• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Deiksis

Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa sesuai dengan fungsinya. Morfologi ialah cabang linguistik yang mempelajari morfem dan pengaturan mereka dalam membentuk kata-kata. Sintaksis ialah cabang linguistik yang mempelajari unit penggabungan bahasa dari frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik ialah cabang linguistik yang mempelajari makna kata dan kalimat. Struktur eksternal (hubungan antara linguistik dan disiplin lainnya) yaitu pragmatik, sosiolinguistik, semiotik, ethnolinguistik, psikolinguistik, dan neorolinguistik.

Para ahli bahasa yang berbicara tentang deiksis tidak menjadikan deiksis sebagai bahan pembicaraan tanpa menyertakan pragmatik lebih dahulu di dalamnya. Hal demikian beralasan mengingat bahwa salah satu aspek mendasar dalam kajian deiksis yakni, inferensi makna, dilakukan dengan memperhitungkan konteks. Perubahan konteks penggunaan tuturan, termasuk yang dinyatakan sebagai ekspresi deiksis, akan berimplikasi pada perubahan makna ekspresi tersebut. Peranan konteks yang menentukan seperti itu menyebabkan kajian deiksis digolongkan sebagai sub-bidang kajian pragmatik. Pragmatik berbeda dengan semantik dalam hal pragmatik mengkaji maksud ujaran dengan satuan analisisnya berupa tindak tutur (speech act), sedangkan semantik menelaah makna satuan lingual (kata atau kalimat) dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna.

Pragmatik berbeda dari tata bahasa, yang merupakan studi tentang struktur internal bahasa. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan (Parker 1986:11).

Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi pada saat berbicara (Leech, 1993:8). Menurut Levinson (1983: 55-59) kategori pragmatis dari deiksis mungkin menyangkut dengan semantik/ pragmatik. Namun ada beberapa pandangan bahasa, deiksis ada hubungannya dengan pragmatik karena langsung menyangkut hubungan antara struktur bahasa dan konteks di mana mereka digunakan.

(2)

Selanjutnya, Levinson (1983: 62) menyatakan bahwa semantik deiksis sama sekali tidak berkaitan langsung dengan bahasa alami, tapi tidak hanya dengan proposisi entitas abstrak yang kalimat dan konteks bersama-sama memilih. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, deiktikos (mampu menunjukkan). Hal ini terkait dengan Yunani (Dyke-Nimmy) berarti deiknymmy menjelaskan atau membuktikan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa deiksis merupakan aspek bahasa yang benar-benar membutuhkan informasi konteks, seperti di sini, sekarang, aku, kamu, ini, dan itu. Untuk menafsirkan unsur-unsur, kita perlu tahu siapa pembicara dan siapa yang harus diajak bicara, waktu, dan tempat berbicara tersebut (Brown dan Yule, 1983: 27). Fillmore (1975: 38-39) mengatakan deiksis berarti menunjukkan sesuatu. Deiksis menyangkut cara-cara di mana konteks bahasa enkode dari ucapan, dalam hal ini penafsiran ucapan tergantung pada analisis konteks tuturan. Deiksis dapat ditemukan dalam setiap bahasa.

Menurut Levinson (1987:5-7), pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa atau kajian bahasa dan perspektif fungsional. Artinya, kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur bahasa dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab non bahasa.

Kata deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos, yang berarti ‘hal penunjukan secara langsung’. Dalam logika, istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis. Menurut Lyons dalam Perkins, deiksis berarti lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses dan aktifitas yang sedang dibicarakan, atau yang sedang diacu, dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara.

Istilah ‘deiksis’, dari bahasa Yunani adalah kata untuk menunjukkan, mengacu pada cara tertentu di mana penafsiran ekspresi linguistik tertentu (‘deiktik’ atau ‘indeksikal’) adalah tergantung pada konteks dimana mereka diproduksi atau ditafsirkan. Sebagai contoh, saya ditujukan kepada seseorang yang berbicara, kamu dimaksudkan penerima atau mitra tutur, sekarang untuk menunjukkan waktu berbicara, di sini untuk menunjukkan tempat berbicara, jari ini untuk menunjukkan jari yang ditunjukkan, dan seterusnya (Levinson 1998:200).

‘Deiksis’ secara umum dimengerti sebagai encoding dari konteks spatiotemporal dan pengalaman subjektif dari dari sebuah ucapan. Istilah seperti saya, di sini, sekarang, dan ini disebut ‘istilah deiktik murni’ sangat tergantung pada konteks dan mewakili semacam orientasi pusat

(3)

kognitif untuk pembicara, sebagai contoh adalah di sini untuk saya, mungkin di sana untuk anda. Jelas hal tersebut menimbulkan masalah baik dari segi referensi dan makna, dan akun standar telah berusaha untuk menemukan jalan tengah antara makna leksikal dan pragmatis (Green 1995).

Dari penjelasan mengenai deiksis di atas dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah kata, frase atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.

Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata-kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, dimana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.

2.2. Jenis-Jenis Deiksis

Penelitian ini didasarkan pada teori Levinson (1987 : 14) yang membagi deiksis dalam lima kategori yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Berhubungan dengan tujuan dari penelitian maka penulis akan membatasi pemaparan hanya kepada kategori deiksis yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Deiksis Persona

Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa (Lyons, 1977:638 dalam Djajasudarma, 1993:44). Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yang lain.

Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan

(4)

kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka (Lyons, 1977:638 dalam Djajasudarma, 1993:45).

Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan. Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.

Bentuk pronominal persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.

Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan persona kedua, kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora.

Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang, tempat serta waktu.

Deiksis perorangan menunjukan subjektivitas dalam struktur semantik. Deiksis perorangan hanya dapat ditangkap jika kita memahami peran dari pembicara, sumber ujaran, penerima, target ujaran, dan pendengar yang bukan dituju atau ditarget. Dengan demikian kita dapat mengganti kata ganti dan kata sifat pada contoh (1) dengan contoh (2) atau (3) dalam proses ujaran.

(1) 「これ、彼女のレポートですか。名前が書いてありませんよ。」Apakah ini laporan dia (perempuan)? Namanya tidak tertulis lho.

(2) 「皆は暇な時よく一緒に山に登ります。」

Mereka ketika waktu luang sering bersama-sama mendaki gunung. (3) 「その本を彼にあげてください」

Tolong berikan buku itu pada-nya.

Jika ditinjau dari segi artinya, pronominal adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Jika dilihat dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan -dalam macam kalimat tertentu-

(5)

juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/ penulis, yang menjadi pendengar/ pembaca, atau siapa/ apa yang dibicarakan (Moeliono, 1997: 170).

Pronomina persona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu ke orang. Pronominal dapat mengacu pada diri sendiri (persona pertama), mengacu pada orang lain yang diajak bicara (persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (persona ketiga) (Moeliono, 1997: 172).

2. Deiksis Tempat

Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Semua bahasa –termasuk Bahasa Indonesia- membedakan antara “yang dekat kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada pembicara” (termasuk yang dekat kepada –di situ) (Nababan, 1987:41). Sebagai contoh penggunaan deiksis tempat.

(1) a. 「ここに座ってください。」 Silahkan duduk di sini.

b. 「ここで甘い物を売ります。」 Di sini jual makanan manis.

Frasa di sini pada kalimat (1a) mengacu ke tempat yang sangat sempit, yakni sebuah kursi atau sofa. Pada kalimat (1b), acuannya lebih luas, yakni suatu took atau penjualan yang lain.

Deiksis tempat menunjukkan lokasi relatif bagi pembicara dan yang dibicarakan seperti pada kata di sini, di sana. Misalnya kita dapat mendefinisikan di sini sebagai unit ruang yang mencakup lokasi pembicara pada saat dia berujar atau lokasi terdekat pada lokasi pembicara pada saat berujar yang mencakup tempat yang ditunjuk jika ketika berada di sini diikuti gerakan tangan. Ukuran dari lokasi juga berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh pengetahuan latar belakang. Di sini dapat berarti kota ini, ruangan ini, atau titik tertentu secara pasti. Dalam hal kata ganti ini dan itu, pilihan juga dapat didiktekan berdasarkan kedekatan emosional (empathy) dan jarak. Hal ini sering disebut deiksis empathetic. Dalam beberapa budaya, kata ganti demonstratif ini dapat dibedakan lebih berdasarkan prinsip-prinsip daripada jarak pembicara, seperti (i) dekat pada yang dibicarakan, (ii) dekat pada audien, (iii) dekat pada orang yang tidak ikut peristiwa, (iv) berdasarkan pada arah-above-below, atau bahkan (v) kelihatan atau tidak kelihatan pada pembicara atau (vi)

(6)

upriver-downriver dari pembicara, tergantung pada system dalam mengkonseptualisasi ruangan yang digunakan dalam bahasa tertentu. Deiksis tempat juga dapat digunakan untuk waktu misalnya dalam contoh (2).

(2) 「私はここに一時間ぐらいで待っています。」 Saya menunggu di sini selama kira-kira satu jam.

Tidak selalu mudah untuk memutuskan apakah penggunaan sebuah ungkapan itu deiksis atau non deiksis misalnya pada contoh (3). Payung dapat berada dibelakang ayah atau tertutup pandangan karena terhalang oleh ayah.

(3) 「お父さんの後ろに傘があります。」 Payung berada di belakang ayah.

Seperti halnya pada contoh (4), mobil bisa berada di sisi kiri ayah atau di kiri ayah dari sudut acuan pembicara.

(4) 「お父さんの左に車があります。」 Mobil berada di sisi kiri ayah.

3. Deiksis Waktu

Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa. Dalam banyak bahasa, deiksis (rujukan) waktu ini diungkapkan dalam bentuk kala/tense (Nababan, 1987:41).

Kala atau tense adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat. Kala lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang. Beberapa bahasa menandai kala itu secara morfemis; artinya pernyataan kala itu ditandai dengan bentuk kata tertentu pada verbanya. Dalam bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal. Antara lain dengan kata sudah untuk lampau, sedang untuk kala ini, dan akan untuk kala nanti. Sebagai contoh :

(1) a. 「お姉さんは本を読みました。」 Kakak (perempuan) sudah membaca buku. b. 「お姉さんは本を読んでいます。」

(7)

Kakak (perempuan) sedang membaca buku. c. 「お姉さんは本を読みます。」

Kakak (perempuan) akan membaca buku.

Banyak orang yang keliru menggunakan konsep kala dengan konsep keterangan waktu sebagai konsep sintaksis; sehingga mereka mengatakan kata sudah, sedang, dan akan seperti contoh di atas adalah keterangan waktu. Padahal keterangan waktu dan keterangan lainnya, sebagai fungsi sintaksis memberi keterangan terhadap keseluruhan kalimat. Posisinya pun dapat dipindahkan ke awal kalimat atau ke tempat lain; sedangkan kala terikat pada verbanya atau predikatnya. Penyebab kekeliruan di sini barangkali karena secara leksikal kata-kata seperti kemarin, tadi,dan besok yang menyatakan waktu; dan ketiga kata yang terakhir ini memang dapat mengisi fungsi keterangan. (Abdul Chaer, 2007:260).

(2) a. 「私はかばんを持っています。」 Saya membawa tas.

b. 「私はかばんを買っています。」 Saya membeli tas.

Meskipun tanpa keterangan waktu, dalam kalimat (2a) dan (2b), penggunaan deiksis waktu sudah jelas jika terjadi saat tuturan sedang berlangsung. Jadi diperlukan pembedaan/ ketegasan yang lebih terperinci, dapat ditambahkan sesuatu kata/frasa keterangan waktu; umpamanya, kemarin, akhir tahun kemarin, sekarang, dan sebagainya. Contoh dalam :

(3) a. 「昨日は辞書を買いました。」 Saya membeli kamus kemarin.

b. 「去年は辞書を買いました。」 Saya membeli kamus tahun lalu.

Deiksis waktu juga ditujukan pada partisipan dalam wacana. “Sekarang” berarti waktu dimana pembicara sedang menghasilkan ujaran. Waktu pengujaran berbeda dari waktu penerimaan, meskipun dalam praktiknya peristiwa berbicara dan menerima memungkinkan berdekatan atau kontemporal.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pertemuan Rutin Pengelola Informasi Publik (Website Dinkes) dilaksanakan untuk membimbing dan melatih petugas baru maupun yang lama dalam mengisi dan

Identifikasi perubahan kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi untuk memperkokoh kehidupan kebangsaan Identifikasi perubahan kehidupan sosial

Kunci tersebut akan digunakan untuk menentukan apakah client yang terhubung saat ini adalah client yang benar dan berhak untuk mengirim dan menerima informasi dalam

No. Jabatan Eselon Surat Keputusan Pejabat yang menetapkan Nomor Tanggal.. Pengalaman )e/agai penyaji SeminarLkakaryai)ku)i tingkat na)inal mengenai +a+a)an

Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa data rekam medik dari riwayat penggunaan antibiotik pasien ISK, data kultur bakteri, dan data hasil uji sensitivitas bakteri

Dari ujaran tokoh Sumitra, latar belakang tokoh Jayantaka dikembangkan dalam novel Sutasoma sehingga menjadi rangkaian peristiwa, tidak lagi diceritakan oleh tokoh

Jika anda sudah secara formal diidentifikasi sebagai korban perdagangan orang, maka anda berhak mendapatkan layanan yang tersedia dalam daftar ini, anda harus menghubungi

a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi seragam yang diikat oleh Mastik