Ls - Rc Sin θ 𝑇𝑆 = 𝑅 + 𝑃 𝑡𝑔 1 2 ∆ + 𝐾 𝐸𝑆 = 𝑅 + 𝑃 𝑐𝑜𝑠 1 2 ∆− 𝑅 𝐿𝐶 = ∆𝑐 3602𝜋𝑅 > 20𝑚 𝐿𝑡𝑜𝑡 = 𝐿𝐶 + 2 𝐿𝑆 < 𝑇𝑆 𝐿𝑆 = ∅𝑠 28.648 . 𝑅

Panjang lengkung peralihan (Ls) diambil nilai yang terbesar dari tiga persamaan di bawah ini :

1. Berdasarkan waktu tempuh max 3 dtk.

𝐿𝑠 = 𝑉𝑟 3.6 𝑇

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal. 𝐿𝑠 = 0,22 𝑉𝑟 3 𝑅𝑐. 𝐶− 2.727 𝑉𝑟. 𝑒 𝐶 ) 3. Berdasarkan tingkat pencapaian

perubahan kelandaian. 𝐿𝑠 =𝑒𝑚 − 𝑒𝑛

3,6 𝑅𝑒 Keterangan :

T = Waktu tempuh (3 detik) Rc = Jari-jari busur lingkaran (m) C = Perubahan kecepatan (0,3-1,0

disarankan 0,4 m/det3)

Rc = Jari-jari tingkat pencapaian peru- bahan kelandaian melintang jalan e = Superelevasi (%)

(5)

em = Superelevasi maksimum (%) en = Superelevasi normal (%) VR = Kecepatan rencana (km/jam)

 Spiral-Spiral (S-S)

Tikungan ini digunakan pada tikungan tajam. Sudut tikungan > 300 Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berkut : 𝐶 = 0 ∆ = 2𝜃𝑠, 𝜃𝑠 = 1 2 ∆ 𝐿𝑐 = 0, 𝐿𝑡 = 2 𝐿𝑠 Ls = 90 Rc s  s RcSin Rc Ls Ls k   2   3 40 𝑃 = 𝑃 ∗ . 𝐿𝑠 𝑋 = 𝑋 ∗ . 𝐿𝑠 𝑦 = 𝑦 ∗ . 𝐿𝑠 𝑘 = 𝑘 ∗ . 𝐿𝑠 𝑇𝑠 = 𝑅 + 𝑃 𝑡𝑔 ½  + 𝐾 𝐸𝑠 = 𝑅 + 𝑃 𝐶𝑜𝑠 1 2 ∆− 𝑅 Rc Ls s    90

Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan (bentuk geometrik jalan arah vertikal). Pada perencanaan alinyemen vertikal akan kita temui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (penurunan), sehingga kombinasinya berupa

lengkung vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung. Di samping kedua lengkung tersebut, juga ditemui pula kelandaian datar = 0 (datar). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui oleh rute jalan rencana.

Bentuk-bentuk lengkung vertikal ada 2 macam.

 Lengkung Vertikal Cembung Rumus-rumus yang digunakan : EV = A. Lv 800 a) Panjang L, berdasarkan Jh 𝐽ℎ < 𝐿 ∶ 𝐿 = 399 .Jh2 A 𝐽ℎ > 𝐿 ∶ 𝐿 = 2 𝐽ℎ A 399  b) Panjang L, berdasarkan Jd 𝐽𝑑 < 𝐿 ∶ 𝐿 = 840 .Jd2 A 𝐽ℎ > 𝐿 ∶ 𝐿 = 2 𝐽𝑑 A 840 

Gambar 1. Lengkung Vertikal cem- bung untuk Jh < L

(6)

Gambar 2. Lengkung Vertikal cem- bung untuk Jh > L

 Lengkung Vertikal Cekung Rumus-rumus yang digunakan dalam lengkung ini sama dengan rumus yang ada pada lengkung vertikal cembung.

Hubungan dari gambar di atas : 𝐽ℎ < 𝐿, 𝐿 = Jh Jh A 5 , 3 120 . 2  𝐽ℎ > 𝐿, 𝐿 = A Jh Jh 120 3,5 2  

Perencanaan lapisan perkerasan lentur jalan yang akan diuraikan berikut adalah perkerasan lentur untuk jalan baru berdasarkan Metoda Analisa Komponen (MAK)

Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi perencanaan tebal perkerasan jalan raya

1. Fungsi Jalan

a. Jalan arteri, melayani angkutan primer yang memerlukan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah masuk dibatasi dapat dilewati oleh lalu lintas.

b. Jalan kolektor, Jalan ini melayani penampungan/pendistribusian transp ortasi yang memerlukan rute pada jarak yang sedang, kecepatan rata-rata sedang dan mempunyai jalan masuk yang dibatasi.

c. Jalan lokal, Jalan ini yang melayani transportasi lokal yang memerlukan rute jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan mempunyai jalan masuk yang tak terbatas

d. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2. Kinerja Perkerasan Jalan

Kinerja perkerasan jalan meliputi 3 hal yaitu :

a. Keamanan, Ditentukan oleh besarnya gesekan antar ban dan permukaan, kondisi cuaca, dan lain-lain.

b. Wujud Perkerasan, (ada retak, amblas, alur dan gelombang) c. Fungsi Pelayanan.

3. Umur Rencana

a. Umur rencana perkerasan lentur adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural

(7)

(sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan lentur).

b. Selama umur rencana jalan tersebut, pemeliharaan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapisan aus.

c. Umur rencana untuk jalan lentur baru umumnya 20 tahun.

d. Umur rencana > 20 tahun tidak lagi ekonomis karena perkembang an lalu lintas yang sangat berfluktu asi, sehingga perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur tidak lagi teliti.

4. Lalu Lintas

Besarnya arus lalu lintas dapat diperoleh dari :

a. Analisa lalu lintas saat ini, sehingga diperoleh data-data :

 Jumlah kendaraan yang akan memakai jalan

 Jenis kendaraan beserta jumlah tiap jenisnya

 Konfigurasi sumbu dari setiap jenis kendaraan

 Beban dari masing-masing sumbu kendaraan

b. Perkiraan faktor pertumbuhan lalu lintas, berdasarkan pada analisa ekonomi dan sosial lokasi jalan/daerah tersebut.

5. Sifat tanah dasar/daya dukung tanah dasar (DDT)

 Kolerasi antara nilai CBR dan DDT yang ditetapkan dalam nomogram dengan persamaan sbb : 𝐷𝐷𝑇 = 4,3 . 𝑙𝑜𝑔 (𝐶𝐵𝑅) + 1,7  Nilai CBR didapat dengan cara

laboratorium dan cara lapangan  CBR laboratorium biasa dipakai

untuk perencanaan jalan baru, sedangkan CBR lapangan biasanya digunakan untuk perencanaan lapis tambah (overlay)

6. Kondisi Lingkungan/Faktor Regional Faktor ini berdasarkan kondisi iklim yang dinyatakan dalam dengan jumlah curah hujan per tahun, kelandaian dan persentase kendaraan berat.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada Paket Peningkatan Kapasitas Jalan Diponegoro Lingkar Utara Payakumbuh yang terdapat di daerah Kota Payakumbuh

Data untuk perencanaan berupa data sekunder berupa gambar rencana, data lalu lintas jalan sejenis/ kelas didaerah yang sama, dan data CBR tanah yang diperoleh dari PT. Pebana Adi Sarana

Dalam membuat perencanaan geometrik jalan mengacu pada Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) tahun 1997 yang dikeluarkan

(8)

oleh Bina Marga. Tahapannya sebagai berikut:

1. Untuk tikungan dengan sudut tikungan <150 dicoba dengan jenis tikungan tikungan yang paling ideal yaitu tikungan Full-Circle (FC).

2. Apabila tikungan FC tidak memenuhi syarat dicoba tikungan SCS. ). sedangkan tikungan SCS sendiri lebih tepat digunakan untuk jenis tikungan tajam dengan sudut tikungan dengan sudut 150-300 3. Apabila tikungan FC dan SCS

tidak memenuhi syarat, maka digunakan jenis tikungan ketiga, yaitu Spiral-Spiral (SS). sedangkan tikungan SS sendiri lebih tepat digunakan untuk jenis tikungan tajam dengan sudut tikungan diatas 300

Urutan perhitungan alinyemen vertikal adalah:

1. Menentukan kelandaian memanjang jalan yang ditinjau,

2. Menghitung panjang lenkung vertical

3. Menentukan Stasioning dan elevasi titik-titik kurva yang ditinjau.

Perhitungan tebal perkerasan mengacu pada suatu peraturan yang dikeluarkan oleh Bina Marga yaitu Metoda Analisa Komponen (MAK).

Hasil dan Pembahasan

 Perencanaan Alinyemen Horizontal Perhitungan

Tikungan 1

Data dari gambar rencana proyek: d 1 = 176,371 m

d 2 = 282,078 m ∆ = 13,00 0 (<150)

a. Dicoba tikungan Full Circle (F-C) jika Vr = 60 km/jam maka:

R min = 500 m R ren = 510 m Penyelesaian : 𝑇𝑐1 = 𝑅𝑐 tan½ 𝛥 = 510 𝑚 𝑡𝑎𝑛 ½ 13,00° = 58,107 𝑚 𝐸𝑐1 = 𝑇𝑐 𝑡𝑎𝑛 ¼ 𝛥 = 58,107𝑚 𝑡𝑎𝑛 ¼ 13,00° = 3,300 𝑚 𝐿𝑐1 = 0.01745 𝑥 𝛥 𝑥 𝑅𝑐 = 0.01745 𝑥 13,00° 𝑥 510 = 115,694 𝑚 Kontrol Tc1 < d1 m 58,107 < 176,371 m …….OK ( tikungan F-C bisa digunakan) Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut

(9)

Tabel 3. Resume Perhitungan Alinyemen Horizontal Jalan Diponegoro Lingkar Utara Payakumbuh No. Sta P1 P2 P3 P4 p5 P6 P7 P8 Parame ter Sat F - C S - C - S F - C F - C F - C F - C F - C F - C P.Sta 0+176, 371 0+556, 817 0+937, 298 1+155, 370 1+365. 515 1+558. 653 1+734. 870 2+060, 434 Degre 13 53 8 18 6 6 13 23 Vr Km/J am 60 60 80 60 80 80 60 80 R M 510 112 950 510 950 950 510 950 Lc/Ls M 115.694 65.166 132.222 160.191 99.465 99.465 115.694 381,283 θs Degre 0 16.677 0 0 0 0 0 0 Tc/Ts M 58.107 89.117 66.43 80.776 49.787 49.787 58.107 193,28 Ec/Es M 3.3 13.978 2.32 6.357 1.304 1.304 3.3 19,462 L Total M 115.694 168.716 132.222 160.191 99.465 99.465 115.694 381,283

 Perhitungan Alinyemen Vertikal Dibawah ini akan diuraikan perhitungan Alinyemen Vertikal pada jalan yang direncanakan.Contoh perhitungan Lengkung I (Cembung) Elv A = 539,72 Sta A = 0 + 000 Elv PVI 1 = 540,44 Sta PVI 1 = 0 + 300 Elv PVI 2 = 537,83 Sta PVI 2 = 0 + 600

gA belum diketahui, sehingga harus kita cari nilai nya terlebih

dahulu dengan menggunakan rumus : gA

=

𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 1−𝐸 𝑙𝑣𝑖 𝐴 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 − 𝑃𝑉𝐼 1

𝑥 100%

=

540,44 − 539,72 300

𝑥 100%

=

0,72 300

𝑥 100%

= 0,24 % (Kelandaian Naik)

g1

=

𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 2 − 𝐸𝑙𝑣𝑖 1 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 1−𝑃𝑉𝐼 2

𝑥 100%

=

537,83 – 540,44 400

𝑥 100%

=

− 2,61 400

𝑥 100%

= - 0,65 % (Kelandaian Menurun) A = │g1 – gA│ A PVI1 PVI2 g A = 0,36% g 1= - 0,65 %

(10)

= │-0,65 – 0,24│

= - 0,89 % Pada tengah lengkung elevasi jalan dibawah PVI

Dengan A = 0,89 % Vr = 80 km/jam

Maka dapat kita tentukan panjang lengkungan (L) berdasarkan rumusan jarak pandang henti (Jh) dan jarak pandang mendahului (Jd) sebagai berikut :

a. Panjang Lengkung berdasarkan Jarak Pandang Henti (Jh) : Untuk Jh < L L = 399 2 AxJh L = 399 120 89 , 0 x 2 L = 399 12816 = 32,12 m Kontrol Syarat Jh < L 120 m < 32,12 m……Tidak Memenuhi Untuk Jh > L L = 2 Jh - A 399 L = 2 x 120 - 89 , 0 399 L = 240 – 448,31 L = - 208,31 m Kontrol Syarat Jh > L 120 m > - 208,31 m …..Memenuhi Dari perhitungan diatas didapat L = 120 m b. Panjang Lengkung Berdasarkan Jarang

Pandang Mendahului (Jd) : Untuk Jd < L L = 840 2 AxJd L = 840 550 89 , 0 x 2 L = 840 269255 L = 320,51 m Syarat Jd < L 550 m > 320,51 m…….Tidak Memenuhi Untuk Jd > L L = 2 x Jd - A 840 L = 2 x 550 - 89 , 0 840 L = 1100 – 944 L = 156,18 m Kontrol Syarat Jd > L 550 m > 156,18m ….. Memenuhi

 Perhitungan tebal perkerasan

Tabel 4. Data Lalu Lintas Harian tahun 2012

No Kendaraan jumlah

1 Sedan, Jeep dan Salion

Wagon 7,323.00

2 Oplek, Pick Up Oplet, Combi, Mnibus

2,442/hr/2arah 3 Pick Up, Mikro Truck

dan Mobil Hantaran

1,968./hr/2arah

4 Bus Kecil 281/hr/2arah

5 Bus Besar 50/hr/2arah

6 Truck Ringan 2 Sumbu 673/hr/2arah 7 Truck Sedang 2 Sumbu 432/hr/2arah

8 Truck 3 Sumbu 166/hr/2arah

9 Truk Gandeng 1/hr/2arah

10 Truck Semi Trailer 6/hr/2arah

Jumlah 13.342/hr/2arah

Dari data lalu lintas diatas kemudian dicari LHR pada awal proyek ini

(11)

dilaksanakan, yaitu ditahun 2012, dengan rumus:

LHRP = LHR x ( 1 + I )n

Dengan rumus yang sama dicari perkiraan LHR pada Akhir umur rencana proyek. Setelah didapatkan kemudian dengan menggunakan data ekivalen beban sumbu dan koefisien distribusi beban (C) didapatkan nilai LintasEkivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA), selanjutnya didapatkan Lintas Ekivalen Tengah (LET) dan lintas Ekivalen Rencana (LER). Selanjutnya dengan berpedoman pada kondisi regional dan kondisi permukaan perkerasan diawal umur rencana serta data CBR tanah akan didapat Indeks Tebal Permukaan (ITP) perkerasan. Dari nilai ITP dapat kita tentukan tebal masing-masing lapis perkerasan. Tabel berikut memperlihatkan hasil perhitungan tebal perkerasan.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Tebal Perkerasan Lentur

No Jenis Perkerasan Tebal (cm) 1 2 3 4 Laston AC-WC,MS 590 Laston AC-BC,MS 454 Base

Batu Pecah kelas A Subbase

Batu Pecah Sirtu Kelas B

4 cm 6 cm

20 cm 22 cm

Gambar 3. Tebal masing-masing lapis perkerasan

Kesimpulan

Dari hasil analisa perhitungan Paket Peningkatan Kapasitas Jalan Diponegoro Lingkar Utara Payalumbuh sepanjang 2,2KM didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari perhitungan geometrik dengan mengacu kepada Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) tahun 1997, diperoleh hasil untuk Alinyemen Horizontal terdapat 8 tikungan. Jenis tikungan yang digunakan yaitu 7 tikungan Full Circle dan 1 tikungan Spiral-Circle-Spiral dan Untuk alinyemen vertikal terdapat 3 jenis lengkung vertical cembung dan 3 jenis lengkung vertial cekung.

Dengan Metoda Analisa Komponen (MAK) tahun 1987, hasil dari perencanaan tebal perkerasan adalah untuk tebal lapis permukaan (Surface Course) Laston AC-WC setebal 4 cm dan, dan Laston AC-BC setebal 6 cm, tebal lapis pondasi atas Batu Pecah kelas A (Base Course) 20 cm, dan lapis pondasi bawahnya (Sub Base Course) 22 cm.

(12)

Daftar Pustaka

Departemen Pekerjaan Umum (1970) Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya (standar specification for geometric design of rural highways), No. 13/1970, Departemen Perkerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga.

(1997), Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM 1997, , Departemen Perkerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

Hendarsin, Shirley L, (2000) Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Bandung: Politeknik Negeri Bandung

(1983) Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, No.01/PD/B/1983, Departemen Perkerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga

(1987) Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya

Dengan Metoda Analisa Komponen, SKBIo2.3.26-1987,

UDC.625.73(02),SNI 1732-1989-F. Jakarta, Yayasan Penerbit PU

Gambar

Tabel  1.  Batas  Jari-Jari  Minimum  Tikungan Full Circle
Tabel  2.  Batas  Jari-Jari  Minimum  untuk Tikungan S-C-S  V Rencana  (km/jam)  R minimum (meter)  120  100  80  60  40  30  20  600 370 210 110 50 30 15   Sumber : TPGJAK, Tahun 1997
Gambar 1. Lengkung Vertikal cem-  bung  untuk J h  &lt; L
Tabel  3.  Resume  Perhitungan  Alinyemen  Horizontal  Jalan  Diponegoro  Lingkar  Utara  Payakumbuh  No
+3

Referensi

Dokumen terkait

Volume galian dan timbunan adalah hasil kali antara luas galian atau timbunan dengan jarak potongan yang telah diketahui, yaitu persituasi dan panjang jalan 1040

Dari data klasifikasi manfaat jalan arteri dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai LER =2491,8902 maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur jalan

Adapun judul Skripsi ini adalah “Perencanaan Geometrik dan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Sekayu – Pendopo STA 0+500 – STA 8+288,81 Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi

Manfaat dari penulisan laporan ini ialah baik saya dan pembaca dapat memahami suatu perencanaan geometrik dan tebal perkerasan jalan yang nantinya akan menciptakan jalan

Data yang diperlukan untuk mendesain geometrik dan perkerasan ini adalah peta topografi, lalu lintas harian, data CBR untuk data tanah, kondisi geometrik yang telah ada dan

Tugas Akhir yang berjudul “ PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO 1993 PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN KP.BINJAI

Kata kunci : perencanaan jalan perkerasan lentur, metode AASHTO, perencanaan geometrik alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, perencanaan

Perencanaan Tebal Perkerasan dengan menggunakan Manual Desain Perkerasan Jalan No 04/SE/Db/2017 .... Perhitungan Drainase