Direktori Layanan Bagi
Korban Perdagangan Orang
dan Saksi/Korban
Jawa Barat dan Jakarta
2017
Pengembangan penelitian dan publikasi ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Program Australia-Asia untuk Memerangi Perdagangan Orang/ Australia-Asia Program to Combat Trafficking in Persons (AAPTIP). Pandangan yang diungkapkan tidak mencerminkan pandangan dari Pemerintah Australia.
NEXUS Tim Proyek: Stephen Warnath, Rebecca Surtees, Thaufiek Zulbahary, Suarni Daeng Caya, Laura S. Johnson
Bantuan teknis dan penyelia: Stephen Warnath
Grafik: Laura S. Johnson
Foto: Peter Biro
Terjemahan: Gracia Asriningsih dan Thaufiek Zulbahary
Penerbit: NEXUS Institute
1440 G Street NW Washington, DC 20005 © 2017 NEXUS Institute
Photo sampul depan: Dokter di klinik kesehatan di desa di Jawa Barat.
The NEXUS Institute® adalah pusat penelitian hak asasi dan kebijakan internasional yang independen. NEXUS berdedikasi untuk mengakhiri bentuk-bentuk modern dari perbudakan dan perdagangan orang sebagaimana pelanggaran hak asasi manusia, kebijakan dan hukum pidana internasional. NEXUS memimpin dalam penelitian, analisis, evaluasi, dan asistensi teknis dalam mengembangkan pendekatan inovatif untuk melawan perdagangan orang dan is-isu terkait.
Sambutan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan perkenan-NYA, NEXUS Institute berhasil menyelesaikan dan merampungkan “Direktori
Layanan Bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban”.
Buku ini diterbitkan, dengan maksud untuk membekali korban perdagangan orang sehingga
mendapat informasi yang mereka butuhkan untuk mendapatkan akses terhadap bantuan.
Buku ini memiliki arti strategis yang tinggi, semoga ke depan ada kerjasama atau tindak lanjut untuk
peningkatan kualitas layanan terhadap korban trafficking. Kementerian Sosial RI yang
dimandatkan dalam Peraturan Presiden No. 69 tahun 2008 tentang Gugus Tugas Tindak Pidana
Perdagangan Orang menempatkan Kementerian Sosial sebagai ketua sub gugus tugas pada bidang
Rehabilitasi Sosial, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial bagi Korban Perdagangan Orang.
Harapan kami dengan adanya buku ini bisa memperkuat capaian-capaian ke depan terutama
terkait:
1.! Penggunaan Task Force PPTPPO (Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang) Indonesia baik dari segi pembenahan dan pemutakhiran data, SDM,
Sarana Prasarana, sinergi kerja regulasi maupun kemitraan strategis dengan pihak terkait di
dalam dan luar negeri.
2.! Peningkatan capaian kinerja Task Force PPTPPO (Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang) melalui perluasan penjangkauan kemitraan
dan optimalisasi potensi media (tulis maupun visual, social media, dll). Wahana teknologi
informasi dan komunikasi serta optimalisasi pelibatan daerah dalam penanganan TPPO.
3.! Peningkatan kerjasama strategis secara regulasi maupun kegiatan pada konteks teritori
nasional, regional maupun internasional.
Akhir kata kami ucapkan selamat atas diterbitkannya buku direktori layanan ini, tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada tim NEXUS Institute yang telah memberikan perhatian yang begitu
besar dalam penanganan korban perdagangan orang di Indonesia.
Dr. Sonny W. Manalu, MM
Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang
Jakarta, Mei 2017
Kata Pengantar dari NEXUS
Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban dikembangkan dalam
kerangka proyek NEXUS Institute, berjudul ‘Meningkatkan identifikasi korban dan memperbaiki
akses pada peradilan pidana dalam kasus perdagangan orang di Indonesia’ yang didanai oleh
Pemerintah Australia melalui Program Australia-Asia untuk memerangi perdagangan orang
/Australia-Asia Program to Combat Trafficking in Persons (AAPTIP). Kami bersyukur atas
dukungan yang sangat besar dan atas prioritas yang diberikan oleh AAPTIP untuk upaya identifikasi
dan bantuan terhadap korban perdagangan orang di Indonesia. Identifikasi korban secara formal
adalah aspek yang sangat penting dalam respon anti perdagangan orang di negara manapun dan
merupakan langkah pertama agar korban menerima bantuan dan perlindungan yang mereka
butuhkan setelah eksploitasi.
Selama bekerja di Indonesia kami telah mempelajari bahwa banyak korban perdagangan orang di
Indonesia tidak teridentifikasi dan akibatnya, mereka tidak mengetahui hak mereka atas layanan
yang ada dan bagaimana mengakses berbagai bentuk bantuan. Korban perdagangan orang
membutuhkan dan memiliki hak atas informasi yang jelas, konkrit dan dapat dipahami tentang
bantuan yang tersedia di tingkat kabupaten/kota dan komunitas mereka serta bagaimana
mengakses bantuan ini sehingga mereka pulih dan berintegrasi kembali setelah mengalami
eksploitasi. Direktori layanan ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi penting tersebut bagi
korban perdagangan orang dan merupakan sumber penting dalam perlindungan terhadap korban
perdagangan orang.
Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban adalah hasil kerjasama
berbagai lembaga dan organisasi di Indonesia. Kami terutama berterimakasih atas kerjasama
dengan Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Kami bangga dapat bekerja bersama dengan Pemerintah Indonesia dan meningkatkan identifikasi
korban perdagangan orang di negara ini. Kami juga ingin menyampaikan penghargaan kepada
individu-individu dan lembaga berikut ini yang telah sangat berkontribusi dalam mengembangkan
Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban ini:
Kementerian Sosial: Dr. Sonny W. Manalu, MM (Direktur Rehabilitasi Sosial, Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang), Drs. Dian Setiawan, MSi (Kepala Sub Direktorat Rehabilitasi Sosial
Korban Perdagangan Orang dan Tindak Kekerasan); Dra. Maimoon Mooduto (Kepala Seksi
Rehabilitasi Sosial Korban Tindak Kekerasan) dan Koordinator RPTC Bambu Apus Jakarta; Dra.
Isnaini Dewi (Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Korban Perdagangan Orang); Drs. Ali Samantha
(Kepala PSKW Mulya Jaya); Drs. Bambang Soewignyo (Pekerja Sosial RPSW); Hasan Otoy (Pekerja
Sosial); Sri Mulyani R (Pekerja Sosial); Ajeng Karuniasari T, S.Psi, Ahmad Sahidin, S.ST, M. Kesos,
Retno Chaerunnisa, S.Pd, Dra. Anik Sulistyowati dan Untung Aji Pramono, S.ST (Staf Sub Direktorat
Rehabilitasi Sosial Korban Perdagangan Orang dan Tindak Kekerasan); Isni Nur Aini, M.Psi
(Koordinator Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta), Suparti dan Priska
Suryatin, S.ST, Rara Sundara dan Aryana (Staf RPTC Bambu Apus Jakarta).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA): Dr. Wahyu Hartomo,
MSc (Sekretaris Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak), Dra. Sri Danti, MA (Staf Ahli
Menteri Bidang Pengembangan Sistem Manajemen Informasi), Prof. Vennetia R. Danes, M.Sc, Ph.D
(Deputi B Perlindungan Hak Perempuan); Nuranah, S.Sos, MM (PLT Asisten Deputi Perlindungan
Hak Perempuan dari Tindak Pidana Perdagangan Orang, Dewi Mega Irhamna (Staf Asisten Deputi
Perlindungan Hak Perempuan dari Tindak Pidana Perdagangan Orang ), Dinno Ardiana, SE (Kepala
Bidang Perlindungan dari Tindak Pidana Perdagangan Orang); Ir. Hendarmi, MM (Kepala Bidang
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang; Ratriastu Ruciswandaru, S.Psi (Kepala Sub Bidang
Pelayanan Korban Perdagangan Orang; Tria Rosalina, SH (Kepala bidang Pencegahan Tindak
Pidana Perdagangan Orang Dalam Negeri, Dra. Imiarti, MH (Kepala Bidang Perlindungan Anak
Korban Pornografi, HIV/AIDS dan Napza), Kartika Sari dan Yusmiati Nuridar (Staf Bidang
Perlindungan Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang), Sri Murni, S.AP (Kepala Sub Bidang
Administrasi Sekretariat KPPPA); Hj. Sukinem (Kepala Bagian Sekretariat Deputi Perlindungan
Hak Perempuan).
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK): Dr. Lies Sulistiani, S.H, M.Hum (Wakil Ketua
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban).
Lembaga pemerintahan dan pemangku kepentingan yang berpartisipasi dalam diskusi kelompok
terarah di Cianjur, Cirebon dan Sukabumi. Di Cirebon: DPPKBP3A Kabupaten Cirebon, Dinas Sosial
Kabupaten Cirebon, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, UPPA Polres Cirebon, RSUD Waled
Kabupaten Cirebon, P2TP2A Kabupaten Cirebon, Sekretariat Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang Kabupaten Cirebon, FWBMI Cirebon, WCC Mawar
Balqis Cirebon dan SBMI Cirebon. Di Sukabumi: P2TP2A Kabupaten Sukabumi, RPTC Kabupaten
Sukabumi, LK3 Kabupaten Sukabumi, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi, Dinas Sosial
Kabupaten Sukabumi, DP3A Kabupaten Sukabumi, POLRES Kota Sukabumi, FORWA dan SBMI
Sukabumi. Di Cianjur: P2TP2A Kabupaten Cianjur, Kejaksaan Negeri Kabupaten Cianjur, Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Cianjur, DP2KB Kabupaten Cianjur, UPPA Polres Cianjur, PKK Kabupaten
Cianjur dan SBMI Cianjur.
Kami juga berterimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Cirebon, dan juga
kepada Kepala Desa Jambenenggang, Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Kepala Desa
Sukamaju Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur dan Kepala Desa Babakan Gebang Kecamatan
Babakan, Kabupaten Cirebon.
Demikian pula kepada sejumlah LSM, organisasi dan individu yang telah berkontribusi dalam
memetakan layanan di Jakarta dan Jawa Barat. Kami berterimakasih kepada: Yayasan
Bandungwangi Jakarta; Yayasan Bahtera Bandung; Institut Perempuan Bandung; Forum Warga
Buruh Migran Indonesia (FWBMI Cirebon); WCC Balqis Cirebon, Yayasan Kusuma Bongas
Indramayu; Jalin CIPANNAS Indramayu; Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Ciawi
Bogor; Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Sakura Indonesia YPM-Kesuma Bogor;
Solidaritas Perempuan (SP); Peduli Buruh Migran (PBM); Serikat Pekerja Indonesia Luar Negeri
(SPILN), Solidaritas Buruh Migran Karawang (SBMK), Solidaritas Buruh Migran Cianjur (SBMC),
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI DPN) , SBMI Cianjur, SBMI Cirebon, SBMI Banyuwangi,
SBMI Sukabumi, Forum Wanita Afada (FORWA Sukabumi), Migrant Institute, Yayasan Societa,
Migrant CARE, Jaringan Buruh Migran (JBM), Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI); Lembaga
Bantuan Hukum (LBH Jakarta); Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI
Jakarta); Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI); Asosiasi Pekerja Sosial Anak dan
Keluarga Indonesia(APSAKI), Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, International
Organization for Migration (IOM), TIFA Foundation, dan Solidarity Center (SC).
Kami juga berterimakasih kepada rekan-rekan di AAPTIP untuk kajian mereka pada direktori
layanan ini: Fatimana Agustinanto (Country Program Coordinator - Indonesia); Hera Shanaj
(Regional Victim Support Advisor); Gina Nott (International Legal Advisor); Froniga Greig
(Gender Advisor); Sean McKenna (Investigation Advisor); Sophie Pinwill (Regional Monitoring
and Evaluation Advisor) and Erwien Temasmico (Monitoring and Evaluation Officer - Indonesia).
Terakhir, saya ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada tim proyek NEXUS
Institute atas kinerja mereka mengembangkan Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang
dan Saksi/Korban ini termasuk kepada Rebecca Surtees, Suarni Daeng Caya, Laura S. Johnson dan
Thaufiek Zulbahary. Kami sungguh berharap buku ini akan menjadi yang pertama dari banyak edisi
Direktori layanan, sementara Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak melanjutkan pekerjaan pentingnya dalam melakukan identifikasi dan
membantu korban perdagangan orang di Indonesia.
Stephen Warnath
President, CEO dan Pendiri
NEXUS Institute
Daftar Isi
Sambutan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia ... 1
Kata Pengantar dari NEXUS ... 2
Daftar Isi ... 4
1. Pengantar ... 5
1.1 Apa itu Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban?
... 5
1.2 Untuk siapa Direktori ini? ... 5
2. Apa itu perdagangan orang? ... 7
3. Beberapa contoh perdagangan orang ... 10
4. Pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQ) ... 12
4.1 Tentang perdagangan orang ... 12
4.2 Tentang cara mendapatkan pertolongan ... 14
4.3 Tentang hak hukum ... 15
5. Siapa yang bisa mendapatkan bantuan? Bantuan apa yang tersedia dari
pemerintah? ... 21
5.1 Bantuan pemerintah yang tersedia bagi korban perdagangan orang ... 22
5.2 Bantuan pemerintah yang tersedia bagi korban perdagangan orang sebagai
saksi/korban ... 26
5.3 Bantuan pemerintah yang tersedia bagi pekerja migran ... 27
5.4 Bantuan sosial pemerintah, termasuk untuk kelompok rentan, korban
kekerasan dan perlindungan anak ... 29
6. Dimana bantuan tersedia? ... 33
6.1 Daftar layanan di Jawa Barat (dari pemerintah dan LSM) ... 33
6.2 Daftar layanan di Jakarta (dari pemerintah dan LSM) ... 44
6.3 Informasi nomor telepon penting (Hotline) ... 50
7. Bantuan apa yang tersedia di desa? ... 52
8. Bantuan apakah yang tersedia dari polisi? ... 54
8.1 Informasi tentang polisi di Indonesia – siapa mereka dan apa yang mereka
lakukan? ... 54
8.2 Informasi Kontak Polisi di Jawa Barat dan Jakarta ... 56
9. Bantuan apa yang tersedia di negara lain? ... 89
9.1 Bantuan yang tersedia bagi korban perdagangan orang dari kedutaan
Indonesia di Luar Negeri ... 89
1. Pengantar
1.1 Apa itu Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan
Saksi/Korban?
Direktori Layanan bagi Korban Perdagangan Orang dan Saksi/Korban menyediakan informasi
tentang layanan dan dukungan yang tersedia untuk korban perdagangan orang Indonesia dan
saksi/korban di Jakarta dan Jawa Barat serta dimana dan bagaimana layanan-layanan ini dapat
diakses.
Direktori juga menyediakan informasi tentang apa yang disebut sebagai perdagangan orang,
berbagai bentuk perdagangan orang, contoh berbagai pengalaman perdagangan orang yang berbeda
dan jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan tentang isu yang kompleks dan penting
ini.Direktori juga menyediakan informasi tentang hak dan layanan yang tersedia bagi korban
perdagangan orang, yang ingin mengajukan proses hukum sebagai korban atau saksi menghadapi
pelaku perdagangan orang.
Direktori ini dibagi menjadi sembilan bagian:
Bagian 1. Pengantar
Bagian 2. Apa itu perdagangan orang?
Bagian 3. Beberapa contoh perdagangan orang
Bagian 4. Pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQs)
Bagian 5. Siapa yang bisa mendapatkan bantuan? Bantuan apa yang tersedia
dari pemerintah?
Bagian 6. Dimana bantuan tersedia?
Bagian 7. Bantuan apa yang tersedia di desa?
Bagian 8. Bantuan apa yang tersedia dari polisi?
Bagian 9. Bantuan apa yang tersedia di negara lain?
1.2 Untuk siapa Direktori ini?
Direktori ini dapat digunakan oleh korban perdagangan orang yang membutuhkan informasi
tentang bantuan dan layanan yang tersedia bagi mereka di Jakarta dan Jawa Barat dari berbagai
lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, termasuk didalamnya warga negara Indonesia
yang mengalami perdagangan orang di luar negeri dan juga yang dieksplotasi di Indonesia.
Direktori ini juga dapat digunakan oleh organisasi dan lembaga yang bekerja dengan korban
perdagangan orang, untuk memberikan informasi kepada korban tentang hak-hak mereka dan
layanan serta dukungan yang tersedia bagi mereka sebagai korban atau saksi/korban. Direktori
dapat juga bisa disebarkan langsung kepada korban perdagangan orang oleh lembaga atau oganisasi
untuk menjamin bahwa korban mendapatkan informasi yang mereka butuhkan untuk menerima
bantuan dan layanan setelah perdagangan orang. Layanan tersebut adalah sebagai berikut:
Rumah perlindungan sementara
Perawatan kesehatan
Dukungan psikologis dan konseling
Bantuan ekonomi
Dukungan pendidikan dan kecakapan hidup ( life skill )
Perlindungan
Bantuan hukum
!
2. Apa itu perdagangan orang?
Di Indonesia, perdagangan orang merupakan pelanggaran hukum dan tindakan pidana.
Undang-undang khusus tentang tindak pidana. Perdagangan orang adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(Nomor 21 tahun 2007).
Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan perdagangan orang adalah:
Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
1Definisi perdagangan orang terdiri dari 3 unsur inti, sebagaimana digambarkan dalam diagram
berikut ini:
#1. Tindakan perdagangan orang (yang berarti perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, penerimaan orang)
+
#2. Cara perdagangan orang (termasuk didalamnya ancaman atau penggunaan kekerasan, penipuan, penculikan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan)
+
#3.
Tujuan perdagangan
orang (termasuk didalamnya eksploitasi untuk prostitusi, kerja atau layanan paksa, perbudakan atau praktek serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan terhadap organ reproduksi, transfer illegal atau transplantasi anggota tubuh atau penggunaan orang lain untuk bekerja atau untuk menghasilkan keuntungan).Meskipun ketika seseorang telah setuju untuk melakukan migrasi, ia bisa menjadi korban
perdagangan orang. Meskipun seseorang setuju menerima pekerjaan tersebut namun jika caranya
dilakukan sebagaimana daftar diatas (dengan ancaman, kekerasan, dan sebagainya) maka
kemauannya menjadi tidak dapat dipertimbangkan.
Untuk anak-anak, persetujuan tidak dapat dipertimbangkan, karena eksploitasi anak-anak yang
terjadi melalui tindakan sebagaimana di bawah ini (perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, atau penerimaan) secara otomatis merupakan perdagangan orang.
Diagram #1. Perdagangan Orang Dewasa adalah
2:
2 Diagram ini disusun oleh International Catholic Migration Commission (ICMC) dan Solidarity Center dalam konteks program anti perdagangan orang yang didanai oleh USAID dan telah diperbaharui untuk mencerminkan definisi dalam UU 21/2007. Lihat, R. (2003) Trafficking of Women and Children in Indonesia, Jakarta: USAID, ICMC and Solidarity Center, hal. 15.
3. Beberapa contoh perdagangan orang
Studi kasus perdagangan orang dalam industri perikanan
“Surya”, seorang laki-laki berumur 35 tahun dari Jawa Barat pergi ke agen pencari kerja di bidang
perikanan di Jakarta. Ia ditawari pekerjaan sebagai nelayan dengan gaji $260 USD atau sekitar
3,4 juta rupiah per bulan ditambah bonus. Agen mendorongnya untuk menandatangani kontrak
dengan cepat karena ia mengatakan banyak orang lain yang menunggu pekerjaan ini. Surya
menandatangani kontrak yang berbahasa inggris, yang tidak ia mengerti. Beberapa hari
kemudian, ia berangkat dengan kapal ikan, selama delapan bulan, Surya bekerja 20 jam per hari
sebagai nelayan, membongkar dan memperoses ikan, tanpa pakaian pelindung atau perlengkapan
yang memadai sementara ia berada dalam kondisi berbahaya dan keras. Ia dilecehkan secara fisik
dan seksual oleh kapten dan tidak pernah dibayar. Surya melarikan diri bersama nelayan lain
ketika kapal berlabuh di Selandia Baru lalu meminta pertolongan pada pihak yang berwenang.
Ketika ia pulang ke Indonesia, ia kembali ke agen perekrut dan meminta gajinya. Agen tersebut
menolak untuk membayar gajinya dan menghalangi Surya untuk bicara pada pihak berwenang.
Mereka juga menolak untuk mengembalikan dokumennya yang ditinggalkan oleh Surya disana
ketika ia berangkat bermigrasi.
Studi kasus perdagangan orang untuk menjadi pekerja rumah tangga
“Diah” berusia 30 tahun ketika direkrut secara informal melalui tetangganya untuk bekerja
sebagai pekerja rumah tangga di Hong Kong. Ia meminjam uang dari saudara-saudaranya untuk
membayar biaya administrasi dan tiket pesawat. Di Hong Kong, Diah dipaksa bekerja 15 jam per
hari tanpa hari libur serta tidak boleh keluar rumah kecuali ditemani oleh majikannya.
Majikannya seringkali membentak dan kadang-kadang memukulnya. Ia hanya diberi makan
sekali sehari dan tidak mendapatkan perawatan kesehatan. Meskipun ia menerima gaji tiap bulan
dan dapat mengirim ke rumahnya, jumlahnya jauh dari yang pernah dijanjikan. Majikannya
menyita paspor dan surat-surat Diah lainnya dan Diah pun takut untuk memintanya.
Studi kasus perdagangan orang untuk menjadi pekerja pabrik
“Candra”, seorang pemuda berusia 19 tahun, tinggal bersama orangtuanya ketika seorang sponsor
menelpon ibunya dan mencritakan tentang kesempatan untuk bekerja di pabrik di Malaysia.
Candra bertemu dengan sponsor dan membayar agar diuruskan dokumennya. Di pabrik ia bekerja
dengan jam kerja yang panjang dengan istirahat sebentar untuk makan siang. Seringkali ia hanya
tidur empat jam di malam hari. Pekerjaannya sangat berbahaya dan ia menyaksikan beberapa
kecelakaan. Ia tidak pernah menerima gaji. Ketika ia melarikan diri dari pabrik, ia ditahan oleh
polisi Malaysia dan ditahan sebelum akhirnya di deportasi.
Studi kasus perdagangan orang untuk eksploitasi seksual
“Bethari” berusia 14 tahun ketika broker lokal mendekati orang tuanya, menawarkan pekerjaan
untuk menjadi penjual teh di Jakarta. Sebagai ganti jasa broker, gaji Bethari akan dipotong, orang
tuanya pun menyetujui kepindahan Bethari. Setelah sampai di Jakarta, broker tersebut memaksa
Bethari untuk bekerja di lokalisasi dan memberitahunya bahwa ia harus bekerja untuk membayar
hutang orang tuanya. Dia diberi kamar di lokalisasi dan harus melayani langganan setiap hari dari
jam 6 sore sampai jam 3 pagi. Ia juga harus membayar makanan dan pakaian dari tips yang
diperolehnya.
Studi kasus perdagangan orang untuk pekerjaan di perkebunan
“Adi”, berusia 40 tahun berasal dari sebuah desa di Jawa Barat, bermigrasi ke Kalimantan timur,
karena kawannya berkata bahwa disana ada pekerjaan di perkebunan sawit. Di perkebunan, ia
menandatangani kontrak satu tahun sementara perekrutnya menyita KTP dan dokumen lainnya.
Ia diberitahu bahwa ia akan mendapatkan gaji ketika kontrak selesai dan bahwa makanan dan
bekal lainnya yang dibeli akan dianggap hutang yang harus dibayar dengan gajinya. Adi tinggal di
sebuah bangunan dengan pekerja lainnya. Sepuluh pekerja laki-laki tinggal di ruangan yang kecil.
Mereka bekerja selama dua belas jam sehari dan kalau mereka bekerja terlalu lamban, salah satu
penjaga akan memukul dengan tongkat panjang.
Studi kasus perdagangan orang untuk menjadi pekerja bangunan
“Fahkrul”, sudah menikah dan memiliki dua anak, kadang-kadang bekerja di proyek bangunan di
Indonesia. Ketika ia mendengar tentang kesempatan dari agen untuk bekerja di proyek bangunan
di Timur Tengah dan menerima gaji yang bagus, ia memutuskan untuk melamar. Ia menyerahkan
kartu identitas kepada agen dan disuruh pergi ke Jakarta untuk mengurus passport. Tiga hari
setelah menerima passport, ia berangkat ke Timur Tengah. Di proyek, ia tinggal dengan pekerja
lainnya di sebuah gudang, banyak dari mereka juga dari Indonesia. Mereka tidur di tikar di lantai
dengan jam kerja yang panjang. Setelah beberapa bulan, Fahkrul tidak menerima gaji, ia pergi ke
agen untuk mengadu. Ia hanya menerima sebagian dari haknya lalu dipulangkan ke Indonesia.
4. Pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQ)
4.1 Tentang perdagangan orang
T. Bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah korban perdagangan orang?
J. Jika anda sedang mengalami eksploitasi atau menerima kekerasan, mungkin anda adalah korban
tindak pidana perdagangan orang. Beberapa contoh tanda terjadinya perdagangan orang mencakup
sebagai berikut:
•! Anda tidak menerima gaji untuk pekerjaan yang anda lakukan.
•! Anda hanya dibayar sebagian dari gaji yang dijanjikan.
•! Anda harus menyerahkan sebagian gaji anda kepada majikan.
•! Majikan anda atau seseorang yang terhubung dengan mereka menyimpan surat-surat anda.
•! Anda dipaksa bekerja atau diberikan ancaman untuk memaksa anda bekerja.
•! Majikan anda menyakiti atau mengancam untuk menyakiti anda atau keluarga anda.
•! Anda memiliki utang kepada majikan anda atau seseorang yang memaksa anda untuk
bekerja.
•! Anda “dijual”, artinya seseorang telah membayar sejumlah uang dan mengatakan bahwa
anda adalah miliknya.
•! Anda dipaksa untuk melakukan hal-hal atau pekerjaan yang sebenarnya bukan merupakan
bagian dari kontrak atau kesepakatan kerja anda.
•! Anda memiliki kontrak yang akan menyebabkan anda dikenai denda jika anda berhenti dan
meninggalkan pekerjaan anda.
•! Anda tidak diberikan makanan yang layak.
•! Anda tidak diberikan waktu istirahat dan tidur yang memadai.
•! Anda dipaksa untuk tetap bekerja ketika anda sedang sakit atau mengalami permasalahan
kesehatan.
•! Anda tidak diijinkan untuk berobat ke dokter.
•! Anda tidak diijinkan meninggalkan tempat kerja anda atau pergerakan anda diawasi dan
diamati terus menerus.
•! Anda merasa dijebak.
T. Apakah laki-laki dapat menjadi korban perdagangan orang?
J. Ya. Laki-laki pun dapat menjadi korban perdagangan orang. Begitu pula perempuan dan anak,
baik laki-laki maupun perempuan. Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (Indonesia) mengakui semua korban perdagangan orang dan mengharuskan adanya layanan
pendampingan bagi semua korban.
T. Apa saja bentuk-bentuk eksploitasi yang diderita oleh korban perdagangan orang?
J. Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (di Indonesia) mengakui
adanya berbagai bentuk eksploitasi sebagai berikut:
•! Kerja atau pelayanan paksa (misalnya, bekerja sebagai PRT, di pabrik, lahan pertanian/
perkebunan, konstruksi, perikanan, dll)
•! Perbudakan atau praktik-praktik serupa perbudakan
•! Pemanfaatan fisik
•! Pemanfaatan seksual
•! Pemindahan atau transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh secara ilegal
•! Pemanfaatan organ reproduksi
•! Prostitusi secara paksa
•! Eksploitasi seksual
T. Jika saya memilih untuk bermigrasi secara resmi, apakah saya masih bisa menjadi
korban perdagangan orang?
J. Ya. Sebagian dari korban perdagangan orang memilih untuk bermigrasi melalui proses yang resmi
tetapi kemudian mereka dijebak atau dipaksa masuk ke dalam situasi pekerjaan yang sangat buruk
sesudahnya, seperti dalam kondisi:
•! tidak diijinkan untuk meninggalkan lokasi tempat kerja mereka;
•! tidak diberikan makanan yang memadai;
•! menderita penyiksaan fisik dan/atau seksual (dilakukan oleh majikan atau agen);
•! dipaksa untuk bekerja dalam jam kerja panjang dan tanpa istirahat;
•! tidak menerima gaji yang telah dijanjikan;
•! dipaksa untuk bekerja dan gajinya dipakai untuk membayar biaya migrasi.
Sebagian dari pekerja migran yang melakukan migrasi secara resmi akhirnya menjadi korban
perdagangan orang. Namun, tidak semua pekerja migran yang mendapatkan pengalaman buruk
adalah korban perdagangan orang.
T. Jika saya menyetujui pekerjaan yang saya lakukan (atau dulu saya lakukan), apakah
saya masih bisa dianggap sebagai korban perdagangan orang?
J. Ya. Sekalipun anda menyetujui pekerjaan yang anda lakukan sekarang (atau yang anda lakukan
di masa lampau), anda masih dapat dianggap sebagai korban perdagangan orang. Bahkan jika anda
menandatangani kontrak kerja pun anda masih dapat dianggap sebagai korban perdagangan orang.
Sebagai contoh, anda akan dianggap sebagai korban perdagangan orang jika:
•! Anda menyetujui untuk melakukan pekerjaan itu tetapi anda merasa diancam atau anda
merasa berada dalam bahaya jika anda berhenti bekerja.
•! Anda menyetujui untuk bekerja tetapi agen atau majikan anda mengatakan kepada anda
bahwa anda akan ditahan atau dideportasi jika anda berhenti bekerja.
•! Anda menyetujui untuk bekerja tetapi agen atau majikan anda memberikan ancaman kepada
anggota keluarga anda dengan maksud memaksa anda untuk tetap bekerja.
•! Anda menyetujui untuk bekerja tetapi anda merasa bahwa majikan anda sebenarnya
memaksa anda untuk terus bekerja, melebihi jam kerja yang anda setujui sebelumnya atau
untuk melakukan pekerjaan yang berbeda dengan yang anda setujui.
•! Anda menandatangani kontrak tetapi pekerjaan yang anda lakukan berbeda dengan yang
dijanjikan atau anda tidak mendapatkan gaji yang sesuai dengan yang tercantum dalam
kontrak yang anda tandatangani.
•! Anda menyetujui untuk bekerja karena anda memiliki utang yang besar kepada agen atau
majikan anda.
•! Anda tidak dapat mengakses dokumen perjalanan anda
•! Anda bekerja di industri atau lokasi yang berbeda dengan yang dijanjikan
•! Anda dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang sangat berbeda dengan yang disepakati dalam
perjanjian
Jika anda berusia di bawah 18 tahun, persetujuan untuk bekerja tidak berpengaruh. Jika pun orang
tua anda menyetujui pekerjaan tersebut atas nama anda, hal tersebut tidak berpengaruh.
T. Apakah saya dapat diperdagangkan lebih dari satu kali?
J. Ya. Banyak korban perdagangan orang yang diperdagangkan lebih dari satu kali. Kadangkala
korban perdagangan orang direkrut ulang oleh agen perekrutan yang sama, kenalan atau saudara
yang sama atau dieksploitasi oleh majikan yang sama.
T. Saya rasa saya adalah korban perdagangan orang, tetapi tidak ada orang yang
mengetahui apa yang telah menimpa saya. Dapatkah saya mendapatkan
pertolongan?
J. Ya. Bahkan ketika anda belum menceritakan kepada siapapun mengenai pengalaman buruk yang
menimpa anda pun, anda bisa mendapatkan pertolongan. Kalaupun pengalaman buruk itu terjadi
sudah lama sekali, anda tetap bisa mendapatkan pertolongan.
4.2 Tentang cara mendapatkan pertolongan
T. Di mana saya bisa mendapatkan pertolongan?
J. Jika Anda adalah korban perdagangan orang dan anda membutuhkan pertolongan, anda bisa
mendapatkannya dengan cara:
•! Mendatangi Pusat Pelayanan Terpadu atau PPT
•! Mendatangi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau P2TP2A.
•! Meminta bantuan dari pemerintah. Silakan lihat Bagian 5 dan Bagian 6.
•! Meminta bantuan lembaga swadaya masyaarakaat (LSM). Silakan lihat Bagian 6.
•! Menghubungi nomor telepon bantuan. Silakan lihat Bagian 6.3.
•! Memberitahukan seseorang di kampung halaman yang dapat membantu anda. Silakan lihat
Bagian 7.
•! Mendatangi kantor polisi. Silakan lihat Bagian 8.
•! Meminta bantuan dari kantor Kedutaan Besar negara anda jika anda (atau anggota keluarga
anda) berada di negara lain. Silakan lihat Bagian 9.
T. Bagaimana cara saya mengatasi pengalaman buruk yang saya dapatkan?
J. Banyak orang yang pulang ke kampung halaman setelah mengalami perdagangan orang yang
berada dalam kondisi kecemasan, stres, atau depresi. (Ada orang-orang profesional yang dapat
membantu). Silakan datangi organisasi dan lembaga (pemerintah dan LSM) di Jakarta dan Jawa
Barat yang dapat membantu anda. Silakan lihat Bagian 6.
T. Bagaimana caranya agar saya dapat teridentifikasi sebagai korban perdagangan
orang?
J. Agar dapat terindentifikasi sebagai korban perdagangan orang secara resmi anda dapat
mendatangi:
•! Petugas kepolisian
•! Petugas dinas sosial pada tingkat kabupaten/ kota, propinsi atau nasional
•! Pusat Pelayanan Terpadu atau PPT
•! Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau P2TP2A
•! Pusat Krisis Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI)
•! Kantor Kedutaan Besar RI (jika anda berada diluar negeri)
T. Apakah saya akan mendapatkan masalah jika saya bicara kepada polisi?
J. Pada prinsipnya, anda seharusnya tidak akan mendapatkan masalah jika anda melaporkan
pengalaman perdagangan orang yang menimpa anda kepada polisi. Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang melindungi korban perdagangan orang dan
polisi diwajibkan untuk membantu anda. Sebagai contoh, jika anda adalah korban perdagangan
orang, anda tidak dapat dikenakan tuduhan atau hukuman atas tindak pidana yang anda lakukan
ketika anda sedang diperdagangkan. Lebih lanjut lagi, sebagai saksi/korban anda memiliki hak
untuk dijaga kerahasiaan identitasnya berdasarkan ketentuan dalam UU No. 21 tahun 2007 yang
menyatakan bahwa siapapun yang membuka identitas korban atau saksi akan diberikan hukuman.
Jika untuk alasan tertentu anda ditahan atau dikenai tuduhan telah melakukan tindak pidana
sebagai akibat dari perdagangan orang yang anda alami (misalnya, melakukan perjalanan dengan
menggunakan dokumen yang dipalsukan, melintasi batas negara secara ilegal, melakukan kegiatan
prostitusi, keterlibatan dalam penangkapan ikan ilegal atau bentuk-bentuk pekerjaan lain yang
ilegal), maka anda harus meminta untuk didampingi oleh seorang pengacara. Pihak kepolisian akan
mengatur agar anda bisa mendapatkan layanan bantuan hukum secara gratis atau pro-bono.
Harap diketahui juga bahwa sebagian petugas kepolisian akan meminta anda untuk menunjukkan
beberapa barang bukti yang akan menegaskan kondisi anda sebagai korban perdagangan orang,
seperti tiket, paspor, kontrak kerja (jika ada) dan lain sebagainya. Selain itu, mereka mungkin juga
akan mengajukan banyak pertanyaan terperinci mengenai pelaku perdagangan orang yang
merekrut, memindahkan, menempatkan, atau mengeksploitasi anda.
4.3 Tentang hak hukum
T. Saya tidak ingin melapor ke polisi. Bisakah saya mendapat pertolongan?
J. Ya. Jika anda memang tidak ingin melapor ke polisi untuk mendapatkan pertolongan, anda bisa
langsung mendatangi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau P2TP2A
atau Pusat Pelayanan Terpadu atau PPT atau mencari seseorang di desa anda yang dapat membantu
anda. Anda akan tetap mendapatkan pertolongan bahkan jika anda tidak ingin melaporkan kasus
anda kepada polisi.
T. Saya tidak ingin bersaksi di persidangan untuk memberatkan para pelaku yang
telah memperdagangkan saya. Bisakah saya mendapatkan pertolongan?
J. Ya. Berdasarkan perundangan-undangan Indonesia, korban tindak pidana perdagangan orang
memiliki hak untuk mendapatkan layanan dan pendampingan bahkan jika mereka tidak ingin hadir
atau bersaksi di persidangan untuk melawan para pelaku.
Namun, Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang pasal 51 ayat 1, 2 dan 3 menyatakan bahwa jika anda ingin mendapatkan hak-hak atas bantuan
tersebut, anda harus terlebih dahulu melaporkan kasus anda kepada pihak kepolisian.
T. Saya ingin menghadiri persidangan dan bersaksi untuk menuntut para pelaku
tindak pidana perdagangan orang. Bisakah saya mendapatkan bantuan?
J. Ya. Jika anda ingin mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku yang telah
memperdagangkan anda, anda akan menjadi saksi/korban. Untuk mendapatkan bantuan, anda
harus melaporkan kasus anda kepada kepolisian atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A).
T: Bagaimana mengajukan proses peradilan terhadap para pelaku yang telah
memperdagangkan saya?
J. Pertama, anda harus melaporkan kasus anda kepada kepolisian atau Pusat Pelayanan Terpadu
atau PPT atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Polisi akan
meminta anda untuk membuat pernyataan dan mereka bisa membantu anda untuk mendapatkan
pengacara. Silakan lihat Bagian 8 untuk informasi tentang cara menghubungi polisi di wilayah anda.
Jika korban tidak mampu membayar biaya jasa untuk mendapatkan pengacara, pihak kepolisian
akan membantu mendapatkan pengacara secara gratis untuk membantu korban tersebut. Namun,
harus diingat bahwa polisi tidak dapat menjamin kualitas dari layanan yang diberikan oleh
pengacara tersebut.
T. Hak apa yang akan saya dapatkan jika saya bersaksi melawan pelaku perdagangan
orang di persidangan?
J. Perundangan-undangan Indonesia memberikan hak khusus kepada anda jika anda bersaksi
sebagai saksi/korban. Akan tetapi, anda harus menyadari bahwa pada kenyataannya anda mungkin
tidak akan menerima semua hak tersebut dikarenakan berbagai faktor yang berbeda, misalnya
kurangnya pengetahuan petugas penegak hukum atau tidak tersedianya bantuan pendampingan
yang anda butuhkan di wilayah tersebut. Hak tersebut mencakup:
•! bantuan dan pendampingan sebelum, selama dan sepanjang waktu yang dibutuhkan sesudah
selesainya proses peradilan;
•! hak untuk dilindungi dari pelaku perdagangan orang dan siapapun yang dapat mengancam
anda;
•! hak untuk mendapatkan informasi dalam Bahasa yang anda pahami;
•! hak untuk tidak diperlakukan sebagai pelaku tindak pidana;
•! hak untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan;
•! hak untuk mendapatkan kompensasi atau restitusi.
T. Apa itu restitusi?
J. Restitusi adalah ganti kerugian yang atas dasar putusan pengadilan memerintahkan pelaku untuk
memberikan penggantian biaya atas kehilangan aset atau penghasilan, penderitaan korban, biaya
pemeriksaan/ tindakan perawatan medis dan/atau psikologis korban, dan kerugian lainnya yang
diderita oleh korban selama menjadi korban perdagangan orang. Ganti kerugian tersebut akan
dimintakan kepada pelaku perdagangan orang. Restitusi hanya dapat diberikan jika pelaku
perdagangan orang diputus bersalah atas tindak pidana tersebut dan jika pelaku memiliki
kemampuan finansial untuk membayarkannya. Jadi, penting untuk diingat dan dicatat bahwa
restitusi tidak akan selalu bisa dibayarkan ketika dua keadaan yang disyaratkan di atas tidak
terpenuhi.
T. Apakah saya akan menerima restitusi?
J. Seperti telah disebutkan di atas, anda mungkin akan menerima restitusi jika kasus anda telah
dibuktikan dan pelaku perdagangan orang tersebut memiliki kemampuan untuk membayarnya.
Anda harus memastikan bahwa penyidik yang bertanggung jawab menyusun kasus anda
memasukkan tuntutan atas restitusi tersebut di dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Anda juga
harus memastikan bahwa jaksa penuntut umum memasukkan tuntutan yang sama dalam berkas
kasus. Cara ini akan meningkatkan peluang agar anda bisa mendapatkan restitusi. Akan tetapi, tentu
saja cara ini tidak serta merta memberikan jaminan bahwa restitusi tersebut pasti akan anda
dapatkan, karena hal ini bergantung pada banyak faktor. Sebagai contoh, pemberian restitusi akan
menjadi permasalahan apabila pelaku perdagangan orang tidak memiliki uang untuk membayar
atau terdakwa memilih untuk menjalani hukuman yang lebih lama untuk menghindari pembayaran
restitusi tersebut, atau jika terdakwa memutuskan untuk mengajukan banding ke tingkat pengadilan
yang lebih tinggi dan kemudian keputusannya adalah terdakwa tidak terbukti telah melakukan
tindak pidana perdagangan orang.
Setelah pengadilan membuat keputusan, restitusi sebenarnya seharusnya diberikan. Sayangnya, hal
ini tidak selalu dilaksanakan. Misalnya, jika terdakwa memutuskan untuk mengajukan banding ke
tingkat pengadilan yang lebih tinggi dan kemudian keputusan hakim adalah terdakwa tidak terbukti
telah melakukan tindak pidana perdagangan orang.
T. Apa yang akan dilakukan oleh saksi/korban?
J. Sebagai saksi/korban, anda akan bekerjasama dengan pihak kepolisian dan jaksa secara intensif
untuk membawa kasus melawan pelaku perdagangan orang atau orang yang memperdagangkan.
Anda akan diminta untuk menjawab banyak pertanyaan dan diambil keterangannya berkali-kali.
Anda juga akan diminta untuk hadir di pengadilan dan bersaksi di persidangan. Menjadi
saksi/korban berarti juga anda mungkin harus bepergian ke kota lain untuk memproses kasus, dan
artinya mungkin anda harus mengeluarkan biaya perjalanan dan transportasi, dan tidak bisa bekerja
(mencari nafkah) saat harus bepergian. Pengeluaran biaya selama pengurusan kasus anda dapat
hitung sebagai salah satu komponen penghitungan restitusi, untuk itu sebaiknya anda rapi dalam
menyimpan bukti-bukti pengeluaran atau mencatatnya.
T. Berapa kali saya perlu untuk pergi dan datangi polisi untuk memberikan
pernyataan?
J. Tidak ada peraturan atau standar terkait dengan berapa kali seorang korban harus mendatangi
kantor polisi untuk memberikan pernyataan. Korban bisa saja diminta datang hanya satu kali atau
diminta berkali-kali sesuai kebutuhan petugas kepolisian agar dapat melengkapi berkas kasus secara
utuh. Kemungkinan besar anda harus membayar sendiri biaya transportasi dan biaya lain yang
harus dikeluarkan ketika pergi ke kantor polisi ini.
T. Berapa kali saya harus datang ke pengadilan untuk bersaksi? Dan, jika saya tidak
dapat datang dikarenakan alasan pekerjaan, keluarga, kesehatan atau masalah
keuangan, apa yang akan terjadi?
J. Berdasarkan prosedur pidana, korban seharusnya hanya diminta untuk datang bersaksi sebanyak
satu kali. Namun, ketika hakim merasa membutuhkan informasi tambahan dari saksi/korban maka
yang bersangkutan akan diberikan untuk kembali datang dan bersaksi. Jika saksi tidak dapat datang,
kesaksian yang diperlukan dapat diberikan melalui cara audio visual (sesuai dengan Pasal 34
Undang-Undang No. 21 tahun 2007 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang).
Jika saksi/korban tidak dapat bersaksi di muka pengadilan, seharusnya yang bersangkutan dapat,
secara teori, bersaksi melalui suatu sistem elektronik jika memang pengadilan yang menyidangkan
kasusnya memiliki perlengkapan teknologi yang dibutuhkan. Namun demikian, hal ini bukanlah hal
yang biasa dilakukan di Indonesia. Alternatifnya, tanggal di mana korban harus memberikan
pernyataan atau kesaksian dapat ditunda, memberikan kesempatan agar anda mengatur segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat datang dan bersaksi. Jaksa penuntut umum yang bertanggung
jawab atas kasus anda seharusnya dapat mengatur penundaan ini. Anda juga harus memastikan
untuk menghubungi lembaga penyedia pendampingan korban/ LSM sebelumnya, karena mungkin
mereka dapat membantu anda mengatur kedatangan anda ke pengadilan tersebut.
T. Apakah saya harus bertemu dengan terdakwa di persidangan?
J. Berdasarkan pada Pasal 37 Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, anda sebagai korban atau saksi koran dapat mengajukan permintaan
kepada hakim agar dapat memberikan kesaksian tanpa kehadiran terdakwa di ruang persidangan.
Hakim dapat meminta terdakwa untuk meninggalkan ruang persidangan selama anda bersaksi atau,
sebagai contoh lain, anda bisa saja diminta untuk memberikan kesaksian di sebuah ruangan
terpisah. Namun demikian, hal ini merupakan sesuatu yang dapat diberikan atas kebijaksanaan
hakim dan bukanlah hak korban, yang artinya hakim dapat meminta korban untuk tetap duduk di
ruang persidangan. Pada kebanyakan situasi, terdakwa akan hadir di ruang persidangan ketika
korban memberikan kesaksiannya. Mohon anda pastikan untuk mendiskusikan masalah ini sejak
awal dengan jaksa penuntut umum dan pengacara anda jika anda berkeinginan untuk memberikan
kesaksian tanpa harus berhadapan dengan terdakwa sehingga dalam hal ini mereka dapat mencoba
berbicara kepada hakim dan membuat pengaturan untuk pilihan alternatif.
T. Apa yang akan terjadi jika saya memberikan pernyataan tetapi kemudian
memutuskan untuk tidak bersedia memberikan kesaksian di persidangan? Apakah
saya akan dipaksa untuk bersaksi? Apakah saya akan mendapatkan permasalahan
dengan pihak yang berwenang?
J. Sebagai seorang korban atau saksi/korban, jika anda memutuskan untuk tidak bersedia
memberikan kesaksian dipersidangan setelah anda memberikan pernyataan, anda tidak akan
dipaksa untuk memberikan kesaksian tersebut dan anda tidak akan mendapatkan permasalahan
dengan pihak yang berwenang. Akan tetapi, hakim hanya akan mendengar pernyataan dari jaksa
penuntut umum berdasarkan pernyataan yang anda berikan di bawah sumpah selama dalam proses
BAP. Cara ini tidak akan terlalu meyakinkan hakim untuk memberikan keputusan, berbeda dengan
jika anda hadir dan memberikan sendiri kesaksian anda. Sebagai akibatnya, hakim mungkin hanya
akan membuat putusan hukuman yang ringan terhadap para terdakwa pelaku perdagangan orang
tersebut.
Jika anda memutuskan untuk tidak memberikan kesaksian di persidangan, sebenarnya
Undang-Undang No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pasal 9 memberikan alternatif
lain yang bisa dilakukan yaitu anda dapat memberikan kesaksian secara tertulis di hadapan pejabat
publik yang berwenang
3atau memberikan kesaksian dari jauh melalui fasilitas telekonferensi, atau
memberikan kesaksian dalam ruangan terpisah di pengadilan.
4Lebih jauh lagi, jika anda masih berstatus sebagai anak, Pasal 40 Undang-Undang No. 21 tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menyatakan bahwa dengan persetujuan
hakim anda dapat memberikan kesaksian dengan cara merekam pernyataan anda tersebut.
T. Siapa yang akan mendampingi saya sebagai saksi/korban? Siapa yang akan
mendampingi saya di persidangan?
J. Menurut Pasal 46 pada Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, anda dapat mengajukan permintaan pendampingan atau bantuan dari
Pusat Pelayanan Terpadu atau PPT di wilayah kabupaten/kota anda. Jika belum ada PPT di
kabupaten/kota anda, maka anda dapat mengajukan permintaan tersebut kepda Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau P2TP2A. Mereka memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan kepada anda sebagai korban atau saksi/korban selama proses
persidangan termasuk juga memberikan pendampingan ketika anda harus bersaksi di pengadilan.
Pada praktiknya, beberapa lembaga yang bekerja di bidang penyediaan layanan hukum atau
beberapa LSM juga dapat memberikan bantuan kepada anda dan menyediakan layanan untuk
korban yang dibutuhkan. Namun demikian mohon diketahui bahwa tidak semua embaga tersebut
memiliki program pendampingan tersebut atau sumber daya yang memadai agar dapat membantu
anda.
Lebih jauh lagi, apabila anda masih berstatus sebagai anak, anda wajib didampingi oleh orang tua,
keluarga, teman, pengacara, atau pekerja sosial ketika bersaksi di pengadilan. Hal ini ditetapkan
dengan jelas pada Pasal 39 Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang.
T. Siapakah yang dimaksud dengan jaksa? Dan, apakah saya akan mendapatkan
bantuan seorang pengacara?
J. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 mengenai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pasal
6B menyatakan bahwa jaksa penuntut hukum adalah seorang jaksa yang diberikan kewenangan
melalui UU ini untuk melaksanakan proses penghukuman dan melaksanakan keputusan yang telah
dibuat oleh hakim. Pada praktiknya, jaksa penuntut hukum akan berada di sisi anda sebagai korban
untuk melawan pelaku. Mereka akan bekerja untuk membuktikan bahwa terdakwa memang
melakukan tindak pidana tersebut dan akan memintakan restitusi kepada pelaku.
Dikarenakan sebagai korban anda telah diwakili oleh jaksa di pengadilan, maka anda tidak akan
membutuhkan pengacara lagi. Namun, jika anda membutuhkan layanan seorang pengacara untuk
mendiskusikan segala sesuatu terkait dengan penyidikan kasus anda, proses persidangan atau
tahapan persidangan, anda dapat menghubungi P2TP2A atau LSM atau Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) di wilayah kabupaten/kota anda. Mereka mungkin mempunyai pengacara yang dapat
membantu untuk mendampingi anda di pengadilan.
Anda juga harus mengetahui bahwa Pasal 35 Undang-Undang No. 21 tahun 2007 mengenai
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menyatakan bahwa dalam segala tahapan proses
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan, anda sebagai saksi dan atau korban akan
berhak untuk mendapatkan penasihat hukum dan/atau pendamping lainnya jika dibutuhkan.
3 Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang" adalah penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang ini telah direvisi melalui Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Namun ketentuan pasal 9 tidak mengalami perubahan.
T. Kasus perdagangan orang yang menimpa saya terjadi beberapa tahun lalu. Apakah
saya masih bisa melaporkan pelaku tindak pidana itu terhadap saya?
J. Tindak pidana perdagangan orang adalah tindak pidana yang sangat serius dan sanksi yang dapat
dikenakan adalah minimal tiga tahun penjara dan menurut pasal 78 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) paragraph 1, anda masih dapat mengajukan kasus terhadap pelaku tindak pidana
perdagangan orang dalam kurun waktu 12 tahun setelah anda diperdagangkan.
T. Berapa lamakah keseluruhan proses hukum ini akan memakan waktu, terhitung
dari pertemuan pertama dengan polisi sampai dengan pembuatan keputusan
pengadilan?
J. Tidak ada jangka waktu yang jelas mengenai berapa lama proses peradilan untuk kasus tindak
pidana perdagangan orang akan memakan waktu. Proses ini akan memakan waktu selama beberapa
bulan, mungkin enam bulan, sampai dengan beberapa tahun untuk bisa menyelesaikan
keseleluruhan prosesnya.
T. Apakah hakim dapat menjatuhkan hukuman karena saya telah melakukan
perjalanan atau memasuki suatu negara secara ilegal?
J. Secara teknis, berdasarkan Undang-Undang, hakim memang memiliki hak untuk menjatuhkan
hukuman kepada korban yang telah melakukan perjalanan atau bekerja tanpa memiliki dokumen
yang resmi. Namun, situasi seperti ini tidak akan berlaku untuk korban perdagangan orang. Hukum
internasional, termasuk Konvensi ASEAN mengenai Tindak Pidana Perdagangan Orang melarang
penjatuhan hukuman terhadap korban perdagangan orang untuk tindak pidana yang mereka
lakukan ketika mereka masih menjadi korban perdagangan orang, termasuk untuk melakukan
migrasi secara tidak resmi. Lebih lanjut lagi, Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pasal 18 menyatakan bahwa seorang korban
yang melakukan tindak pidana karena dipaksa oleh pelaku perdagangan orang maka tidak akan
dipidana.
T. Apakah saya akan mendapatkan perlindungan saksi? Untuk berapa lama dan
bentuknya seperti apa?
J. Keputusan mengenai perlindungan saksi dan kekhususan sebuah kasus akan ditentukan oleh
LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Harap anda pastikan terlebih dulu kebutuhan
untuk perlindungan saksi/korban kepada jaksa penuntut umum yang menangani kasus anda dan
pengacara atau LSM yang mendampingi anda agar anda bisa mendapatkan saran atau masukan yang
realistis terkait dengan apakah anda akan mendapatkan perlindungan tersebut.
T. Bagaimana jika saya atau anggota keluarga saya mendapat ancaman setelah
bersaksi di pengadilan?
J. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, korban dan anggota keluarganya akan diberikan perlindungan. Pasal 47
Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa jika seorang saksi dan atau korban dan keluarganya
menerima ancaman yang akan membawa risiko terhadap keselamatan mereka, dan atau aset
mereka, maka pihak Polri (Kepolisian Republik Indonesia) berkewajiban untuk memberikan
perlindungan sebelum, selama dan setelah selesainya persidangan. Anda dapat menghubungi
petugas kepolisian yang menangani kasus anda agar anda dapat mendapatkan perlindungan
tersebut.
T. Apakah saya akan mendapatkan perlindungan saksi? Bentuk dan lamanya
perlindungan?
J. Keputusan mengenai perlindungan saksi dan kekhususan sebuah kasus akan ditentukan oleh
LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Untuk mendapatkan perlindungan LPSK anda
harus mengajukan permohonan kepada LPSK untuk selanjutnya LPSK akan menindaklanjuti
permohonan anda dengan melakukan pengumpulan data, keterangan, dan penelahaan.
Permohonan tersebut bisa melalui surat, telepon, email, dan fax yang ditujukan ke alamat LPSK
(lihat direktori alamat LPSK), Petugas LPSK akan segera menindaklanjuti permohonan Anda.
Bagi
anda yang memiliki potensi ancaman nyata (intimidasi maupun ancaman kekerasan fisik)
disarankan segera untuk mengajukan permohonan perlindungan.
Permohonan anda akan diputuskan LPSK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah berkas
permohonan dinyatakan lengkap. Bentuk perlindungan bisa berupa pemenuhan hak prosedural
anda sebagai korban dan saksi (misalnya pendampingan pada saat pemeriksaan ditahap penyidikan
dan persidangan) dan perlindungan fisik kepada anda dan/ atau keluarga anda. Harap anda pastikan
terlebih dulu kebutuhan untuk perlindungan saksi/korban kepada penyidik, penuntut umum yang
menangani kasus anda dan pengacara atau LSM yang mendampingi anda agar anda bisa
mendapatkan saran atau masukan yang realistis terkait dengan apakah anda akan mendapatkan
perlindungan tersebut. Lama perlindungan yang diberikan LSPK disesuaikan dengan kebutuhan
yang berorientasi dengan proses peradilan pidana berdasarkan penelahaan LPSK. Perlindungan
dapat diberikan sebelum, selama, dan setelah proses persidangan.
T. Bagaimana jika saya atau anggota keluarga saya mendapat ancaman setelah
bersaksi di pengadilan?
J. Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, korban dan anggota keluarganya akan diberikan perlindungan. Pasal 47
Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa jika seorang saksi dan atau korban dan keluarganya
menerima ancaman yang akan membawa risiko terhadap keselamatan mereka, dan atau aset
mereka, maka pihak POLRI (Kepolisian Republik Indonesia) berkewajiban untuk memberikan
perlindungan sebelum, selama dan setelah selesainya persidangan. Anda dapat menghubungi
petugas kepolisian yang menangani kasus anda agar anda dapat mendapatkan perlindungan
tersebut.
Jika anda berada dalam perlindungan LPSK maka anda akan mendapatkan layanan perlindungan
fisik, berupa pengamanan dan pengawalan, rumah aman, relokasi, hingga penggantian identitas
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
5. Siapa yang bisa mendapatkan bantuan? Bantuan
apa yang tersedia dari pemerintah?
Di Indonesia, korban perdagangan orang dapat menerima bantuan dan layanan dari pemerintah.
Beberapa bantuan ini khusus ditujukan bagi korban perdagangan yang sudah resmi
diidentifikasi. Beberapa layanan khusus ditujukan pada korban perdagangan orang yang
bertindak sebagai saksi/korban dalam proses pengadilan pidana.
Ada pula layanan dari pemerintah dan program yang tersedia untuk pekerja migran yang kembali
yang mungkin relevanbagi korban perdagangan orang yang bermigrasi secara formal.
Pemerintah juga memiliki berbagai program bantuan yang dapat menjadi bentuk bantuan tambahan
jika individu yang bersangkutan tidak diidentifikasi secara formal sebagai korban namun
membutuhkan bantuan dan dukungan. Ada pula bantuan yang tersedia untuk orang yang rentan
secara sosial, korban kekerasan dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan.
Sebagai tambahan, beberapa program tersedia bagi seluruh warga negara Indonesia.
Diagram #3. Bantuan dari pemerintah Indonesia
Bantuan
yang
tersedia
Bantuan yang tersedia bagi korban perdagangan orang Bantuan yang tersedia bagi saksi/korban perdagangan orang Bantuan yang tersedia bagi pekerja migran Bantuan sosial termasuk bagi orang rentan secara sosial, korban kekerasan dan anak5.1 Bantuan pemerintah yang tersedia bagi korban perdagangan orang
Jika anda sudah secara formal diidentifikasi sebagai korban perdagangan orang, maka anda berhak mendapatkan layanan yang tersedia dalam daftar
ini, anda harus menghubungi Pusat Pelayanan Terpadu atau PPT yang merupakan unit fungsional yang menjalankan layanan menyeluruh untuk
saksi dan/atau korban kekerasan. JIka tidak ada PPT di sekitar anda, identifikasi dapat dilakukan oleh pihak berwenang sebagai berikut:
•! Petugas polisi
•! Pekerja sosial pemerintah di tingkat kabupaten, propinsi atau nasional
•! (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) atau P2TP2A
•! Kedutaan (jika anda berada di luar negeri)
Untuk menerima layanan atau bantuan terkait perdagangan orang, anda akan diminta menyerahkan surat identitas. Namun demikian banyak
korban tidak memiliki surat identitas pribadi setelah perdagangan orang karena mungkin surat-surat mereka hilang, rusak atau diambil oleh
majikan. Beberapa korban juga mungkin tidak memiliki surat-surat identitas karena tidak memiliki akte kelahian. Untuk memproses surat-surat
baru, anda dapat menghubungi petugas administrasi desa atau kantor administrasi kecamatan atau
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
terdekat.
Sebagai korban perdagangan orang, anda berhak mendapatkkan layanan dalam daftar ini. Ditambah lagi jika anda memutuskan untuk
menjadi saksi/korban, anda berhak mendapatkan layanan tambahan yang akan dibahas di bagian 5.2.
Tabel#1. Bantuan pemerintah yang tersedia bagi korban perdagangan orang
Bentuk Bantuan Program/ kemana? Siapa yang menyediakan
bantuan? Bantuan apa yang disediakan? Siapa yang berhak? Rumah Aman
sementara P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunga Anak KPPA atau Badan atau Dinas Pemberdayaan Perempuan di tingkat kabupaten
Rumah aman sementara
jikaP2TP2A tidak menyediakan tempat di rumah aman untuk laki-laki mereka bisa memberi rujukan kepada korban laki-laki ke rumah aman lain yang dikelola oleh
lembaga yang bekerjasama dengan mereka
Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban
perdagangan orang
RPTC
Rumah Perlindungan Trauma Center
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial di tingkat kabupaten Rumah aman sementara Laki-laki, dan perempuan korban perdagangan orang
RPSW
Rumah Perlindungan Sosial Wanita
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial di tingkat kabupaten Rumah aman sementara Perempuan yang mengalami eksploitasi seksual
RPSA
Rumah Perlindungan Sosial Anak
Kementerian Sosial, Dinas
Dinas Sosial Dinas Sosial di tingkat
kabupaten Rumah aman sementara Laki-laki dan perempuan korban perdagangan orang dan pekerja migran korban eksploitasi
Bantuan
Kesehatan P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunga Anak KPPA atau Badan atau Dinas Pemberdayaan Perempuan di tingkat kabupaten
Layanan kesehatan dan perawatan untuk luka atau penyakit akibat kekerasan (rawat inap dan rawat jalan) dan melalui rujukan ke puskesmas dan rumah sakit
Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban
perdagangan orang
PPT di RS Bhayangkara
Pusat Pelayanan Terpadu Rumah Sakit Bhayangkara
Polisi Layanan dan perawatan kesehatan rumah
sakit di 42 rumah sakit diIndonesia Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban perdagangan orang
PPT at RSUD
Pusat Pelayanan Terpadu Rumah Sakit Umum Daerah
Pemerintah propinsi
/kabupaten Layanan dan perawatan kesehatan rumah sakit di 31 rumah sakit di Indonesia Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban perdagangan orang
PPT at KKP
Pusat Pelayanan Terpadu Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kementerian Kesehatan Layanan dan perawatan kesehatan di 17
kantor kesehatan pelabuhan di Indonesia Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban perdagangan orang
RPTC
Rumah Perlindungan Trauma Center
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Layanan melahirkan dengan rujukan kepuskesmas atau rumah sakit dan/atau layanan kesehatan dasar lain seperti pemeriksaan dasar
Laki-laki dan perempuan korban perdagangan orang
RPSW
Rumah Perlindungan Sosial Wanita
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Layanan melahirkan dengan rujukan kepuskesmas atau rumah sakit dan/atau layanan kesehatan dasar lain seperti pemeriksaan dasar Perempuan yang mengalami eksploitasi seksual RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Layanan melahirkan dengan rujukan kepuskesmas atau rumah sakit dan/atau layanan kesehatan dasar lain seperti pemeriksaan dasar Anak-anak korban perdagangan orang RPS ODHA Rumah Perlindungan Sosial ODHA
Kementerian Sosial Layanan dan perawatan kesehatan Korban perdagangan orang dan korban kekerasan dengan HIV/AIDS
Dukungan psikologis dan konseling P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunga Anak KPPA atau Badan atau Dinas Pemberdayaan Perempuan di tingkat kabupaten
Beberapa bentuk dukungan psikologis dan
konseling Laki-laki, perempuan dan anak-anak yang menjadi korban perdagangan orang
PPT
Pusat Pelayanan Terpadu
Kementerian Kesehatan Beberapa bentuk dukungan psikologis dan
konseling Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban perdagangan orang
RPTC
Rumah Perlindungan Trauma Center
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Bantuan fisik, mental, psikologis dan spiritual termasuk pemeriksaan psikologis, konseling psikoterapi, kelompok
mentoring, rujukan ke layanan psikiatris, rujukan ke lembaga terkait
Laki-laki dan perempuan korban perdagangan orang
RPSW
Rumah Perlindungan Sosial Wanita
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Spiritual termasuk pemeriksaan psikologis, konseling psikoterapi, kelompok mentoring, rujukan ke layanan psikiatris, rujukan ke lembaga terkait
Perempuan yang mengalami eksploitasi seksual RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Bantuan Fisik, mental, psikologis dan spiritual termasuk pemeriksaan psikologis dan konseling penyembuhan trauma, konseling psikoterapi dan kelompok mentoring spiritual dan olahraga, rujukan ke layanan psikiatris dan/atau rujukan ke lembaga terkait Anak-anak korban perdagangan orang RPS ODHA Rumah Perlindungan Sosial ODHA
Kementerian Sosial Dukungan fisik, mental, psikologis dan spiritual termasuk konsultasi kelompok, aktivitas rekreasi dan olahraga
Korban perdagangan orang dan korban kekerasan dengan HIV/AIDS Dukungan keahlian dan ketrampilan RPTC Rumah Perlindungan Trauma Center
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Dukungan keterampilan termasuk pelatihan keahlian dan keterampilan sosial, kesempatan untuk bergabung dalam kelompok diskusi, kelompok swadaya dan pendidikan untuk memecahkan masalah
Laki-laki, perempuan dan anak-anak korban
perdagangan orang
RPSW
Rumah Perlindungan Sosial Wanita
Kementerian Sosial, Dinas
Sosial tingkat kabupaten Dukungan keahlian: pelatihan keterampilan sosial, pelatihan kejuruan, pendidikan kesehatan untuk diri sendiri. Rujukan PKSW untuk pelatihan kejuruan formal dan bersertifikat
Perempuan yang mengalami eksploitasi seksual