• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset Paludikultur di Kalimantan Selatan: Optimalisasi Produksi Tanaman dengan Aplikasi Bioteknologi Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Riset Paludikultur di Kalimantan Selatan: Optimalisasi Produksi Tanaman dengan Aplikasi Bioteknologi Pertanian"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Riset Paludikultur di Kalimantan Selatan:

Optimalisasi Produksi Tanaman dengan

Aplikasi Bioteknologi Pertanian

Laporan Akhir:

Oleh:

Tim Peneliti Universitas Lambung Mangkurat

Kerjasama:

Universitas Lambung Mangkurat

dengan

Badan Restorasi Gambut

Tim Peneliti: Akhmad R. Saidy, SP., M.Ag.Sc., Ph.D (ULM) Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si (ULM) Dr. Ir. Noor Aidawati, M.Si (ULM) Dr. Ir. H. Taufik Hidayat, MP (ULM) Ir. Junjung Alfidyan, M.P (KPH Kayu Tangi/Dinas Kehutanan Kalsel) Rusmana, S.Hut (Litbang LHK Banjarbaru)

(2)
(3)

iii

RINGKASAN

Salah satu metode atau teknik budidaya tanaman yang diusulkan untuk restorasi ekosistem gambut adalah paludikultur. Praktik paludikulutur di Indonesia pada umumnya diterapkan secara tradisional oleh masyarakat lokal melalui praktik-praktik budidaya tanaman yang telah beradaptasi di rawa dan rawa gambut. Hasil penelitian di tahun sebelumnya juga memperlihatkan belum optimalnya pertumbuhan tanaman pada plot percobaan paludikultur karena masalah ketersediaan unsur hara. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh konsep dalam restorasi gambut menggunakan sistem paludikultur yang sesuai dengan karakteristik gambut di Kalimantan Selatan, di mana bioteknologi pertanian diaplikasikan pada plot percobaan paludikultur untuk meningkan pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura.

Pada plot percobaan paludikultur yang dikembangkan di lahan gambut di Desa Landasan Ulin Utara, Kecamatan Liang Anggang, Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan pada Tahun 2017 telah dilakukan sejumlah kegiatan penelitian untuk mecapai tujuan penelitian tersebut. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemeliharaan dan pengukuran tanaman tahunan, pengukuran tinggi muka air tanah, isolasi mikroba penambat N dan pelarut P dari lahan gambut, aplikasi mikroba penambat N, pelarut P dan agen hayati pada tanaman hortikultura pada plot percobaan, dan pengukuran perubahan karakteristik lahan dan emisi gas rumah kaca dari plot percobaan paludikultur.

Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa: (1) Pengamatan terhadap perubahan karakteristik gambut pada plot percobaan paludikultur selama 2017 – 2018 memperlihatkan bahwa pH gambut dan konsetrasi NH4+ mengalami peningkatan, sedangkan konsentrasi NO3-, Al- dan Fe-larut mengalami penurunan selama pengelolaan lahan paludikultur. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa karakteristik gambut mengalami perbaikan setelah pengelolaan lahan untuk pengembangan plot paludikultur, (2) Pertumbuhan tanaman tahunan yang dibudidayakan pada plot percobaan paludikultur: jelutung, balangeran dan tanaman sisipan seperti rambutan dan jeruk relatif baik, akan tetapi diperlukan aplikasi bioteknologi untuk peningkatan pertumbuhan tanaman lebih lanjut, (3) Pengamatan terhadap tinggi muka air tanah memperlihatkan bahwa muka air tanah pada plot percobaan paludikultur dari Agustus sampai Nopember 2018 berkisar antara 42–133 cm dari permukaan tanah, di mana mendekati bulan Nopember muka air tanah mengalami kenaikkan. Pengamatan terhadap kadar air tanah mengindikasikan bahwa kadar air gambut pada berbagai lapisan pada kedalaman 0-50 cm dari permukaan tanah berkisar 80–68 %, menunjukkan bahwa meskipun tingkat muka air tanah gambut relatif dalam, permukaan tanah gambut relatif masih basah, (4) Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tinggi dan produksi tanaman bawang daun pada plot percobaan yang diaplikasi dengan mikroba lebih tinggi dibanding pada plot percobaan yang diberikan pupuk anorganik. Pengamatan terhadap ketersediaan hara nitrogen (konsentrasi NH4+ dan NO3-) pada plot percobaan yang memperoleh pemupukan urea dengan jumlah setara 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding plot percobaan tanpa pemberian urea ataupun yang diaplikasi dengan urea sebesar < 200 kg ha-1. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman pada plot percobaan dengan pemupukan urea sebesar < 200 kg ha-1 berasal dari pengaruh aplikasi mikroba

(4)

iv penambat nitrogen (5) Emisi GRK dari plot percobaan dengan aplikasi mikroba lebih rendah dibanding pada plot percobaan yang diberikan pupuk anorganik. Kehilangan gambut yang terjadi melalui proses dekomposisi pada budidaya tanaman bawang daun dihitung menggunakan data kandungan C-organik gambut memperlihatkan bahwa terjadi penurunan kehilangan gambut dengan aplikasi mikroba penambat N jika dbanding dengan plot percobaan dengan aplikasi pupuk anorganik. Hasil penelitian ini memperlihatkan hasil yang menjanjikan yaitu tersedia mikroba yang mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman hortikultura di lahan gambut tanpa mempercepat proses dekomposisi karbon organik yang ada pada gambut. Hal ini berbeda sekali dengan konsep peningkatan produksi tanaman di lahan gambut yang ada sekarang ini, di mana aplikasi pupuk anorganik mampu meningkatkan produksi tanaman tetapi pada saat yang sama ternyata peningkatan produksi tanaman juga diikuti dengan peningkatan kehilangan gambut melalui proses dekomposisi, dan (5) Aplikasi plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) yang dibuat dari tanaman di lahan gambut mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cabe di plot paludikltur. Prosentasi serangan hama dan penyakit terhadap tanaman padi juga mengalami penurunan dengan aplikasi PGPR.

KATA KUNCI: penambat nitrogen, pelarut posfat, plant growth promoting

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Permasalahan yang Diteliti ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Luaran Penelitian ... 3

BAB 2. PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN ... 5

2.1. Keterkaitan Kegiatan Sekarang dengan Kegiatan Sebelumnya ... 5

2.2. Uraian Kegiatan yang Telah Dilaksanakan... 6

BAB 3. HASIL PENELITIAN ... 13

3.1. Karakteristik Gambut pada Plot Percobaan ... 13

3.2. Pertumbuhan Tanaman Paludikultur ... 15

3.3. Tinggi Muka Air Tanah di Plot Percobaan ... 16

3.4. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Daun dengan Aplikasi Bioteknologi Pertanian... 17

3.5. Perubahan Karakteristik Gambut dengan Aplikasi Bioteknologi Pertanian ... 19

3.6. Emisi Gas Rumah Kaca dari Budidaya Bawang Daun ... 20

3.7. Pertumbuhan Tanaman Cabe dan Serangan Hama dan Penyakit dengan Aplikasi Agen Hayati ... 22

BAB 5. KESIMPULAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan yang telah dilaksanakan dan output kegiatan ... 5 Tabel 2. Karakteristik tanah gambut yang digunakan untuk plot percobaan ... 13

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses isolasi mikroba penambat nitrogen sampai dengan kefiatan aplikasi pada budidaya tanaman hortikultura... 7 Gambar 2. Proses pengambilan isolat dari lahan gambut (kiri), proses isolasi mikroba

di laboratorium (tengah), dan isolat mikroba penambat nitrogen (kanan). . 8 Gambar 3. Lay-out percobaan aplikasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor

pada budidaya bawang daun di lahan gambut. ... 9 Gambar 4. Pengolahan lahan (kiri), penyiraman lahan pada saat kering sebelum

penanaman (tengah) dan lahan yang siap tanam (kanan) ... 9 Gambar 5. Kegiatan inokulasi mikroba penambat N dan pelarut P pada bibit tanaman

bawang daun (kiri atas), penanaman bawang daun (kanan atas), plot percobaan tanaman bawang daun (kiri bawah), dan sampling gas rumah kaca pada plot percobaan (kanan bawah). ... 10 Gambar 6. Lay-out plot percobaan aplikasi agen hayati untuk optimalisasi

pertumbuhan dan produksi tanaman cabe di lahan gambut. ... 11 Gambar 7. Bahan-bahan pembuatan PGPR dari tanaman di lahan gambut dan proses

pembuatan PGPR. ... 12 Gambar 8. Pembibitan cabe dan plot percobaan tanaman cabe di lahan gambut... 12 Gambar 9. Perubahan karakteristik gambut yang diamati pada 3 (tiga) titik sampling

yang diamati pada periode 2017-2018... 14 Gambar 10. Boxplot tinggi tanaman balangeran, jelutung, rambutan dan jeruk pada plot

percobaan paludikultur ... 15 Gambar 11. Boxplot diameter tanaman balangeran, jelutung, rambutan dan jeruk pada

plot percobaan paludikultur ... 16 Gambar 12. Tinggi muka air tanah pada plot percobaan periode Agustus-Nopember

2018 ... 17 Gambar 13. Kandungan air gambut pada berbagai kedalaman gambut yang diamati

pada saat tinggi muka air tanah gambut mencapai 53,4 cm dari permukaan gambut (pengamatan 24 Nopember 2018). ... 17 Gambar 14. Tinggi dan produksi bawang daun pada plot percobaan yang diaplikasi

dengan mikroba penambat N dan pelarut P dua minggu setelah tanam. ... 18 Gambar 15. Perubahan beberapa karakteristik gambut dengan aplikasi mikroba

penamban nitrogen dan pelarut posfat. ... 19 Gambar 16. Emisi nitrous oxide (atas), metan (tengah) dan karbon dioksida (bawah),

dari plot percobaan budidaya tanaman bawang daun di lahan gambut ... 21 Gambar 17. Kehilangan gambut pada plot percobaan bawang daun melalui proses

dekomposisi. ... 22 Gambar 18. Pertumbuhan tinggi tanaman cabe yang diaplikasi dengan plant growth

(8)

viii Gambar 19. Persentase serangan hama belalang pada tanaman cabe yang diaplikasi dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia ... 23 Gambar 20. Populasi nimfa dan imago aphid pada tanaman cabe yang diaplikasi

dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia ... 24 Gambar 21. Persentase serangan penyakit pada tanaman cabe yang diaplikasi dengan

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peranan dan kontribusi tim peneliti ... 29 Lampiran 2. Biodata tim peneliti ... 30

(10)

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan yang Diteliti

Salah satu metode atau teknik budidaya tanaman yang diusulkan untuk restorasi ekosistem gambut adalah paludikultur. Paludikultur (berasal dari palus - Latin - yang berarti rawa) merupakan teknik budidaya pada lahan rawa gambut, di mana teknik ini menitikberatkan pada sistem budidaya tanpa melakukan drainase pada lahan rawa gambut (Tata dan Susmianto, 2016). Pada lahan gambut yang sudah didraianse bahkan dilakukan penutupan saluran drainase (canal blocking) untuk meninggikan muka air tanah sehingga lapisan gambut kembali basah (rewetting) dan tidak mudah terbakar (Joosten et al., 2012). Teknik paludikultur ini memungkinkan kondisi gambut alami tetap terpelihara (basah dan dibasahkan kembali) sehingga dapat mengakumulasikan karbon dan menjaga kelestarian jasa ekosistem, serta dapat memproduksi berbagai jenis biomassa (Biancalani dan Avyagan, 2014; Wichtmann et al., 2016). Jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan pada sistem paludikultur ini dapat memproduksi pangan, pakan, seratdan bahan bakar, serta bahan baku industri kayu. Beberapa jenis tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan pada sistem paludikultur ini dapat ditemukan pada beberapa publikasi ilmiah (misalnya Abel et al., 2013; Tata dan Susmianto, 2016).

Konsep paludikultur merupakan sistem yang baru dikenal masyarakat Indonesia, meskipun konsep paludikultur ini sudah dikembangkan di Jerman dan Belarus sejak tahun 2005 (Giesen, 2015). Praktik paludikulutur di Indonesia pada umumnya diterapkan secara tradisional oleh masyarakat lokal melalui praktik-praktik budidaya tanaman yang telah beradaptasi di rawa dan rawa gambut. Contoh praktik paludikultur di Indonesia adalah budidaya tanaman sago pada lahan gambut di Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau (Tata dan Susmianto, 2016). Pada daerah ini, lahan gambut yang telah terdegradasi akibat pembukaan kanal dibasahkan kembali dengan melakukan penutupan saluran drainase/kanal, dan pada lahan gambut yang telah dibasahkan kembali dilakukan penanaman sagu dengan pola tanam campuran dengan jenis-jenis pohon kayu. Sejarah panjang sagu di Sungai Tohor dan kelestarian hasil

(11)

2 (sustained yield) membuktikan bahwa pengelolaan sagu ramah lingkungan dan dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat (Tata dan Susmianto, 2016).

Luas lahan gambut di Kalimantan Selatan adalah 331.629.00 hektar (Wahyunto et al., 2004) dan berdasarkan SK Kepala BRG Nomor SK 05/BRG/KPTS/2016 terdapat sekitar 36.000 hektar lahan gambut di Kalimantan Selatan yang akan direstorasi. Hasil riset paludikultur di lahan gambut Kalimantan Selatan pada Tahun 2017 memperlihatkan bahwa jenis tanaman dan pola tanam yang diusahakan petani di sekitar lahan gambut sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Pada lahan gambut yang berdekatan dengan Sungai Barito sudah dibudidayakan tanaman kehutanan (jelutung, galam, belangeran, gerunggang dan gemor), sedangkan tanaman padi, hortikultura dan budidaya perikanan dapat ditemukan pada lahan gambut yang agak jauh dari Sungai Barito (Saidy et al., 2017). Jenis paludikultur yang berhasil dikembangkan di suatu daerah, belum tentu dapat dikembangkan pada lahan gambut lain di Kalimantan Selatan mengingat adanya perbedaan karakteristik gambut dari setiap lokasi. Oleh karena itu, pemilihan jenis paludikultur prioritas yang sesuai dengan karakteristik lahan di suatu daerah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya rehabilitasi dan restorasi ekosistem gambut terdegradasi (Suryadiputra et al., 2005; Graham dan Page, 2014). Di samping itu, partisipasi dan adanya peluang untuk peningkatan pendapatan masyarakat sekitar juga menentukan keberhasilan restorasi ekosistem gambut terdegradasi (Biancalani dan Avagyan, 2014).

Hasil penelitian di tahun sebelumnya juga memperlihatkan belum optimalnya pertumbuhan tanaman pada plot percobaan paludikultur karena masalah ketersediaan unsur hara. Pemberian pupuk organik dan anorganik yang telah dilakukan belum memperlihatkan hasil yang signifikan, diduga karena sebagian besar unsur hara yang berasal dari pupuk hilang karena proses pencucian atau tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena karakteristik gambut yang menghalangi serapan hara. Beberapa hasil juga memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk anorganik pada tanah gambut akan mempercepat proses dekomposisi karbon organik, yang pada akhirnya akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dari gambut (Allison et al., 2008; Allison et al., 2009; Lund et al., 2009; Saidy, 2013). Di samping itu, pengamatan tanaman petani di sekitar plot percobaan juga memperlihatkan terjadinya peningkatan serangan hama dan

(12)

3 penyakit pada sebgain akar tanaman hortikultura karena kondisi tanah gambut yang relatif lembab dan basah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Dengan tujuan untuk menghindari peningkatan perombakan karbon organik pada gambut dan pencemaran pestisida, maka optimalisasi pertumbuhan tanaman di plot percobaan dilakukan menggunakan bioteknologi pertanian. Penggunaan bioteknologi pertanian ini diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pada plot percobaan paludikultur, dan jika memungkinkan model ini akan diadopsi untuk pengembangan paludikultur di tempat lain.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh konsep dalam restorasi gambut menggunakan sistem paludikultur yang sesuai dengan karakteristik gambut di Kalimantan Selatan. Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi:

 Mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura di plot percobaan paludikultur Hutan Lindung Kota Banjarbaru dengan aplikasi bioteknologi pertanian (mikroba penambat nitrogen, mikroba pelarut posfat dan agen hayati);

 Menentukan perubahan karakteristik gambut dan emisi gas rumah kaca (GRK) di plot percobaan paludikultur Hutan Lindung Kota Banjarbaru dengan aplikasi bioteknologi pertanian;

 Menyediakan permanen plot untuk kegiatan riset paludikultur jangka panjang.

1.3. Luaran Penelitian

Luaran kegiatan penelitian ini adalah tersedianya konsep dalam restorasi gambut dengan sistem paludikultur yang sesuai dengan karakteristik gambut di Kalimantan Selatan. Secara khusus luaran penelitian ini adalah:

 Tersedianya informasi tentang peranan bioteknologi pertanian untuk optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura di plot percobaan paludikultur;

(13)

4

 Tersedianya informasi tentang perubahan karakteristik gambut dan emisi gas rumah kaca (GRK) di plot percobaan paludikultur dengan aplikasi bioteknologi pertanian;

(14)

5

BAB 2. PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

2.1. Keterkaitan Kegiatan Sekarang dengan Kegiatan Sebelumnya

Kegiatan penelitian ini merupakan lanjutan dari kegiatan Riset Paludikultur di Kalimantan Selatan yang dilaksanakan Tahun 2017. Hasil penelitian Tahun 2017 memperlihatkan belum optimalnya pertumbuhan tanaman hortikultura pada plot percobaan paludikultur karena masalah ketersediaan unsur hara, di mana unsur hara yang berasal dari pupuk hilang karena proses pencucian atau tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena karakteristik gambut yang menghalangi serapan hara. Informasi lain juga memperlihatkan terjadinya peningkatan pembusukan akar tanaman hortikultura karena kondisi tanah gambut yang relatif lembab dan basah dapat meningkatkan serangaan nematoda pada akar. Untuk mengatasi masalah ini akan digunakan bioteknologi pertanian (mikroba penambat N, mikroba pelarut P dan agen hayati). Penggunaan bioteknologi pertanian ini diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman hortikultura pada plot percobaan paludikultur, dan jika memungkinkan model ini akan diadopsi untuk pengembangan paludikultur di tempat lain. Konsep atau skema kegiatan riset peludikultur dan output kegiatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kegiatan yang telah dilaksanakan dan output kegiatan

Kegiatan Output Kegiatan

 Optimalisasi pertumbuhan tanaman plot paludikultur dengan bioteknologi pertanian

 Tersedianya informasi tentang peranan bioteknologi pertanian untuk

optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura pada plot

percobaan paludikultur

 Perubahan karakteristik bio-fisik-kimia lahan gambut dengan aplikasi

bioteknologi pertanian

 Tersedianya informasi tentang perubahan karakteristik gambut dan emisi gas rumah kaca (GRK) di plot percobaan paludikultur dengan aplikasi bioteknologi pertanian

(15)

6

2.2. Uraian Kegiatan yang Telah Dilaksanakan

2.2.1. Pemeliharaan dan Pengukuran Tanaman Tahunan

Kegiatan ini dilakukan untuk memelihara tanaman tahunan (jelutung dan balangeran serta tanaman sisipan: rambutan dan jeruk) yang ditanam pada Tahun 2017. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pembersihan piringan dilakukan dengan cara membersihkan gulma atau bahan/material lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan dan pemberian pupuk. Penyulaman terhadap tanaman yang rusak atau yang mati dilakukan saat musim penghujan. Penyulaman ini berguna untuk meningkatkan prosentase hidup tanaman di lapangan. Kemudian dilakukan pengukuran tinggi dan diameter tanaman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman tahunan.

2.2.2. Pengukuran Tinggi Muka Air Tanah

Pengukuran tinggi muka muka air tanah dilakukan pada bulan Agustus sampai akhir Nopember 2018 dengan melakukan pengamatan terhadap 5 (lima) sumur pantau yang dibuat pada plot percobaan. Sumur pantau dibuat dari pipa PVC diameter 2 inci dengan panjang diseuaikan dengan kedalaman gambut dan dilebihkan sekitar 50 cm, di mana pada batngan pipa tersebut diberikan lubang-lubang kecil. Untuk mempermudah pemasangan pipa dilakukan pengeboran dengan menggunakan bor gambut, kemudian pipa PVC dibenamkan secara vertikal hingga pipa PVC tinggal sekitar 50 cm di atas permukaan gambut.

Pengukuran tinggi muka air dilakukan pada sumur pantau dengan cara memasukkan tongkat ukur ke dalam pipa hingga mencapai batas permukaan air (ditandai dengan tongkat ukur yang basah). Kemudian bagian tongkat yang sejajar dengan permukaan pipa diberikan tanda. Kedalaman muka air tanah ditentukan dengan mengukur panjang bagian tongkat yang kering di atas bagian yang basah sampai bagian tongkat yang sejajar dengan permukaan pipa dan dikurangi tinggi pipa dari permukaan tanah.

2.2.3. Isolasi Mikroba Penambat Nitrogen dan Pelarut Posfor dari Lahan Gambut

Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh isolat mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut posfor yang akan digunakan untuk optimalisasi pertumbuhan dan

(16)

7 produksi tanaman hortikultura di lahan gambut. Proses isolasi mikroba penambat nitrogen sampai dengan kegiatan aplikasi pada budidaya tanaman hortikultura disajikan pada Gambar 1. Isolasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor dilaksanakan pada tiga tipe lahan gambut, yaitu lahan gambut telah dibudidayakan, lahan gambut terbuka dan lahan gambut yang belum dibuka.

Gambar 1. Proses isolasi mikroba penambat nitrogen sampai dengan kefiatan aplikasi pada budidaya tanaman hortikultura

Isolasi mikroba diawali dengan melakukan pengenceran gambut dengan mencampur 10 gram gambut ke dalam 90 ml larutan fisiologi (0,85% NaCl) di dalam erlemeyer kemudian dikocok selama ½ jam sampai homogen. Seteleh itu diambil larutan tanah yang didalam erlemeyer sebanyak 1 ml kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi pertama, yang kemudian akan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks selama dua menit dan diberi label pengeceran 10-1. Pengenceran selanjutnya dilakukan dari 10-1 -10-5, kemudian mikroba ditumbuhkan pada media nitrogen free mineral padat dalam cawan petri, di mana pH media yang digunakan diatur untuk mecapai pH 6,90. Isolat-isolat bakteri penambat nitrogen yang tumbuh ditunjukkan dengan dengan adanya warna putih, lendir, dan transparan. Kemudian jumlah bakteri pada isolat-isolat yang tumbuh dihitung menggunakan metode cawan hitung (plate-count). Sebagian dari isolat mikroba yang diperoleh disimpan di lemari pendingin dan sebagian lagi dikulturkan untuk diaplikasikan ke lapang.

(17)

8 Gambar 2. Proses pengambilan isolat dari lahan gambut (kiri), proses isolasi mikroba di

laboratorium (tengah), dan isolat mikroba penambat nitrogen (kanan).

2.2.4. Optimalisasi Pertumbuhan dan Produkti Tanaman Hortikultura pada Plot Percobaan Paludikultur dengan Aplikasi Bioteknologi Pertanian

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura pada plot percobaan paludikultur di Hutan Lindung Kota Banjarbaru dengan aplikasi bioteknologi pertanian. Bioteknologi pertanian yang diaplikasikan adalah mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfat.

Pada kegiaran riset aksi optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura, perlakuan-perlakuan bioteknologi pertanian akan diujicobakan pada lahan gambut yang sudah ditinggikan (diantara tanaman kehutanan) dari kegiatan tahun sebelumnya. Tanaman hortikultura yang diujicobakan adalah bawang daun. Perlakuan yang akan diuji-cobakan adalah: (1) 200 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1, (2) 200 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1 + mikroba penambat N, (3) 50 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1 + mikroba penambat N, (4) 100 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1 + mikroba penambat N, (5) 150 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1 + mikroba penambat N, (6) 200 kg urea ha-1 + 300 kg SP 36 ha-1 + mikroba pelarut P, (7) 200 kg urea ha-1 + 150 kg SP 36 ha-1 + mikroba pelarut P, dan (8) mikroba penambat N + mikroba pelarut P, di mana semua perlakuan ini mempunyai 3 (tiga) ulangan. Lay-out percobaan aplikasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor pada budidaya bawang daun di lahan gambut

(18)

9 disajikan pada Gambar 3. Kegiatan penyiapan lahan, termasuk penyiraman yang harus dilakukan setiap hari karena kemarau pada bulan September didokumentasikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Lay-out percobaan aplikasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor pada budidaya bawang daun di lahan gambut.

Gambar 4. Pengolahan lahan (kiri), penyiraman lahan pada saat kering sebelum penanaman (tengah) dan lahan yang siap tanam (kanan)

(19)

10 Penyiapan lahan dilakukan dengan mencangkul lahan yang telah ditinggikan, kemudian dilakukan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 to per hektar sebagai pupuk dasar untuk semua plot percobaan. Pada plot percobaan dengan pemberian mikroba penambat N dan pelarut P, bibit tanaman bawang daun direndam dalam larutan yang mengandung mikroba penambat N dan pelarut P kurang lebih 30 menit sebelum ditanam di plot-plot percobaan. Bibit tanaman bawang daun ditanam dengan jaran tanam 20 x 20 cm. Setelah dilakukan penanaman dilakukan pengamatan tinggi tanaman setiap 2 minggu dan pengukuran emisi GRK setiap minggunya. Proses inokulasi mikroba penambat N dan pelarut P, penananam bawang daun di plot percobaan dan sampling gas rumah kaca dari plot percobaan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kegiatan inokulasi mikroba penambat N dan pelarut P pada bibit tanaman bawang daun (kiri atas), penanaman bawang daun (kanan atas), plot percobaan tanaman

bawang daun (kiri bawah), dan sampling gas rumah kaca pada plot percobaan (kanan bawah).

(20)

11

2.2.5. Optimalisasi Pertumbuhan dan Produkti Tanaman Hortikultura pada Plot Percobaan Paludikultur dengan Aplikasi Agen Hayati

Pada percobaan aplikasi plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) bertujuan untuk melindungi tanaman hortikultura terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Perlakuan yang akan diujicobakan adalah: (1) Tanaman hortikultura tanpa perlakuan agens hayati (kontrol), (2) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar kalai, (3) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar pakis ; (4) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar bambu, (5) tanaman hortikultura + tanaman refugia, (6) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar kalakai + tanaman refugia, (7) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar pakis + tanaman refugia, (8) Tanaman hortikultura + PGPR dari akar bambu + tanaman refugia. Semua perlakuan ini mempunyai 3 (tiga) ulangan, sehingga akan terdapat 24 satuan percobaan. Tanaman yang akan diujicobakan adalah cabe. Lay-out plot percobaan aplikasi agen hayati untuk optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman cabe di lahan gambut disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Lay-out plot percobaan aplikasi agen hayati untuk optimalisasi pertumbuhan dan produksi tanaman cabe di lahan gambut.

Bahan-bahan untuk membuat PGPR diambil dari akar tanaman yang umumnya ditemukan di lahan gambut seperti kalakai, pakis dan bambu. Setelah PGPR dari akar tanaman di lahan gambut selesai dibuat, benih cabe kemudian direndam selama 24 jam,

(21)

12 dan selanjutnya benih disemai di dalam polibag. Setelah bibit berumur 1 (satu) bulan di polibag, bibit cabe kemudian ditanaman ke plot percobaan. Proses pembuatan PGPR didokumentasikan pada Gambar 7 dan pembibitan dan plot percobaan tanaman cabe disajikan pada Gambar 8.

Gambar 7. Bahan-bahan pembuatan PGPR dari tanaman di lahan gambut dan proses pembuatan PGPR.

(22)

13

BAB 3. HASIL PENELITIAN

3.1. Karakteristik Gambut pada Plot Percobaan

Lahan gambut yang digunakan untuk plot percobaan paludikultur ini dapat dikelaskan sebagai gambut yang terdekomposisi lanjut, hal ini diindikasikan dengan kandungan serat (rubbed fibre content) yang berada pada kisaran 27–36% (Tabel 3). Ketebalam gambut di plot percobaan ini dapat mencapai 200 cm, dengan pH yang sangat masam (pH 3,06-3,65). Detail karakteritik gambut untuk plot percobaan paludikultur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik tanah gambut yang digunakan untuk plot percobaan

Pengamatan juga dilakukan pada 3 (tiga) titik sampling selama periode 2017-2018 pada lokasi yang sama untuk mengetahui perubahan karakteristik gambut, dan hasil pengamatan terhadap perubahan pH gambut, ketersediaan NH4+ dan NO3- serta Al-larut dan Fe-larut disajikan pada Gambar 9. Reaksi (pH) gambut di plot percobaan paludikultur mengalami kenaikan sekitar 0,5 unit pada setiap titik pengamatan setelah satu tahun pengelolaan. Konsentrasi NH4+ yang berasal dari proses mineralisasi nitrogen organik pada gambut juga mengalami kenaikan selama periode satu tahun pengelolaan lahan gambut (Gambar 9). Sebaliknya, konsentrasi NO3- (yang berasal dari

(23)

14 proses nitrifikasi NH4+ pada gambut), besi terlarut dan aluminium terlarut mengalami penurunan selama satu tahun pengembangan lahan gambut untuk plot percobaan paludikultur. Hasil penelitian ini mengindikasikan terjadinya perbaikan beberapa karakteristik gambut selama satu tahun setelah pengembangan plot paludikultur.

Gambar 9. Perubahan karakteristik gambut yang diamati pada 3 (tiga) titik sampling yang diamati pada periode 2017-2018.

(24)

15

3.2. Pertumbuhan Tanaman Paludikultur

Tanaman paludikultur yang diujikan pada plot percobaan meliputi jelutung dan balangeran, dengan tanaman sisipan berupa rambutan dan jeruk. Tinggi tanaman jelutung, balangeran, rambutan dan jeruk dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan diameter tanaman dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Boxplot tinggi tanaman balangeran, jelutung, rambutan dan jeruk pada plot percobaan paludikultur

Tinggi tanaman balangeran yang ditanam pada Tahun 2017 berkisar antara 49 cm sampai dengan 132 cm, dengan rata-rata tinggi tanaman 100 cm. Sedangkan diamemeter batang balangeran berada pada kisaran 0,6-2,3 cm dengan diameter rata-rata 1,37 cm. Tanaman jelutung yang ditanaman juga pada Tahun 2017 mempunyai tinggi berkisar dari 38 cm sampai 98 cm, dengan diameter batang berkisar antara 0,7 cm sampai 1,3 cm (Gambar 10 dan Gambar 11). Tanaman sisipan berupa rambutan dan jeruk mempuyai tinggi tanaman masing-masing dalam kisaran 59-165 cm dan 80-114 cm dengan diameter batang masing-masing sebesar 0,5-2,2 cm dan 0,8-1,3 cm (Gambar 10 dan Gambar 11).

(25)

16 Gambar 11. Boxplot diameter tanaman balangeran, jelutung, rambutan dan jeruk pada

plot percobaan paludikultur

3.3. Tinggi Muka Air Tanah di Plot Percobaan

Pengamatan terhadap muka air tanah di plot percobaan dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan akhir Nopember 2018. Hasil pengamatan tinggi muka air tanah memperlihatkan bahwa kedalaman air tanah pada lahan gambut ini berkisar antara 42 cm dan 133 cm dari permukaan tanah, di mana semakin mendekati akhir Nopember 2018 muka air tanah di lahan gambut ini mengalami kenaikan (Gambar 12).

Pengamatan juga dilakukan terhadap kadar air gambut pada berbagai kedalaman gambut untuk mengetahui tingkat pembasahan atau kandungan air gambut pada suatu tinggi muka air tanah. Pengamatan dilakukan pada saat kelaman muka air tanah mencapai 53,4 cm dari permukaan tanah. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa pada kedalaman 0-10 cm, 11-20 cm, 21-30 cm, 31-40 cm dan 41-50 cm, kandungan air gambut mencapai kisaran 80–86% dengan semakin mendekati permukaan gambut kadar air gambut semakin menurun (Gambar 13). Hasil pengamatan ini mengindikasikan

2.50 0.75 1.25 1.75 2.25 1.00 D_Balangeran 2.00 0.50 1.50 2.50 0.75 1.25 1.75 2.25 1.00 D_Jelutung 2.00 0.50 1.50 2.50 0.75 1.25 1.75 2.25 1.00 D_Jeruk 2.00 0.50 1.50 2.50 0.75 1.25 1.75 2.25 1.00 D_Rambutan 2.00 0.50 1.50

(26)

17 bahwa meskipun tingkat muka air tanah gambut relatif dalam, permukaan tanah gambut relatif masih basah.

Gambar 12. Tinggi muka air tanah pada plot percobaan periode Agustus-Nopember 2018

Gambar 13. Kandungan air gambut pada berbagai kedalaman gambut yang diamati pada saat tinggi muka air tanah gambut mencapai 53,4 cm dari permukaan gambut

(pengamatan 24 Nopember 2018).

3.4. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Daun dengan Aplikasi

Bioteknologi Pertanian

Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa aplikasi mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut P mempengaruhi tinggi dan produksi tanaman bawang daun. Tinggi dan produksi tanaman bawang daun pada berbagai aplikasi mikroba penambat N dan pelarut P disajikan pada Gambar 14. Tinggi tanaman bawang daun pada plot percobaan

(27)

18 yang diaplikasi dengan mikroba tidak berbeda dengan plot yang hanya diaplikasi pupuk anorganik (Gambar 14). Kombinasi antara aplikasi mikroba penambat N dengan pupuk urea (jumlah pupuk yang diaplikasikan jumlahnya dikurangi) menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibanding plot percobaan yang hanya diaplikasi pupuk anorganik.

Produksi bawang daun pada plot dengan aplikasi mikroba juga tidak berbeda dengan plot percobaan yang hanya diaplikasi pupuk anorganik. Pengurangan jumlah pupuk anorganik yang diaplikasikan dan diganti dengan mikroba penambat N mampu meningkatkan produksi tanaman bawang daun dibandingkan dengan plot percobaan yang hanya diaplikasi dengan pupuk organik. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor mempunyai potensi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura di lahan gambut.

Gambar 14. Tinggi dan produksi bawang daun pada plot percobaan yang diaplikasi dengan mikroba penambat N dan pelarut P dua minggu setelah tanam.

(28)

19

3.5. Perubahan Karakteristik Gambut dengan Aplikasi Bioteknologi

Pertanian

Hasil analisis ragam juga memperlihatkan bahwa pH gambut, konsentrasi NH4+, NO3-, posfat tersedia, aluminium-larut dan besi-larut pada plot percobaan juga dipengaruhi oleh aplikasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfat. Perubahan beberapa karakteristik gambut setelah aplikasi mikroba penambat N dan pelarut P disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Perubahan beberapa karakteristik gambut dengan aplikasi mikroba penamban nitrogen dan pelarut posfat.

(29)

20 Gambar 15 memperlihatkan bahwa ketersediaan hara nitrogen (konsentrasi NH4+ dan NO3-) pada plot percobaan yang memperoleh pemupukan urea dengan jumlah setara 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding plot percobaan tanpa pemberian urea ataupun yang diaplikasi dengan urea sebesar < 200 kg ha-1. Sedangkan Gambar 14 memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman bawang daun pada plot percobaan yang diaplikasi urea dengan jumlah < 200 kg ha-1 dan diaplikasi dengan mikroba penambat N lebih tinggi dibanding pada plot percobaan yang mendapat pemupukan urea sebesar 200 kg ha-1. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman pada plot percobaan dengan pemupukan urea sebesar < 200 kg ha-1 berasal dari pengaruh aplikasi mikroba penambat nitrogen.

3.6. Emisi Gas Rumah Kaca dari Budidaya Bawang Daun

Emisi gas rumah kaca telah diamati setiap minggu selama 6 (enam) minggu dari setiap plot percobaan untuk memberikan gambaran kontribusi emisi gas rumah kaca dari plot percobaan dengan pupuk anorganik dibanding dengan plot percobaan yang diaplikasi dengan mikroba pengikat nitrogen dan pelarut posfor. Hasil pengamatan rata-rata emisi gas rumah kaca selama budidaya tanaman bawang daun memperlihatkan bahwa plot percobaan dengan aplikasi pupuk anorganik mempunyai emisi gas rumah kaca (CO2, CH4 dan N2O) yang lebih tinggi dibanding plot percobaan dengan aplikasi mikroba penambat N (Gambar 16). Misalnya, emisi gas N2O pada plot percobaan yang diaplikasi pupuk 200 kg urea ha-1 mencapai 1,10 mg N m-2 h-1 menurun menjadi 0,36 – 0,60 mg N m-2 h-1 ketika pupuk urea yang diaplikasikan diturunkan mejadi 50 – 150 kg urea ha-1 dan dikombinasikan dengan mikroba penambat nitrogen. Emisi carbon dioksida dari plot percobaan yang diaplikasi urea dengan jumlah 200 kg ha-1 mencapasi 112 mg CO2-C m-2 h-1, menurun menjadi 64 – 76 mg CO2-C m-2 h-1 ketika urea yang diaplikasikan pada plot percobaan diturunkan menjadi 50 – 150 kg urea ha-1 dan dikombinasikan dengan mikroba penambat nitrogen.

(30)

21 Gambar 16. Emisi nitrous oxide (atas), metan (tengah) dan karbon dioksida (bawah),

dari plot percobaan budidaya tanaman bawang daun di lahan gambut

Lebih rendahnya emisi gas rumah kaca dari plot percobaan yang diaplikasi dengan mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut posfor dibanding plot dengan pupuk anorganik mengindikasikan bahwa proses perombakan/dekomposisi gambut yang menghasilkan karbon dioksida dan metan pada plot percobaan dengan aplikasi mikroba. Dengan demikian pemberian pupuk anorganik akan mempercepat proses perombakan gambut. Dengan demikian penggunaan mikroba penambat N akan mengurangi kehilangan gambut yang terjadi melalui proses dekomposisi gambut. Menggunakan data kandungan C-organik pada gambut, kehilangan gambut yang terjadi melalui proses dekomposisi gambut dapat mencapai 8,5 ton gambut per musim tanam pada plot dengan aplikasi urea sejumlah 200 kg ha-1 dapat diturunkan menjadi 4,8 – 5,7 ton gambut per

(31)

22 musim tanam ketika jumlah urea yang diaplikasikan pada plot percobaan diturunkan menjadi 50 – 150 kg urea ha-1 dan dikombinasikan dengan mikroba penambat nitrogen (Gambar 17).

Gambar 17. Kehilangan gambut pada plot percobaan bawang daun melalui proses dekomposisi.

3.7. Pertumbuhan Tanaman Cabe dan Serangan Hama dan Penyakit

dengan Aplikasi Agen Hayati

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman cabe menunjukkan bahwa benih cabe yang diberi perlakuan PGPR akar Pakis, Kelakai dan Bambu, maupun benih cabe yang diberikan perlakuan PGPR dan tanaman Refugia menunjukkan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Benih cabe yang diberi perlakuan PGPR akar bambu lebih baik memacu tinggi tanaman cabe (Gambar 18).

Hama yang menyerang tanaman cabe adalah belalang dan aphid. Gejala serangan belalang pada tanaman cabe berupa daun tanaman cabe yang berlobang-lobang. Persentase serangan belalang tidak berbeda antara kontrol dengan perlakuan + tanaman refugia (Gambar 19). Persentase serangan belalang berkisar antara 20% dan 40%. Aphid ditemukan berada di bawah permukaan daun dan pucuk tanaman cabe. Jumlah aphid yang ditemukan terbanyak pada daun tanaman cabai kontrol dibandingkan

(32)

23 tanaman yang diberi perlakuan PGPR + tanaman refugia dan kontrol + tanaman refugia (Gambar 20).

Gambar 18. Pertumbuhan tinggi tanaman cabe yang diaplikasi dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia.

Gambar 19. Persentase serangan hama belalang pada tanaman cabe yang diaplikasi dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia

(33)

24 Gambar 20. Populasi nimfa dan imago aphid pada tanaman cabe yang diaplikasi

dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia

Hasil pengamatan terhadap penyakit menunjukkan penyakit yang menyerang pada tanaman cabe berdasarkan gejala yang ditunjukkan berupa daun mosaik, menguning dan daun mengecil adalah virus. Tanaman cabe yang diberi perlakuan PGPR dan tanaman refugia persentase serangan virus lebih rendah dibandingkan kontrol (Gambar 21). Penyakit yang menginfeksi tanaman cabe yang ditemukan hanya virus, sedangkan penyakit lain tidak ditemukan seperti layu fusarium, bercak. Hasil ini menunjukkan perlakuan benih dengan PGPR dan penyiraman pada saat pindah kelapang mampu meningkatkan ketahanan tanaman cabe terhadap infeksi patogen.

Gambar 21. Persentase serangan penyakit pada tanaman cabe yang diaplikasi dengan plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan tanaman refugia

(34)

25

BAB 5. KESIMPULAN

1. Pengamatan terhadap perubahan karakteristik gambut pada plot percobaan paludikultur selama 2017 – 2018 memperlihatkan bahwa pH gambut dan konsetrasi NH4+ mengalami peningkatan, sedangkan konsentrasi NO3-, Al- dan Fe-larut mengalami penurunan selama pengelolaan lahan paludikultur. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa karakteristik gambut mengalami perbaikan setelah pengelolaan lahan untuk pengembangan plot paludikultur.

2. Pertumbuhan tanaman tahunan yang dibudidayakan pada plot percobaan paludikultur: jelutung, balangeran dan tanaman sisipan seperti rambutan dan jeruk relatif baik, akan tetapi diperlukan aplikasi bioteknologi untuk peningkatan pertumbuhan tanaman lebih lanjut.

3. Pengamatan terhadap tinggi muka air tanah memperlihatkan bahwa muka air tanah pada plot percobaan paludikultur dari Agustus sampai Nopember 2018 berkisar antara 42–133 cm dari permukaan tanah, di mana mendekati bulan Nopember muka air tanah mengalami kenaikkan. Pengamatan terhadap kadar air tanah mengindikasikan bahwa kadar air gambut pada berbagai lapisan pada kedalaman 0-50 cm dari permukaan tanah berkisar 80–68 %, menunjukkan bahwa meskipun tingkat muka air tanah gambut relatif dalam, permukaan tanah gambut relatif masih basah.

4. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tinggi dan produksi tanaman bawang daun pada plot percobaan yang diaplikasi dengan mikroba lebih tinggi dibanding pada plot percobaan yang diberikan pupuk anorganik. Pengamatan terhadap ketersediaan hara nitrogen (konsentrasi NH4+ dan NO3-) pada plot percobaan yang memperoleh pemupukan urea dengan jumlah setara 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding plot percobaan tanpa pemberian urea ataupun yang diaplikasi dengan urea sebesar < 200 kg ha-1. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman pada plot percobaan dengan pemupukan urea sebesar < 200 kg ha-1 berasal dari pengaruh aplikasi mikroba penambat nitrogen.

5. Emisi GRK dari plot percobaan dengan aplikasi mikroba lebih rendah dibanding pada plot percobaan yang diberikan pupuk anorganik. Kehilangan gambut yang terjadi melalui proses dekomposisi pada budidaya tanaman bawang daun dihitung

(35)

26 menggunakan data kandungan C-organik gambut memperlihatkan bahwa terjadi penurunan kehilangan gambut dengan aplikasi mikroba penambat N jika dbanding dengan plot percobaan dengan aplikasi pupuk anorganik. Hasil penelitian ini memperlihatkan hasil yang menjanjikan yaitu tersedia mikroba yang mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman hortikultura di lahan gambut tanpa mempercepat proses dekomposisi karbon organik yang ada pada gambut. Hal ini berbeda sekali dengan konsep peningkatan produksi tanaman di lahan gambut yang ada sekarang ini, di mana aplikasi pupuk anorganik mampu meningkatkan produksi tanaman tetapi pada saat yang sama ternyata peningkatan produksi tanaman juga diikuti dengan peningkatan kehilangan gambut melalui proses dekomposisi.

6. Aplikasi plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) yang dibuat dari tanaman di lahan gambut mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cabe di plot paludikltur. Prosentasi serangan hama dan penyakit terhadap tanaman padi juga mengalami penurunan dengan aplikasi PGPR.

(36)

27

DAFTAR PUSTAKA

Abel, S., Couwenberg, J., Dahms, T. Joosten, H. 2013. The database of potential paludiculture plants (DPPP) and results for Wetsern Pomerasia.

Allison, S.D., Czimczik, C.I., Treseder, K.K., 2008. Microbial activity and soil respiration under nitrogen addition in Alaskan boreal forest. Global Change Biology 14(5), 1156-1168.

Allison, S.D., LeBauer, D.S., Ofrecio, M.R., Reyes, R., Ta, A.M., Tran, T.M., 2009. Low levels of nitrogen addition stimulate decomposition by boreal forest fungi. Soil Biology & Biochemistry 41(2), 293-302.

Biancalani, R. dan Avagyan, A. 2014. Towards Climate-Responsible Peatlands

Management.FAO, Rome.

Giesen, W. 2015. Innovation Brief: Paludiculture (swampland cultivation): alternative species as an option for sustainable peatland development in Indonesia. International Development Services, Amsterdam.

Graham, L.L.B, dan Page, S.E. 2014. Forest restoration in degraded tropical peat swamp forest. In: Bossano, M., Jalonene, R., Boshier, D., Gallo, L., Cavers, S., Bordacs, S., Smith, P., Loo, J. (eds). The State of The World’s Forest Genetic Resources – Thematic Study: Genetic Considerations in Ecosystem Restoration Using Native Tree Species. FAO, Rome. pp:200- 204.

Lund, M., Christensen, T.R., Mastepanov, M., Lindroth, A., Strom, L., 2009. Effects of N and P fertilization on the greenhouse gas exchange in two northern peatlands with contrasting N deposition rates. Biogeosciences 6(10), 2135-2144

Saidy, A. R. 2013. Mineralization of reclaimed peats for agricultutr: Efects of lime and nitrogen addition. Proceedings International Workshop on Sustainable Management of Lowland for Rice Production. Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture. pp. 87-96. Saidy, A.R., Razie, F., Khairani, A., Hafizianot, Aidawati, N., Hidayat, T., Alfidyan, J.,

Rusmana. 2017. Laporan Akhir: Riset Paludikultur di Kalimantan Selatan. Kerjasama Penelitian antara Badan Restorasi Gambut dan Universitas Lambung Mangkurat.

Suryadiputra, I.N.N., Dohong, A., Waspodo, R.S.B., Muslihat, L., Lubis, I.R., Hasudungan, F. 2005. A guide to the blocking of canals and ditched in conjunction with the community. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme and Wildlife Habitat Canada.

Tata, H.L., & Susmianto, A. 2016. Prospek paludikultur ekosistem gambut Indonesia. Bogor, Indonesia: Forda Press.

(37)

28 Wahyunto, Ritung, S., Subagjo, H. 2004. Peta Sebaran Lahan Gambut, Luas dan Kandungan Karbon di Kalimantan / Map of Peatland Distribution Area and Carbon Content in Kalimantan, 2000 – 2002. Wetlands International - Indonesia Programme & Wildlife Habitat Canada (WHC).

Wichtmann, W., Schroder, C. Joosten, H. 2016. Paludiculture – productive use of wetlands: Climate protection, biodiversity, egional economic benefits. Schweizerbart Science Publishers, Stuttgart.

(38)
(39)

29 Lampiran 1. Peranan dan kontribusi tim peneliti

No. NamA Instansi Asal Bidang Ilmu/

Keahlian Uraian tugas

1. Akhmad Rizalli Saidy, SP, M.Ag.Sc, Ph.D Universitas Lambung Mangkurat Biokimia Tanah/ Biofisik lahan gambut

 Pengurusan izin penelitian

 Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian

 Karakterisasi biofisik lahan gambut

 Pengolahan data  Pelaporan 2. Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si Universitas Lambung Mangkurat Biotek-nologi pertanian  Pemanfaatan bioteknologi pertanian pada kegiatan paludikultur 3. Dr. Ir. Noor Aidawati, M.S Universitas Lambung Mangkurat

Biodiver-sitas  Pemanfaatan agen hayati pada plot percobaan paludikultur 4. Dr. Ir. Taufik Hidayat, M.S Universitas Lambung Mangkurat Ekonomi Pertanian

 Penyuluhan tentang bioteknologi peranian kepada masyarakat

5. Ir. Junjung Alfidyan, M.P KPH Kayu Tangi, Martapura Manajemen Hutan

 Pengembangan dan aplikasi paludikultur prioritas di lapang.

6. Rusmana, S.Hut. Balai Penelitian Lingkungan dan Kehutanan, Banjarbaru

(40)

30 Lampiran 2. Biodata tim peneliti

A. Ketua Tim Peneliti

I. Identitas Diri

1. Nama lengkap : Akhmad Rizalli Saidy, SP., M.Ag.Sc., Ph.D

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Jabatan/Pekerjaan : Lektor Kepala/Staf Pengajar Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

4. Alamat kantor : Kampus UNLAM Simpang Empat, Jalan Jend. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan. 5. Tempat dan tanggal lahir : Simpur, 25 April 1969

6. No. Telpon/Email : 081251343800/asaidy@ulm.ac.id

II. Riwayat Pendidikan

S1 : Sarjana Pertanian (SP); Universitas Lambung Mangkurat (1993); Bidang ilmu: Kesuburan Tanah; Judul skripsi: Pengaruh dosis kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung di tanah Podsolik.

S2 : Master of Agricultural Science (M.Ag.Sc); University of Adelaide, Australia (2003); Bidang ilmu: Biokimia tanah; Judul tesis: Carbon and nitrogen mineralisation in tropical peats : Role of peat properties and management practices.

S3 : Philosophy of Doctor (Ph.D); University of Adelaide, Australia (2013). Bidang ilmu: Sekuestrasi karbon organik di tanah; Judul disertasi: Effect of phyllosilicate coatings with oxide-hydroxides on organic carbon stabilization

III. Pengalaman Penelitian

1. Stabilisasi bahan organik tanah untuk meningkatkan kandungan bahan organik pada lahan bekas tambang (Hibah Kompetensi, Dikti Kemenristek Dikti RI, 2015-2017). 2. Pemanfaatan abu batubara untuk peningkatkan produksi padi dan penurunan emisi

gas rumah kaca pada lahan basah sub optimal (Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Dikti Kemenristek Dikti RI, 2014-2016).

3. Stabilisasi Bahan Organik: Usaha untuk Mempertahankan Produktivitas Tanah Tukungan di Lahan Pasang Surut (KKP3N Balitbang Kementan RI, 2013-2014).

(41)

31 4. Hubungan Perubahan Komposisi Kimia dan Kadar Air Gambut dengan Variabel Model Mineralisasi Karbon Eksponensial Dua Komponen: Informasi Dasar untuk Pengembangan Model Emisi Karbon Dioksida pada Lahan Gambut (Hibah Penelitian Fundamental Dirjen Dikti Depdiknas RI, 2013).

5. Aplikasi Metode Larutan Penyangga: Cara Cepat dan Praktis dalam Penetapan Dosis Pengapuran Bagi Petani Kecil pada Lahan Sub Optimal di Kalimantan Selatan (BOPTN Fakultas Pertanian Unlam, 2012).

6. Soil organic carbon stabilization: Effects of clay minerals and iron-hydrous oxides (Waite Research Institute, University of Adelaide, Australia, 2009-2012).

7. Teknologi bioremediasi untuk reklamasi lahan bekas tambang di Kalimantan Selatan (Penelitian Hibah Bersaing Dirjen Dikti Depdiknas RI, 2007-2009).

8. Faktor toleransi rumput Ischaemum barbatum terhadap tanah serpentin (Hibah Penelitian Fundamental Dirjen Dikti Depdiknas RI, 2009).

9. Pengujian abu batubara sebagai bahan ameliorasi tanah untuk meningkatkan produksi tanaman lahan basah dan lahan kering (Kerjasama PT. PLN dan PPLH Unlam, 2008-2009).

10.Economic adaptation of agriculture to the impact of sea level rise in the Province of South Kalimantan, Indonesia (Environment and Economic Program for South East Asia, 2008-2009).

11.Pengaruh Ketebalam Solum Tanah terhadap Perubahan Sifat Tanah Pada Lahan Reklamasi Bekas Lahan Tambang PT. Arutmin Indonesia di Site Sungai Danau (Kerjasama PPLH Unlam dengan PT. Arutmin Indonesia, 2008).

12.Perubahan sifat tanah pada lahan reklamasi paska tambang untuk pengembalian ke pemerintah PT. Arutmin Indonesia Site Sangsang Provinsi Kalimantan Selatan (Kerjasama PPLH Unlam dengan PT. Arutmin Indonesia, 2007).

13.Kontribusi mineralisasi karbon dan nitrogen terhadap kemasaman gambut (Hibah Penelitian Fundamental Dirjen Dikti Depdiknas RI, 2006).

14.Mineralisasi karbon dan nitrogen sebagai indikator pertanian yang berkelanjutan pada tanah tukungan di lahan pasang surut (Research Grant DUE-LikeUnlam, 2005). 15.Respon aktivitas mikroorganisme dan mineralisasi nitrogen terhadap perubahan kadar air pada tanah dengan sifat fisika dan kimia yang berbeda (Penelitian Dasar Dirjen Dikti Depdiknas RI, 2005).

16.Peningkatan efesiensi pemupukan nitrogen pada tanaman padi: penggunaan gambut untuk memfiksasi NH4+ dari urea (Research Grant DUE-Like Unlam, 2004).

17.Pengaturan waktu tanam padi lokal di Kalimantan Selatan: Strategi untuk mengatasi masalah keracunan garam pada padi lokal pasang surut dekat pantai (Riset Pengembangan Kapasitas Kementerian Ristek RI, 2003).

18.Sumber kemasaman pada tanah gambut: Reaksi kimia dan biologi yang mempengaruhi kemasaman pada tanah gambut tropik dan penentuan dosis kapur (Research Grant DUE-Like Unlam, 2003).

19.Kandungan air dan pH optimal untuk mineralisasi nitrogen pada tanah gambut (Penelitian Dosen Muda Dirjen Dikti Depdiknas RI, 1998).

(42)

32

IV. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat

1. Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga sebagai Bahan Pupuk Organik di Indocement Heidelberg, Tarjun (PT. Indocement Heidelberg, 2008).

2. Pengembangan Unit Usaha Produksi dan Pemasaran Pupuk Hayati Penyedia Hara N untuk Mendukung Pertanian Lahan Rawa (Pengembangan Kewirausahaan UNLAM, 2007).

3. Aplikasi Pupuk Cair Hayati Penyedia N untuk Mendukung Produksi Padi di Persawahan Daerah Pasang Surut Kalimantan Selatan (penerapan Iptek UNLAM, 2007).

V. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah

1. Saidy, A. R., R. J. Smernik, J.A. Baldock, K. Kaiser.2015. Microbial degradarion of

carbon sorbed onto phyllosilicate clays with and without hydrous iron oxide coating. European Journal of Soil Science 66, 83-94.

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/ejss.12180/pdf

2. Saidy, A. R., R. J. Smernik, J. A. Baldock, K. Kaiser, J. Sanderman. 2013. The

sorption of organic carbon onto differing clay minerals in the presence and absence of hydrous iron oxide. Geoderma 209-210, 15-21.

http://dx.doi.org/10.1016/j.geoderma.2013.05.026

3. Saidy, A. R. 2012. Carbon and nitrogen mineralization of soils varying in physical

and chemical characteristics in response to changes in water content. Journal of Tropical Soils 18 (1), 45-52.

http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil/article/view/560

4. Saidy, A. R., Smernik, R. J., Baldock, J. A., Kaiser, K., Sanderman, J., dan

Macdonald, L.M. 2012. Effect of clay mineralogy and hydrous iron oxides on labile organic carbon stabilisation. Geoderma 173-174, 104-110.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0016706112000079

5. Mariana, Z. T., Badruzsaufari, Saidy, A. R. 2010. Reduction of Cr(VI) by bacteria isolated from ex-coal mined soils in the South Kalimantan Province: Evidence from field experiment. Agroscientiae 17 (2), 80-85.

6. Saidy, A. R., Badruzsaufari. 2009. Relationship between concentration of Cr(VI)

and soil chemical properties: Information for remediation of ex-coal mined soils in the South Kalimantan Province. Journal of Tropical Soils 14 (2), 97-103.

http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil/article/download/21/320

7. Saidy, A. R., Badruzsaufari. 2009. Lime and organic matter application:

Bioremediation of Chromium in Ex-coal mined soils of the South Kalimantan Province. Agroscientiate 12 (4), 87-93.

8. Purnomo, E., Setiawan, M. L., Yuliani, N., Atmaja, E., Wahyuni, M., Saidy, A.R. dan Osaki, M. 2008. Local Rice Cultivars Grown on Tidal Swampland Near

(43)

33 Coastal Area in South Kalimantan. Jurnal Tanah Tropika 13 (2), 103-109.

http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil/article/download/80/301

9. Saidy, A. R., Priatmadi, B.P., Ifansyah, H. 2007. Effect of nitrification on peat

acidity. Agritek 15 (6), 1442-1446.

10.Saidy, A. R., Purnomo, E. 2007. Management of planting period: Strategy to

reduce salinity problem on local rice grown in Sub-district of Aluh-Aluh. Wira

Ipteks 2 (1), 34-38.

11.Saidy, A.R., Ifansyah, H., Yulianti, N. 2005. Fertilizer efficiency of nitrogen on

rice grown in soils with different chemical characteristics. Agroscientiae 12 (3), 122-131.

12.Saidy, A. R. 2005. Structure of organic carbon determined using 13C nuclear

magnetic resonance (NMR) spectroscopy and carbon mineralization of agricultural peatlands. Journal of Tropical Soils 11 (1), 15-23.

13.Saidy, A. R., Mariana, Z. T. 2005. Changes in pH of tropical peats as influenced

by carbon mineralization. Jurnal Agroland 12 (2), 128-132.

14.Saidy, A. R., Kurnain, A. 2004. Organic carbon determination of tropical peats

using three different methods. Agroscientiae 11 (1), 12-19.

15.Saidy, A. R. Arifin, Petrus Londong. 2003. Response of maize growth to chicken

manure application: Effect of soil chemical characteristics. Agroscientiae 10 (1), 33-43.

16.Saidy, A. R. 2000. Nitrogen mineralisation and CO2 production in response to

water-filled pore space of Canadian Sphagnum peat. Kalimantan Agrikultura 7, 63-68.

17.Saidy, A. R. dan Septiana, M. 1999. Nitrogen mineralization of limed-peat soils.

Kalimantan Agrikultura 6, 121-128.

VI. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

1. Saidy, A. R., Priatmadi, B. J. Changes in Soil Properties and Growth of Maize (Zea

Mays L) in an Acidic Tropical Soil Amanded with Fly-Ash. Internatinal Confrence

on Sustainable Agriculture, 17-18 Januari 2017, Yogyakarta.

2. Saidy, A. R., Khairullah, I., Septiana, M., Triatmoko, E. Soil surface properties

control the soprtion of organic carbon onto the raised-bed soils tropical tidal swamplands. 3rd International Conference on “Emerging Trends in Academic Research”, 26-27 September 2016, Banjarmasin.

3. Saidy, A. R., Khairullah, I., Septiana, M., Triatmoko, E. Stabilisasi bahan organik

pada tanah tukungan di lahan pasang surut: Pengaruh aplikasi abu sekam padi dan abu batubara. Kongres XI dan Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI), 28-31 Oktober 2015, Malang.

(44)

34

4. Saidy, A. R., Khairullah, I., Septiana, M., Triatmoko, E . Stabilisasi bahan organik

untuk pertanian berkelanjutan pada tanah di lahan pasang surut. Seminar Nasional dan Lokakarya Nasional Tahunan FKPTPI 2015, 29-30 September 2015, Banjarbaru.

5. Saidy, A. R., Hayati, A., Septiana, M.. Soil surface properties control the soprtion

of organic carbon onto the reclaimed mine soils. International Seminar: Forest Rehabilitation of Post Mining Areas: Mitigating the Ecological and Socio-Economic Impacts of Mining, September 15th, 2015. Lambung Mangkurat University, Banjarbaru.

6. Saidy, A. R., Hayati, A., Septiana, M.. Stabilization of organic matter in the

reclaimed mine tropical soils. International Seminar on Tropical Natural Resources., June 10-13, 2015. Mataram University, Lombok.

7. Saidy, A. R., Khairullah, I., Septiana, M., Triatmoko, E. Stabilization of organic

matter in the raised-bed soils of tidal swamplands is influenced by the types and the amount of organic matter application. 3rd International Seminar and Workshop on Wetland Environmental Managament, 8-9 Nopember 2014, Banjarmasin.

8. Saidy, A. R., Saufari, B., Mariana, Z. T. Bioremediasi lahan bekas tambang

tercemar kromium (Cr) di Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Industri Kimia dan Sumberdaya Alam, Banjarbaru, 26 April 2014.

9. Saidy, A. R., Priatmadi, B. J. 2013. Growth Performance and Metal Concentration

of Maize (Zea mays L.) Grown in A Flyash Amended Soil. 11th International Conference the East and Southeast Asia Federation of Soil Sciences Societies, 21-24

October 2013, Bogor.

http://www.esafs11ina.org/images/stories/file_documents/Proceeding.pdf

10.Saidy, A. R., Khairullah, I., Triatmoko, E., Septiana, M. 2013. Is stabilization of

organic matter in the raised-bed soils of tidal swamlands influenced by”peliburan”-mixing muddy silt-clay minerals with organic matter? 2nd International Seminar and Workshop Wetland Environmental Management and Green Economy. Banjarmasin, Indonesia 19-20 November 2013.

11.Saidy, A. R. Carbon Dioxide Emission of Tropical Peats Reclaimed for Agriculture

in Response to Lime and Nitrogen Fertilizer Applications. International Seminar and Workshop on University-Based Research for Wetland Development. Banjarmasin, 26-27 November 2012.

12.Saidy, A. R., Azis, Y. Sea level rise in South Kalimantan, Indonesia: an economic

analysis of adaptation strategies in agriculture. The EEPSEA 30th Biannual Workshops, 18-20 of September 2008, Bali.

13.Saidy, A. R., Azis, Y. Economic Adaptation of Agriculture to the Impact of Sea

Level Rise in the Province of South Kalimantan, Indonesia. The EEPSEA 29th Biannual Workshop, 5-8 May 2008, Bangkok.

14.Saidy, A. R., Azis, Y. Impact of sea level rise on the agriculture in the Province of

South Kalimantan, Indonesia. The 9th IRSA International Conference: The Current and Future Issues of Regional Development, Energy and Climate Change, Palembang, July 31-August 1, 2008.

(45)

35

15.Saidy, A. R., Azis, Y. Adaptation of Agriculture to the Impacts of Sea Level Rise

in Indonesia. The EEPSEA 27th Biannual Workshops and The Adaptation to Climate Change Meeting, 15-19 of July 2007, Beijing.

16.Saidy, A. R. Potato of Nagara for food diversification: Soil perspective. Research

Workshop on Food Diversification, Banjarmasin, 26 February 2007.

17.Saidy, A. R., Priatmadi, B. J. Contribution of carbon and nitrogen mineralization to

peat acidity. Research Workshop of Ministry of National Education, Jakarta 29-31 May 2007.

18.Saidy, A. R. Microbial acitivity and nitrogen mineralization in response to changes

in water content of soils varying in chemical and physical properties. Research Workshop of Ministry of National Education, Jakarta 18-20 May 2006.

(46)

36 B. Anggota Tim Peneliti 1

I. Identitas Diri

1. Nama lengkap : Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Jabatan/Pekerjaan : Lektor /Staf Pengajar Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 4. Alamat kantor : Kampus UNLAM Simpang Empat, Jalan Jend. A.

Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan. 5. Tempat dan tanggal lahir : Banjarmasin, 7 Juli 1967

6. No. Telpon/Email : 081250827379/fakhrurrazie@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan

S1 : Insiyur Pertanian (Ir); Universitas Lambung Mangkurat (1993); Bidang ilmu: Kesuburan Tanah; Judul skripsi: Pengaruh pupuk N terhadap pemasaman tanah Podsolik Kalimantan Selatan.

S2 : Magister Sains (M.Si); Institut Pertanian Bogor (2003); Bidang ilmu: Biologi tanah; Judul tesis: Karakteristik Azotobacter spp. dan Azospirillum spp, dari rizosfer padi sawah di daerah dataran banjir Kalimantan Selatan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Awal tanaman Padi.

S3 : Doktor (Dr.); Institut Pertanian Bogor (2012). Bidang ilmu: Biologi tanah; Judul disertasi: Efisiensi pemupukan dengan penambahan kompos jerami pada budidaya padi System of Rice Intensification (SRI) di Daerah Pasang Surut Kalimantan Selatan.

III. Pengalaman Penelitian

1. Sistem serapan biopori modifikasi dan perbaikan ekosistem mikro untuk peningkatan produksi kelapa sawit di lahan kering marginal (MP3EI, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2013-2015).

2. Soil Monitoring Manual in the Coal Mining Area (JIFPRO-Japan, 2013-2014). 3. Inventarisasi dan perhitungan beban emisi pencemar udara kota Banjarmasin

(Kementerian Lingkungan Hidup, 2013).

4. Potensi produksi padi di lahan pasang surut sulfat masam barito kuala dengan kedalaman lapisan pirit berbeda (BOPTN Fakultas Pertanian, 2012).

5. Model dinamika fosfor tanah pada lahan kering marginal yang diperlakukan dengan lubang resapan biopori (Hibah Bersaing DIKTI, 2011).

6. Potensi biomassa padi pada system of rice intensification (SRI) berbasis organik untuk mendukung sistem pertanian terpadu di daerah pasang surut Kabupaten Barito Kuala (I-MHERE UNLAM, 2011).

(47)

37 7. Pemanfaatan Azotobacter sebagai Biokatalisator Penyedia Hara N untuk Mensubsitusi Pupuk N Buatan pada Persawahan Pasang Surut Kalimantan Selatan (Hibah Bersaing DIKTI, 2006-2008).

IV. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat

1. Implementasi pencegahan kebakaran lahan berbasis desa di sekitar perkebunan kelapa sawit PT. Bersama Sejahtera Sakti, PT. Langgeng Muara Makmur, PT. Laguna Mandiri (Group Perkebunan Minamas, 2016).

2. Pengenalan Sistem Pertanian Organik pada Pelatihan Pemberdayaan P3A di 5 Kabupaten di Kaliamtan Selatan (Diperta Prov. Kalimantan Selatan, 2014).

3. Pengenalan SRI sebagai budidaya padi hemat air pada Pelatihan Pemberdayaan P3A di 5 Kabupaten di Kaliamtan Selatan (Diperta Prov. Kalimantan Selatan, 2014).

4. Temu Lapang Panen SL-PTT padi tanam Jajar Legowo (Diperta Kab. Tanah Laut, 2013).

5. Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan agens hayati untuk tanaman hortikultura di Kabupaten Tapin (BOPTN Fakultas Pertanian, 2013).

6. Kegiatan pemanfaatan hasil litbangyasa iptek nuklir bidang pertanian dan peternakan di daerah Kalimantan Selatan (BATAN, 2012-2013).

7. Penggunaan pupuk organik sebagai alternatif media tanam (KKN-PPM Fakultas Pertanian, 2011).

8. Apresiasi pupuk organik dalam rangka pengembangan pupuk organik di Kalimantan Selatan (Diperta Prov. Kalimantan Selatan, 2010).

9. Pelatihan Pertanian dan peternakan terpadu di Kabupaten Banjar (Ristek UNLAM, 2010).

10. Kemampuan pupuk cair hayati penyedia hara untuk mendukung produksi padi di persawahan pasang surut Kalimantan Selatan (Iptek UNLAM, 2008).

V. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah

1. Deteksi Perakaran Kelapa Sawit pada Lubang Biopori Modifikasi dengan Metode Geolistrik Resistivitas. Jurnal Ziraa’ah 40 (1), 2015.

2. Pengaruh Pemberian Bahan Organik pada Lubang Resapan Biopori Modifikasi terhadap Kontribusi Keterediaan Unsur Hara bagi Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal Ziraa’ah 40 (3), 2015

3. Efesiensi Serapan hara dan Hasil Padi pada Budidaya Padi SRI di Persawahan Pasang Surut Kalimantan Selatan dengan Kompos di Perkaya untuk Mengurangi Pupuk Anorganik. Jurnal Agronomi Indonesia XL (2), 2012.

4. Aktivitas enzim selulase mikroba yang diisolasi dari jerami padi di persawahan pasang surut di Kalimantan Selatan. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 2011.

(48)

38 5. Pertumbuhan dan produksi padi di daerah pasang surut Kalimantan selatan dengan

pemberian Azotobacter spp. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 2010.

6. Kemampuan Pupuk Cair Hayati Penyedia Hara N dalam mendukung Produksi Padi di Daerah Pasang Surut Kalimantan Selatan. Jurnal LPM, 2009.

7. Potensi Azotobacter spp. Dari Persawahan Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan: Kemampuannya menghasilkan Indole Acetic Acid (IAA) untuk Pertumbuhan Akar IR64. Jurnal Agritek, 2006.

VI. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

1. Sistem resapan biopori modifikasi sebagai penunjang ketersediaan air dan hara di perkebunan sawit lahan kering marginal. Kongres IX dan Semnas HITI, 28-31 Oktober 2015, Universitas Brawijaya, Malang.

2. Dekomposisi Limbah Organik Sawit pada Sistem Resapan Biopori Modifikasi di Lahan Sub Optimal Kalimantan Selatan. Semiloka FKPTPI 2015, 29-30 September 2015. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3. Pola Sebaran Perakaran Kelapa Sawit pada Lubang Serapan Biopori Modifikasi di Lahan Kering Marginal. Semiloka FKPTPI 2015, 29-30 September 2015. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

4. Inventarisasi emisi pencemar udara lokal dan CO2 di kota Banjarmasin. Lokakarya Nasional Perencanaan Udara Bersih dan Public Expose Invertarisasi Emisi di Jakarta, 2014.

5. The potency of Azotobacter from tidal land of South Kalimantan to Produce Indole Acetic Acid (IAA). International Seminar and Workshop on University-Based Research for wetland Development Banjarmasin, 2012.

6. Potensi azotobacter rg3.62 dalam mengurangi pupuk untuk meningkatkan produksi padi lokal siam pandak di persawahan pasang surut tipologi di Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Besar Penelitian dan Pengem bangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2010.

7. Effects of Nitrogen Fixing Bacteria (NFB) in Increasing Rice Yields Grown on Tidal Areas of South Kalimantan. Seminar From Environtmental to Sustainable Science: thinking the shift and the role of Asian Agricultural science, Ibaraki University Japan, 2009.

8. Pertumbuhan dan produksi padi di daerah pasang surut Kalimantan selatan dengan pemberian Azotobacter spp. Seminar Nasional Ilmu Tanah (SITA), HITI Yogyakarta, 2009.

9. Peranan Azotobacter pada tanah sawah alami terhadap produksi padi spesifiknya di Kalimantan Selatan. Seminar Nasional dan Lokakarya Bidang Fokus Riset, Lembaga Penelitian UNLAM, 2008

Gambar

Tabel 1.  Kegiatan yang telah dilaksanakan dan output kegiatan
Gambar 1.  Proses isolasi mikroba penambat nitrogen sampai dengan kefiatan aplikasi  pada budidaya tanaman hortikultura
Gambar 3.  Lay-out percobaan aplikasi mikroba penambat nitrogen dan pelarut posfor  pada budidaya bawang daun di lahan gambut
Gambar 5.  Kegiatan inokulasi mikroba penambat N dan pelarut P pada bibit tanaman  bawang daun (kiri atas), penanaman bawang daun (kanan atas), plot percobaan tanaman
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

yang digunakan pilihan mandatory 2 Propinsi Bank Pilih lokasi bank pilihan Mandatory 3 Bank Pilih bank pilihan Mandatory 4 Nomor rekening Input no rekening ketik Mandatory 5

Para penganut po!iteisme ini memiliki kecencle-rungan memilih dewa-clewa yang mereka percayai untuk diangkat, dilebihkan, clan diutamakan, yang dianggap sebagai Yang Maha

Jamalludin dan Zaidatun (2002) menyatakan bahawa pautan atau links membolehkan suatu navigasi tidak linear berbentuk hypermedia dapat dihasilkan. Ini dapat

Namun pada tahun 2016 adanya peningkatan nilai korelasi antara pertumbuhan penduduk dengan pola persebaran fasilitas sosial ekonomi yang bersifat searah dengan

Dari proses tersebut yang akan menentukan siapa yang dianggap layak untuk diberi tanggung jawab dalam bentuk rekomendasi oleh Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan.”

pelaksanakan dalam penelitian ini yang terbagi menjadi tiga, yaitu: Tahap Persiapan yaitu Penulis meminta izin terlebih dahulu kepada atasan penulis apakah

Menurut Rukiyah (2009), Intranatal merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput

Desa Di Jawa Barat berbeda dengan manfaat dari Direktori Buku Telepon, akan tetapi secara umum direktori ini bermanfaat bagi masyarakat dalam mencari. informasi mengenai