• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN SINYAL GEOMAGNETIK SEBAGAI PREKURSOR GEMPA BUMI DI REGIONAL JEPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGOLAHAN SINYAL GEOMAGNETIK SEBAGAI PREKURSOR GEMPA BUMI DI REGIONAL JEPANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN SINYAL GEOMAGNETIK SEBAGAI PREKURSOR

GEMPA BUMI DI REGIONAL JEPANG

Bulkis Kanata1), Teti Zubaidah1,3), Budi Irmawati2,4), Cipta Ramadhani1,5)

1

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

2Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Jl. Majapahit 62 Mataram 83125

1uqinata@yahoo.co.id, 3tetizubaidah@yahoo.com, 4yzakodek@yahoo.com, 5ramadhani.cipta@gmail.com

Abstrak

Selama tahun 2000-2011 empat gempa besar dengan amplitude diatas 7SR terjadi di regional Jepang, yang paling terakhir diantaranya merupakan gempa besar di Jepang sepanjang sejarah. Tulisan ini mengupas kemungkinan kaitan antara kejadian gempa besar dengan fluktuasi sinyal geomagnetik yang bersifat anomali, dengan menerapkan prosedur diferensiasi dan moving average. Data geomagnetik per-menit yang hampir kontinyu selama rentang waktu sebelas tahun diambil dari tiga observatorium INTERMAGNET di wilayah regional Jepang. Hasil pengolahan sinyal menunjukkan fluktuasi geomagnetik dengan magnitude tinggi yang terlihat dari sejak 3 bulan sampai 1 bulan sebelum kejadian gempa, yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai prekursor kejadian gempa bumi besar. Prosedur moving average yang diterapkan atas nilai diferensiasi geomagnetik total antar observatorium menunjukkan magnitude yang cukup tinggi, namun terdapat pula kejadian gempa yang tidak menunjukkan kecenderungan anomali dan hanya menunjukkan trend linear. Sementara itu, kondisi geomagnetik global pada saat kejadian gempa menunjukkan adanya semacam hubungan sebab-akibat antara gempa dan gangguan geomagnetik di lithosfer dan atmosfer dengan ditandai munculnya anomali sinyal geomagnetik tersebut. Sekalipun demikian, hubungannya secara fisis maupun matematis belum dapat didefinisikan dengan tegas.

Kata kunci : geomagnetic, gempa bumi, prekursor, diferensiasi, moving average, INTERMAGNET

1. Pendahuluan

Aktivitas seismik dapat dikaitkan dengan penyimpangan dari berbagai jenis parameter. Beberapa orang menghubungkan perilaku tidak wajar dari hewan pada gempa besar yang merusak [1] atau menunjukkan peningkatan ketegangan sosial beberapa tahun sebelum gempa bumi merusak [2]. Banyak makalah mengupas kejelasan dari fenomena magnetik, listrik dan elektromagnetik sebelum, selama atau setelah peristiwa tektonik [3, 4, 5].

Namun demikian, pengamatan anomali

elektromagnetik cukup sulit, karena amplitudonya sangat tergantung pada intensitas seismik, mekanisme fisik yang terlibat, dan jarak titik

pengamatan dari hiposenter gempa. Biasanya hanya

gempa besar (M >= 5) yang menghasilkan anomali elektromagnetik jelas. Terlebih lagi, kadang-kadang waktu munculnya sinyal anomali tidak tepat bersesuaian dengan sinyal koseismik. Oleh karena itu, pengolahan sinyal geomagnetik untuk keperluan mendapatkan prekursor gempa harus melibatkan

banyak data yang diperoleh dari pengamatan dalam jangka waktu lama.

Selama tahun 2000-2011 empat gempa besar magnitude diatas 7 SR telah terjadi di regional Jepang sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan lokasi dan waktu kejadian

gempa, serta lokasi ketiga observatorium

geomagnetik INTERMAGNET yang dipergunakan dalam pengolahan sinyal.

Pada tulisan ini dilakukan prosedur diferensiasi dan moving average untuk mengetahui apakah gempa dengan magnitude besar tersebut dapat menyebabkan fluktuasi sinyal geomagnetik yang bersifat anomali; serta sejauh mana besarnya fluktuasi yang timbul dan mulai kapan munculnya sinyal anomali tersebut. Dengan melakukan kajian ini diharapkan muncul kesimpulan apakah metode pengolahan sinyal fluktuasi geomagnetik dapat dijadikan salah satu prekursor gempa bumi besar, yang selanjutnya dapat diterapkan untuk keperluan mitigasi bencana.

(2)

Gambar 1. Lokasi gempa besar (M>7 SR) di Jepang yang akan diinvestigasi dan letak tiga observatorium

geomagnetik: Memambetsu (MMB), Kakioka

(KAK) dan Kanoya (KNY).

Tabel 1. Gempa magnitude >=7 SR di Jepang tahun 2000-2011

YYMMDD Time Lat Long Depth

(km) M (SR) 030925 195006.36 41.81 143.91 27 8.3 040905 100707.82 33.07 136.62 14 7.2 040905 145718.61 33.18 137.07 10 7.4 110311 054624.12 38.3 142.37 29 9

2. Pengambilan dan Pengolahan data

Observatorium-observatorium geomagnetik

INTERMAGNET di Memambetsu (MMB), Kakioka

(KAK), dan Kanoya (KNY) merupakan

observatorium di wilayah regional Jepang yang

datanya akan digunakan untuk melakukan

investigasi. Gambar 1 menunjukkan lokasi ketiga

observatorium tersebut, sementara koordinat

geografisnya ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Posisi geografis observatorium MMB, KAK, dan KNY

IAGA

code Latitude Longitude

Elevation (m) MMB 43o54’36”N 144o11’19” E 42 KAK 36o13’56” N 140o11’11” E 36 KNY 31o25’27” N 130o52’48” E 107

Japan Meteorological Agency (JMA) mengoperasikan ketiga observatorium geomagnetik ini. Sejak tahun 1967, MMB telah dioperasikan sebagai salah satu dari 14 observatorium yang dipilih untuk menentukan indeks Kn, yang merupakan suatu indeks aktivitas geomagnetik di

belahan bumi utara. Sejak tahun 1973,

observatorium KAK telah didesain sebagai salah satu dari empat oservatorium didunia didedikasikan untuk mengukur indeks Dst, yang merupakan indeks geomagnetik yang memonitor tingkat badai magnetik di seluruh dunia, yang merupakan rata-rata komponen horisontal medan geomagnetik dari pertengahan garis lintang dan magnetograms khatulistiwa dari seluruh dunia. KNY telah dioperasikan sejak tahun 1975 sebagai salah satu

dari 10 observatorium yang mengklasifikasikan badai magnetik. Ketiga observatorium ini dilengkapi sistem perekaman data magnet real-time dan

beroperasi dalam jaringan observatorium

geomagnetik nearly real-time internasional

(INTERMAGNET).

Data yang diolah dalam tulisan ini diambil langsung dari halaman web INTERMAGNET (www.intermagnet.org), merupakan data per-menit

(one-minute values) yang telah diverifikasi

(definitive) untuk medan magnet total (F). Untuk memperoleh data yang berkualitas, hanya data pada waktu malam hari (00:00 – 06:00 pada waktu lokal) yang akan digunakan dalam pengolahan data dan analisa.

3. Hasil prosedur diferensiasi

Prosedur diferensiasi dilakukan dengan

mengurangkan nilai rerata harian geomagnetik total antara dua buah observatorium. Perbedaan rerata harian ini dihitung untuk menghilangkan variasi

diurnal, mengurangi gangguan ionosfer dan

magnetospheric, serta menghilangkan pengaruh

kecenderungan medan geomagnetik sekuler.

Dengan demikian, sinyal yang tersisa benar-benar disebabkan oleh variasi lokal akibat magnetisasi kerak yang kemungkinan berhubungan dengan aktivitas tektonik. Selanjutnya prosedur

moving-average dilakukan untuk menghaluskan sinyal hasil

prosedur diferensiasi untuk mendapatkan kejelasan trend fluktuasi.

Dengan melakukan prosedur tersebut, penulis menemukan beberapa anomali geomagnetik dari perbedaan medan magnetik total pada peristiwa tektonik yang bersesuaian. Hal ini dapat dipandang sebagai prekursor kejadian gempa bumi besar di regional Jepang, sebagaimana diuraikan di bawah. 3.1 Kejadian 25 September 2003

Gambar 2 menunjukkan sekumpulan data geomagnetik dalam rentang waktu bulan Maret 2003–Februari 2004 dari ketiga observatorium MMB, KAK dan KNY. Gambar 2 (a) menunjukkan rerata harian data medan magnetik total, sedang Gambar 2(b) menunjukkan perbedaan rerata harian dan moving average dari ketiga observatorium MMB, KAK, dan KNY. Nilai sigma Kp harian disertakan pula dalam gambar tersebut, untuk mengetahui kondisi geomagnetik global, khususnya menjelang saat terjadinya gempa.

Gambar 2(b) yang ditandai dengan lingkaran memperlihatkan adanya pola anomali, sebagaimana dapat dikalkulasikan dalam Tabel 3. Anomali tertinggi terdapat pada sinyal diferensiasi antara

observatorium MMB dan KNY. Hal ini

kemungkinan disebabkan salah satu observatorium jaraknya paling dekat dengan pusat gempa dan lainnya paling jauh dari pusat gempa. Dari data

(3)

medan magnetik total pada Gambar 2(a), observatorium MMB memiliki magnitude paling tinggi dan observatorium KNY memiliki magnitude paling rendah pada DOY yang bersesuain dengan kejadian anomali. Anomali tercatat sebanyak empat kali, yakni sebesar 30 nT pada 99 hari (kira-kira 3 bulan), 25 nT pada 76 hari (kira-kira 2,5 bulan), 39 nT pada 71 hari, dan 42 nT pada 38 hari sebelum kejadian gempa. Prosedur moving average yang diterapkan atas perbedaan medan magnet total masih sulit untuk menentukan adanya anomali karena trend data cenderung linear.

Nilai sigma Kp rata-rata diatas 40 nT pada kemunculan anomali tersebut, menandakan bahwa hari-hari tersebut bertepatan dengan terjadinya badai magnetik. Dengan demikian sinyal anomali yang muncul belum dapat dipastikan apakah hanya bersifat lokal di wilayah gempa dan terkait langsung dengan kejadian gempa.

3.2 Kejadian 5 September 2004

Gambar 3 menunjukkan sekumpulan data geomagnetik dalam rentang waktu bulan Maret 2004–Februari 2005 dari ketiga observatorium MMB, KAK dan KNY. Gambar 3(a) menunjukkan rerata harian data medan magnetik total, sedangkan Gambar 3(b) menunjukkan perbedaan rerata harian dan moving average dari ketiga observatorium MMB, KAK, dan KNY. Nilai sigma Kp harian disertakan pula dalam gambar tersebut, untuk mengetahui kondisi geomagnetik global, khususnya menjelang saat terjadinya gempa.

Gambar 3(b) yang ditandai dengan lingkaran memperlihatkan pola anomali, sebagaimana dapat dikalkulasikan dalam Tabel 4. Anomali tertinggi terdapat pada perbedaan pada sinyal diferensiasi antara observatorium MMB dan KNY. Hal ini kemungkinan disebabkan salah satu observatorium jaraknya paling dekat dengan pusat gempa dan lainnya paling jauh dari pusat gempa. Anomali dengan magnitude yang paling tinggi tercatat pada observatorium MMB dan yang paling rendah pada observatorium KNY. Anomali tercatat sebanyak lima kali, yakni sebesar 8 nT pada 83 hari, 15 nT pada 43 hari, 36 nT pada 42 hari, 51 nT pada 40 hari, dan 22 nT pada 6 hari sebelum kejadian gempa. Prosedur moving average yang diterapkan atas perbedaan medan magnet total memperlihatkan suatu pola anomali yang besarnya 26 nT selama 12 hari, yang dimulai sejak 41 hari sebelum kejadian gempa.

Nilai sigma Kp rata-rata diatas 40 nT pada kemunculan anomali tersebut, menandakan bahwa hari-hari tersebut bertepatan dengan terjadinya badai magnetik. Dengan demikian sinyal anomali yang muncul belum dapat dipastikan apakah hanya bersifat lokal di wilayah gempa dan terkait langsung dengan kejadian gempa.

3.3 Kejadian 11 Maret 2011

Gambar 4 menunjukkan sekumpulan data geomagnetik dalam rentang waktu bulan Oktober 2010–September 2011 dari ketiga observatorium MMB, KAK dan KNY. Gambar 4(a) menunjukkan rerata harian data medan magnetik total, sedangkan Gambar 4(b) menunjukkan perbedaan rerata harian dan moving average dari ketiga observatorium MMB, KAK, dan KNY. Nilai sigma Kp harian disertakan pula dalam gambar tersebut, untuk mengetahui kondisi geomagnetik global, khususnya menjelang saat terjadinya gempa.

Gambar 4(b) yang ditandai dengan lingkaran memperlihatkan pola anomali, sebagaimana dapat dikalkulasikan dalam Tabel 5. Anomali tertinggi terdapat pada perbedaan pada sinyal diferensiasi antara observatorium KAK dan KNY. Hal ini kemungkinan disebabkan salah satu observatorium jaraknya paling dekat dengan pusat gempa dan lainnya paling jauh dari pusat gempa. Anomali tercatat sebanyak empat kali, yakni sebesar 9.06 nT pada 33 hari, 25.74 nT pada 10 hari, 6.51 nT pada 4 hari, dan 16.8 nT pada 1 hari sebelum kejadian gempa. Sayang sekali, pada saat kejadian gempa dan sesudahnya data tidak terekam selama 3 hari. Prosedur moving average yang diterapkan atas perbedaan medan magnet total memperlihatkan suatu pola anomali yang besarnya 10.08 nT selama 8 hari (DOY 38 - DOY 45), yang dimulai sejak 32 hari sebelum gempa (DOY 70). Dalam kejadian ini, nilai sigma Kp rata-rata tidak terlalu tinggi, menandakan bahwa hari-hari tersebut tidak sedang bertepatan dengan terjadinya badai magnetik. Dengan demikian sinyal anomali yang muncul dapat dipastikan hanya bersifat lokal di wilayah gempa dan terkait langsung dengan kejadian gempa.

4. Analisa dan kesimpulan

Prekursor gempa bumi dengan magnitude besar dapat diperoleh melalui prosedur diferensiasi dan moving-average pada sinyal geomagnetik. Prosedur

diferensiasi memperlihatkan anomali sinyal

geomagnetik dengan magnitude tinggi, yang rata-rata terjadi 3–1 bulan sebelum kejadian gempa. Adapun prosedur moving average atas sinyal diferensiasi, hanya memperlihatkan anomali jika magnitude gempa sangat besar atau pusat gempa yang sangat dangkal. Untuk gempa besar namun pusat gempanya cukup dalam, magnitude anomali tidak terlalu tinggi atau bahkan sulit ditentukan karena trend data cenderung linear.

Besarnya sigma Kp harus selalu diperhatikan dalam menganalisa data, agar terdapat jaminan bahwa anomali yang teramati benar-benar hanya bersifat lokal di wilayah terjadinya gempa, dan bukan bersifat global karena pengaruh badai matahari. Dalam studi yang dilakukan kali ini, kondisi geomagnetik global pada saat kejadian gempa

(4)

60 70 80 90 100 110 120 130140 150160 170 180 190 200210 220 230 240250 260 270280 290 300 310320 330 340 350360 5 15 25 35 45 55 3140 3160 3180 3200 nT Maret 2003-Februari 2004 60 70 80 90 100 110 120 130140 150160 170 180 190 200210 220 230 240250 260 270280 290 300 310320 330 340 350360 5 15 25 35 45 55 3180 3200 3220 3240 3260 nT 60 70 80 90 100 110 120 130140 150160 170 180 190 200210 220 230 240250 260 270280 290 300 310320 330 340 350360 5 15 25 35 45 55 20 40 60 80 nT 60 70 80 90 100 110 120 130140 150160 170 180 190 200210 220 230 240250 260 270280 290 300 310320 330 340 350360 5 15 25 35 45 55 0 20 40 60 S ig m a K p D O Y MMB-KAK 7 hari Mov ing av erage

MMB-KNY 7 hari Mov ing av erage

KAK-KNY 7 hari Mov ing av erage

25/9/2003 8,3 SR DOY 268 menunjukkan adanya semacam hubungan

sebab-akibat antara gempa dan gangguan geomagnetik di

lithosfer maupun atmosfer dengan ditandai

munculnya anomali sinyal geomagnetik tersebut dan tingginya nilai Kp. Sekalipun demikian, hubungan secara fisis maupun matematis belum dapat

didefinisikan dengan tegas, karena pola kemunculan sinyal anomali dan sigma Kp yang tinggi cenderung bersifatnya acak. Untuk itu, diperlukan studi lanjut di wilayah regional lain dengan rentang waktu

pengambilan data yang lebih panjang.

Tabel 3. Anomali geomagnetik total observatorium MMB, KAK dan KNY sebelum gempa 25-09-2003 Gempa 25-09-2003 (DOY 268)

OBS

1 (DOY 169) 2 (DOY 192) 3 (DOY 197) 4 (DOY 230)

Anomali (nT) Kejadian (hari) Anomali (nT) Kejadian (hari) Anomali (nT) Kejadian (hari) Anomali (nT) Kejadian (hari) MMB-KAK 20 99 18 76 26 71 26 38 MMB-KNY 30 99 25 76 39 71 42 38 KAK-KNY 10.96 99 7.92 76 14.16 71 15.86 38 Sigma Kp 41.7 40 39 52.3 60 70 80 90 100 110 120 130 140150 160 170 180 190200 210 220 230 240250 260 270 280 290 300310 320 330340 350360 5 15 25 35 45 55 60 4.948 4.95 4.952 4.954 4.956 x 104 MMB Maret 2003-Februari 2004 nT 60 70 80 90 100 110 120 130 140150 160 170 180 190200 210 220 230 240250 260 270 280 290 300310 320 330340 350360 5 15 25 35 45 55 60 4.625 4.63 4.635 4.64 x 104 KAK nT 60 70 80 90 100 110 120 130 140150 160 170 180 190200 210 220 230 240250 260 270 280 290 300310 320 330340 350360 5 15 25 35 45 55 60 4.62 4.625 4.63 4.635 4.64 x 104 nT KNY D O Y (a) (b)

Gambar 2. Sekumpulan data geomagnetik bulan Maret 2003–Februari 2004 dari observatorim MMB, KAK dan KNY

(a) Rerata harian medan magnetik total masing-masing observatorium,

(b) Diferensiasi dan moving average untuk stasiun MMB-KAK, MMB-KNY, KAK-KNY serta Sigma Kp.

(5)

61 71 81 91 101111121131141151161171 181191201211 221231241251 261271281291 301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 3150 3200 3250 nT Maret 2004-Feb 2005 61 71 81 91 101111121131141151161171 181191201211 221231241251 261271281291 301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 3200 3250 3300 nT 61 71 81 91 101111121131141151161171 181191201211 221231241251 261271281291 301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 40 60 80 nT 61 71 81 91 101111121131141151161 171181191201211221231241 251261271281291301311321 331341351361 5 15 25 35 45 55 0 50 100 S ig m a K p D O Y MMB-KAK 7 hari Mov ing av erage

MMB-KNY 7 hari Mov ing Av erage

KAK-KNY 7 hari Mov ing av erage

5/9/2004 7,2 SR & 7,4 SR DOY 249

Tabel 4. Anomali geomagnetik total observatorium MMB, KAK dan KNY sebelum gempa 5-09-2004 Gempa 5-09-20043 (DOY 249)

OBS

1 (DOY 166) 2 (DOY 206) 3 (DOY 207) 4 (DOY 209) 5 (DOY 243)

Anomali Kejadian Anomali Kejadian Anomali Kejadian Anomali Kejadian Anomali Kejadian

(nT) (hari) (nT) (hari) (nT) (hari) (nT) (hari) (nT) (hari)

MMB-KAK 7 83 9 43 20 42 29 40 15 6

MMB-KNY 8 83 15 43 36 42 51 40 22 6

KAK-KNY 1.9 83 6.39 43 16.06 42 23.38 40 8.39 6

Sigma Kp 17.3 33.3 58.3 60.7 33.3

Tabel 5. Anomali geomagnetik total observatorium MMB, KAK dan KNY sebelum gempa 11-03-2011 Gempa 11-03-2011 (DOY 70)

OBS 1 (DOY 37) 2 (DOY 60) 3 (DOY 66) 4 (DOY 69)

Anomali Kejadian Anomali Kejadian Anomali Kejadian Anomali Kejadian

(nT) (hari) (nT) (hari) (nT) (hari) (nT) (hari)

MMB-KAK 9.62 33 3.38 10 10.62 4 1.62 1 MMB-KNY 10 33 14 10 -3 4 10 1 KAK-KNY 9.06 33 25.74 10 6.51 4 16.8 1 Sigma Kp 23 29.7 17.3 25.7 61 71 81 91 101111121131141151161171181191201211 221231241251261271281291301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 4.945 4.95 4.955 4.96x 10 4 MMB Maret 2004-Februari 2005 nT 61 71 81 91 101111121131141151161171181191201211 221231241251261271281291301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 4.625 4.63 4.635 4.64 x 104 KAK nT 61 71 81 91 101111121131141151161171181191201211 221231241251261271281291301311321331 341351361 5 15 25 35 45 55 4.61 4.62 4.63 4.64x 10 4 nT KNY D O Y (a) (b)

Gambar 3. Sekumpulan data geomagnetik bulan Maret 2004–Februari 2005 dari observatorim MMB, KAK dan KNY

(a) Rerata harian medan magnetik total masing-masing observatorium,

(b) Diferensiasi dan moving average untuk stasiun MMB-KAK, MMB-KNY, KAK-KNY serta Sigma Kp.

(6)

274284 294 304 314 324334 344 354 364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109 119 129139 149159 169 179 189199 209 219 229 239249 259 269 3180 3200 3220 nT OKTOBER 2010 - SEPTEMBER 2011 274284 294 304 314 324334 344 354 364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109 119 129139 149159 169 179 189199 209 219 229 239249 259 269 3250 3300 3350 nT 274284 294 304 314 324334 344 354 364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109 119 129139 149159 169 179 189199 209 219 229 239249 259 269 60 80 100 120 nT 274 284294 304 314 324334 344354 364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109119 129 139 149 159169 179 189 199209 219229 239249 259269 0 20 40 S ig m a K p D O Y MMB-KAK 7 hari Moving average

MMB-KNY 7 hari Moving average

KAK-KNY 7 hari Moving average

11/3/2011 9 SR DOY 70 274284294304314324334344354364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109119129139149159169179189199209219229239249259 269 4.964 4.966 4.968 4.97 4.972 x 104 MMB OKTOBER 2010-SEPTEMBER 2011 nT 274284294304314324334344354364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109119129139149159169179189199209219229239249259 269 4.644 4.646 4.648 4.65 4.652 x 104 KAK nT 274284294304314324334344354364 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109119129139149159169179189199209219229239249259 269 4.635 4.64 4.645 x 104 nT KNY D O Y (a) (b)

Gambar 4. Sekumpulan data geomagnetik bulan Oktober 2010–September 2011 dari observatorim MMB, KAK dan KNY

(a) Rerata harian medan magnetik total masing-masing observatorium,

(b) Diferensiasi dan moving average untuk stasiun MMB-KAK, MMB-KNY, KAK-KNY serta Sigma Kp.

Ucapan Terima kasih

Hasil-hasil yang disajikan dalam makalah ini

berdasarkan data yang dikumpulkan pada

observatorium-observatorium geomagnetik. Kami berterima kasih kepada lembaga-lembaga yang mendukungnya dan INTERMAGNET yang telah

mempromosikan observatorium geomagnetik

dengan standar tinggi (www.intermagnet.org). DIKTI telah menyediakan dukungan finansial melalui hibah “Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi/Unram 2012”.

Daftar Pustaka:

[1] Tributsch, H.,1983, When the snakes awake, Cambridge, MIT Press.

[2] Molchanov, O., 2008, Social tension as

precursor of large damaging earthquake: legend or reality?, Nat. Hazards Earth Syst.

Sci., 8, 1259-1265, http://www.nat-hazards-earth-syst-sci.net/8/1259/2008/.

[3] Stacey, F. D., 1964, The seismomagnetic

effect, Pure Appl. Geophys.,58,5-22.

[4] Hayakawa, M. and Fujinawa, Y. (Eds.), 1994,

Electromagnetic Phenomena Related to Earthquake Prediction, Terra Scientific Publishing Co., Tokyo, 677 pp.

[5] Johnston, M.J.S and Parrot, M., 1998,

Electromagnetic effects of earthquakes and volcanoes, Phys. Earth Planet. In., Special

Gambar

Gambar 1. Lokasi gempa besar (M>7 SR) di Jepang  yang akan diinvestigasi dan letak tiga observatorium  geomagnetik:  Memambetsu  (MMB),  Kakioka  (KAK) dan Kanoya (KNY)
Tabel 3. Anomali geomagnetik total observatorium MMB, KAK dan KNY sebelum gempa 25-09-2003  Gempa 25-09-2003 (DOY 268)
Gambar 3.    Sekumpulan data geomagnetik bulan Maret 2004–Februari 2005 dari observatorim MMB,   KAK dan KNY
Gambar 4.    Sekumpulan data geomagnetik bulan Oktober 2010–September 2011 dari observatorim MMB,   KAK dan KNY

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa hasil pengukuran komponen Idler tidak meyakinkan, untuk itu perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam agar dapat terungkap permasalahan

ini, akan tetapi keduanya adalah orang yang konsisten dan tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW yang mana cara beragama Nabi dan para sahabatnya dahulu

Jika upaya mengefektifkan PERDA 13 Tahun 2006, tentang sistem penyelenggeraan Pendidikan mengakomodir masalah substansi- al secara konprehensif, didukung dengan ada- nya

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kohesi adalah hubungan bentuk dalam sebuah wacana yang menciptakan keserasian antar unsur satu dengan yang lainnya

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru bahasa Arab MA yang sedang tugas belajar pada Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Arab di PPs UIN Maulana Malik Ibrahim

Penelitian ini untuk mengetahui tentang, (1) bentuk kegiatan yang mencerminkan nilai persatuan dalam bergotong royong di masyarakat desa pada kegiatan sambatan di Desa

Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut, Public Relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan, yang

citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia” (Saphiro et al, 2002, hlm. Transendensi