Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs ( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati, ST,MT ) Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
SIMULASI PENERAPAN MPEG-4 PFGS UNTUK PENGIRIMAN VIDEO MELALUI
JARINGAN WIRELESS
1 Izza Anshory, 2 Indah Sulistiyowati
1,2 Program Studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Email : anshory_2004@yahoo.com
ABSTRAK
Simulasi penerapan MPEG-4 PFGS pada pengiriman video melalui jaringan wireless dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatkan jaminan QoS pada layer-layer yang berbeda melalui pengkodean scalable video dan apabila paket data video yang diterima mengalami kegagalan maka diminta transmisi ulang serta mengatur prioritas sistem transmisi paket data video. Pengkodean scalable video yang digunakan pada penelitian ini adalah PFGS (Progressive Fine Granularity Scalable). Pengkodean ini mempunyai karakteristik mengkodekan video menjadi banyak layer, yaitu base layer yang mempunyai informasi yang kasar dan
Enhancement layer yang mempunyai perbaikan kualitas, sedangkan untuk mengatur prioritas sistem transmisi
dilakukan berdasarkan informasi kanal yang dimodelkan dengan kanal model two state Markov. Hasil penelitian pada penerapan arsitektur cross layer QoS mapping untuk pengiriman video dengan asumsi jumlah frame adalah 25, resolusi video adalah 176 x 144, laju frame 25 fps dan 30 fps, format video adalah 420, nilai SNR antar 1-25 dB, probabilitas good state adalah 0,01, probabilitas bad state sebesar 0,4. maka dihasilkan peningkatan kualitas video sebesar 5,18 dB.
Kata Kunci : Cross Layer, MPEG-4 PFGS, scalable video, Kanal Markov.
ABSTRACT
Simulation implementation of mpeg-4 pfgs in sending video over a wireless network was aimed to determine the improvement guarantee QoS on different layers via a scalable video encoding and request retransmission if the received video data packets have failed and set the priority of data packet transmission system video.Scalable video coding is used in this study is PFGS (Progressive Fine Granularity Scalable). This coding has the characteristic of encoding video into multiple layers, the base layer having a rough information and Enhancement layer that has improved quality, while the transmission system to set priorities based on the information channel is modeled with a two-state Markov channel model. Results of research on the implementation of cross layer QoS mapping architecture for video delivery with the assumption that the number of frames is 25, the video resolution is 176 x 144, frame rate 25 fps and 30 fps, the video format is 420, values between 1-25 dB SNR, the probability of good state is 0.01, the probability of bad state of 0.4. then the resulting video quality improvement of 5.18 dB
Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs
Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
TEKNOLOJIA Vol. 5
1.
PENDAHULUAN
Kualitas video yang ditransmisikan pada jaringan wireless idealnya adalah tidak mengalami adanya penurunan (distorsi) kualitas dan tidak terhambat oleh terbatasnya media transmisi, tetapi hal tersebut adalah tidak mungkin. Dalam praktiknya ketika terjadi pengkodean video dan proses transmisi menghasilkan degradasi pada kualitas video yang diterima.
Pengiriman video melalui jaringan wireless memerlukan jaminan kualitas layanan atau
of Service (QoS) yang berbeda, baik dari sisi
sumber video yang akan ditransmisikan dan dari sisi informasi kualitas kondisi kanal wireless. Jaminan QoS diantara kedua sisi tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas video yang ditransmisikan dan untuk menunjang kelancaran pengiriman data video tersebut melalui kanal wireless sehingga video yang ditransmisikan dapat diterima dengan kualitas yang baik.
kualitas layanan (QoS) untuk pengiriman video melalui jaringan wireless dapat ditingkatkan melalui pengkodean scalable pada sumber video yang akan ditransmisikan (application layer pengaturan prioritas sistem transmisi (
berdasarkan informasi kondisi kanal wireless (physical layer) yang dimodelkan dengan kanal two state Markov. [3].
Permasalahan pada simulasi penerapan 4 PFGS pada pengiriman video melalui jaringan wireless adalah bagaimanakah penggunaan metode MPEG-4 PFGS untuk meningkatkan jaminan QoS di application layer dan pemodelan kanal wireless dengan model kanal two state Markov untuk mengetahui status kondisi kanal wireless sebagai media transmisi yang mewakili sisi
Sedangkan pada simulasinya kualitas layanan tersebut diukur melalui parameter
Noise Ratio (PSNR) dan Mean Square E
(MSE) untuk mengetahui kualitas penerim video dan kualitas layanan untuk kanal wireless yang diukur melalui melalui parameter BER
Error Rate).[1].
2.
DASAR TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang pustaka pustaka yang berkaitan dengan penerapan cross layer QoS mapping pada pengiriman video
jaringan wireless. 2.1.Video Digital
Video digital dapat didefinisikan sebagai gelombang sinyal analog yang direpresentasikan kedalam sejumlah deretan digital. Video digital ini pada dasarnya tersusun oleh serangkaian frame, dan masing-masing frame merupakan gambar atau image digital. Suatu image digital direpresentasikan dengan sebuah bidang yang masing
( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
Kualitas video yang ditransmisikan pada jaringan wireless idealnya adalah tidak mengalami ) kualitas dan tidak terhambat oleh terbatasnya media transmisi, tetapi ak mungkin. Dalam praktiknya ketika terjadi pengkodean video dan proses transmisi menghasilkan degradasi pada engiriman video melalui jaringan wireless memerlukan jaminan kualitas layanan atau Quality erbeda, baik dari sisi sumber video yang akan ditransmisikan dan dari sisi informasi kualitas kondisi kanal wireless. Jaminan QoS diantara kedua sisi tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas video yang ditransmisikan dan untuk menunjang kelancaran iman data video tersebut melalui kanal wireless sehingga video yang ditransmisikan dapat diterima dengan kualitas yang baik.[1]. Jaminan kualitas layanan (QoS) untuk pengiriman video melalui jaringan wireless dapat ditingkatkan pada sumber video
application layer),
pengaturan prioritas sistem transmisi (link layer) berdasarkan informasi kondisi kanal wireless dengan kanal two penerapan MPEG-pengiriman video melalui jaringan
penggunaan metode ningkatkan jaminan QoS dan pemodelan kanal wireless dengan model kanal two state Markov untuk atus kondisi kanal wireless sebagai media transmisi yang mewakili sisi link layer. Sedangkan pada simulasinya kualitas layanan tersebut diukur melalui parameter Peak Signal to
Mean Square Error
(MSE) untuk mengetahui kualitas penerimaan video dan kualitas layanan untuk kanal wireless yang diukur melalui melalui parameter BER (Bit
Pada bab ini akan dibahas tentang pustaka-penerapan cross pengiriman video melalui
Video digital dapat didefinisikan sebagai gelombang sinyal analog yang direpresentasikan kedalam sejumlah deretan digital. Video digital ini pada dasarnya tersusun oleh serangkaian frame, dan merupakan gambar atau image digital. Suatu image digital direpresentasikan dengan sebuah bidang yang masing-masing
elemennya merepresentasikan nilai intensitas. titik dimana image disampling disebut sebagai
picture elements atau lebih sering dikenal sebagai pixel.
Karakteristik suatu video digital akan menentukan tawar menawar antara kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan dan mentransmisikannya. Adapun karakteristik dari video digital ditentukan oleh
i. Resolusi atau dimensi frame
sebuah frame pada video digital. Resolusi dinyatakan dalam pixel x pixel. Semakin tinggi resolusinya maka semakin baik kualitas video yang dihasilkan.
Gambar 1 Citra video dengan resolusi yang berbeda
ii. Kedalaman bit, menentukan jumlah bit yang
digunakan untuk merepresentasikan tiap pixel pada sebuah frame
Gambar. 2. Citra video dengan kedalaman bit yang berbeda
Pada Gambar 2.2. menunjukkan semakin banyak jumlah pixel yang digunakan untuk merepresentasikan sebua
semakin tinggi pula kualitasnya, sehingga jumlah bit yang diperlukan semakin tinggi. Dengan 1 byte (8 bit) untuk tiap pixel, diperoleh 2 8 atau sejumlah 256 level intensitas
iii.
Laju frame, menunjukkan jumlah frame yangdigambar tiap detik dan dinyatakan dalam frame/detik. Untuk mendapatkan gerakan yang halus, video digital harus menampilkan sedikitnya 25 frame per detik
2.2.Jenis-jenis Pengkodean Skalable Scalable video coding disebut juga
coding. Metode scalability pada awalnya diusulkan
untuk menangani cell loss pada jaringan ATM. Ide Indah Sulistiyowati, ST,MT )
Page 40 elemennya merepresentasikan nilai intensitas. Titik-titik dimana image disampling disebut sebagai
atau lebih sering dikenal sebagai Karakteristik suatu video digital akan tawar menawar antara kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan dan mentransmisikannya. Adapun karakteristik dari video digital ditentukan oleh
Resolusi atau dimensi frame yaitu ukuran
sebuah frame pada video digital. Resolusi dinyatakan dalam pixel x pixel. Semakin tinggi resolusinya maka semakin baik kualitas video
Citra video dengan resolusi yang
, menentukan jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan tiap pixel
video dengan kedalaman bit yang berbeda
Pada Gambar 2.2. menunjukkan semakin banyak jumlah pixel yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah pixel, yang berarti semakin tinggi pula kualitasnya, sehingga jumlah bit yang diperlukan semakin tinggi. Dengan 1 byte (8 bit) untuk tiap pixel, atau sejumlah 256 level intensitas , menunjukkan jumlah frame yang
k dan dinyatakan dalam frame/detik. Untuk mendapatkan gerakan yang halus, video digital harus menampilkan sedikitnya 25 frame per detik
.
jenis Pengkodean Skalable Video video coding disebut juga layered . Metode scalability pada awalnya diusulkan pada jaringan ATM. Ide
dari metode ini adalah codec membangkitkan dua bit-stream menjadi:
i. Base layer: memuat informasi video yang vital. ii. Enhancement layer: memuat informasi residual untuk meningkatkan kualitas image base layer. Ada beberapa macam metode scalability, yaitu: a. Data Partioning
Single-coded video bit-stream yang dipartisi menjadi dua layer atau lebih untuk keperluan transmisi atau penyimpanan. Pada dekoder kedua layer dapat dikombinasikan untuk menghasilkan gambar dengan kualitas yang sama dengan bit-stream yang tidak dipartisi. Base layer berisi bagian kritis dari bit-stream dan ditransmisikan pada kanal dengan error yang lebih kecil. Sementara itu enhancementlayer untuk data yang kurang kritis dan ditransmisikan pada kanal dengan error lebih besar.
b. SNR Scalability
SNR scalability merupakan scalability yang
menggunakan lebih dari satu layer. Tiap layer mempunyai kualitas yang berbeda dalam resolusi spasial yang sama. SNR scalability membutuhkan bit lebih sedikit daripada data partitioning. Secara khusus pengkombinasian pada dekoder menghasilkan kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan data
partitioning. Base layer dalam SNR scalability
menyediakan kualitas dapat digunakan untuk menyediakan layanan multi kualitas dan pada aplikasi
error-resilient.
c. Spatial Scalability
Spatial scalability adalah metode pengkodean
yang menyediakan dua atau lebih layer. Metode pengkodean ini lebih kompleks daripada SNR
scalability tetapi juga menawarkan fleksibilitas
resolusi yang berbeda pada tiap layer. Base layer dapat mencapai kualitas yang cukup baik. Kualitas dari kombinasi layer dalam beberapa kasus lebih rendah dari hasil nonscalable coding. Base layer menyediakan resolusi spatial dasar dan enhancement
layer memberikan resolusi spatial penuh dari input
video.
d. Temporal Scalability
Temporal scalability merupakan scalability yang
menggunakan lebih dari satu layer. Tiap layer mempunyai resolusi temporal yang sama atau berbeda, tetapi masih dalam resolusi spasial yang sama.
Temporal scalability memerlukan kompleksitas pengkodean yang sama dengan yang dihasilkan oleh
non scalable coding. Pada base layer dan enhancement layer mungkin memiliki sebagian
resolusi temporal dari input video. Kualitas spasial dari base layer biasanya lebih tinggi
e. Hybrid Scalability
Hybrid scalability merupakan gabungan kombinasi dari ketiga scalability, sehingga diperoleh kualitas yang lebih baik.
2.3.MPEG-4 PFGS
Teknologi MPEG-4 mendefinisikan suatu sistem multimedia untuk komunikasi yang interoperable atau fleksible dari bagian-bagian yang kompleks yang terdiri dari audio, video, synthetic audio, dan materi-materi grafik. MPEG4 dikembangkan oleh Moving Picture Experts Group (MPEG), sebuah group dari International Organization for Standardization (ISO) dan International Electrotechnical Committee (IEC)
yang juga mendisain MPEG1, yang termasuk didalamnya adalah MP3 digital audio, dan MPEG2 (Standard untuk televisi digital, DVB, dan DVD), MPEG1 merupakan standard pertama yang ditujukan untuk media penyimpanan dan penerima audio pada sebuah compact disk dengan bit rate sekitar 1,5 Mbit/s.
MPEG-4 secara dramatis meningkatkan kompresi audio dan video, memungkinkan distribusi content dan pelayanan dari low bandwtih ke kualitas high definition melalui broadcast, broadband, dan wireless. MPEG-4 mengirimkan rangkaian tradisional dari video 2D dan audio ke end userseefisien mungkin. MPEG-4 juga mengirimkan scenes (penampakan) multimedia interaktif dengan media yang bermacam-macam dalam bentuk 2D dan 3D. Pada MPEG-4, ketika video dan audio dicoded dengan teknik kompresi grafik, teks dan obyek tiruan mempunyai cara kodingnya sendiri-sendiri dari pada membentuk grafik teks, dan obyek tiruan tersebut ke dalam bentuk piksel-piksel atau waveforms. Hal ini membuat representasi menjadi lebih efisien dan fleksibel. Sedangkan cara terbaik memahami MPEG-4 adalah dengan membandingkan MPEG-4 dengan MPEG-2, content dihasilkan dari sumber-sumber yang bervariasi seperti moving video, grafik dan teks. Setelah disusun dalam suatu bidang piksel-piksel, content akan diencoded sebagia piksel-piksel moving video. Pada sisi user, decoding merupakan operasi yang kontinue, selain itu MPEG-4 merupakan presentasi yang dinamik. Obyek-obyek yang berbeda dapat diencoded dan ditransmisikan secara terpisah ke decoder dalam stream dasarnya masing-masing. Penyusunan hanya akan terjadi setelah decoding, bukannya sebelum decoding. Untuk dapat melakukan penyusunan, MPEG4 memasukkan suatu gambaran bahasa scene yang spesial yang dinamakan BIFS (Binary Format
For Scenes). Bahasa BIFS tidak hanya
menggambarkan dimana dan kapan suatu obyek terlihat dalam scene, tetapi dapat juga menggambarkan kelakuan (membuat obyek untuk berputar) dan bahkan kelakuan conditional (obyek melakukan sesuatu sebagai respon dari suatu kejadian, biasanya karena adanya inputan dari user. Pengkodean MPEG-4 PFGS. Pengkodean PFGS ini mengkodekan paket data video menjadi
Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs
Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
TEKNOLOJIA Vol. 5
banyak layer, termasuk base layer video yang relatif lebih rendah dan
layer yang mempunyai kualitas video yang semakin
meningkat atau lebih baik dari base layer framework PFGS menggunakan beberapa referensi dengan kualitas yang tinggi untuk prediksi dala pengkodean enhancement layer
menggunakan base layer. Penggunaan beberapa referensi dengan kualitas yang tinggi akan membuat prediksi gerak lebih akurat dan akan meningkatkan efisiensi pengkodean.
Hal ini akan lebih menjamin skema pengkodean yang dapat memulihkan dari
kesalahan atau kerugian. Kesalahan atau kehilangan kualitas pada layer enhancement yang lebih tinggi akan secara otomatis direkonstruksi kembali dari layer yang di bawahnya secara bertahap. Struktur GOP pengkodean MPEG-4 PFGS dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3. Dari penelitiannya menyimpulkan bahwa manajemen QoS diperlukan untuk memberikan jaminan yang lebih baik terhadap paket data video yang ditransmisikan.
Gambar 3. Struktur GOP pada PFGS
3.
METODE PENELITIAN
3.1.Pendahuluan
Metodologi penelitian mengenai pengiriman video melalui jaringan wireless dengan menggunakan pendekatan MPEG-4 PFGS
dengan memetakan kualitas layanan yang terjadi pada proses pengiriman video di jaringan wireless, yaitu kualitas layanan pada sisi sumber video dan kualitas layanan pada kanal wireless. Kualitas layanan yang bisa diberikan untuk sumber video adalah dengan memberikan pengkodean skalable PFGS (Progressive Fine Granularity Scalable Hasil pengkodean skalable PFGS ini adal dengan kualitas dasar yang disebut dengan
layer dan video dengan kualitas yang lebih tinggi
yang disebut dengan enhancement layer
( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
dengan kualitas video yang relatif lebih rendah dan enhancement yang mempunyai kualitas video yang semakin
base layer. Pada
framework PFGS menggunakan beberapa referensi dengan kualitas yang tinggi untuk prediksi dalam dan disamping . Penggunaan beberapa referensi dengan kualitas yang tinggi akan membuat prediksi gerak lebih akurat dan akan meningkatkan efisiensi pengkodean. [2].
Hal ini akan lebih menjamin skema gkodean yang dapat memulihkan dari
kesalahan atau kerugian. Kesalahan atau kehilangan kualitas pada layer enhancement yang lebih tinggi akan secara otomatis direkonstruksi kembali dari layer yang di bawahnya secara bertahap. Struktur GOP pengkodean PFGS dapat diilustrasikan Dari penelitiannya menyimpulkan bahwa manajemen QoS diperlukan untuk memberikan jaminan yang lebih baik terhadap paket data video
. Struktur GOP pada PFGS
Metodologi penelitian mengenai pengiriman video melalui jaringan wireless dengan 4 PFGS, diawali dengan memetakan kualitas layanan yang terjadi pada proses pengiriman video di jaringan wireless, nan pada sisi sumber video dan kualitas layanan pada kanal wireless. Kualitas layanan yang bisa diberikan untuk sumber video adalah dengan memberikan pengkodean skalable
Progressive Fine Granularity Scalable) .
Hasil pengkodean skalable PFGS ini adalah video dengan kualitas dasar yang disebut dengan base dan video dengan kualitas yang lebih tinggi
enhancement layer.
3.2.Blok Diagram Sistem
Blok diagram untuk pengiriman video melalui kanal wireless dengan menggunakan metode MPEG-4 PFGS dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu video input sebagai sumber video yang akan ditransmisikan. Sumber video yang digunakan pada simulasi ini adalah news.qcif, dengan resolusi 176 x 144, dengan format video Y U V adalah 4 : 2 : 0 dan jumlah frame adalah 25 frame.
Blok diagram untuk pemodelan sistem adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Blok diagram pemodelan sistem
3.3.Pengkodean Scalable PFGS dan Interaksi Cross Layer
Pada struktur GOP (Group of Picture
4 PFGS terdapat NGOP video frame dan juga
terdapat M video layer dalam satu GOP. Setiap layer video dipaketisasi menjadi beberapa paket dengan ukuran yang tetap sebelum ditransmisikan. Seluruh distorsi dari skema mapping (
diperoleh dengan menggunakan struktur dari skalable video yang diekspresikan pada persamaan berikut :
M j GOPD
D
D
1 0)
(
DGOP = total distorsi yang diharapkan dari
mapping NGOP skalable frame
D0 = total distorsi yang diharapkan jika tidak
ada data video yang diterima.
Dj = sisa distorsi jika video pada layer j telah
dikoreksi di penerima.
Dan sesuai dengan algoritma adaptasi untuk sumber video melalui interaksi dengan jaringan transmisi yang diusulkan oleh Wutt
untuk mencapai total distorsi yang diharapkan da mapping NGOP skalable frame
dengan memberikan batas pada laju layanan kanal yang diharapkan rchannel (t). Batas dan kesesuaian
laju layanan kanal adalah digambarkan pada persamaan berikut :
Indah Sulistiyowati, ST,MT )
Page 42 Blok diagram untuk pengiriman video melalui kanal wireless dengan menggunakan metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu video input sebagai sumber video yang akan ditransmisikan. Sumber video yang digunakan pada simulasi ini adalah news.qcif, dengan resolusi 176 x 144, dengan format video Y jumlah frame adalah 25 Blok diagram untuk pemodelan sistem adalah
. Blok diagram pemodelan sistem
Pengkodean Scalable PFGS dan Interaksi
Group of Picture)
MPEG-video frame dan juga terdapat M video layer dalam satu GOP. Setiap layer video dipaketisasi menjadi beberapa paket dengan ukuran yang tetap sebelum ditransmisikan. Seluruh distorsi dari skema mapping () dapat diperoleh dengan menggunakan struktur dari kalable video yang diekspresikan pada persamaan
j j j
D
. ' (3.1)total distorsi yang diharapkan dari skalable frame
total distorsi yang diharapkan jika tidak ada data video yang diterima.
sisa distorsi jika video pada layer j telah dikoreksi di penerima.
Dan sesuai dengan algoritma adaptasi untuk sumber video melalui interaksi dengan jaringan transmisi yang diusulkan oleh Wuttipong [1], maka untuk mencapai total distorsi yang diharapkan dari skalable frame yang minimal adalah dengan memberikan batas pada laju layanan kanal (t). Batas dan kesesuaian laju layanan kanal adalah digambarkan pada
K i channel i ir
t
1)
(
dimana i(i) adalah batasan laju
pada prioritas klass i yang bersesuaian dengan jaminan QoS dalam bentuk
)
(
GOPD
3.4.Video InputAdapun citra dari source video yang akan disimulasikan mempunyai parameter sebagai berikut :
1. Nama file video : News.qcif 2. Resolusi video 176 x 144 3. Format video YUV adalah 4 2
0
4. Jumlah frame 25
Gambar 5. Source Video .News.qcif
3.5.Video Encoder
Pada proses transmisi video dilakukan suatu proses kompresi dengan memanfaatkan redundansi yang terdapat pada data video, baik red
spatial dan redundansi temporal
spatial adalah redundansi yang terdapat dalam
suatu frame. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antara satu pixel dengan pixel disekitarnya sedangkan redundansi temporal adalah
yang terdapat di antara sebuah frame dengan frame sebelumnya atau sesudahnya. Hal ini disebabkan karena banyak bagian frame yang tidak berubah dibanding dengan frame sebelum dan sesudahnya.
Berdasarkan dua jenis redundansi tersebut, kompresi pada data video dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kompresi intraframe
interframe. Pengkodean intraframe
mengurangi redundansi spatial dengan melihat bahwa nilai pixel yang lokasinya berdekatan dalam sebuah frame adalah hampir sama (selisihnya kecil) atau dapat dikatakan bahwa .pada pengkodean intraframe proses kompresi terjadi di dalam satu frame tunggal sedangkan pada
interframe dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu
sebagian besar redundansi informasi terjadi di (3.2)
) adalah batasan laju pada prioritas klass i yang bersesuaian dengan jaminan QoS
Adapun citra dari source video yang akan disimulasikan mempunyai parameter sebagai
Format video YUV adalah 4 2
proses transmisi video dilakukan suatu proses kompresi dengan memanfaatkan redundansi yang terdapat pada data video, baik redundansi
temporal. Redundansi
adalah redundansi yang terdapat dalam Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antara satu pixel dengan pixel disekitarnya adalah redundansi yang terdapat di antara sebuah frame dengan frame Hal ini disebabkan karena banyak bagian frame yang tidak berubah dibanding dengan frame sebelum dan sesudahnya.
dua jenis redundansi tersebut, a data video dapat dibagi menjadi dua
intraframe dan kompresi
bertujuan untuk dengan melihat bahwa nilai pixel yang lokasinya berdekatan dalam ir sama (selisihnya kecil) atau dapat dikatakan bahwa .pada pengkodean intraframe proses kompresi terjadi di dalam satu frame tunggal sedangkan pada pengkodean
dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu sebagian besar redundansi informasi terjadi diantara
deretan frame-frame image yang bergerak, sehingga informasi dari frame sekarang dapat ditentukan secara prediksi dari frame sebelumnya.
Gambar 6. Blok Diagram Video Encoder Pada gambar 6. menunjukkan blok enkoder yang mempunyai dua buah buffer, de mengasumsikan bahwa buffer di sini adalah untuk menyimpan hasil rekonstruksi dari frame sebelumnya. Frame-frame buffer pada proses pengkodean tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut, frame buffer yang pertama digunakan untuk menyimpan hasil rekonst
pada frame sebelumnya dan digunakan sebagai referensi untuk pengkodean video
sekarang dan frame buffer yang kedua digunakan untuk menyimpan hasil rekonstruksi
layer pada frame sebelumnya serta sebagai
referensi untuk pengkodean seluruh
layer
Pada blok QoS mapping dan adaptasi QoS dapat dijelaskan bahwa prioritas sistem transmisi didasarkan atas informasi dari kondisi kanal wireless yang dimodelkan dengan
markov yaitu kanal dalam kondisi
bad state., kondisi good state
berdasarkan probabilitas error yang rendah sedangkan bad sate ditentukan berdasarkan probabilitas error yang tinggi. Dengan mengetahui kondisi kanal maka dilakukan prioritas sistem transmisi terhadap paket yang ditransmisikan. 3.6.Video Decoder
Struktur blok video decoder seperti pada Gambar 7. dapat dijelaskan prosesnya sebagai berikut hasil proses VLC (Variable Length Coding yang berupa bitstream dikodekan kembali oleh
frame image yang bergerak, sehingga informasi dari frame sekarang dapat ditentukan secara prediksi dari frame sebelumnya.
. Blok Diagram Video Encoder . menunjukkan blok enkoder yang mempunyai dua buah buffer, dengan mengasumsikan bahwa buffer di sini adalah untuk menyimpan hasil rekonstruksi dari frame frame buffer pada proses pengkodean tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut, frame buffer yang pertama digunakan untuk menyimpan hasil rekonstruksi base layer pada frame sebelumnya dan digunakan sebagai referensi untuk pengkodean video base layer yang sekarang dan frame buffer yang kedua digunakan untuk menyimpan hasil rekonstruksi Enhancement pada frame sebelumnya serta sebagai referensi untuk pengkodean seluruh Enhancement Pada blok QoS mapping dan adaptasi QoS dapat dijelaskan bahwa prioritas sistem transmisi didasarkan atas informasi dari kondisi kanal wireless yang dimodelkan dengan kanal two state markov yaitu kanal dalam kondisi good state dan
good state ditentukan berdasarkan probabilitas error yang rendah ditentukan berdasarkan probabilitas error yang tinggi. Dengan mengetahui aka dilakukan prioritas sistem transmisi terhadap paket yang ditransmisikan.
Struktur blok video decoder seperti pada . dapat dijelaskan prosesnya sebagai
Variable Length Coding)
Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs
Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
TEKNOLOJIA Vol. 5
VLD (Variable Length Decoding
dilakukan pendekodean maka langkah berikutnya adalah melakukan proses dekuantisasi. Dua buffer frame tersebut menawarkan hubungan timbal balik antara efisiensi pengkodean dan biaya ekstra untu memori serta adanya kompleksitas perhitungan.
Frame buffer pertama digunakan untuk menyimpan base layer yang direkonstruksi pada frame
sebelumnya dan sebagai referensi untuk
Selain itu juga dapat digunakan sebagai referensi untuk merekonstruksi beberapa Enhancement layer dengan kualitas yang lebih rendah dalam membangkitkan gambar ketika referensi dengan kualitas yang lebih tinggi pada frame sebelumnya tidak sesuai karena terjadi error atau terjadi
loss.
Gambar 7. Struktur Decoder Video Coding PFGS Sedangkan frame buffer kedua digunakan untuk untuk menyimpan Enhancement layer direkonstruksi pada frame sebelumnya serta digunakan sebagai referensi prediksi untuk seluruh
Enhancement layer. Fungsi S atau
digunakan untuk mengaktifkan buffer mana yang digunakan untuk membentuk referensi
Enhancement layer berikutnya.
( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
Variable Length Decoding). Setelah dilakukan pendekodean maka langkah berikutnya adalah melakukan proses dekuantisasi. Dua buffer frame tersebut menawarkan hubungan timbal balik antara efisiensi pengkodean dan biaya ekstra untuk memori serta adanya kompleksitas perhitungan.
pertama digunakan untuk menyimpan yang direkonstruksi pada frame sebelumnya dan sebagai referensi untuk base layer. Selain itu juga dapat digunakan sebagai referensi
Enhancement layer
dengan kualitas yang lebih rendah dalam membangkitkan gambar ketika referensi dengan kualitas yang lebih tinggi pada frame sebelumnya atau terjadi packet
. Struktur Decoder Video Coding PFGS Sedangkan frame buffer kedua digunakan
Enhancement layer yang
direkonstruksi pada frame sebelumnya serta digunakan sebagai referensi prediksi untuk seluruh . Fungsi S atau switch digunakan untuk mengaktifkan buffer mana yang digunakan untuk membentuk referensi
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Penerapan Skalable Video MPEG Application Layer
Pengkodean skalable video jenis MPEG PFGS digunakan untuk meningkatkan jaminan QoS di application layer. Pengkodean ini memberikan hasil sesudah diencoder berupa
dan image enhancement layer
pengkodean ini nantinya akan ditransmisikan menyesuaikan dengan kondisi kanal wireless. Apabila kondisi kanal wireless bagus maka yang ditransmisikan adalah image
untuk mengurangi terjadinya kegagalan dalam transmisinya. Sebaliknya apabila kondisi kanal
wireless adalah jelek maka yang ditransmisikan adalah image enhancement layer
Pengkodean skalable video diterapkan untuk
source video yang pertama yaitu
resolusi 176 x 144 dengan format YUV adalah 4 : 2 : 0 dan jumlah frame yang diuji adalah 25 frame dengan laju frame sebesar 25
(fps)
Indah Sulistiyowati, ST,MT )
Page 44
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skalable Video MPEG-4 PFGS di Pengkodean skalable video jenis MPEG-4 ingkatkan jaminan QoS . Pengkodean ini memberikan hasil sesudah diencoder berupa image base layer
image enhancement layer. Kedua jenis hasil
pengkodean ini nantinya akan ditransmisikan menyesuaikan dengan kondisi kanal wireless.
pabila kondisi kanal wireless bagus maka yang ditransmisikan adalah image base layer, hal ini untuk mengurangi terjadinya kegagalan dalam transmisinya. Sebaliknya apabila kondisi kanal
wireless adalah jelek maka yang ditransmisikan
t layer.
Pengkodean skalable video diterapkan untuk video yang pertama yaitu News..qcif, dengan resolusi 176 x 144 dengan format YUV adalah 4 : 2 : 0 dan jumlah frame yang diuji adalah 25 frame dengan laju frame sebesar 25 frame per second
Untuk menilai secara obyektif dapat dilihat berdasarkan hasil pengujian Peak Signal to Noise
Ratio (PSNR) dan Mean Square Error (MSE).
Setelah dilakukan pengujian maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai PSNR untuk Base Layer dan Enhancement Layer Fram PSNR (dB) Frame PSNR(dB) Base Layer Enhan. Layer Base Layer Enhennt Layer 1 27.69 33.69 14 31.25 36.10 2 28.66 34.93 15 31.35 35.51 3 28.71 34.61 16 31.43 36.12 4 28.87 35.35 17 31.57 36.2 5 28.92 35.72 18 31.63 37.14 6 29.88 35.89 19 31.72 37.77 7 29.97 35.93 20 31.85 37.85 8 29.98 36.12 21 31.94 37.71 9 29.99 36.32 22 32.22 37.87 10 29.9 36.49 23 32.31 37.96 11 30.13 36.52 24 32.42 37.62 12 30.23 36.62 25 32.37 36.16 13 30.37 36.74
Tabel 2. Nilai MSE untuk Base Layer dan Enhancement Layer Fram MSE Frame MSE Base Layer Enhanc Layer Base Layer Enhenc Layer 1 50.91 32.14 14 65.76 31.936 2 95.71 32.10 15 67.32 31.92 3 63.44 32.08 16 66.05 31.973 4 85.96 32.08 17 66.91 31.993 5 62.53 32.05 18 65.98 31.963 6 76.02 32.04 19 64.73 31.963 7 72.49 32.02 20 64.33 31.942 8 56.56 31.98 21 64.38 31.937 9 74.98 31.98 22 66.83 31.938 10 61.02 31.94 23 66.36 31.956 11 85.74 31.93 24 66.24 31.956 12 92.38 31.91 25 66.94 31.974 13 60.29 31.93
Dari Tabel 4.1. dapat dijelaskan bahwa nilai PSNR enhancement layer mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PSNR pada base
layer. Nilai base layer sendiri mempunyai rata-rata
sebesar 29,92 dB sedangkan untuk enhancement
layer mempunyai rata-rata kualitas visual sebesar
35,59 dB. Hal ini menunjukkan bahwasanya pengkodean skalable membuat kualitas visual meningkat secara bertahap.
Sebaliknya untuk Tabel 4.2. menunjukkan adanya perbandingan terbalik antara nilai PSNR dan MSE, nilai MSE untuk base layer mempunyai rata-rata sebesar 66,825 sedangkan untuk
enhancement layer mempunyai rata-rata mean
square error sebesar 31,988.. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata base layer mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan nilai rata-rata mean square error untuk enhancement
layer.
4.2.Penerapan QoS Mapping untuk Link Layer dan Physical Layer
Penerapan QoS mapping untuk link layer dilakukan dengan melakukan prioritas sistem transmisi berdasarkan informasi kondisi kanal wireless yang mewakili physical layer. Pengujian dilakukan dengan memodelkan kanal wireless dengan kanal two state Markov, kanal Markov ini mewakili kanal fading dan dengan menentukan terlebih dahulu parameter untuk probabilitas matrik transisi good state dan bad state yaitu :
PG = 0,01 PGG = 0,96 PBB = 0,94 BG BG GB GB P P P p P 1 1 (4.1)
Maka dengan menggunakan persamaan probabilitas good state ke bad state dan sebaliknya di dapat nilainya sebagai berikut :
PGB = 1-PGG (4.2) = 1-0.96 = 0.04 PBG = 1-PBB (4.3) = 1-0.94 =0.06 Ptransisi =
94
.
0
06
.
0
04
.
0
96
.
0
Berdasarkan Ptransisi tersebut didapat
probabilitas steady state untuk kanal pada Bad State sebesar GB BG GB B
P
P
P
P
(4.5) 06 . 0 04 . 0 04 . 0 B P = 0.4sedangkan untuk kanal pada Good state didapat dari persamaan berikut : piG=pBG/(pBG+pGB) (4.6)
04
.
0
06
.
0
06
.
0
piG
= 0.06/(0.1) = 0.6Dari pengujian tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan probabilitas error yang rendah maka kanal pada keadaan good state mempunyai laju kanal yang lebih besar dibandingkan dengan kanal dalam keadaan bad state
Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs
Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
TEKNOLOJIA Vol. 5
4.3.Penerapan Cross Layer QoS Mapping Dengan adanya penerapan cross layer QoS mapping diharapkan kualitas video yang akan ditransmisikan dapat ditingkatkan kualitasnya dan dibuat klas-klas untuk memudahkan transmisi pada kanal wireless yang dimodelkan dengan kanal markov.
Kualitas layanan bisa diberikan dengan mengatur laju transmisi data agar tidak melebihi laju pada kanal wireless, selain itu dengan mengetahui kanal dalam kondisi good state
state maka pengiriman data video bisa diatur
waktunya dan disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah dilakukan pengujian terhadap penerapan cross layer QoS mapping di application layer dan QoS di link layer, maka didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 3. Perbandingan QoS Mapping dan QoS Non Mapping
PSNR Non QoS Mapping
PSNR QoS Mapping 1-13 14-25 1-13 14-25 1 24.69 30.95 29.76 35.10 25.68 30.85 31.88 35.51 26.01 31.73 32.58 35.11 26.87 31.87 33.34 35 26.92 31.73 34.72 35.94 27.88 31.02 34.89 35.77 27.97 31.14 34.93 35.85 27.93 31.44 35 35.71 28.94 31.88 35.12 35.97 28.9 31.11 35.09 35.16 29.99 31.62 35.12 35.62 29.88 30.95 35.11 35.16 12.58 30.57 35.34 13.34
Gambar 8. Grafik Perbandingan QoS Mapping dan QoS non Mapping
Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya dengan menerapkan QoS mapping pada pengiriman video maka akan dihasilkan jaminan QoS yang lebih baik, yaitu terdapat peningkatan 5,18 dB dibandingkan sebelum diterapkannya QoS mapping. Selain itu dengan QoS mapping maka prioritas sistem transmisi dapat
( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless
Penerapan Cross Layer QoS Mapping Dengan adanya penerapan cross layer QoS mapping diharapkan kualitas video yang akan ditransmisikan dapat ditingkatkan kualitasnya dan klas untuk memudahkan transmisi pada kanal wireless yang dimodelkan dengan kanal a diberikan dengan mengatur laju transmisi data agar tidak melebihi laju pada kanal wireless, selain itu dengan
good state dan bad
maka pengiriman data video bisa diatur waktunya dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah dilakukan pengujian terhadap penerapan cross layer QoS mapping di application layer dan QoS di link layer, maka didapatkan hasil
Perbandingan QoS Mapping dan QoS Non
SNR 1-13 14-25 1 15.84 1.25 19.95 1.58 25.11 1.99 31.62 2.51 39.81 3.16 50.11 3.98 63.09 5.01 79.43 6.30 100 7.94 125.89 10 158.49 12.58 199.53 13.34
QoS Mapping dan
Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya dengan menerapkan QoS mapping pada pengiriman video maka akan dihasilkan jaminan QoS yang lebih baik, yaitu terdapat peningkatan 5,18 dB dibandingkan sebelum QoS mapping. Selain itu dengan QoS mapping maka prioritas sistem transmisi dapat
dilakukan baik berdasarkan kualitas informasi yang dikandungnya ataupun menyesuaikan dengan kondisi kanal wireless.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari penelitian penera
untuk pengiriman video melalui jaringan wireless dapat disimpulkan :
1. Bahwa dengan pengkodoean skalable video didapatkan dua jenis kualitas video yaitu video dengan kualitas yang kasar atau disebut dengan
base layer dan video dengan kualitas
tinggi yang disebut dengan
2. Peningkatan kualitas video dari base layer ke enhancement layer adalah sebesar 6,14 dB. 3. Dan untuk kanal wireless model markov
probabilitas good state adalah 0,6 sedangkan bad state adalah 0,4. Dan denga
kanal wireless dengan kanal markov maka akan diketahui kualitas kanal sehingga lebih memudahkan pada prioritas sistem transmisi. 4. Dengan menerapkan QoS mapping pada
pengiriman video maka akan dihasilkan jaminan QoS yang lebih baik, yaitu terda peningkatan 5,18 dB dibandingkan sebelum diterapkannya QoS mapping
5.2.Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengkodean skalable dan ditingkatkan jumlah frame yang disimulasikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wuttipong Kumwilaisak,Mapping to Video Delivery in Wirelees Network”, IEEE Journal On Selected Areas In Communications, Vol. 21, No. 10, December 2003
2. Feng Wu et al,”Framework for Efficient Progressive Fine Granularity Scalable Video Coding, IEEE Transactions on Circuits and Systems for Video Technology
march 2001
3. M. Zorzi, R. R. Rao, and L. B. Milstein,“ the accuracy of a first-order Markov Model for data transmission on fading channels Proc. IEEE ICUPC’95, pp. 211
November 1995.
4. Michael Robin and Michael Poulin, Television Fundamentals
New York San Francisco Washington D.C, 2000
Indah Sulistiyowati, ST,MT )
Page 46 dilakukan baik berdasarkan kualitas informasi yang dikandungnya ataupun menyesuaikan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
penelitian penerapan MPEG-4 PFGS untuk pengiriman video melalui jaringan wireless Bahwa dengan pengkodoean skalable video didapatkan dua jenis kualitas video yaitu video dengan kualitas yang kasar atau disebut dengan dan video dengan kualitas yang tinggi yang disebut dengan enhancement layer. Peningkatan kualitas video dari base layer ke enhancement layer adalah sebesar 6,14 dB. Dan untuk kanal wireless model markov probabilitas good state adalah 0,6 sedangkan bad state adalah 0,4. Dan dengan memodelkan kanal wireless dengan kanal markov maka akan diketahui kualitas kanal sehingga lebih memudahkan pada prioritas sistem transmisi. Dengan menerapkan QoS mapping pada pengiriman video maka akan dihasilkan jaminan QoS yang lebih baik, yaitu terdapat peningkatan 5,18 dB dibandingkan sebelum diterapkannya QoS mapping
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengkodean skalable dan ditingkatkan jumlah frame yang disimulasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kumwilaisak,”A Cross Layer QoS Mapping to Video Delivery in Wirelees IEEE Journal On Selected Areas In Communications, Vol. 21, No. 10, December Framework for Efficient Progressive Fine Granularity Scalable Video Transactions on Circuits and Systems for Video Technology”, vol. 11, no. 3, M. Zorzi, R. R. Rao, and L. B. Milstein,“On
order Markov Model for data transmission on fading channels,” Proc. IEEE ICUPC’95, pp. 211-215,
Michael Robin and Michael Poulin,”Digital Television Fundamentals”, Mc.Graw Hill New York San Francisco Washington D.C,
5. Yosi Yonata,”Kompresi Video”, PT. Elex media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, 2002
6. Yao Wang, et.al,”Video Processing and Communication”, Prentice Hall,2001.
7. Yang Peng,“Cross Layer Optimization for Mobile Multimedia“, Master Thesis in Technische Universität München Lehrstuhl für Kommunikationsn, September 2004
8. Dapeng Wu, et.al,“Scalable Video Transport over Wireless IP Networks“, Carnegie Mellon University, Pittsburgh, PA, USA
9. Luiz A. DaSilva,”QoS Mapping along the Protocol Stack: Discussion and Preliminary Results”, Bradley Department of Electrical and Computer Engineering, Virginia Polytechnic Institute and State University Alexandria Research Institute – Alexandria,1995
10. Daji Qiao and Kang G. Shin,”A Two-Step Adaptive Error Recovery Scheme for Video Transmission over Wireless Networks”, Real-Time Computing Laboratory Department of Electrical Engineering and Computer Science The University of Michigan
11. Iain Edward Garden Richardson,”Video Communication Reliable”, A thesis submitted as part of the requirement for the degree of Doctor of Philosophy awarded by The Robert Gordon University, 1999.
12. Sebestyen dan Hundt;”Media Video Coding”, Universtat Communication IWAS Multimedia Kommunication, Mei 2001
13. Frank Fitzek ,et.al.,”Video Streaming in Wireless Internet”, IEEE Journal on Selected Areas in Communications,vol. 19, no. 10, pp. 2015–2028, Oct. 2001.
14. GuiJin Wang,”Channel-Adaptive Error Control for Scalable Video overWireless Channel”, Microsoft Research, China5F, Bejing Sigma Center, No. 49, Zhichun Road Haidian District, Beijing 100080, P. R. China
Simulasi Penerapan Mpeg-4 Pfgs ( Izza Anshory ST, MT,Indah Sulistiyowati, ST,MT ) Untuk Pengiriman Video Melalui Jaringan Wireless