• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Inokulasi Berbagai Tingkat Konsentrasi Aspergillus flavus pada Pakan Ternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Inokulasi Berbagai Tingkat Konsentrasi Aspergillus flavus pada Pakan Ternak"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(Inoculation Effect of Various Concentrations of Aspergillus flavus on Feed)

Dwi Endrawati

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 d.endrawati@gmail.com

ABSTRACT

Aspergillus flavus could grow easily on feed and thus affecting its quality. Growth of A. flavus was evaluated on inoculated feed with different inoculations level. Three groups of feeds were inoculated with A. flavus in different concentration 103, 104, 105 on one gram of feed and incubated

for seven days on temperature 25-28°C. This study was conducted in December 2014 and April 2015. Significant growths of A. flavus were observed in April 2015 compared to December 2014 because of higher daily humidity in April 2015 (80%) than December 2014 (60%). Growth of mold was also parallel with inoculation level.

Key Words: Aspergillus flavus, Number of Colony, Humidity ABSTRAK

Kapang Aspergillus flavus berdampak merugikan industri pakan ternak karena kapang ini dapat tumbuh dengan mudah pada bahan penyusun pakan ternak. Untuk itu, dilakukan pengamatan pertumbuhan kapang A. flavus pada pakan yang telah diinokulasi dengan tiga tingkat inokulasi berbeda yaitu 103, 104, 105 spora A. flavus per gram pakan, diinkubasi selama tujuh hari pada suhu

25-28°C dan dilakukan pada bulan Desember 2014 dan April 2015. Hasil inokulasi menunjukkan pertumbuhan yang dilakukan di bulan April 2015 menghasilkan pertumbuhan koloni yang berbeda nyata dalam hal jumlah koloni yang tumbuh dalam media agar (SDA) dibandingkan dengan yang dilakukan pada bulan Desember 2014. Hal ini terjadi karena pada bulan Desember 2014 tingkat kelembabannya 60% sedangkan April 2015 tingkat kelembabannya 80%. Semakin banyak inokulasi semakin tinggi jumlah populasi A. flavus pada pakan.

Kata Kunci: Aspergillus flavus, Jumlah Koloni, Kelembaban

PENDAHULUAN

Cemaran kapang yang paling banyak ditemukan pada pakan adalah Aspergillus flavus. Kapang ini tergolong patogenik dan toksigenik (Ahmad 2009; Mostafa & Amer 2013) dan ditemukan di zona tropis dan subtropis di seluruh dunia. Aspergillus flavus secara makroskopis berwarna kuning kehijauan sampai hijau tua, permukaannya bervariasi dari halus sampai sangat kasar. Dalam bentuk mikroskopis, A. flavus memiliki metula dan fialid, dinding konidia relatif tipis yang halus sampai agak kasar, bervariasi dari bulat ke elip (Diba et al. 2007; Rodrigues et al. 2007).

Kapang A. flavus berdampak penting dalam industri pertanian, karena adanya cemaran kapang itu sendiri dan mikotoksin yang dihasilkannya yang dapat mencemari dan merugikan secara ekonomi terhadap produk pertanian. Adanya cemaran A. flavus pada bahan penyusun pakan ternak dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya. Aspergillus flavus dapat menghasilkan produk metabolit sekunder yaitu aflatoksin yang bersifat karsinogenik dan mematikan bagi manusia dan hewan (Carbone et al. 2007; Kumar et al. 2014).

(2)

Komposisi penyusun pakan ternak unggas umumnya terdiri atas jagung, dedak halus, bekatul, ubi kayu, hijauan, bungkil kelapa, tepung ikan dan tepung tulang (BPTU-HPT Sembawa 2013). Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dan memiliki kelembaban tinggi akan mempermudah bahan-bahan tersebut (terutama biji-bijian) untuk ditumbuhi kapang apabila penanganan pascapanennya tidak tepat akan menghasilkan produk akhir berupa pakan ternak yang berkualitas rendah dan dapat menyebabkan mikosis dan mikotoksikosis pada ternak yang mengkonsumsinya.

Sejauh ini, inokulasi spora A. flavus menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah cemaran pada pakan maka semakin cepat pertumbuhan cendawan cemaran tersebut sehingga pakan turun kualitasnya, untuk itu perlu dikaji melalui suatu penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni A. flavus yang tumbuh dalam beberapa tingkat konsentrasi spora yang diinokulasi pada pakan yang dilakukan pada awal musim penghujan di bulan Desember 2014 dimana tingkat curah hujan dan kelembaban masih rendah dibandingkan dengan perlakuan pada bulan April 2015 dimana tingkat curah hujan dan kelembaban tinggi.

MATERI DAN METODE

Percobaan dilakukan di Laboratorium Mikologi Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) pada bulan Desember 2014 dan bulan April 2015. Bahan utama yang digunakan adalah isolat A. flavus yang didapat dari hasil isolasi sampel pakan, pakan ternak unggas komersial, sabaraoud dekstrose agar (SDA) sebagai media penumbuhnya dan aquades. Alat yang digunakan adalah autoklaf, inkubator, haemocytometer, erlenmeyer, bunsen, cawan petri, tabung reaksi dan mikropipet.

Pakan ternak ayam komersial diinokulasi kapang A. flavus dengan konsentrasi 103,

104, 105 spora per gram pakan dan dilakukan pemeriksaan mikologik terhadap sampel dengan cara pembiakan berpengenceran (dilution plating) menurut Thompson (1969) dengan cara sebagai berikut:

1. Inokulasi pada pakan. Sebanyak 20 g pakan dimasukkan dalam empat tabung erlenmeyer 125 cc (kontrol negatif, 103, 104, 105). Selanjutnya, pakan disterilisasi dalam autoklaf bersuhu 121°C selama 15 menit. Sebanyak 2 ml spora A. flavus dengan konsentrasi spora 104, 105 dan 106 dimasukkan dalam tiga tabung erlenmeyer yang telah

disterilisasi di awal berisi masing-masing 20 g pakan sehingga didapatkan kandungan A. flavus per gram pakan adalah 103, 104 dan 105 spora, tabung keempat digunakan sebagai kontrol negatif (tidak diinokulasi dengan A. flavus). Seluruh tabung kemudian diinkubasi pada suhu 25-28°C dengan kelembaban 60-80% selama tujuh hari.

2. Pembuatan suspensi pakan. Sebanyak satu gram pakan yang telah diinokulasi A. flavus dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 9 ml akuades. Pada larutan pakan berkonsentrasi 103 dibuat pengenceran bertingkat sampai dengan 10-3; larutan pakan berkonsentrasi 104 dibuat pengenceran bertingkat sampai dengan 10-4; larutan pakan berkonsentrasi 105 dibuat pengenceran bertingkat sampai dengan 10-5. Pengenceran secara bertahap ini dilakukan untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni saat dibiakkan dalam media SDA. Dibuat pengulangan tiga kali untuk masing-masing pengenceran.

3. Pembiakkan suspensi dalam media SDA. Sebanyak 1 ml suspensi dari masing-masing tabung, dimasukkan dalam cawan petri steril dan ditambahkan SDA cair bersuhu 50°C, kemudian ditunggu hingga larutan SDA beku dan diinkubasi pada suhu ruang (25-28°C). Percobaan pertama dilakukan pada bulan Desember 2014 dengan tingkat curah hujan rendah dan kelembaban 60%, sedangkan percobaan kedua dilakukan pada bulan April 2015 dengan tingkat curah hujan tinggi dan kelembaban 80%.

(3)

4. Pengamatan harian. Pengamatan dilakukan sampai maksimal hari ketiga dan dihitung jumlah colony forming unit (CFU)-nya. Jumlah CFU yang didapat kemudian dirata-rata dari ketiga pengulangannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan perubahan fisik secara makroskopis harian setelah pakan diinokulasi dengan A. flavus dan diinkubasi pada suhu 25-28°C dengan tingkat kelembaban 60-80% adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pakan yang diinokulasi A. flavus bulan Desember 2014

Konsentrasi A. flavus per gram pakan

Pengamatan makroskopis

H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+6 H+7

103 TAP TAP TAP TAP TAP TAP TAP

104 TAP TAP TAP TAP TAP TAP Kehijauan,

menggumpal (+)

105 TAP TAP TAP TAP TAP TAP Kehijauan,

menggumpal (++)

Kontrol negatif TAP TAP TAP TAP TAP TAP TAP

TAP: Tidak ada perubahan fisik pada warna dan penggumpalan

Tabel 2. Pakan yang diinokulasi A. flavus bulan April 2015

Konsentrasi A. flavus per gram pakan

Pengamatan makroskopis

H+1 H+2 H+3 H+4 H+5 H+6 H+7

103 TAP TAP TAP TAP TAP TAP TAP

104 TAP TAP TAP TAP TAP TAP Kehijauan,

menggumpal (+)

105 TAP TAP TAP TAP TAP TAP Kehijauan,

menggumpal (++)

Kontrol negatif TAP TAP TAP TAP TAP TAP TAP

TAP: Tidak ada perubahan fisik pada warna dan penggumpalan

Dari pengamatan di atas, percobaan pertama dan kedua menunjukkan hasil yang sama yaitu perubahan warna dan penggumpalan pakan secara makroskopis akibat kontaminasi A. flavus terjadi pada hari ketujuh pada pakan berkonsentrasi 104 dan 105 spora/gram pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hedayati et al. (2007) bahwa pertumbuhan dan perkembangan kapang A. flavus sangat tergantung pada lingkungannya, suhu pertumbuhannya berkisar antara 12-48°C dengan suhu optimal 37°C.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah koloni A. flavus yang tumbuh berbeda nyata di tiap tingkat konsentrasi. Walaupun secara makroskopis pada hari ketujuh tidak terjadi perubahan pada pakan yang terinfeksi A. flavus pada konsentrasi 103 per gram pakan, namun hal ini tidak berarti bahwa pakan tersebut terbebas dari infeksi A. flavus. Pada percobaan pertama dan kedua dengan suhu inkubasi yang sama 25-28°C terdapat perbedaan jumlah pertumbuhan CFU pada semua tingkat konsentrasi A. flavus secara signifikan, jumlah CFU percobaan kedua lebih besar dari percobaan pertama. Hal ini

(4)

disebabkan karena percobaan pertama dilakukan dengan tingkat kelembaban 60% sedangkan percobaan kedua dilakukan pada tingkat kelembaban 80%.

Tabel 3. Jumlah CFU pertumbuhan A. flavus pada media SDA pada pengamatan hari ketiga

Konsentrasi A. flavus per gram pakan

Percobaan 1 (CH tinggi, Rh 60%)

Percobaan 2 (CH tinggi, Rh 80%) Waktu

pengamatan Jumlah CFU

Waktu

pengamatan Jumlah CFU

103 10-12-2014 160,61 14-04-2015 424,24

104 10-12-2014 2.606,06 14-04-2015 3.848,48

105 10-12-2014 27.878,79 14-04-2015 41.212,12

Kontrol negatif 10-12-2014 0 14-04-2015 0

CH: Curah hujan; Rh: Kelembaban

KESIMPULAN

Pada saat terjadi perubahan iklim, dengan suhu yang sama tetapi tingkat kelembaban yang berbeda, inokulasi A. flavus pada pakan dengan tingkat konsentrasi spora yang berbeda tetap menunjukkan perbedaan jumlah yang signifikan, sehingga semakin tinggi jumlah inokulasi maka semakin banyak jumlah CFU yang didapat. Jadi, semakin tinggi tingkat cemaran maka semakin cepat pertumbuhan koloni pada pakan tersebut. Kapang A. flavus lebih subur pertumbuhannya pada kelembaban 80% daripada 60%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Riza Zainuddin Ahmad beserta teknisi di Laboratorium Mikologi BB Litvet yang telah membantu, memberi kesempatan dan ide bagi penulis dalam melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad RZ. 2009. Cemaran kapang pada pakan dan pengendaliannya. J Litbang Pertanian. 28:15-22.

BPTU-HPT Sembawa. 2013. Kandungan gizi aneka bahan ternak unggas. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa [Internet]. [disitasi 2015 Juni 25]. Tersedia dari: http://www.bptu-sembawa.net/id/berita/250

Carbone I, Ramirez-Prado JH, Jakobek JL, Horn BW. 2007. Gene duplication, modularity and adaptation in the evolution of the aflatoxin gene cluster. BMC Evol Biol. 7:1-12.

Diba K, Kordbacheh P, Mirhendi SH, Rezaie S, Mahmoudi M. 2007. Identification of Aspergillus species using morphological characteristics. Pakistan J Med Sci. 23:867-872.

Hedayati MT, Pasqualotto AC, Warn PA, Bowyer P, Denning DW. 2007. Aspergillus flavus: Human pathogen, allergen and mycotoxin producer. Microbiology. 153:1677-1692.

Kumar MR, Sudhakar P, Santhoshi MVM, Krishna TG, Reddy KR. 2014. Cultural morphological and pathological variability among isolates of Aspergillus flavus in maize collected from different parts of Andhra Pradesh. J Plant Pest Sci. 1:9-16.

(5)

Mostafa AA, Amer SM. 2013. Molecular characterization of toxigenic Aspergillus flavus strains isolates from animal feed stuff in Egypt. Life Sci J. 10:1102-1109.

Rodrigues P, Soares C, Kozakiewicz Z, Paterson RRM, Lima N, Venancio A. 2007. Identification and characterization of Aspergillus flavus and aflatoxins. In: Mendez-Vilas A, editor. Microbiology book series–Communicating current research and educational topics and trends in applied microbiology. Badajoz (Spain): Formatex Research Center. p. 527-534.

Thompson JC. 1969. Techniques for the isolation of the common pathogenic fungi. II. Air sampling, dilution plating and the ringworm fungi. Medium. 2:110-120.

Referensi

Dokumen terkait

Mutiara Candrasari, Roberto Martins , "Pengukuran Fungsionalitas, Kehandalan, Efisiensi, dan Kegunaan pada Pengembangan Sistem Informasi Pemesanan Tiket Wisata Online

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui Gambaran hasil belajar matematika yang menggunakan Metode Induktif, (2) untuk mengetahui Gambaran hasil belajar matematika

Imam Mudofir 1 , Moh. Adapun permasalahannya yaitu 1) masih minimnya ilmu pengetahuan tentang wirausaha bagi anggota karang taruna, 2) peran karang taruna yang belum optimal

Untuk kajian ini, faktor yang digunakan bagi melihat kreativiti pelajar adalah tidak sama sepenuhnya dengan pengkaji lepas yang mana faktor yang digunakan adalah faktor yang

Dapatan analisis Korelasi Pearson pula menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi pelajar terhadap kekerapan penerapan 17 nilai murni dalam pengajaran

CV Dekarobe merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Pemberian Kontrak Kerja oleh Client merupakan langkah awal untuk memulai sebuah pekerjaan di CV

Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk Cabang Probolinggo mengakui simpanan tabungan sebagai kewajiban kepada nasabah pada saat terjadi transaksi penyetoran tabungan.. Pada

Aspek-aspek pertimbangan Kepala Daerah dalam pembentukan Organisasi Perangkat Daerah adalah aspek Sumber Daya Manusia (SDM), aspek ekonomi, aspek teknologi, aspek