• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara global. Data World Health Organization (WHO) (2015), menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari 56 juta kematian yang terjadi di dunia, 38 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Angka ini naik 60% dari jumlah kematian di tahun 2000. Penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovasculer) membunuh 17,5 juta orang, yang artinya 3 disetiap 10 kematian.7,4 juta orang meninggal karena serangan jantung iskemik dan 6,7 juta meninggal karena serangan stroke. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Data Balitbangkes, pada tahun 2014 di Indonesia terjadi sekitar 41. 590 kematian. Pada semua kematian itu dilakukan autopsi verbal, sesuai pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara real time oleh dokter dan petugas terlatih. Dari data itu terlihat bahwa Cerebrovaskular atau pembuluh darah di otak seperti pada pasien stroke dan penyakit jantung iskemik merupakan jenis penyakit paling sering menjadi penyebab kematian.

Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI. Estimasi penderita penyakit jantung koroner pada umur kurang dari 15 tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berdasarkan diagnosis dokter, prevalensinya sebesar 0,6% atau di perkirakan sekitar 16.663 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,3% atau di perkirakan sebesar 36.104 orang. Kemudian untuk estimasi penderita penyakit gagal jantung pada umur ≥15 tahun di DIY, berdasarkan diagnosis dokter, prevalensinya sebesar 0,25% atau di perkirakan sekitar 6.943 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 0,4% atau di perkirakan sebesar 11.109 orang. Estimasi penderita penyakit

(2)

2

stroke pada umur kurang dari 15 tahun di Provinsi DIY, berdasarkan diagnosis dokter, prevalensinya sebesar 7% atau di perkirakan sekitar 19.440 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 9,4% atau di perkirakan sebesar 26.106 orang.

Menurut Hartono (2010), rumah sakit adalah organisasi semibisnis yang tidak membutuhkan prinsip-prinsip baru dalam pemasaran, namun tetap memperhatikan dan menerapkan prinsip pemasaran yang sudah ada. Empat ciri utama organisasi semi bisnis yang perlu diperhatikan dalam menerapkan prinsip pemasaran. Pertama, rumah sakit harus memperhatikan klien dan penyedia dana. Kedua, para manajer rumah sakit harus menetapkan skala prioritas. Ketiga, dalam merumuskan strategi pemasaran harus memperhatikan produk utama pelayanan yang bersifat tidak kasat mata (intangible), tidak dapat dipisahkan (inseparable), bervariasi (variable), dan tidak dapat ditimbun (perishable). Keempat rumah sakit merupakan sasaran pengawasan karena menyediakan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit pada umumnya merasakan tekanan politis dari berbagai pihak dan dituntut untuk beroperasi sesuai dengan kehendak masyarakat.

Era pasar bebas mengharuskan setiap industri untuk bertahan dan berusaha berkembang. Industri rumah sakit menjadi salah satu industri yang mengalami perubahan dengan tingkat akselerasi cukup tinggi. Padahal, sebelum globalisasi merupakan sesuatu yang tabu bagi rumah sakit untuk beriklan (melakukan pemasaran). Rumah sakit dianggap kurang etis jika gencar menawarkan produknya. Dalam era perdagangan bebas peran dari manajemen pemasaran menjadi sangat vital dalam usaha mempertahankan keberadaan rumah sakit sehingga tetap mampu bersaing. Konsep dasar pemasaran yang dipakai di rumah sakit tentunya sama dengan industri pada umumnya, walaupun rumah sakit tidak dapat meninggalkan fungsi sosial yang memang menjadi tanggung jawabnya sehingga terasa semakin kompleks permasalahan pemasaran rumah sakit. Dalam

(3)

3

hal ini rumah sakit harus mampu menerapkan strategi pengembangan dalam situasi mekanisme pasar sambil menjalankan misi sosialnya (Trisnantoro,2005). Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara global. Data World Health Organization (WHO) (2015), menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari 56 juta kematian yang terjadi di dunia, 38 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh PTM. Angka ini naik 60% dari jumlah kematian di tahun 2000. Penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovasculer) membunuh 17,5 juta orang, yang artinya 3 disetiap 10 kematian.7,4 juta orang meninggal karena serangan jantung iskemik dan 6,7 juta meninggal karena serangan stroke. Kematian akibat PTM diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Keberadaan konsumen sangat penting bagi bisnis rumah sakit karena konsumen merupakan roda bisnis rumah sakit. Syarat untuk sukses dalam mempertahankan dan mendapatkan konsumen adalah dengan mengetahui perilaku konsumen. Para pelaku pemasaran (marketers) harus benar-benar mengerti tentang teori dan realitas dari pelaku konsumen (Kotler dan Keller,2006).

Perilaku konsumen merupakan ilmu yang berasal dari pengembangan konsep-konsep pemasaran. Tujuan utama memahami perilaku konsumen adalah mengerti mengapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian, dengan pengertian ini perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang berorientasi kepada konsumen. Perusahaan harus melakukan trendwatching agar memiliki sense and respond dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi sehingga tercipta strategi untuk berkompetisi (Mulyadi, 2005).

Rumah sakit Bethesda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1988 oleh Dr. J Gerrit dengan nama Petronella Zienkenhuis. Kemudian oleh masyarakat disebut sebagai RS Toeloeng/Pitulungan karena dalam pelayanan terhadap pasien rumah sakit ini tidak memandang apa dan siapa pasien tetapi mengutamakan pertolongan terlebih dahulu. Pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) namanya diganti dengan Yogyakarta Tjuo Bjoin namun setelah penjajahan Jepang berakhir diganti dengan

(4)

4

Rumah Sakit Pusat. Pada tanggal 28 Juni 1950 nama RS diganti lagi menjadi RS Bethesda (kolam penyembuhan) dengan tujuan agar masyarakat umum mengetahui bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit pelayanan kasih (Kristen). RS Bethesda tergabung dalam suatu yayasan yang menaungi rumah sakit-rumah sakit Kristen yang bernama YAKKUM (Yayan Kristen Untuk Kesehatan Umum) pada saat sekarang ini RS Bethesda merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki potensi mengembangkan layanan spesialisasi ditinjau dari visi, misi, sumber daya dan peluang.

Untuk mewujudkan rencana pengembangan tersebut dibutuhkan perhitungan strategis karena pengadaan Laboratoriun Angiografi membutuhkan investasi besar, sumber daya cukup serta perkiraan permintaan. Analisis di awali dengan mengidentifikasi permintaan pasar mengenai kebutuhan dan kesiapan dari masyarakat. Kelayakan dari rencana investasi tersebut juga harus di analisis yang melingkupi kesiapan masyarakat dari sudut pandang aspek keuangan dan permintaan pasar.

Laboratoriun Angiografi adalah suatu pelayanan yang di lakukan untuk menentukan diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah, selanjutnya dilakukan intervensi non bedah sesuai indikasi secara invasive melalui pembuluh darah dengan menggunakan kateter atau elektroda. Tindakan/prosedur diagnostik invasif menggunakan sinar x (x-ray) untuk menggambarkan pembuluh darah diberbagai bagian tubuh termasuk jantung, otak dan ginjal untuk melihat apakah ada penyakit, penyempitan, pelebaran atau penyumbatan pada pembuluh darah. Laboratorium Angiografi memiliki resolusi yang tinggi, sehingga gambar yang dihasilkan cukup baik, selain itu rendahnya tingkat radiasi sinar X dapat digunakan untuk melakukan kateterisasi dengan berbagai posisi (St. Francis, 2015).

Data WHO 2015 menyatakan 3 dari 10 kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Cara pengobatan yang umum dilakukan adalah pengobatan dengan farmakologik. Dari berbagai studi pengobatan dengan cara

(5)

5

farmakologik menimbulkan berbagai efek samping karna dengan cara ini pasien disarankan mengkomsumsi obat-obatan dalam waktu yang cukup lama. Dengan kemajuan teknologi tindakan intervensi koroner perkutan primer (primary PCI) untuk menghilangkan trombus dan melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit dengan memakai kateter balon dilakukan pemasangan stent. Tindakan ini mengilangkan penyumbatan dengan segera, sehingga aliran darah dapat menjadi normal kembali, sehingga kerusakan otot jantung dapat dihindari. PCI primer ialah pengobatan infark jantung akut yang terbaik saat ini, arena dapat menghentikan serangan infark jantung akut dan menurunkan mortalitas samapi dibawah 2% (Majid, 2007).

Risiko tindakan kateterisasi jantung sangat kecil. Risiko minor yang bersifat sementara berupa luka memar akibat suntikan jarum, reaksi sensitif/kepekaan pada zat kontras, ataupun gangguan irama jantung. Komplikasi yang lebih serius seperti terjadinya serangan jantung atau stroke, perdarahan akibat robekan pembuluh darah besar dan tamponade namun komplikasi ini sangat jarang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan kateterisasi jantung adalah tindakan yang aman. Proses kateterisasi jantung membutuhkan waktu kurang dari satu jam, dan pasien bisa pulang pada hari yang sama kecuali pasien yang harus mendapat perhatian medis tambahan (St. Francis, 2015).

Data menunjukkan manfaat klinis Laboratoriun Angiografi akan membuat proses penyembuhan pasien lebih baik dari waktu ke waktu, lebih sedikit komplikasi, dan mengurangi waktu rawat inap. Keuntungan untuk rumah sakit ditunjukkan dengan penurunan biaya prosedural dan peralatan, terutama biaya tenaga kerja yang terlibat dalam perawatan klinis (Kern, 2006). Peluang pasar ini kiranya dapat di antisipasi dengan baik oleh RS Bethesda antara lain dengan direncanakannya Laboratoriun Angiografi sebagai langkah awal program jasa pelayanan kateterisasi jantung. Melalui program ini RS Bethesda dapat menawarkan program tersebut kepada pasien yang bertempat tinggal di wilayah kota Yogyakarta dan sekitarnya. Pasien yang membutuhkan penanganan penyakit

(6)

6

jantung dan pembuluh darah lainnya dapat menjadikan RS Bethesda sebagai rumah sakit pilihan.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa rumah sakit telah lebih dahulu menyediakan pelayanan Laboratorium Angiografi, seperti RSUP Dr. Sardjito, RS Panti Rapih dan RSPAU Hardjolukito. Tarif pelayanan Laboratoriun Angiografi berbeda-beda disetiap rumah sakit tersebut. Tarif pelayanan Laboratorium Angiografi di RSUP Dr. sardjito lebih rendah dibanding rumah sakit lainnya, karena merupakan rumah sakit rujukan pemerintah. Investasi Laboratoriun Angiografi di RS Bethesda dari segi pemasaran mempunyai potensi yang bagus untuk dilakukan. RS Bethesda harus terus bersaing dengan rumah sakit lain, baik untuk mempertahankan konsumen atau mendapatkan konsumen baru. Jika dari sisi kemauan dan kemampuan pasien cukup tinggi untuk menggunakan jasa pelayanan Laboratorium Angiografi akan sangat disayangkan jika RS tidak melakukan investasi, karena pasien potensial bisa berpindah kerumah sakit lain. Untuk mewujudkan rencana pengembangan tersebut dibutuhkan perhitungan strategis karena pengadaan Laboratoriun Angiografi membutuhkan investasi besar, sumber daya cukup serta perkiraan permintaan. Analisis di awali dengan mengidentifikasi permintaan pasar mengenai kebutuhan dan kesiapan dari masyarakat. Kelayakan dari rencana investasi tersebut juga harus di analisis yang melingkupi kesiapan masyarakat dari sudut pandang aspek keuangan dan permintaan pasar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kelayakan investasi Laboratorium Angiografi di RS Bethesda?

Oleh karena luasnya pembahasan dalam studi kelayakan investasi unit Laboratorium Angiografi yang akan dibahas adalah kelayakan dari segi aspek keuangan.

(7)

7

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan permasalahan di atas maka, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung unit cost dan tarif pelayanan Laboratoriun Angiografi.

2. Mengukur besar kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) pengunjung untuk membayar pelayanan Laboratoriun Angiografi.

3. Menganalisis kelayakan investasi pelayanan Laboratoriun Angiografi RS Bethesda Yogyakarta.

D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Pengadaan Laboratoriun Angiografi dari hasil dari penelitian ini dapat memberikan pertolongan secara cepat dan tepat. Memudahkan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang minim resiko serta meningkatkan angka harapan hidup.

2. Bagi Rumah Sakit Bethesda, hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk melaksanakan rencana investasi Laboratoriun Angiografi.

3. Bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu inovasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan.

(8)

8

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti Hendra (2013) Taylor et al (2013) Setyowati (2014) Al hadri (2016)

Judul Studi Kelayakan Investasi

Pembangunan RS Sehat Bahagia Pekanbaru

Helicopter Emergency Medical Services (HEMS) over triage and the financial implication for major trauma centres in NWS, Australia

Analisis Kelayakan Rencana Investasi Pemgembangan Rumah Perawatan Lansia Di RSU Rajawali Citra, Bantul

Analisis Keuangan terhadap kelayakan Investasi laboratorium angiografi rumah sakit bethesda yoyakarta

Metodologi penelitian

Studi kelayakan bisnis

Studi kasus. Triangulation Mixed Method

design

Studi kasus

Lokasi penelitian

Rumah sakit Sehat Bahagia Pekanbaru

New South Wales (NSW), Australia RS rajawali Citra, Bantul.

Yogyakarta

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Subjek penelitian Kelayakan investasi RS sehat bahagia Pekanbaru.

Kelayakan penggunaan helikopter

terhadap biaya di instalasi gawat darurat NSW, Australia.

Kelayakan investasi di unit home care RS rajawali Citra

Kelayakan investasi Laboratorium Angiografi RS Bethesda Yogyakarta. Metode pengambilan data Wawancara dan analisis data

Pengumpulan dan analisis data. Observasi dan wawancara Wawancara dan analisis Data.

Gambar

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(1999) pada domba Sungei Putih dan Barbados Blackbelly Cross didapat bahwa total pertambahan bobot hidup anak pra sapih kedua bangsa domba tersebut tidak menunjukkan perbedaan

Dengan Poros Kemaritiman Indonesia yang digagas dan akan dikembangkan Pemerintah yang akan datang, saya yakin Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara

Kontrol positif berupa antibiotik amoxcillin diperoleh rata- rata zona hambat yang lebih besar dari formula, namun pada kontrol negatif tidak ditemukan zona

Melaksanakan projek semester akhir dengan kerjasama pihak industri (mengikut kehendak industri).. 3 projek persemester setiap

Konsep Pieper tentang manusia dan masyarakat, sebagaimana dipaparkan dalam artikel ini, menjadi perspektif penulis untuk mengemukakan konsep tentang persahabatan yang disimpulkan

5. Guru menanyakan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan dengan topik yang akan dipelajari pada saat ini. Peserta didik menerima informasi dari

(1995:252-258), solvabilitas, adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka pendek pada saat perusahaan dilikuiditasi.Dengan

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū