• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sepatu adalah salah satu jenis alas kaki yang berfungsi untuk melindungi keselurukan kaki. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sepatu diartikan lapik atau pembungkus kaki yang biasanya dibuat dari kulit (karet dsb), bagian telapak dan tumitnya tebal dan keras. Dari keterangan sebelumnya dapat di simpulkan bahwa sepatu memiliki fungsi yang lebih komplit di bandingkan dengan sandal. Dimana sepatu tidak hanya menjaga telapak kaki dari benda tajam, tetapi juga melindungi bagian atas kaki hingga tumit.

Terdapat banyak sistem atau cara dalam melakukan penyesuaian/fitting sepatu terhadap kaki, salah satu caranya adalah menggunakan laces (tali sepatu). Sepatu jenis bertali merupakan jenis sepatu yang masih diminati hingga saat ini, dan dingunakan oleh hampir segala umur baik pria maupun wanita. Beberapa jenis sepatu bertali yang sangat diminati oleh kalangan remaja hingga dewasa awal adalah berbagai jenis sneakers, tennis, dan sepatu casual. Menurut Katie Kubesh (2007:10) sejak pertengahan abad ke-20 salah satu jenis yang paling populer dari sepatu yang dikenakan oleh pria, wanita, dan anak-anak telah menjadi gaya sepatu atletik, biasa disebut sepatu tenis atau sneaker. Menurut survey yang penulis lakukan secara online di tahun 2017 pada tangga 18 hingga 20 januari, terhadap 60 koresponden secara acak dari pengguna sepatu, pria usia 20 – 27 tahun di kota Bandung, 93,3% menyebutkan bahwa mereka menyukai sepatu yang bertali, dan dari keseluruhan koresponden yang menyatakan menyukai sepatu 85,7% nya menyebutkan bahwa mereka sering menggunakan sepatu bertali dalam setiap kegiatan mereka.

Terdapat fenomena yang sering terjadi di sekitar kita, berkaitan dengan bagaimana cara user menggunakan sepatu bertali secara singkat atau cepat. Fenomena tersebut adalah memodifikasi fisik sepatu bertali agar mudah untuk di gunakan. Beberapa contoh kasus seperti, sepatu bertali akan di buat sedikit lebih longgar agar ketika memakai sepatu bisa tanpa harus mengikat tali sepatu, kasus yang paling sering dijumpai adalah menginjak bagian heel

(2)

2 counter pada sepatu. Heel counter akan terlipat hingga pipih, dan imbasnya bisa merusak stabilitas didalam sepatu. Fenomena ini sering kali terjadi dikalangan dewasa awal. Berdasarkan hasil survey yang telah penulis lakukan, sebesar 78,6% koresponden menyatakan pernah mengalami kesulitan dalam menggunakan sepatu bertali, dan 75% korensponden menyatakan pernah menggunakan sepatu bertali dengan menginjak bagian belakang sepatu. Dalam survey juga di tampilkan gambar contoh pemakaian sepatu yang di maksud.

Melihat permasalahan diatas, sudah ada banyak inovasi yang dapat mempermudah pengguna dalam menggunakan sepatu bertali. Disamping terdapatnya beberapa produk sepatu bertali yang di modifikasi agar dapat mempermudah penggunaannya seperti contoh sepatu bertali yang juga mengaplikasikan zipper dan material elastik di salah satu sisinya, juga sudah ada beberapa produk inovasi berupa alat bantu yang dapat mempermudah pengguna dalam menggunakan sepatu bertali. Tentunya adanya alat bantu tersebut dapat meringankan user dalam sisi budget, karena tidak harus membeli sepatu baru, dan juga efisien karena sifatnya yang portable.

Beberapa jenis produk alat bantu ini memiliki berbagai jenis bentuk dan posisi pemasangannya, seperti magnetic shoelace SHUFIT dan ZUBIT pada bagian tali sepatu (laces), silicone shoelace HICKIES pada bagian lubang sepatu (eyelet), dan heel/wrist strap pada bagian hell. Untuk didalam pasar Indonesia sendiri hanya terdapat dua jenis produk yang eksis yaitu magnetic shoelace dan silicone shoelace. Namun produk-produk tersebut dinilai masih memiliki beberapa kelemahan. Berdasarkan hasil eksperimen yang penulis lakukan terhadap lima koresponden usia 20 – 25 tahun, dimana koresponden diharuskan mencoba kedua produk yang disebutkan sebelumnya dan memberikan review terhadap kedua produk tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Hampir seluruh koresponden menyukai fisik kedua produk yang dinilai menarik terutama fisik pada magnetic shoelace.

2. Seluruh koresponden menilai kedua produk memudahkan dalam menggunakan sepatu.

3. Baik terhadap kedua produk sebagian besar koresponden merasa kesulitan ketika mengaplikasikan produk ke sepatu. Khusus magnetic shoelace, koresponden merasa

(3)

3 kesulitan pada saat melakukan fitting dikarenakan sistem pengikat magnet yang sukar lepas ketika koresponden hendak mengencangkan tali sepatu.

4. Koresponden sering mengeluhkan magnet pada magnetic shoelace yang dinilai kurang kuat, sehingga sepatu terpaksa dibuat longgar.

5. Koresponden mengkritik material kedua produk yang dinilai tidak meyakinkan dari segi kekuatan dan ketahan, material utama pada silicone shoelace dan material magnet pada magnetic shoelace.

6. Dan yang terakhir koresponden belum merasa nyaman menggunakan sepatu ketika terpasang kedua produk, karna baik pada kedua produk masih belum dapat memberikan fitting yang sesuai.

Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sepatu bertali menjadi jenis sepatu yang sering di gunakan di kalangan dewasa awal dengan banyaknya kegiatan yang mereka lakukan tidak hanya membutuhkan sepatu yang nyaman ketika di gunakan, tetapi juga memiliki ketahanan, kekuaan yang baik, kemudahan dalam menggunakan, dan yang dapat mendukung kegiatan user dengan mobilitas yang tinggi. Memodifikasi cara penggunaan sepatu yang secara tidak langsung akan berpotesi menimbulkan banyak kerugian mulai dari kerusakan hingga ketidak nyamanan. Sudah ada beberapa inovasi berupa alat bantu yang dapat memudahkan dalam menggunakan sepatu bertali, akan tetapi masi memiliki kekurangan jika mengacu pada hasik eksperimen yang penulis lakukan. Sehingga dengan demikian penulis menilai perlu ada sebuah rancangan ulang alat bantu yang dapat membantu pengguna sepatu bertali, sehingga menggunakan sepatu menjadi lebih cepat, menjaga usia sepatu, serta dapat menutupi kekurangan yang terdapat pada produk-produk sebelumnya.

1.2. Identifikasi masalah

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa identifkasi masalah, masalah yang dapat diambil dari argumen pada latar belakang antara lain adalah:

1. Tingginya minat menggunakan sepatu bertali tidak berbanding lurus dengan kemudahan yang di sajikan sepatu bertali.

2. Banyak pengguna sepatu bertali yang pada akhirnya memodifikasi cara menggunkan sepatu yang secara tidak langsung dapat menimbulkan kerugian.

(4)

4 3. Inovasi berupa alat bantu yang memudahkan pengguna sepatu bertali cukup membantu konsumen dari segi ekonomi karna konsumen tidak harus membeli inovasi berupa sepatu, akan tetapi inovasi tersebut masi memiliki beberapa kekurangan.

4. Tingkat ketahanan, kemudahan, dan kenyamanan dinilai kurang maksismal pada produk alat bantu sepatu bertali yang sudah ada.

1.3. Perumusan Masalah

Bagaimana rancangan fitur alat bantu shoelace yang dapat memudahkan pengguna dalam menggunakan sepatu bertali?

1.4. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian kali ini terdapat beberapa Batasan maslaah sebagai berikut:

1. Pembatasan pada proses perancangan alat bantu dalam menggunakan sepatu bertali hanya sebatas eksplorasi bentuk yang berlandaskan fungsi, tidak ada perancangan material yang sifatnya mendalam, hanya sebatas pengamatan sifat dan karakteristik material.

2. Pada perancangan kali ini permasalahan kesehatan dan psikologi tidak akan di bahas terlalu mendalam hanya sebatas sebab dan gejala yang di timbulkan atau hanya sebagai teori pendukung.

3. Pada perancangan kali ini juga di batasi oleh jenis sepatu yang di jadikan bahan observasi yaitu sepatu jenis sneaker.

4. Pada perancangan kali ini penelitian hanya di lakukan di kalangan pria usia 20-27 tahun di kota bandung.

1.5. Tujuan Perancangan

Pada penelitian terdapat tujuan umum dan khusus seperti berikut: a. Tujuan Umum

1. Dapat memudahkan pengguna sepatu dalam menggunakan sepatu bertali. 2. Memberikan alternatif baru alat bantu sepatu bertali.

(5)

5 b. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dari produk alat bantu yang sudah ada melalui rancangan baru sarana alat bantu yang secara maksimal dapat memudahkan pengguna dalam mengguakan sepatu bertali, melakukan perawatan, sekaligus menjaga fitting kaki terhadap sepatu.

1.6. Manfaat penelitian a. Keilmuan

Dapat menjadi rujukan studi desain mengenai peralatan alat bantu pada sepatu bertali yang di peruntukan untuk tahap perkembangan dewasa awal, lebih spesifiknya pada aspek studi bentuk

b. Pihak Terkait

Melatih kemampuan dalam perancangan produk dan studi permasalahan di lapangan, dan menyelesaikan permasalahan tersebut melalui metode desain.

c. Masyarakat Umum

Dapat menjadi salah satu penyelesaian dari sebuah fenomena dalam permasalahan penggunaan sepatu bertali.

1.7. Metodologi Perancangan a. Pendekatan

Pada perancangan kali ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Merupakan penelitian yang yang digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan fenomena yang terjadi saat ini atau yang sudah lalu. Penelitian Deskriptif tidak memerlukan manipulasi maupun perubahn terhadap variabel-variabel yang ada, namun menggambarkan atau menjelaskan suatu kondisi dengan apa adanya.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada perancangan kali ini adalah melakukan kuesioner awal penelitian terkait pengguna sepatu, melakukan observasi terkait pengguna dan penggunaan sepatu bertali, dan mencari data-data literatur melalu buku, jurnal, dan internet.

(6)

6 c. Teknik Analisis

Pada perancangan kali ini penulis menggunakan teknik analisis dengan metode survei, deskriptif, dan komparatif. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku salam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Menurut R. Meikalyan (2016) metode komparasi adalah suatu metode yang digunakan untuk membandingkan data-data yang ditarik ke dalam konklusi baru. Menurut Gay & Diehl (1992) metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara.

1.8. Sitematika Penulisan 1. Bab I Pendahuluan

Bagian ini merupakan awal dari penelitian yang berisi: Latar belakang masalah mengenai penggunaan sepatu bertali dikalangan mahasiswa yang sering menyampingkan aspek fitting, hingga sudah terdapatnya beberapa inovasi berupa alat bantu sepatu bertali yang hanya saja masih memiliki beberapa kekurangan. Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori / perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Umum

Bagian ini berisi tentang deskripsi, explantasi, sintesis, serta analisis mendalam mengenai sepatu berikut anatomi sepatu, definisi alat bantu, standar fitting sepatu, hingga pengaruh kurangnya fitting pada penggunaan sepatu terhadap timbulnya kerugian bagi user yang dituangkan dalam beberapa sub bab sesuai dengan kebutuhan yang secara umum terdiri dari:

- Landasan Teoritik - Landasan Empirik

(7)

7 3. Bab III Analisis Aspek Desain

Pada bab ini dibahas mengenai analisis perancangan dengan pertimbangan desain yang dipengaruhi dari hasil penelitian serta berbagai literature yang dikaji dari beberapa aspek yaitu aspek fungsi, operasional, produksi, psikologi, teknologi, kesehatan, masyarakat, rupa, dan lain sebagainya. Dari hasil analisis kemudian dibuat pernyataan yang berupa pertimbangan desain (design consideration) serta batasan desain (design constrain) (Palgunadi, 2008: 408)

4. Bab IV Konsep Perancangan

Pada bagian ini berisi data yang telah diolah dari masalah yang dibahas pada perancangan, kemudian dalam prosesnya dilakukan pertimbangan desain dari gagasan awal hingga menemukan gagasan akhir yang akan mempengaruhi rancangan produk. Kemudian mendeskripsikan keterangan produk mulai dari nama, fungsi, target penggunanya, serta kebutuhan produk yang harus dipenuhi, serta aspek-aspek desain terkait dengan perancangan sampai kepada desain akhir berupa gambar rendering 3D, gambar kerja, foto studi model, dan standar pengoprasian produk.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bagia ini berisi jawaban dari pertanyaan yang dirumuskan sebelumnya dan pertanyaan-pernyataan pada penelitian. Kesimpulan ditulis dengan singkat, padat, dan jelas serta bukan rangkuman.

Referensi

Dokumen terkait

Menginstruksikan KPA Satker terkait agar memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK dan Konsultan Pengawas atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan

Hal lain yang cukup menarik di antara tiga fraksi pada percobaan ini, bahwa pada fraksi ukuran butir kasar dengan selang waktu pengamatan tiap 2 jam selama 6 jam untuk berat

Jelutung rawa (Dyera lowii Hook.F) adalah salah satu jenis pohon lokal unggulan hutan rawa gambut yang memiliki hasil ganda yaitu getah dan kayu yang bernilai

menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan maka majelis hakim akan menjatuhkan pidana (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).Pengadilan dalam menjatuhkan putusan

Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila

Namun, ada tantangan yang cukup besar yang dihadapi yaitu masalah dimensi dari data yang digunakan karena banyak teknik yang menggunakan representasi matriks dalam penerapannya

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis memilih modalitas fisioterapi yaitu Neurodevelopmental treatment (NDT). Setelah dilakukan 6x terapi, maka dilakukan

Investor, dapat membantu dalam mengambil keputusan investasi, khususnya dalam melakukan analisa laporan keuangan dengan melihat variabel-variabel yang signifikan