• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK 2012"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS INDIKATOR

PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN GRESIK

(3)

Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik Katalog Bappeda : Ukuran Buku : A4 (21 Cm x 29 Cm) Jumlah Halaman : 61 Naskah : BPS Kabupaten Gresik Penyunting :

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Perancang Sampul :

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan Oleh : BPS Kabupaten Gresik

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Analisis Indikator Pem-bangunan Manusia Kabupaten Gresik Tahun 2012 dapat diselesaikan dengan baik.

Perlu kami sampaikan bahwa pada tahun ini adalah penerbitan untuk yang perta-ma. Publikasi ini menyajikan latar belakang, maksud dan tujuan disusunnya publikasi ini. Kon-sep dan definisi, metode penghitungan IPM, sumber data dan metode analisisnya juga di-cantumkan untuk mempermudah pengguna data memanfaatkan informasi yang ada dalam menganalisis lebih lanjut sesuai keperluan. Publikasi ini membahas mengenai analisis pembangu-nan manusia dari komponen IPM seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan. Harapan kami publikasi ini dapat menyajikan informasi yang akurat sebagai acuan dan dasar dalam analisis perencanaan pembangunan daerah. Selain itu kami sangat menghar-gai kritik dan saran dalam rangka perbaikan publikasi sejenis pada tahun-tahun mendatang. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian publikasi Indikator Pembangunan Manusia. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh.

Gresik, September 2013

KEPALA BPS KABUPATEN GRESIK

MARIYADI, SH, M.HUM

(5)

SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Informasi data yang disampaikan secara tepat dan akurat meme-gang peranan yang sangat penting utamanya sebagai bahan untuk meman-tapkan perencanaan pembangunan maupun sebagai upaya untuk mengetahui realisasi pembangunan itu sendiri. Data yang lengkap memudahkan dalam pengolahan, interpre-tasi dan evaluasi keakuratannya ditinjau dari berbagai aspek termasuk aspek ekonomi dan sosial. Dengan disusunnya untuk pertama kali buku “Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 2012” pada tahun ini dan selanjutnya akan dipublikasikan setiap tahunnya, di-harapkan dapat dipakai dan bermanfaat oleh akademis, praktisi dan masyarakat secara umum.

Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Namun demikian berbagai upa-ya korektif untuk sempurnanupa-ya materi buku ini senantiasa kami harapkan. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh.

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN GRESIK

Drs. HERMANTO TH. SIANTURI Pembina Utama Muda NIP. 19611207 199003 1 004

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 245 Telp. 3952825 - 30 psw. 209, 3952812 G R E S I K

(6)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Maksud dan Tujuan 2

Ruang Lingkup 3

Sistematika Penyajian 3

PEMBANGUNAN MANUSIA 4

Konsep Pembangunan Manusia 5

Ukuran Pembangunan Manusia 7

Manfaat IPM dalam Perencanaan Pembangunan Daerah 8

METODOLOGI 10

Konsep dan Definisi 11

Metode Penghitungan 14

Sumber Data 20

Metode analisis 20

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA 21

Indikator Pendidikan 22

Indikator Kesehatan 26

Indikator Perumahan 32

Indikator Ketenagakerjaan 35

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 37

Komponen Pembentuk IPM 38

Indeks Komposit IPM 42

LAMPIRAN 47

(7)

DAFTAR TABEL

Dimensi IPM 15

Angka Melek Huruf & Buta Huruf Kabupaten Gresik dan Jawa Timur Tahun 2010 – 2012 23

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jawa Timur Tahun 2010 – 2012 25

Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012 26

Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012 28

Jumlah Balita (0-4) dan Prosentase yang pernah diberi ASI dan Imunisasi Kabupaten Gresik

Tahun 2010 - 2012 30

Banyaknya Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012 30

Beberapa Indikator Kesehatan di Kabupaten Gresik Tahun 2010 – 2012 31

Persentase Rumah tangga Menurut Kualitas Perumahan Kabupaten Gresik

Tahun 2010 – 2012 33

Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Perumahan Kabupaten Gresik

Tahun 2010 – 2012 34

Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012 35

Angka Harapan Hidup dan Indeks Harapan Hidup Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012 39

Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kabupaten Gresik

(8)

LANJUTAN DAFTAR TABEL

Indeks PPP Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012 42

Besarnya Perubahan Nilai IPM dan Komponennya Kabupaten Gresik Selama Tahun 2010 – 2012 43

IPM dan Komponennya Kabupaten Gresik dan sekitarnya Tahun 2011 - 2012 46

(9)

DAFTAR GAMBAR

Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012 (Tahun) 24

Proporsi Balita yang Persalinannya Ditolong oleh Tenaga Medis Tahun 2010- 2012 29

Indikator dan Komponen IPM Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012 44

(10)

Latar Belakang

Maksud dan Tujuan

Ruang Lingkup

Sistematika Penyajian

1

(11)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan manusia mencakup dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengu-kuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk dan seka-ligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal. Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini ditujukan untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat secara adil dan merata, baik dibidang pendidikan, ekonomi maupun sosial.

Informasi mengenai hasil-hasil pembangunan, potensi wilayah dan gambaran status sosial ekonomi penduduk dari tahun ke tahun sema-kin banyak diminati oleh para konsumen data baik dari kalangan pemerintah, Per-guruan Tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun dari kalangan pengusaha. Untuk mengevaluasi dampak kebijakan publik berupa kinerja pembangunan dalam kurun waktu tertentu, diperlukan beberapa indikator yang secara kuantitatif dapat teru-kur. Umumnya kebijakan publik kurang dapat terukur secara langsung, namun lebih dapat diukur melalui indikator sosial ekonomi. Untuk itu perlu dihitung dan disajikan indikator-in-dikator sosial ekonomi dalam bentuk publikasi Analisis Inindikator-in-dikator Pembangunan Manusia. 1.2. Maksud dan Tujuan

Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai ke-adaan wilayah Kabupaten Gresik serta kinerja dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sampai tahun 2012. Adapun tujuan dari penyusunan Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik Tahun 2012 adalah :

a) Menyediakan kebutuhan informasi mengenai potensi suatu wilayah, status sosial ekonomi penduduk, dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, untuk mendukung kajian kebi-jakan dan evaluasi program pembangunan di Kabupaten Gresik.

b) Memenuhi kebutuhan tuntutan Otonomi Daerah. Dengan adanya otonomi daerah seka-rang ini, setiap daerah harus mampu melakukan perencanaan pembangunan sendiri yang otomatis memerlukan informasi data-data penunjang perencanaan pembangunan.

c) Informasi yang tertuang dalam Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik 2012 dapat menjadi masukan bagi pejabat di daerah dalam mengambil keputusan.

1

PENDAHULUAN

(12)

transparansi masyarakat. Artinya bahwa masyarakat sekarang ini menuntut kepada aparat pemerintah termasuk pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan yang baik (good governance).

e) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat konsumen data baik dari segi jenis data mau-pun kelengkapan data, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang obyektif ter-hadap dampak kebijaksanaan publik.

1.3. Ruang Lingkup

Penentuan ruang lingkup bertujuan agar penulisan yang dilakukan dapat lebih fokus dan tidak tumpang tindih antara bahasan yang satu dengan yang lain. Ruang lingkup penulisan ini yaitu ruang lingkup studi.

Ruang lingkup studi menggambarkan bidang apa saja yang akan diteliti dan dianalisis. Pada penulisan ini ruang lingkup studinya adalah bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kondisi perekonomian Kabupaten Gresik keadaan sampai Tahun 2012.

1.4. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Analisis Indikator Pembangunan Manusia di Kabupaten Gresik Ta-hun 2012 ini mencakup 5 bab dengan perincian sebagai berikut :

• Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, ru-ang lingkup dan sistematika penyajian.

• Bab II berisi pembangunan manusia yang membahas tentang konsep pembangunan manu-sia, pengukuran serta manfaat IPM bagi perencanaan pembangunan daerah.

• Bab III merupakan bab metodologi yang membahas tentang konsep dan definisi, metode penghitungan IPM, serta sumber data dan metode analisisnya.

• Bab IV membahas mengenai analisis pembangunan manusia dari komponen IPM seperti pen-didikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan .

• Bab V membahas mengenai hasil dan pembahasan IPM yang meliputi hasil penghitungan IPM. Selanjutnya, penulisan ini dilengkapi dengan lampiran beberapa tabel-tabel yang di-anggap relevan.

(13)

Konsep Pembangunan Manusia Ukuran Pembangunan Manusia Manfaat IPM dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

2

PEmbangunan

MANUSIA

(14)

2.1. Konsep Pembangunan Manusia

“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pem-bangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya un-tuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlu-pakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang”.

Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, tingkat nasional maupun tingkat daerah, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bu-kan sebagai alat bagi pembangunan. Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberibu-kan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan kon-sep yang lebih luas dan lebih komprehensip yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan ma-nusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pem-bangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan manu-sia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manumanu-sia. Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, un-tuk berilmu pengetahuan dan unun-tuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibu-tuhkan agar dapat hidup secara layak. Diantara pilihan lain yang tak kalah pentingnya adalah kebebasan politik, jaminan atas hak asasi dan harga diri. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan peningkatan kemampuan manusia, seperti meningkat-kan kesehatan dan pendidimeningkat-kan. Pembangunan manusia juga mementingmeningkat-kan apa yang bisa dilakukan oleh manusia dengan kemampuan yang dimiliki untuk bersenang-senang, untuk

2

PEMBANGUNAN

(15)

Pembangunan manusia mensyaratkan adanya kebebasan. Tujuan utama dari pem-bangunan manusia, yaitu untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka menjalani kehidupan. Manusia harus bebas untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya di dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik, dan mereka harus miliki suara yang menentukan dalam membentuk kerangka politik mereka. Orang yang me-miliki kebebasan politik dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan kepu-tusan yang dilakukan dalam kerangka aturan-aturan yang demokratis menuju konsensus dan konsolidasi, dan bukannya didekte oleh elite yang otokratis. Dalam hal ini pembangu-nan manusia dan hak asasi manusia mempunyai kesamaan visi dan tujuan, yaitu untuk men-jamin kebebasan, kemakmuran dan harga diri semua orang dimanapun mereka berada. Untuk menghindari salah pengertian, perbedaan antara cara pandang pembangu-nan manusia terhadap pembangupembangu-nan dengan pendekatan konvensional yang menekankan pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat dan pemenuhan kebutuhan dasar perlu diperjelas. Konsep pembangu-nan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangupembangu-nan eko-nomi. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumberdaya manu-sia cenderung untuk memperlakukan manumanu-sia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat bukannya sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses produksi. Adapun pendeka-tan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang.

Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produk-si dan distribuproduk-si komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manu-sia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat, pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu jender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memper-hatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor. Pembangunan manusia mempunyai empat elemen yaitu produktivitas, pemerataan, berkelanjutan dan pemberdayaan. Dengan peningkatan kemampuan, kreativitas dan produkti-vitas manusia akan meningkat sehingga mereka akan menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya. Pemerataan ke-sempatan harus tersedia baik untuk generasi sekarang maupun generasi penerus. Semua orang,

(16)

perempuan ataupun laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi ti-dak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tu-juan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan pembangunan ma-nusia. Dalam jangka pendek, dengan pengeluaran publik teratur, suatu daerah dapat men-capai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan manusia, meskipun tanpa adanya per-tumbuhan ekonomi yang cukup berarti. Meskipun demikian, bukanlah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai arti penting bagi pembangunan manusia. Dalam jang-ka panjang tidak ajang-kan ada kemajuan yang berkelanjutan tanpa adanya pertumbuhan ekonomi.

Perhatian pembangunan manusia tidak hanya terfokus pada laju pertumbuhan (ekonomi) tetapi juga pada aspek pendistribusiannya. Jadi bukan hanya masalah berapa be-sar pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang seperti apa. Perhatian harus lebih di-tujukan pada struktur dan kualitas dari pertumbuhan untuk menjamin bahwa pertumbu-han diarahkan untuk mendukung perbaikan kesejahteraan manusia baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Perhatian utama dari kebijakan pembangunan haruslah ditekankan pada bagaimana keterkaitan tersebut dapat diciptakan dan diperkuat. 2.2. Ukuran Pembangunan Manusia

Ukuran yang dipakai untuk mengetahui status dan kemajuan pembangunan manusia ada empat macam indeks komposit yang dikembangkan oleh UNDP yaitu Indeks Pemban-gunan Manusia atau IPM (Human Development Indeks atau HDI), Indeks PembanPemban-gunan Jender atau IPJ (Gender Related Development Indeks atau GDI), Indeks Pemberdayaan Jender atau IDJ (Gender Empowerment Measure atau GEM) dan Indeks Kemiskinan Manusia atau IKM (Hu-man Poverty Indeks atau HPI).

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM mengukur capaian suatu daerah dalam tiga dimensi pembangunan manusia yai-tu lamanya hidup, pengetahuan dan standart kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan yang disesuaikan.

(17)

2.2.2. Indeks Pembangunan Jender (IPJ)

IPJ mengukur pencapaian dalam dimensi dan variabel yang sama dengan IPM tetapi dengan memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara perem-puan dan laki-laki. IPJ adalah IPM yang disesuaikan (dikurangi) oleh adanya ketimpangan jender. Makin besar kesenjangan antar jender dalam pembangunan manusia, makin rendah nilai IPJ suatu daerah dibandingkan dengan nilai IPM-nya. 2.2.3. Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ)

IDJ menunjukkan apakah wanita dapat secara aktif berperan serta dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDJ menitikberatkan pada partisipasi, dengan cara mengukur ketimpangan jender dibidang ekonomi, partisipasi politik dan pengambilan keputusan. Indeks ini mengukur persentase wanita di parlemen, persentase wanita di antara tenaga profesional, teknisi, pegawai dan manajer, serta persentase penghasilan wanita dibandingkan penghasi-lan laki-laki. Berbeda dengan IPJ, IDJ melihat ketimpangan kesempatan di beberapa bidang. 2.2.4. Indeks Kemiskinan Manusia (IKM)

IKM mengukur kemiskinan di negara berkembang. Variabel-variabel yang digu-nakan adalah persentase penduduk yang diperkirakan tidak mencapai usia 40 tahun, persen-tase penduduk dewasa yang buta huruf, dan deprivasi dalam pemenuhan kebutuhan eko-nomi secara keseluruhan, baik yang bersifat publik atau bukan, yang diwakili oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih, dan persentase anak berumur lima tahun ke bawah dengan berat badan rendah (kurang gizi). Dalam laporan “Analisis Indikator Pembangunan Manusia Kabu-paten Gresik Tahun 2012“ ukuran yang dipakai untuk mengukur status dan ke-majuan pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 2.3. Manfaat IPM dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah, pemanfaatan IPM antara lain: a) Sebagai alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumus kebijakan tentang

langkah-langkah pada masa mendatang yang perlu dilakukan.

b) Sebagai salah satu ukuran dan patokan dasar dalam penentuan sasaran dan tujuan pem-bangunan daerah.

c) Sebagai alat ukur pemantauan status pembangunan manusia, IPM sangat sensitif terhadap perubahan yang sedang terjadi, misalnya akibat krisis moneter ada indikasi nilai IPM turun sebagai akibat menurunnya tingkat pendapatan.

(18)

d) Sebagai Sistem Informasi Pembangunan Manusia guna pembuatan kajian tentang status pembangunan manusia, baik tentang tingkat dan pencapaian selama satu periode dan ba-gian yang memusatkan perhatian pada kemajuan dan pencapaian program sektoral serta kaitannya dengan program nasional.

e) Sebagai sumber data pemantauan pembangunan manusia untuk memperoleh gambaran lebih dalam dan rinci tentang situasi pembangunan manusia diperlukan indikator ekonomi, sosial dan kependudukan yang relevan dengan aspek pembangunan. Indikator-indikator ini bisa dimanfaatkan untuk membuat suatu kajian tentang situasi pembangunan manusia di suatu wilayah.

(19)

Konsep dan Definisi

Metode Penghitungan Sumber Data Metode Analisis

3

METODOLOGI

(20)

Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indeks komposit yang dibuat lebih dari satu indeks yang digabung menjadi indeks tunggal. Indeks ini penting untuk melihat sampai seberapa jauh pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan mampu secara nyata memberikan out-put berupa peningkatan kebutuhan fisik dasar manusia dan perluasan kemampuan manusia un-tuk melakukan pilihan-pilihan. Agak berbeda dengan Indeks Mutu Hidup (IMH) yang berfungsi sebagai indikator fisik (mengukur tingkat kemajuan), maka IPM cenderung berfungsi sebagai indikator posisi (membandingkan keberhasilan pembangunan antar waktu atau wilayah).

Sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia, IPM dapat digunakan untuk meng-kaji kemajuan pembangunan manusia dalam dua aspek. Pertama, untuk perbandingan antar wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah relatif terhadap wilayah yang lain berdasar-kan besaran IPM yang disusun dalam suatu peringkat dari kemajuan pembangunan manusia di berbagai wilayah dalam kawasan yang sama. Kedua, untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode.

3.1. Konsep dan Definisi

Supaya lebih mudah memahami isi bahasan di publikasi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Gresik disini perlu dijelaskan mengenai konsep dan definisi masing-masing sub bahasan.

• Akses terhadap air bersih : persentase rumahtangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air meneral, air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. • Angka buta huruf (ABH) : proporsi penduduk berusia 10 tahun keatas yang tidak dapat mem baca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa).

• Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir : perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

• Angka Melek Huruf (AMH) : proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

3

METODOLOGI

(21)

• Angka Partisipasi Sekolah : proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu ( 7-12, 13 – 15, 16 – 18, dan 19 – 24 ) yang masih duduk dibangku sekolah.

• Angka Partisipasi Tenaga Kerja : proporsi dari penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja.

• Angkatan Kerja : jumlah penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

• Bekerja : kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama 1 (satu) jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. • Indeks Daya Beli : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasar kan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson. Nilai indeks berkisar 0 – 100.

• Indeks Harapan Hidup : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara 0 – 100.

• Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : indeks komposit yang disusun dari tiga indika- tor : lamanya hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standart hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar antara 0 – 100.

• Indeks Pendidikan : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan rata-rata lamanya sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara 0 hingga 100.

• Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity – PPP) : PPP memungkinkan dilakukannya per- bandingan harga-harga riil antar provinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsum- si perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasar kan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penu- runan utilitas marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson.

(22)

• Pengangguran Terbuka : proporsi dari keseluruhan penduduk yang sedang mencari peker- jaan dibandingkan dengan keseluruhan angkatan kerja.

• Pengobatan sendiri : suatu usaha yang dilakukan oleh anggota-angota rumahtangga un- tuk melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern maupun tra- disional pemijatan atau bentuk-bentuk perawatan dan pengobatan tradisional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diderita.

• Persalinan bayi yang ditolong tenaga kesehatan : persentase anak umur 0 hingga 4 tahun yang kelahirannya dibantu oleh petugas kesehatan (dokter, juru rawat, bidan, dan tenaga paramedik lainnya).

• Rarata lama sekolah : rarata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 ta-hun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

• Rasio Jenis Kelamin : Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap perempuan di kalikan 100

•Tingkat pengangguran terbuka : perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap jum- lah angkatan kerja.

•Tingkat kesempatan kerja : perbandingan penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.

(23)

3.2. Metode Penghitungan

Secara umum, metodologi penghitungan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metodologi yang telah diterapkan oleh UNDP dalam menyusun Human Development Index (HDI) tahun 1994, yang juga telah diterapkan BPS. Teknik dan perumusan penghitungan dikutip dari publikasi BPS (1994). IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rata-rata lamanya sekolah (dengan bobot sepertiga); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah). Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung in-deksnya sehingga bernilai 0 (buruk) dan 1 (terbaik) untuk memudahkan analisa biasanya dika-likan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:

dimana: I(i) : Indeks komponen IPM ke i (i=1,2,3) X(i) : Nilai indikator

komponen IPM ke i Max.X(i) : Nilai maksimum X(i) (lihat tabel di bawah) Min. X(i) : Nilai minimum X(i) (lihat tabel di bawah)

Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut BPS, sebagai berikut :

Indikator Komponen IPM Nilai Minimum Nilai Maksimum Catatan

Angka Harapan Hidup 25,0 85,0 Standart UNDP

Angka Melek Huruf 0 100 Standart UNDP

Rata-rata Lama Sekolah 0 15 Standart UNDP

Purchasing Power Parity *) 360.000 b) 732.720 a) Disesuaikan

=

=

3 1 () 3 1 i i

I

IPM

dimana { { . . . } } ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( i i i i i MaxX MinX X Min X I − − =

(24)

Catatan *)

a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi di Indonesia yang memiliki angka ter-tinggi (Jakarta) pada 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengas-umsikan tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen pertahun selama 1993 – 2018. b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk provinsi yang memiliki tingkat konsumsi per

kapita terendah pada tahun 1990 (daerah pedesaan di Sulawesi Selatan). Untuk Tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp. 360.000,-. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp. 60.000,- didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis ke-miskinan baru yang jumlahnya Rp. 5.000,- per bulan (= Rp. 60.000,- per tahun).

Seperti yang diuraiakan diatas bahwa IPM (Indeks Pembagunan Manusia) disusun dari tiga dimensi yaitu : Umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak. Uraian dimensi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1. Dimensi IPM

Dimensi Indikator Indeks Dimensi Umur Panjang

dan sehat

Angka harapan hidup pd saat lahir

(e

o

)

Indeks Harapan Hidup

X1

Pengetahuan 1. Angka Melek Huruf ( AMH )

2. Rata-rata lama sekolah

(MYS)

Indeks Pendidikan

X2

Kehidupan yang layak

Pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan

(PPP Rupiah)

Indeks Pendapatan

X3

(25)

IPM = Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3

3

dimana :

a. Indeks X1 : Indeks Lamanya Hidup b. Indeks X2 : Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen :

i. AMH : Angka Melek Huruf, diberi bobot 2/3

ii. MYS : Rata-rata Lamanya Sekolah, diberi bobot 1/3 c. Indeks X3 : Indeks Pendapatan

Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 ta-hun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka semakin dekat dengan sasaran yang dicapai.

Untuk memahami makna nilai IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation Develop-ment Programme) memberikan kriteria sebagai berikut :

Tingkatan Status Kriteria Rendah Menengah bawah Menengah Atas Tinggi IPM < 50 50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80 IPM ≥80

Disamping itu, IPM juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pen-capaian terhadap sasaran ideal (IPM = 100 ) yang biasanya disebut reduksi shortfall per ta-hun. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah di-tempuh dengan yang harus didi-tempuh untuk mencapai kondisi yang ideal. Dalam pengertian sehari-hari reduksi shortfall dikatakan sebagai suatu kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai reduksi short-fall di suatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode.

Penghitungan adalah dengan formula sebagai berikut :

R =

1/t

IPM t1 - IPM to

(26)

dimana :

R : Reduksi shortfall per tahun; IPM t0 : IPM tahun awal;

IPM t1 : IPM tahun terakhir dan

IPM ref : IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.

Ada 4 kategori reduksi shortfall pertahun, yaitu sangat lambat jika < 1,3; lambat jika 1,3 – 1,5; menengah jika 1,5 – 1,7 dan cepat jika >1,7. Semakin besar reduksi shortfall pertahun maka semakin besar kemajuan yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu.

Kemudian untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut : (a) Angka Harapan Hidup (

e

0)

Seperti halnya UNDP usia hidup diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir (life expec-tancy at birth ) yang biasa dinotasikan dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini meng-gunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup/ALH (live births) dan rata-rata anak yang masih hidup/AMH (still living) per wanita usia 15 – 49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan. Penghitungan e0 dilakukan dengan menggunakan software Mortpak Lite. Angka e0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada ke-adaan 3-4 tahun dari tahun survei.

(b) Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS)

Kedua, indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan. Karena Lit dianggap tidak terlalu peka menggambarkan variasi provinsi, maka untuk mengurangi kelemahan tersebut maka dimasukkan rata-rata lamanya sekolah (MYS) dalam penghitungan rata-rata indeks pendidikan (IP) dihitung dengan cara sebagai berikut :

IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS

Populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas dengan asumsi bahwa pro-gram wajar 9 tahun dianggap sudah tuntas. Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung

(27)

rata-MYS

fi

si

fi

=

×

dimana :

MYS : rata-rata lama sekolah (dalam tahun)

fi : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan ke-i si : skor masing-masing jenjang pendidikan i

i : jenjang pendidikan (i=1,2,...), lihat tabel di bawah

Jenjang pendidikan dan skor untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS): Jenjang Pendidikan Skor

1. Tidak/belum pernah sekolah 0 2. Sedang Sekolah SD kelas 1 s/d 6 1 s/d 6

3. Tamat SD 6

4. Sedang Sekolah SMP kelas 1 s/d 3 7 s/d 9

5. Tamat SMP 9

6. Sedang Sekolah SMA kelas 1 s/d 3 10 s/d 12

7. Tamat SMA 12

8. Sedang Sklh Diploma Tk 1s/d 3 13 s/d 15

9. Tamat D III 15

10. Tamat D IV 16

11. Magister (S2) 18

Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lamanya sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rata-rata lamanya sekolah secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai beri-kut: misal di Kabupaten Gresik ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP, 5 orang tamatan SMA, dan 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata-rata laman-ya sekolah di Kabupaten Gresik adalah { 5(6) + 5(9) + 5(12) + 5(0) } : 20 = 6,25 tahun. (c) Kemampuan Daya Beli

Dengan dimasukkannya variabel Purchasing Power Parity sebagai ukuran paritas daya beli, IPM secara konseptual jelas lebih

(28)

leng-lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup). Ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan. Sumber data yang digunakan adalah angka Susenas 2012.

Adapun batasan nilai Purchasing Power Parity/konsumsi perkapita yang disesuaikan antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan, angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar dan tahun berjalan.

Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dengan menggunakan data Susenas 2007. Hasil penghitungan dikali 12 untuk memperoleh angka tahunan (E)

2) Menghitung nilai pengeluaran riil (E) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran dengan IHK pada tahun yang bersangkutan.

3) Menghitung PPP (unit) semacam faktor pengali R untuk menghilangkan perbedaan antar daerah.

4) Menghitung nilai PPP dalam rupiah (Y*) dengan rumus : Y* = E R

dimana

Y* : PPP(rupiah)

E : Pengeluaran pertahun dalam harga konstan

R : PPP (unit)

5) Menghitung penyesuaian PPP (rupiah) atau rata-rata konsumsi riil dengan menggunakan

for-mula Atkinson(Y**) :

Y**= Y* jika Y* ≤ Z

= Z + 2(Y* - Z)(1/2) jika Z < Y* ≤ 2Z = Z + 2Z (1/2) + 3 (Y* -2Z) (1/3) jika 2Z < Y* ≤ 3Z = Z + 2Z (1/2) + 3 (Y*-2Z) (1/3) + 4 (Y*-3Z)(1/4) jika 3Z < Y* ≤ 4Z) dimana :

Y* : Nilai PPP dari nilai riil pengeluaran perkapita

(29)

Pengertian paritas daya beli secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan ada 3 orang di Kabupaten (X, Y, Z) yang berasal dari 3 kecamatan berbeda (A, B, C). Tiga orang terse-but mempunyai penghasilan bulanan, yang kalau diukur dengan rupiah, sama persis. Namun, penghasilan X di kecamatan A, apabila seluruh penghasilan sebulan dibelikan beras, memperoleh 5 kwintal, dengan penghasilan yang sama Y di kecamatan B dapat membeli 4 kwintal; dan Z di Kecamatan C dapat membeli 10 kwintal. Paritas daya beli masing-ma-sing X, Y, Z menggambarkan daya beli riil yaitu 5, 4 dan 10 kwintal beras. 3.3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil pengolahan Survei So-sial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012, data sekunder yang berasal Publikasi Daerah Dalam Angka BPS Kabupaten Gresik dan Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur Tahun 2010-2012. 3.4. Metode Analisis

Pada dasarnya metode analisis statistik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu statis-tik diskriptif dan statisstatis-tik inferensia. Statisstatis-tik deskriptif adalah metode yang berkai-tan dengan pengumpulan dan penyajian data yang memberikan informasi yang berguna. Statistik Inferensia mencakup semua metode analisis data dengan menggunakan berbagai macam prosedur pengujian secara statistik. Dalam penyusunan laporan ini metode yang di-gunakan adalah metode deskriptif karena tidak ada pengujian secara statistik di dalamnya.

(30)

Indikator Pendidikan

Indikator Kesehatan Indikator Perumahan Indikator Ketenagakerjaan

4

ANALISIS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(31)

Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah merupakan asset yang paling penting bagi pembangunan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. SDM yang berkualitas adalah ma-nusia yang mempunyai kualitas intelektual, watak, moral, ahklak dan fisik yang prima. Manu-sia sebagai faktor utama pembangunan mempunyai peran yang sangat berarti, semakin tinggi kualitas penduduk maka dapat dipastikan pembangunan akan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Hal tersebutlah yang mendasari pentingnya pembangunan manusia seutuhnya. Pemerataan hasil-hasil pembangunan bukan saja berarti dalam bentuk sarana dan prasa-rana fisik yang harus dibangun secara merata, namun yang lebih penting dari itu adalah ke-mudahan warga masyarakat untuk dapat mengakses dan sekaligus dapat terfasilitasi sa-rana kebutuhannya. Pada gilirannya diharapkan setiap warga masyarakat dapat merubah perilaku untuk berkembang membangun diri meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat ke-sejahteraan dipandang sebuah ukuran yang bercirikan relatif dan kompleks. Untuk itu perlu adanya batasan ideal, pembatasan yang paling representative pada bahasan berikut akan diamati seberapa jauh tingkat kemajuan bidang sosial ekonomi. Untuk mengetahui kema-juan tersebut dan sejauh mana keadaan sumber daya manusia di Kabupaten Gresik, akan dibahas indikator-indikator tunggal seperti keadaan pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan yang selanjutnya akan dikaitkan dengan hasil perhitungan angka IPM. 4.1. Indikator Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangu-nan di bidang pendidikan meliputi pembangupembangu-nan pendidikan secara formal maupun non for-mal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan pendidikan antara lain terlihat dari usaha Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh sekolah.

Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah,

4

ANALISIS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(32)

misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bah-kan sudah beberapa tahun ini pemerintah telah melaksanabah-kan program wajib belajar 9 tahun. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, diharapkan seseorang akan sema-kin mudah dalam menyerap, memilih, beradaptasi atau mengembangkan segala bentuk in-formasi dan pengetahuan baru untuk kehidupannya. Selain itu tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat menimbulkan kemampuan bersaing yang lebih baik dalam dunia kerja Untuk mengetahui perkembangan pembangunan bidang pendidikan diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai. Ada beberapa indikator yang relevan dengan masalah pendidikan, diantaranya adalah rata-rata lamanya sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat partisipasi sekolah. Untuk melihat ketersediaan dan tingkat pelayanan, sarana, prasarana dan tenaga pendidik yang ada digunakan indikator anta-ra lain anta-rasio kelas persekolah, guru per sekolah, guru per kelas, murid per kelas dan murid per guru. 4.1.1. Angka Buta Huruf

Ukuran yang sangat mendasar dalam tingkat pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Hal ini tercermin dari data angka melek huruf dari penduduk usia 10 tahun keatas.

Tabel 4.1. Angka Melek Huruf & Buta Huruf Penduduk usia 10 tahun keatas Kabupaten Gresik dan Jawa Timur

Tahun 2010 – 2012

Tahun Melek Huruf Buta Huruf

Kab Gresik Jawa Timur Kab. Gresik Jawa Timurr

2010 94,47 88,34 5,53 11,66 2011 94,56 88,52 5,44 11,21 2012 96,17 89,28 3,83 11,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan data Tahun 2010 sampai Tahun 2012 persentase penduduk Kabupaten Gresik yang melek huruf atau bisa baca tulis selalu mengalami kenaikan yaitu dari 94,47 persen pada Ta-hun 2010 menjadi 94,56 persen pada TaTa-hun 2011 dan pada TaTa-hun 2012 meningkat menjadi 96,17 persen. Sehingga penduduk yang buta huruf pada Tahun 2012 sebesar 3,83 persen. Dibanding-kan angka melek huruf Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gresik masih lebih baik, dimana AMH

(33)

deks Pembangunan Manusia (Human Development Index = HDI), yang salah satu komponennya diantaranya adalah angka buta huruf ini. Buta huruf selalu identik dengan keterbelakangan ser-ta ketidakberdayaan yang umumnya menjadi ciri masyarakat marginal. Dengan demikian usaha pemerintah Kabupaten Gresik untuk mengurangi angka buta huruf sudah menampakan hasil, meskipun demikian upaya pemberantasan buta huruf tetap harus dilakukan supaya masyarakat Kabupaten Gresik terbebas dari buta huruf.

4.1.2. Rata – Rata Lama Sekolah

Untuk mengetahui perkembangan pembangunan bidang pendidikan diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai. Selain Indikator ABH (Angka Buta Huruf) ada indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan yai-tu rata-rata lamanya sekolah (tahun). Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan for-mal yang pernah dijalani. Dari hasil pengolahan Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur rata-rata lamanya sekolah penduduk Kabupaten Gresik selalu mengalami kenaikan. Pada Tahun 2012 rata-rata lamanya sekolah sebesar 8,98 tahun atau naik sebesar 1,58 point dibanding Tahun 2011 sebesar 8,84 tahun. Rata-rata lamanya sekolah penduduk Kabupaten Gresik masih diatas Provin-si Jawa Timur. Rata-rata lamanya sekolah ProvinProvin-si Jawa Timur Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012 masih berkisar angka 7, dan pada Tahun 2012 sudah mencapai 7,48. Sedangkan Kabupaten Gresik sudah berada pada angka hampir 9. Dengan kata lain bahwa semakin lama peluang serta kesempatan dalam bidang pendidikan semakin besar. Merupakan hal yang wajar jika tingkatan pendidikan seorang anak minimal sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang tuanya.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kuali-tas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun keakuali-tas. Semakin besar persenkuali-tase pen-duduk yang menamatkan jenjang pendidikan tinggi, bisa dianggap semakin tinggi tingkat

(34)

menamatkan SMA sederajat, hal tersebut dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SMA sederajat Tahun 2012 sebesar 28,60 persen. Penduduk Kabupaten Gresik yang menem-puh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi pada Tahun 2012 mencapai 6,76 persen.

Tabel 4.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012

Tingkat Pendidikan Tahun

2010 2011 2012

Tidak belum pernah sekolah 4,53 4,40 3,70 Tidak belum tamat SD 14,61 15,37 14,06

Tamat SD 29,17 25,39 24,52

Tamat SLTP 21,22 21,58 22,37

Tamat SMTA + 24,99 25,79 28,60

Tamat PT 5,48 7,48 6,76

Sumber : Susenas 2010 – 2012

Kondisi ini bisa menggambarkan bahwa selama lima tahun tera-khir terjadi penurunan persentase penduduk berpendidikan rendah yang diiku-ti dengan meningkatnya persentase penduduk berpendidikan yang lebih diiku-tinggi. 4.1.3. Tingkat Partisipasi Sekolah

Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaat-kan fasilitas pendidimemanfaat-kan yang ada dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk usia tersebut dikalikan seratus. Dalam penghitungan APS tidak memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang dijalani, karena perhatian utamanya adalah penduduk usia seko-lah yang pada dasarnya harus sekoseko-lah. Angka APS dikatakan baik apabila mendekati atau bahkan mencapai angka seratus, yang berarti setiap anak usia sekolah sedang duduk dibangku sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pen-didikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Rumus yang digunakan adalah :

Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu yang sedang sekolah

Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu

=

x 100

(35)

Pengelompokan usia sekolah adalah berikut : a. SD untuk kelompok umur 7 – 12 tahun b. SMP untuk kelompok umur 13 – 15 tahun c. SMA untuk kelompok umur 16 – 18 tahun

d. Perguruan Tinggi untuk kelompok umur 19 – 24 tahun

Tabel 4.3. Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012

Usia Sekolah Tahun

2010 2011 2012 7 – 12 98,80 98,77 99,43 13 – 15 93,95 94,73 97,41 16 – 18 62,21 72,47 70,81 19 – 24 16,32 15,74 19,22 Sumber : Susenas 2010 – 2012

APS Kabupaten Gresik untuk kelompok umur sekolah dasar (7 – 12 tahun) pada Ta-hun 2012 sebesar 99,43 persen yang berarti untuk setiap 100 anak usia sekolah dasar, hampir semuanya sekolah di usia ini yaitu sebesar 99 anak sedang sekolah. Selanjutnya APS untuk usia SMP (13 – 15 tahun) sebesar 97,41 persen pada Tahun 2012 , APS untuk usia SMA (16 – 18 ta-hun) sebesar 70,81 persen. Serta APS untuk usia PT (19 – 24 tata-hun) sebesar 19,22 persen. Semua tingkatan usia sekolah APS nya pada Tahun 2012 mengalami kenaikan dibandingkan Tahun 2011 kecuali APS untuk usia SMA (16 – 18 tahun). Apabila diperhatikan pada semua usia seko-lah, tampak bahwa semakin tinggi usia sekolah Angka Partisipasi Sekolahnya semakin kecil. Dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sasarannya sam-pai pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Keberadaan program BOS tentunya tidak mampu secara drastis mendongkrak persentase APS pada kelompok Usia SD (7 - 12 tahun), mengin-gat program tersebut bukan bersifat menghapuskan biaya pendidikan, namun hanya men-gurangi. Jika pada jenjang pendidikan SD di beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian besar murid tidak lagi terbebani biaya SPP atau BP3, namun pada jenjang pendidikan SLTP atau sederajat, sebagian murid masih membayar selisih SPP atau BP3 setelah dikurangi BOS. 4.2. Indikator Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Peningkatan derajat kesehatan penduduk harus diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena

(36)

masalah kesehatan yang terjadi sekarang dapat berpengaruh terhadap keturunan beri-kutnya. Derajat kesehatan masyarakat harus terus menerus ditingkatkan dengan mem-berikan fasilitas kesehatan yang memadai dan meningkatkan kesadaran pola hidup se-hat bagi masyarakat. Kedua faktor tersebut harus sinergis, karena fasilitas kesese-hatan yang bagus tidak akan menjamin terciptanya masyarakat yang sehat. Untuk meningkatkan ke-sehatan masyarakat, pemerintah berupaya melakukan berbagai program baik yang sifat-nya promotif, preventif maupun kuratif melalui pendidikan kesehatan, imunisasi, pem-berantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi dan pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan dapat dilakukan sedini mungkin, sejak bayi masih dalam kan-dungan, saat kelahiran dan masa balita. Perkembangan otak sudah dimulai sejak bayi berada dalam kandungan, dan gizi yang cukup serta perilaku hidup sehat dalam ling-kungan yang sehat sangatlah penting bagi kesehatan dan pertumbuhan seorang. Diantara beberapa ukuran kesehatan yang ada, indikator yang digu-nakan untuk melihat taraf kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH), dan penolong persalinan. Ketiga indikator tersebut sangat peka terhadap setiap perubahan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga selain sebagai ukuran kese-hatan, ketiganya bisa juga memberikan indikasi kondisi kesejahteraan masyarakat. 4.2.1. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan, di-antaranya pola hidup sehat, pola konsumsi makanan, dan kualitas lingkun-gan perumahan. Angka Harapan Hidup juga digunakan sebagai indikator untuk menilai taraf kesehatan masyarakat. Mencermati AHH juga selalu tidak akan lepas dari pem-bicaraan mengenai kesehatan, sebab angka-angka inilah yang mempunyai kaitan lang-sung dengan taraf kesehatan. Disamping fungsinya sebagai indikator pembangunan eko-nomi, sering kali juga digunakan sebagai indikator keberhasilan program kesehatan. AHH yang disajikan dalam tulisan ini merupakan hasil penghitungan dengan metode tidak langsung yang berasal dari data Susenas 2012. Pada dasarnya AHH untuk jangka pendek relatif stabil, karena program pembangunan apapun termasuk bidang kesehatan yang diterapkan ke-pada masyarakat bukanlah merupakan program yang bersifat instant, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat melihat hasil dari kebijakan penerapan program tersebut. Hubungan antara pembangunan sosial ekonomi dengan AHH berkaitan erat dan positif. Bila pem-bangunan sosial ekonomi semakin baik, maka AHH juga semakin tinggi, atau sebaliknya bila AHH lebih tinggi, maka mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah semakin maju.

(37)

Tabel 4.4. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012

Tahun7 – 12 Angka Harapan Hidup

Kabupaten Gresik Jawa Timur

2010 70,98 69,60

2011 71,22 69,86

2012 71,47 70,09

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Angka Harapan Hidup Kabupaten Gresik pada Tahun 2012 menunjukkan ni-lai 71,47, artinya setiap bayi yang lahir pada Tahun 2012 mempunyai harapan untuk tetap hidup sampai usia 71,47 tahun. Bila dibandingkan data Tahun 2011, dimana AHHnya sebe-sar 71,22 maka pada Tahun 2012 AHHnya mengalami kenaikan sebesebe-sar 0,25 tahun.

4.2.2. Penolong Persalinan dan Kesehatan Balita

Masalah kesehatan harus sudah mendapat perhatian sedini mungkin, yaitu se-jak bayi dalam kandungan, saat kelahiran dan masa balita. Karena pada masa balita, anak sangat rentan dalam hal kesehatan dan kekurangan gizi. Sementara itu pada masa terse-but merupakan masa pertumbuhan anak, sehingga jika terjadi gangguan kesehatan akan berpengaruh terhadap masa tumbuh kembangnya. Kualitas kesehatan di masa bal-ita sangat berpengaruh pada semua fungsi jaringan tubuh, oleh karena itu menjaga ke-sehatan harus dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Salah satu indikator keberhasilan di bidang kesehatan adalah meningkatnya angka per-salinan oleh tenaga kesehatan/medis. Penolong perper-salinan sangatlah berpengaruh terhadap ke-selamatan ibu dan bayi pada saat proses persalinan. Penanganan yang tepat pada waktu dan

pasca persalinan akan mengurangi resiko kematian ibu dan bayi pada proses persalinan. Penolong persalinan oleh tenaga medis atau tenaga berpengalaman yang su-dah dibekali dengan pengetahuan serta kemampuan akan membantu berlangsungnya proses persalinan dengan baik. Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, famili atau lainnya.

(38)

Sumber : Susenas 2010-2012

Selain balas jasa bidan lebih murah dibanding dokter, bidan merupakan tenaga medis yang terlatih di bidang kelahiran dan jumlahnya sangat banyak dan masing-masing menawar-kan fasilitas yang menarik, sehingga banyak masyarakat yang memilih bidan sebagai penolong pertama kelahiran bayi. Selain itu mungkin praktek bidan lebih dekat dengan tempat tinggal se-hingga lebih mudah untuk menghubunginya. Penolong kelahiran bayi di Kabupaten Gresik oleh tenaga medis Tahun 2012 sebesar 99,67 persen, masih ada penduduk Kabupaten Gresik yang memilih tenaga non medis untuk menolong kelahiran bayinya, yaitu oleh dukun sebesar 0,33 persen angka ini mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 2,35 persen.

Setelah proses persalinan, upaya selanjutnya untuk menjaga kesehatan bayi dipengaruhi oleh pasokan makanan, yang dalam hal ini utamanya berupa pemberian Air Susu Ibu. ASI adalah makanan pokok terbaik bayi yang tidak dapat tergantikan oleh susu formula apapun. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi mutlak diperlukan, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang memenuhi kebutuhan akan gizi, kekebalan terhadap penyakit, serta memberi rasa aman dan nyaman. Selain ASI pemberian imunisasi juga merupakan kebutuhan balita supaya tumbuh sehat. Dari 86.595 balita di Kabupaten Gresik sebanyak 92,14 persen pernah mendapat Air Susu Ibu (ASI) sedangkan imunisasi sudah diberikan kepada semua balita yang ada di Kabupaten Gresik (98,59 %).

(39)

Tabel 4.5. Jumlah Balita (0-4) dan Presentase yang pernah diberi ASI dan Imunisasi Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012

Tahun Jumlah Balita Pernah diberi ASI Pernah diimunisasi

2010 76.796 92,02 100,00

2011 77.601 92,14 99,68

2012 86.595 94,52 98,59

Sumber : Susenas 2010-2012 4.2.3. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai sangat menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, jumlahnya hingga saat ini sebenarnya ma-sih kurang memadai terutama apabila dikaitkan dengan standart pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah yaitu setiap Puskesmas akan melayani sekitar 30.000 penduduk.

Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Gresik selama tiga tahun terakhir ini dapat dilihat pada table 4.6 Rumah Sakit dan Puskesmas di Kabupaten Gresik telah cukup me-madai bagi penduduk Kabupaten Gresik. Jumlah Rumah Sakit Umum di Kabupaten Gresik pada tahun 2012 adalah 8 buah. Jumlah puskesmas (32), pustu (77) dan posyandu (1.457).

Tabel 4.6. Banyaknya Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012

Fasilitas /

Tenaga Kesehatan 2010 Tahun2011 2012

1. Rumah Sakit Umum 5 5 8

2. Puskesmas 32 32 32

3. Puskemas Pembantu 77 77 77

4. Posyandu 1.444 1.457 1.457

Sumber : Gresik Dalam Angka 2010-2012

4.2.4. Tingkat Akses ke Fasilitas Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti upaya ke-sehatan, perilaku, lingkungan, status gizi dan juga keturunan. Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesaki-tan (morbiditas) yaitu melalui pendekakesaki-tan keluhan kesehakesaki-tan selama satu bulan yang lalu. Angka kesakitan merupakan rasio antar jumlah orang yang mengalami keluhan kesehatan terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Kesakitan yang dimaksud bu-kan merujuk pada jenis penyakit tertentu yang diderita tetapi merujuk macam keluhan

(40)

kesehatan yang dialami, karena satu jenis penyakit dapat mengakibatkan beberapa keluhan. Yang perlu dicermati dari angka kesakitan adalah cara pengobatan penduduk, bilamana mereka mengalami keluhan kesehatan. Dengan mencermati tingkat akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, dapat diketahui sejauh mana peran pelayanan kesehatan terhadap penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, atau bagaima-na pilihan berobat yang dilakukan oleh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan.

Tabel 4.7. Beberapa Indikator Kesehatan di Kabupaten Gresik Tahun 2010 – 2012

Fasilitas /

Tenaga Kesehatan Tahun

2010 2011 2012

1. Persentase penduduk yang

25,00 24,51 20,92 mengalami keluhan kesehatan (%)

2. Persentase penduduk sakit yang

54,39 44,96 49,81 melakukan pengobatan sendiri (%)

3. Persentase penduduk sakit yang

56,97 62,45 58,27 melakukan rawat jalan (%)

4. Persentase penduduk sakit yang

1,40 1,97 2,75 menjalani rawat inap (%)

Sumber : Susenas 2010–2012

Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada Tahun 2012 ini sebesar 20,92 persen. Dimana 49,81 persen penduduk sakit yang melakukan pengobatan sendi-ri, 58,27 persen diantaranya melakukan berobat jalan ke tempat fasilitas pelayanan kese-hatan, baik modern ataupun tradisional. Selanjutnya upaya pengobatan yang ter-akhir adalah rawat inap yaitu dalam setahun terter-akhir mengalami kenaikan menjadi sebesar 2,75 persen sedangkan pada Tahun 2011 mencapai 1,97 persen, upaya ini dilakukan jika ke-luhan yang diderita menyangkut jenis penyakit yang membutuhkan perawatan intensif. Selama tiga tahun terakhir tampak bahwa penduduk yang mengobati sendiri selalu lebih besar dibandingkan yang berobat jalan dan rawat inap. Hal ini kemungkinan terjadi karena penduduk menganggap keluhan/sakit yang dialami tidak terlalu berat sehingga dicoba untuk mengobati sendiri terlebih dahulu, dan bila belum sembuh maka dilanjutkan dengan berobat ja-lan, bahkan bila dalam kondisi yang lebih parah mungkin dilanjutkan dengan rawat inap. Atau juga alasan lain mengatasi keluhan kesehatan melalui pengobatan sendiri menggunakan obat modern adalah karena biaya yang murah, sedangkan yang menggunakan obat tradisional alasan

(41)

derita menyatakan karena sudah terbiasa, namun banyak juga yang menyatakan bero-bat jalan merupakan cara pengobero-batan lanjutan setelah gagal dengan cara berobero-bat sendiri. 4.3. Indikator Perumahan

Tempat tinggal/perumahan merupakan salah satu kebutuhan yang cukup penting dalam kehidupan manusia disamping kebutuhan makanan, pakaian maupun kesehatan. Tem-pat tinggal bukan hanya diperlukan sebagai temTem-pat berlindung, tetapi juga sebagai temTem-pat untuk istirahat, beribadah, berkomunikasi dengan keluarga, sosialisasi dengan lingkungan, serta tempat untuk mendidik anak-anak. Untuk itu kondisi rumah yang ideal adalah rumah yang dalam kondisi baik, cukup luas untuk suatu keluarga , dan terbuat dari bahan bangu-nan yang baik dan memiliki fasilitas tempat tinggal yang memadai, sehingga akan men-dukung keadaan rumah yang nyaman, aman, serta berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat. Karena keadaan perumahan akan mempengaruhi derajat kesehatan penduduk.

Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Se-makin baik fasilitas yang dimiliki, dapat diasumsikan seSe-makin sejahtera rumahtangga yang menempati rumahtangga tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat ke-sejahteraan tersebut antara lain dapat dilihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar rumahtangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir. Indikator perumahan adalah salah satu ukuran yang dapat diama-ti untuk melihat sejauh mana target pembangunan di bidang perumahan tercapai. 4.3.1. Kualitas Bangunan Tempat Tinggal

Rumah yang sehat adalah rumah yang berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat, serta mempunyai kualitas bangunan yang baik dengan penataan ventilasi yang baik. Kualitas bangunan tempat tinggal dapat dilihat dari kondisi perumahan tersebut, terutama dari jenis atap, dinding, lantai dan juga fasilitas di dalamnya. Kondisi peruma-han yang baik akan memberikan kenyamanan hidup bagi seluruh anggota rumah tangga. Selain itu kualitas tempat tinggal juga dilihat dari luas lantai hunian rumah tang-ga. Luas lantai dapat digunakan sebagai ukuran seberapa luas ruang gerak anggota rumah tangga, luas lantai harus proporsional antara luas dan jumlah penghuninya. Luas ru-angan rumah juga sangat berperan untuk menambah estetika dalam pengaturan ruang.

(42)

Tabel 4.8. Persentase Rumah tangga Menurut Kualitas Perumahan Kabupaten Gresik Tahun 2010 – 2012

Kualitas Perumahan Tahun

2010 2011 2012

Luas Lantai Hunian (m2) <20

20-49 50-99 100-149 150+

Lantai Bukan Tanah

6,04 21,19 54,52 13,29 4,96 84,20 2,87 16,54 63,16 14,65 2,78 93,34 2,83 14,53 54,69 20,33 7,62 93,83 Sumber : Susenas 2010–2012

Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepa-datan hunian atau rata-rata ruang gerak untuk setiap anggota keluarga. Menurut Data Susenas Tahun 2012 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang mempunyai rumah dengan luas lantai 50-99 m2 mempunyai presentase paling besar yaitu 54,69 persen, sedangkan

rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai < 20 m2 hanya mencapai 2,83 persen.

Jenis lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas peruma-han, Semakin baik kualitas lantai perumahan dapat diasumsikan semakin membaik tingkat kesejahteraan penduduknya. Rumahtangga dengan jenis lantai keramik atau marmer mem-punyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari pada rumahtangga yang menggunakan je-nis lantai semen, ubin atau tanah. Selain itu, jeje-nis lantai juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak rumahtangga yang mendiami rumah dengan lantai tanah akan berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Karena lantai tanah dapat menjadi media yang subur bagi timbulnya kuman penyakit dan media penularan bagi jenis penyakit tertentu. Di Kabupaten Gresik, rata-rata presentase jenis lantai bukan tanah sebesar 93,83 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi rumah atau tempat tinggal di Ka-bupaten Gresik semakin baik karena presentase jenis lantainya sebagian besar bukan tanah. 4.3.2. Fasilitas Tempat Tinggal

(43)

ti-sarana penerangan listrik, air bersih serta jamban dengan tangki septik.

Rumahtangga dengan sumber penerangan listrik PLN maupun non PLN terus mengalami kenaikan persentase. Tahun 2012 jumlah rumah tangga yang sudah menikmati penerangan listrik PLN hampir mencapai 100 persen. Hal tersebut dikarenakan bahwa kebutu-han penerangan listrik sudah merupakan kebutukebutu-han pokok bagi masyarakat Kabupaten Gresik.

Tabel 4.9. Persentase Rumah Tangga menurut Fasilitas Perumahan Kabupaten Gresik Tahun 2010 – 2012

Kualitas Perumahan Tahun

2010 2011 2012

Persentase Rumah Tangga dengan : - Air Minum Kemasan dan Leding - Fasilitas air bersih

- Penampungan kotoran tangki septik

65,95 99,38 83,84 71,19 99,21 90,72 77,75 99,01 88,73 Sumber : Susenas 2010–2012

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah.

Pada Tahun 2012 rumah tangga di Kabupaten Gresik yang menggunakan air leding (terma-suk air kemasan) sudah mencapai 77,75 persen berarti mengalami peningkatan dibandingkan pada Tahun 2011 sebesar 71,19 persen. Sementara rumah tangga pengguna air bersih (bersumber dari air leding, kemasan, pompa dan sumur/mata air terlindung) pada Tahun 2012 mencapai 99,01 persen, berarti mengalami sedikit penurunan dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 99,21 persen.

Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tangki septik. Pada Tahun 2012 rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dengan tangki septik mencapai 88,73 persen.

Pencemaran dari sanitasi rumah juga bisa bersumber dari kondisi rumah yang terlalu pa-dat ataupun kumuh. Dengan tingkat kepapa-datan rumah yang tinggi, ada kecenderungan sistem pembuangan limbah rumah tangga akan sulit terjaga. Jarak antara tempat penampungan akhir tinja/kotoran terhadap sumber air minum seharusnya minimal 10 meter, batasan ini untuk menghindari terkontaminasinya air dari penyakit yang bersumber dari limbah rumah tangga.

(44)

4.4. Indikator Ketenagakerjaan

Pembangunan berhasil jika tujuan pembangunan bisa tercapai. Salah satu tujuan pembangunan adalah pemerataan kesempatan kerja bagi seluruh penduduk. Manusia se-bagai salah satu faktor pembangunan harus dimaksimalkan potensinya agar bisa lebih ber-daya guna dan berhasil guna untuk berperan serta dalam pembangunan di segala bidang. Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk memantau perkembangan kondi-si ketenagakerjaan di Kabupaten Grekondi-sik antara lain adalah Tingkat Partikondi-sipa- Partisipa-si Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK), Tingkat Penganggu-ran Terbuka serta persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. 4.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara duduk usia kerja yang bekerja dan mencari pekerjaan (angkatan kerja) dengan jumlah pen-duduk usia kerja seluruhnya. Penpen-duduk usia kerja didefinisikan sebagai penpen-duduk berumur 15 tahun ke atas. Sedang angkatan kerja mencakup penduduk usia 15 tahun ke atas yang ke-giatan utamanya sedang dan sementara tidak bekerja serta mereka yang sedang mencari pe-kerjaaan. Indikator ini memberikan gambaran seberapa besar kemampuan penduduk usia kerja untuk memperoleh penghasilan atau membantu menambah penghasilan keluarga. Dibandingkan Tahun 2011 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2012 mengalami penu-runan menjadi 63,49 persen artinya bahwa dari penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, 63 orang diantaranya termasuk angkatan kerja. Penurunan TPAK ini disebabkan semakin sedikit penduduk Kabupaten Gresik yang mendapat pekerjaan hal ini disebabkan adanya pengurangan pegawai untuk efisiensi biaya produksi yang dilakukan di Kabupaten Gresik terutama di bidang Industri.

Tabel 4.10. Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012

Uraian Tahun

2010 2011 2012

Penduduk Angkatan Kerja (jiwa) Jumlah yang bekerja (jiwa) Jumlah Penganggur (jiwa)

Tingkat Partisipasi Angk. Kerja/TPAK (persen) Tingkat Kesempatan Kerja/TKK (persen) Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (persen)

586.919 541.720 45.199 67,07 92,30 7,70 612.073 585.409 26.664 70,00 95,64 4,36 557.623 520.150 37.473 63,49 93,28 6,72 Sumber : Sakernas 2010- 2012

Gambar

Tabel 3.1. Dimensi IPM
Tabel 4.3. Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012
Tabel 4.4. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Gresik Tahun 2010 - 2012
Tabel 4.5. Jumlah Balita (0-4) dan Presentase yang pernah diberi ASI dan Imunisasi Kabupaten Gresik Tahun 2010-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,

Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material material yang diangkut oleh air proses pengendapan material-material yang diangkut oleh

Dengan menyimak penjelasan guru melalui slide power point siswa mampu menganimasikan [C6} isi teks berkaitan dengan lingkungan geografis di rumah dengan

Kesenjangan pembangunan manusia antara Kabupaten Gresik dengan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dari dimensi kesehatan dapat dilihat melalui angka harapan hidup saat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan Manusia (IPM): indeks komposit yang tersusun Pembangunan Manusia (IPM) dari tiga indikator:

Tanah yang digunakan untuk menutup lubang bekas penambangan pada TS 1.44 Mapur PT Timah (Persero) Tbk, berasal dari pekerjaan stripping (pengupasan tanah atas),

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan pure bit 20 persen dapat digunakan sebagai pewarna alami pada pembuatan kornet sapi dengan mutu organoleptik yang