• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA IV

KONTESTASI DAN NEGOSIASI

DALAM HUBUNGAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA

Penyunting Ahli

Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S.

Penyunting Pelaksana Drs. I Wayan Teguh, M. Hum.

DENPASAR, 16 - 17 OKTOBER 2019

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2019

(3)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii SAMBUTAN ... iii DAFTAR ISI ... v PEMAKALAH UTAMA KONTESTASI ELIT DAN MARGINALISASI PENDUDUK LOKAL DI LOKASI GALIAN C DESA SEBUDI-KARANGASEM I Wayan Tagel Eddy ... 1

PEMAKALAH PENDAMPING TINJAUAN GRAFOLOGI PADA JARAK ANTAR SUKU KATA DALAM PRASASTI BWAHAN A Aditya Iqbal Pratama, I Kadek Agus Juniantara ... 12

PERKEMBANGAN SENI PATUNG GARUDA DI DUSUN PAKUDUI GIANYAR Anak Agung Inten Asmariati ... 18

TOLERANSI BERAGAMA PADA MASA MATARAM KUNA Andry Hikari Damai ... 24

PRAKTIK KUASA OTORITAS MEDIS RUMAH SAKIT JIWA TERHADAP PASIEN PSIKIATRIK DENGAN STIGMA Bambang Dharwiyanto Putro ... 29

POLA ASUH ANAK KELUARGA MUSLIM MELAYU DALAM BALUTAN KEARIFAN LOKAL DI KELURAHAN LOLOAN TIMUR, KABUPATEN JEMBRANA Bambang Dharwiyanto Putro, I Ketut Kaler ... 34

EKSPLIKASI VERBA-VERBA BAHASA JEPANG BERNOSI PERGI I Gede Oeinada ... 40

BURUNG GARUDA DALAM MITOLOGI HINDU I Gusti Ayu Gde Sosiowati ... 47

PENGGUNAAN TEKNIK MENYANYI PADA PELATIHAN BAHASA INGGRISSISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR I Gst Ayu P. Jesika Sita Devi N,Ni Putu Mas Lita,Saraswati, Ni Made Ayu Widiastuti ... 54

(4)

vi

ANALISIS TERJEMAHAN GERUND DAN IDIOM DARI

BAHASA INGGRIS KE INDONESIA YANG TERDAPAT DALAM SEBUAH SERIAL TELEVISI BERJUDUL RIVERDALE (Season 2)

I Gusti Ayu Trisha Yunita Agung, Ni Made Ayu Widiastuti ... 60 BAHASA DAN PIKIRAN :Kajian Psikolinguistik

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa ... 66 EKOLOGI BAHASA, SASTRA, DAN KEBUDAYAAN

DALAM PENDIDIKAN INKLUSI DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

I Ketut Darma Laksana ... 75 FUNGSI RITUAL BARONG IDER BUMI DALAM KEHIDUPAN

SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT DESA KEMIREN,

KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

I Ketut Darmana ... 83 KALIMAT TIDAK EFEKTIF DALAM KARANGAN DESKRIPSI

SISWA SMAN 2 MENGWI, KECAMATAN MENGWI,

KABUPATEN BADUNG

I Ketut Nama, I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, Sri Jumadiah ... 95 SRIWIJAYA DAN INFORMASI

ARKEOLOGI DARI KOTA PALEMBANG

I Ketut Setiawan ... 104 TRADISI PENGLUKATAN DI PURA BEJI WARINGIN PITU,

DESA KAPAL, KABUPATEN BADUNG

I Made Suastika ... 111 LOCATIVE CONSTRUCTIONS:

Evidence from English, Marathi, Polish, Balinese

I Nyoman Aryawibawa ... 115 SASTRA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA:

Tinjauan Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

I Nyoman Suaka ... 121 MERAJUT KEBINEKAAN MELALUI PROGRAM

―SADHAR NAMA‖ DI SEKOLAH

I Nyoman Tingkat ... 129 MARITIM, INTERAKSI BUDAYA, DAN ISLAM BALI

I Putu Gede Suwitha ... 136 CARA MELAYUNE: Makna Teks dan Konteks

I Wayan Cika ... 143 MIKROFONOLOGI DAN MAKROFONOLOGI:Apa pula itu?

(5)

vii

GRANT FUNDING PHENOMENON AND PRESERVERANCE OF CULTURAL HERITAGE IN BADUNG REGENCY

I Wayan Srijaya, Kadek Dedy Prawirajaya R ... 158 HINDU-ISLAMIC SYNCRETISM IN PAN BONGKLING‘S

GEGURITAN TEXT

I Wayan Suardiana ... 165 LATAR BELAKANG PENGHAPUSAN KEARIFAN LOKAL MENGENAI ATURAN ADAT ULAH PATI DI BALI:Suatu Studi Pendahuluan

I Wayan Suwena ... 172 KAJIAN SINGKATKATA YEN DALAM BAHASA BALI

I Wayan Teguh ... 178 PERAN GENDER DALAM KUSU BUE DI KAMPUNG DONA, DESA

NARUWOLO, KECAMATAN JEREBU‘U, NUSA TENGGARA TIMUR

Ida Ayu Putu Kartika Dewi, Ni Made Wiasti, Aliffiati ... 185 MEMAHAMI PERUBAHAN GENDER DALAM BUDAYA PATRILINEAL MASYARAKAT BALI DEWASA INI

Ida Ayu Putu Mahyuni ... 195 PIS BOLONG, SEBUAH BUKTI PERSEBARAN UNSUR BUDAYA

Ida Ayu Wirasmini Sidemen ... 204 BALI UTARA MENUJU KOTA KOLONIAL SEBAGAI DAYA TARIK

WISATA BUDAYA

Ida Bagus Sapta Jaya ... 212 WUJUD KEARIFAN LOKAL RUMAH TRADISIONIL DESA SENARU

SEBAGAI PENGEMBANGAN PARIWISATA BUDAYA

DI KECAMATAN BAYAN LOMBOK UTARA,NUSA TENGGARA BARAT Industri Ginting Suka ... 218 THE CONCEPT OF GOD IN ARCHAEOLOGICAL REMAINS AT PUSEH SUMERTA TEMPLE, DENPASAR

Kadek Dedy Prawirajaya R , I Wayan Srijaya , Heri Purwanto ... 223 TRADISI KLACI SEBAGAI PERSEMBAHAN BABI BALI PEMBAYARAN MAHAR PERKAWINAN DI DESA SIDAN KAWAN, KABUPATEN

BADUNG

Luh Putu Puspawati ... 230 POTENSI PERAN PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN

MODERASI BERAGAMA DI INDONESIA

(6)

viii

REPRESENTASI BUDAYA PATRIARKI PADA KOMUNITAS GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB)

Made Narawati ... 249 TRANSPORTASI BENDI SALAH SATU IKON PARIWISATA

DI KOTA SOLOK

Mila Yefriza, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni ... 264 EKSISTENSI RUMAH ADAT BUGIS KAMPUNG BUGIS SERANGAN

KOTA DENPASAR

Muhamad Satok Yusuf , Rochtri Agung Bawono ... 271 PRASASTI TIMAH SEBAGAI SALAH SATU HARTA KARUN

KADATUAN SRIWIJAYA

Ni Ketut Puji Astiti Laksmi... 277 SYMBOLIC INTERACTIONISM TOWARD MILLENIAL TOURISM

INDUSTRY 4.0

Ni Desak Made Santi Diwyarthi... 284 Uang Dapur: TRADISI DALAM PERNIKAHAN KOMUNITAS DIASPORA MUSLIM LOLOAN TIMUR JEMBRANA BALI DALAM PERSPEKTIF GENDER

Ni Made Wiasti, Ida Bagus Putra Yadnya, Ni Luh Nyoman Seri Malini,

Ni Made Dhanawaty ... 296 KEYAKINAN MELAUT MASYARAKAT LAMALERA

DALAM NOVEL SUARA SAMUDRAKARYA MARIA MATILDIS BANDA Ni Putu N. Widarsini ... 303 SEJARAH KEBERADAAN MASYARAKAT TAWANI TOLOTANG

SEBAGAI BENTUK KEBERTAHAAN KEBUDAYAAN DI SULAWESI SELATAN

Ni Wayan Sri Rahayu ... 312 DIKSI JUDUL Cerkak PADA MAJALAH BERBAHASA JAWA TAHUN 1970 s.d. 1980 an

Rahmat, Tya Resta, Nirbito Hanggoro Pribadi ... 318 REFLEKSI KONSEP UCHI-SOTO PADA JUJUHYÕGEN

DALAM NOVEL ‗NORWEY NO MORI‘ KARYA HARUKI MURAKAMI Renny Anggraeny ... 324 KAJIAN ETNOLINGUISTIK PROSES RITUAL MERARIQ PADA TRADISI BUDAYA ADAT SASAK DI DESA PENGEMBUR KECAMATAN PUJUT KAB. LOMBOK TENGAH

(7)

ix

KONTESTASI DAN NEGOSIASI ISLAM PADA KELUARGA ISTANA DI KERAJAAN MAJAPAHIT

Rochtri Agung Bawono ... 372 PENGGUNAAN BAHASA JAWA PERTENGAHAN PADA Piagěm

KESULTANAN PALEMBANGAN

Rohhimah Nuf Fadhilah, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi ... 380 PERANAN SANGGAR WATU BO DALAM PRODUKSI TENUN IKAT

TRADISIONAL DI DESA KAJOWAIR, KECAMATAN HEWOKLOANG, KABUPATEN SIKKA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Sisilia Marlini, A.A. Ayu Murniasih, I Ketut Kaler ... 389 MULTIKULTURALISME DALAM PERSPEKTIF SEJARAH:

Mengenal Perjuangan dr. Cipto Mangunkusumo ( 1883-1943 )

Sulandjari ... 396 KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI TEKS GEGURITAN CILINAYA

(8)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 405 Denpasar, 16 - 17 Oktober 2019

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI TEKS GEGURITAN CILINAYA Tjok. Istri Agung Mulyawati R.

Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Email: tiamulya59@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan struktur dan nilai yang terkandung di dalam geguritan Cilinaya. Geguritan Cilinaya ini menceritakan tentang lika-liku kisah percintaan antara Cilinaya (Raden Galuh) dengan Raden Jayasmara.

Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori nilai. Metode dan teknik yang digunakan terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode menyimak dan teknik yang dipakai pencatatan dan terjemahan. Pada tahap analisis data digunakan metode kualitatif dengan teknik diskriptif analitik. Tahap selanjutnya yakni menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan metode informal dan didukung dengan teknik deduktif dan induktif. Adapun hasil penelitian ini adalah mengungkapkan struktur naratif geguritan Cilinaya yang meliputi tema, plot/alur, penokohan, dan latar. Tema geguritan Cilinaya adalah masalah kesetiaan dan cinta yang agung yaitu kisah cinta dan kesetian antara dua sejoli yaitu Raden Jayasmara dengan Cilinaya (Raden Galuh). Mengenai plot/alur geguritan Cilinaya ini peristiwa-peristiwa dalam cerita menunjukkan hubungan kausalitas (sebab akibat). Jadi hubungan kausalitas ini menunjukkan kejadian yang bersifat logis. Dalam penokohannya terdapat tokoh utama yaitu Cilinaya, tokoh kedua yaitu Raden Jayasmara, dan tokoh pelengkap atau komplementer antara lain tokoh Liku dan Raja Koripan. Lukisan karakter dari tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan peranan tokoh dalam cerita. Latar cerita yang disampaikan latar tempat, suasana dan waktu. Nilai-nilai yang terdapat dalam geguritan Cilinaya yaitu nilai etika antara lain berbudi luhur, berbakti pada orang tua. Selain itu ada nilai percaya pada kebesaran Tuhan, hukum karma phala, kesetiaan dan cinta yang agung.

Kata Kunci : geguritan, struktur, dan nilai. 1. PENDAHULUAN

Karya sastra tradisional Bali oleh masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang dapat memberikan tuntunan atau pegangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Menurut Mursal Esten cipta sastra mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan, tentang makna hidup dan kehidupan. Dimana pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dalam menafsirkan tentang makna dan hakikat hidup (1978:8).

(9)

406 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji karya sastra geguritan dengan judul : ‖Kajian Struktur Dan Nilai Teks Geguritan Cilinaya‖. Naskah yang penulis pakai adalah naskah Geguritan Cilinaya milik Gedong Kirtya. Pemilihan Geguritan Cilinaya karena ceritranya cukup dikenal oleh masyarakat dan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah sbb :

1) Unsur-unsur naratif apa saja yang membangun Geguritan Cilinaya? 2) Nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam Geguritan Cilinaya?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk ikut serta ambil bagian dalam membina, melestarikan, dan mengembangkan sastra tradisional khususnya sastra geguritan.

Berdasarkan kajian struktur naratifnya, menurut Teeuw pada prinsipnya bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat mungkin seteliti, semendetail, dan mendalam keterkaitan dan keterlibatan semua unsur-unsur serta aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (1984:135). Dalam analisis ini meliputi beberapa unsur antara lain : tema, alur, penokohan, dan latar.

Dalam analisis nilai disini yang meliputi nilai agama termasuk nilai etika mengacu pada pendapat S. Suharianto yaitu bahwa karya sastra bukan saja memberikan hiburan kepada penikmatnya, tetapi juga nilai yang anggun dan agung (1982:18), dan menurut Karma Yudibrata, nilai dapat diturunkan dari persepsi seseorang mengenai sesuatu yang luhur, manusiawi, bermutu, mulia, dan juga atas kegunaan yang praktis.

2. METODOLOGI

Metode dan Teknik yang digunakan terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

Pada tahap penyediaan data digunakan metode menyimak dengan teknik pencatatan dan terjemahan. Terjemahan yang digunakan adalah harfiah dan idiomatik.

(10)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 407 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

Pada tahap analisis data digunakan metode kualitatif yang didukung dengan teknik deskriptif analitik dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusun dengan analisis (Ratna, 2009:53). Tahap selanjutnya penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berisi rincian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:45). Metode ini didukung dengan teknik berfikir deduktif dan induktif.

3. PEMBAHASAN

3.1 Struktur Naratif Geguritan Cilinaya

Dilihat dari isi ceritanya, ide pokok (tema) di dalam geguritan Cilinaya adalah masalah cinta dan kesetiaan antara Cilinaya dan Raden Panji Jayasmara. Terlihat saat Raden Jayasmara berburu ke tengah hutan, bertemu dengan Cilinaya lalu timbul rasa cinta. Walaupun Cilinaya adalah putri seorang Dukuh, tetapi Raden Jayasmara tetap meminang Cilinaya sebagai istrinya. Pada awalnya Cilinaya menolak pinangan Raden Jayasmara karena merasa tidak pantas dirinya jadi istri raja oleh karena ia putri seorang Dukuh. Namun akhirnya Cilinaya menerima pinangan tersebut karena ia juga mencintai Raden Jayasmara. Sebelum berangkat ke Koripan Raden Jayasmara berjanji mereka tidak akan berpisah walaupun oleh kematian. Cinta dan kesetiaan ini juga terlihat saat Raden Jayasmara membaca surat yang dibuat Cilinaya yang isinya menyatakan bahwa dirinya dan anak mereka dibawa ke hutan untuk dibunuh atas perintah raja, ayah dari Raden Jayasmara karena tidak mau menerima Cilinaya sebagai menantunya. Dengan segera Raden Jayasmara pergi menyusul istri dan anaknya tapi sayang didapatinya Cilinaya sudah meninggal sedangkan anaknya masih hidup. Raden Jayasmara sangat bersedih sampai tidak sadarkan diri. Karena kekuatan cinta mereka dan kebesaran Tuhan akhirnya Cilinaya hidup kembali dan Raden Jayasmara tersadar kemudian mereka kembali ke istana dan hidup berbahagia.

Alur cerita terbentuk dari rangkaian peristiwa dalam cerita yang secara logis jelas terlihat sebagai hukum sebab akibat antara kejadian tersebut. Alurnya merupakan alur lurus. Dilukiskan secara berurutan (kronologis) sehingga membentuk suatu jalinan cerita. Dimulai dari pengarang melukiskan suatu

(11)

408 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

keadaan (exposition), peristiwa bersangkutan mulai bergerak (complication), keadaan mulai memuncak (ricing action), klimaks (turning point), dan penyelesaian (ending).

Tokoh adalah pelaku yang melahirkan peristiwa atau penyebab terjadinya peristiwa, sedangkan penokohan adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan atau mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan (Esten, 1978:27). Dalam geguritan Cilinaya ini sebagai tokoh utama adalah Cilinaya, yaitu seorang putri cantik yang baik budi, tabah, dan pemaaf. Tokoh kedua yaitu Raden Jayasmara, dilukiskan sebagai seorang yang tampan, baik, setia, tegas pada pendirian. Tokoh pelengkap yaitu Raja Daha, Raja Jenggala, Patih Kudanilarsa, I Liku dan Ni Dukuh. Raja Daha adalah raja yang pandai dan berwibawa, tetapi karena pengaruh guna-guna I Liku menyebabkan apapun perkataan I Liku selalu dituruti sehingga kebijaksanaan dan wibawa sebagai raja menjadi hilang. Raja Jenggala adalah raja yang tidak mau tahu tentang perasaan cinta anaknya pada Cilinaya. Beliau tidak menyetujui hubungan Raden Jayasmara dengan Cilinaya karena Cilinaya anak seorang Dukuh, sampai-sampai menugaskan patihnya untuk membunuh Cilinaya. Setelah mengetahui bahwa Cilinaya adalah putri Raja Daha barulah beliau menyesal dan menyetujui perkawinan Raden Jayasmara dengan Cilinaya dan menyerahkan tahta kerajaan pada Raden Jayasmara. Tokoh Patih Kudanilarsa dilukiskan sebagai orang yang memiliki ilmu hitam, ia sangat sayang pada I Liku, agar I Liku bisa menjadi istri raja Daha ayah dari Cilinaya, maka diguna-gunailah sang Raja sehingga raja sangat tertarik kepada I Liku. Tokoh I Liku dilukiskan sebagai wanita yang tidak cantik dan ingin menjadi istri raja. Ia ingin berkuasa di istana sehingga dengan ilmu dan tipu dayanya permaisuri dan putrinya berhasil disingkirkan dari kerajaan. Tokoh Permaisuri Raja Daha yang lemah karena hidupnya tertekan oleh situasi kerajaan dimana sang Raja di bawah pengaruh I Liku dan Patih Kudanilarsa, sehingga tidak mampu memberikan perlawanan. Tokoh Ni Dukuh dilukiskan sebagai seorang Dukuh yang mau menolong Cilinaya, memelihara, merawat dan menganggapnya sebagai anaknya.

(12)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 409 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

Latar adalah salah satu unsur struktur cerita yang berhubungan dengan tempat, keadaan, dan waktu terjadinya pristiwa dalam sebuah cerita meliputi latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Dari latar tempat dan suasana terjadi perpaduan antara unsur Jawa dan Bali yang dapat kita lihat seperti Jenggala, Koripan, Daha jelas menyebutkan nama kerajaan di Jawa Timur. Namun nama-nama tempat seperti Bancingah, Puri, Jero Agung jelas menggambarkan bagian istana di Bali. Ada juga latar tempat seperti hutan, taman istana, dan pondok Ni Dukuh yang letaknya di tengah hutan. Latar waktu tidak ada diungkapkan secara jelas hanya disebutkan waktu kecil, waktu ditusuk, setelah didekati dan sebagainya. Latar Suasana meliputi suasana penderitaan Ni Cilinaya saat di buang ke hutan, dan ibunya meninggal dunia, suasana yang sangat mengharukan saat Cilinaya ditusuk tiba-tiba ada pelangi, kilat menyambar, terjadi gempa dan darah yang keluar dari tubuh Cilinaya berbau sangat harum, yang menandakan bahwa siapa sebenarnya Cilinanaya itu yang tidak lain adalah putri Daha. Suasana sedih Raden Jayasmara sampai tidak sadarkan diri setelah mengetahui istrinya dibunuh atas perintah ayahnya sendiri. Suasana bahagia, di akhir cerita suasana ini dialami oleh Raden Jayasmara, Cilinaya, Raja Jenggala, Raja Daha.

3.2 Kajian Nilai Geguritan Cilinaya.

Unsur ajaran yang dilukiskan lebih banyak ke arah nilai etika yaitu menekankan atau mengajarkan tingkah laku, sopan santun, dan tata susila. Ini tampak jelas diperankan oleh tokoh-tokoh dalam geguritan Cilinaya. Cilinaya sebagai tokoh utama dilukiskan sebagai seorang anak yang berbudi luhur, berbakti dan menghormati Ni Dukuh yang dianggap sebagai orang tuanya karena ibunya telah meninggal. Nilai lainnya adalah kepercayaan akan kebesaran Tuhan. Cilinaya meyakini kalau sudah kehendak Tuhan hal itu tidak dapat dihindari, dan arena kebesaran Tuhan juga Cilinaya yang sudah meninggal bisa hidup kembali. Ada juga nilai hukum karma phala, dimana dilihat pada tokoh Cilinaya yang walaupun dari kecil hidup menderita karena dibuang ke hutan oleh ayahnya dan ibunya meninggal di tempat pembuangan, kemudian dipelihara oleh Ni Dukuh tetapi ia tabah menjalani hidupnya dan selalu melaksanakan pesan Ni Dukuh yang

(13)

410 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

dianggap sebagai ibunya yaitu selalu berbuat baik. Akhirnya Cilinaya mendapatkan kebahagiaan bersama Raden Jayasmara dan keluarga. Pada tokoh I Liku dan Patih Kudanilarsa juga tercermin adanya hukum karma itu, karena perbuatannya yang tidak baik akhirnya mereka mati dianiaya oleh rakyat Koripan. Ini membuktikan bagaimanapun saktinya seseorang, kalau sombong dan tidak menggunakan untuk hal yang baik atau demi kebajikan maka dia pun akan hancur. Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa perbuatan baik akan memperoleh hasil yang baik demikian pula sebaliknya.

Nilai cinta dan kesetiaan terlihat pada kisah cinta antara Raden Jayasmara dengan Cilinaya. Saat Raden Jayasmara melamar Cilinaya ia menyatakan tidak akan berpisah walaupun oleh kematian. Ini terwujud saat Cilinaya sudah meninggal, bisa hidup kembali karena kecintaan dan kesetiaan juga karena kebesaran Tuhan.

4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik simpulan:

1) Struktur Naratif Teks Geguritan Cilinaya meliputi Tema, Alur, Tokoh, Penokohan, dan Latar. Temanya adalah kesetiaan dan cinta yang yang mengungkapkan cinta kasih yang abadi antara Raden Jayasmara (Mantri Koripan) dengan Cilinaya (Raden Dewi). Alur ceritanya menggunakan alur lurus dimana peristiwa yang terkandung dalam cerita menunjukkan hubungan kausalitas (sebab akibat), kejadian yang bersifat logis dan jalan cerita tersusun secara kronologis. Tokoh dan penokohan dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh utama yaitu Cilinaya (berwatak baik). Tokoh sekunder/kedua yaitu Raden Jayasmara (berwatak baik) dan tokoh pelengkap yaitu Raja Daha (menjadi tidak bijaksana karena pengaruh guna-guna), Raja Koripan (berwatak tidak bijaksana) Patih Kudanilarsa (berwatak tidak baik), I Liku (berwatak tidak baik), dan Ni Dukuh (berwatak baik). Pada latar terjadi perpaduan antara unsur Jawa dan Bali. Seperti penyebutan nama Kerajaan di Jawa Timur dan

(14)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV 411 Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

penyebutan istilah bagian istana di Bali. Latar suasana mencerminkan situasi masyarakat Hindu Bali, adanya suasana sedih, mengharukan, kemarahan, dan kebahagiaan.

2) Nilai-Nilai dalam Geguritan Cilinaya antara lain, nilai etika seperti berbakti pada orang tua, berbudi luhur. Selain itu percaya akan kebesaran Tuhan, percaya pada hukum karma (karma phala), juga adanya cinta dan kesetiaan.

4.2 Saran

Penelitian yang dilakukan terhadap Geguritan Cilinaya dari segi struktur dan nilai ini masih jauh dari sempurna. Diharapkan ada penelitian lanjutan dari kajian yang berbeda, mengingat masih banyak aspek yang bisa diteliti misalnya dari sudur sosiologi sastra, antropologi sastra ataupun psikologi sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Esten, Murshal. 1978. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa.

_____________ 1984 Kritik Sastra Indonesia. Bandung : Angkasa.

Hanafi, Nurahman. 1986. Teori dan Seni Menterjemahkan. Mataram : Nusa Indah. Ratna, Kutha.2009. Teori, Metode. dan Te4knik Penelitian Sastra. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Soreyana, I Made. 1985. ―Memperkenalkan Naskah dan Teks Hikayat Ratu Dharmawangsa‖ dalam majalah Widya Pustaka, No 5 Tahun II. Denpasar : Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Suharianto, S. 1982. Dasar – Dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta. Lembaga Seminar Indonesia Bali. Cetakan ke-2. Denpasar : Gema. Teeuw, A. 1982.Khasanah Sastra Indonesia. Jakarta : PT Balai Pustaka. _____________ 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.

(15)

412 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya IV Denpasar, 16 – 17 Oktober 2019

UDAYANA UNIVERSITY PRESS

(16)

Referensi

Dokumen terkait

 Orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen..  Latar digunakan pengarang

Menurut Stanton (2007:35), latar dapat dibagi menjadi latar tempat (ruang) dan waktu terjadinya peristiwa dalam suatu cerita. Berdasarkan pendapat tersebut, latar dalam

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan nama

Nurgiyantoro (2013:314—322) membedakan latar dalam cerita fiksi men- jadi tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan latar sosial. a) Latar tempat yaitu latar yang menyaran

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan dua rumusan masalah penelitian ini, yaitu apa saja unsur-unsur struktur naratif yang meliputi cerita dan plot,

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan

Latar atau setting adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-tempat dengan