• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERFORMANSI ALGORITMA DYNAMIC BANDWIDTH ALLOCATION (DBA) PADA ETHERNET PASSIVE OPTICAL NETWORK (EPON)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERFORMANSI ALGORITMA DYNAMIC BANDWIDTH ALLOCATION (DBA) PADA ETHERNET PASSIVE OPTICAL NETWORK (EPON)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERFORMANSI ALGORITMA DYNAMIC BANDWIDTH ALLOCATION (DBA) PADA ETHERNET PASSIVE OPTICAL NETWORK (EPON)

Polin Christianto N¹, R. Rumani², Ida Wahidah³

¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Abstrak

Saat ini jaringan optik telah mendominasi ruang jaringan akses karena mampu melayani berbagai macam layanan aplikasi seperti IPTV, VoIP, dan data berbasis internet dalam bandwidth dan bit rate yang besar. Ethernet Passive Optical Network (EPON) merupakan salah satu teknologi yang mampu melayani layanan aplikasi tersebut dalam satu koneksi jaringan (single fiber optic). EPON adalah suatu jaringan optik point-to-multipoint yang memiliki kecepatan 1 Gbps untuk transmisi downstream dan upstream. Untuk mengalokasikan bandwidth dalam transmisi upstream kepada setiap ONU, maka EPON menggunakan mekanisme dari Multipoint Control Protocol (MPCP). Upstream bandwidth tersebut dibagi lagi menjadi beberapa unit bandwidth dengan menggunakan Time Division Multiplexing (TDM). Unit-unit yang dialokasikan untuk setiap ONU, ditentukan oleh OLT dengan menggunakan Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) algorithms. DBA algorithm menyediakan statistical multiplexing untuk setiap ONU, dengan pengertian bahwa jika ada ONU yang tidak memiliki data untuk ditransmisikan, maka timeslot yang sudah dialokasikan untuk ONU tersebut dapat dipakai oleh ONU lain dengan prioritas kelas tertentu. Statistical multiplexing mendefinisikan ukuran maksimal suatu frame yang diizinkan untuk ditransmisikan oleh suatu ONU agar seluruh ONU mendapat kesempatan untuk mengirim datanya.

Maksud dan tujuan utama dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui performansi dari mekanisme DBA algorithms pada beberapa scheduling discipline yang ditentukan pada seluruh ONU seperti fixed, limited, dan elastic services. Performansi yang ingin dianalisa adalah delay, average queue size, packet loss, dan throughtput.

Hasil analisa dari tugas akhir ini menunjukan bahwa elastic dan limited service sangat layak digunakan untuk layanan VoIP dan multimedia. Karena kedua service tersebut dapat memenuhi kebutuhan setiap parameter QoS dari layanan VoIP dan multimedia berdasarkan standar ITU G. 114 dan G. 107. Sedangkan fixed service tidak memenuhi standar ITU karena memiliki burst delay yang tinggi pada setiap daerah load (walaupun pada daerah low load).

Kata Kunci : DBA algorithm, EPON, IPACT, fixed, limited, dan elastic services, ITU-T, QoS.

(2)

Abstract

Nowadays, the optical network has been dominating the access of network rooms because it is able to give all kind of services such as IPTV, VoIP, and internet data basses in bandwidth and larger bit rate. Ethernet Passive Optical Network (EPON) is one of technology that can give those application services in only single fibre optic.

EPON is some kind of optical network point-to-multipoint that has 1 Gbps speed for upstream and downstream transmission. For allocating bandwidth in an upstream transmission to every ONU, then EPON uses mechanism from Multipoint Control Protocol (MPCP). That upstream bandwidth is divided again to become several bandwidth units by using Time Division Multiplexing (TDM). Those units which allocated by ONU, are decided by OLT by using Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) algorithms. DBA algorithm supplies statistical multiplexing for each ONU, with explanation if there is one ONU that doesn’t have some data to be transmitted, then timeslot which has been allocated for one ONU can be used by other ONU with some class priority. Statistical multiplexing defines maximum size of a frame which has some permission by ONU so that every ONU can have a chance to transmit its data.

The main purpose of this final task is for knowing the performances of DBA algorithms

mechanism to some scheduling discipline that has been determined to every ONU such as fixed, limited, and elastic services. The performances that I would like to analyze in this final task are delay, average queue size, packet loss, and throughtput.

The result of this final task analytical is for showing that elastic and limited services are much permitted to be used for VoIP service and multimedia. The reason is because both services are able to fulfil the needs of each Qos parameter from VoIP service and multimedia based on ITU G. 114 and G. 107 standards. However, fixed service can not fulfil the ITU standard because of having high burst delay on every load area (even on a low load area).

Keywords : Key words: DBA algorithm, EPON, IPACT, fixed, limited, and elastic services, ITU-T, QoS.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Tugas Akhir - 2009

(3)

BAB I Pendahuluan

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan terakhir dari dunia telekomunikasi telah mampu menghasilkan dengan baik kapasitas yang besar didalam jaringan backbone. Sementara pada kapasitas jaringan backbone yang secara luas dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan yang sangat pesat dari suatu trafik internet, pada jaringan akses terjadi peningkatan yang sedikit. Hal ini disebut sebagai last mile, dimana terjadi peristiwa bottleneck antara jaringan backbone DSL (Digital Subscriber Line) dan Cable Modem (CM). Untuk mengurangi bandwidth bottleneck pada jaringan backbone DSL dan cable modem, maka digunakanlah kabel fiber optik. Didalam perkembangan selanjutnya adalah penggunaan kabel fiber optik sampai kepada jaringan akses pelanggan atau lebih dikenal dengan FTTH (Fiber-to-the-Home).

Ethernet Passive Optical Network (EPON) adalah jaringan optik yang bersifat point-to-multipoint yang tidak memiliki elemen aktif pada jaringan distribusinya. Pada

dasarnya teknologi EPON terdiri dari Optical Line Terminal (OLT) yang ditempatkan di

central office dan beberapa Optical Network Unit (ONU) yang membawa layanan broadband seperti voice, data, dan video kepada pelanggan. Pada transmisi downstream, OLT mengirim frame secara broadcast, dan setiap ONU dengan selektif

menerima frame yang sudah dialamatkan kepadanya. Pada transmisi upstream, digunakan mekanisme TDMA (Time Division Multiplexing Access) untuk mencegah terjadinya tabrakan antar frame. Setiap ONU mengirim frame ke OLT dengan menggunakan timeslot yang sudah ditentukan sebelumnya terhadap setiap ONU.

Dengan mekanisme TDMA ini, maka setiap ONU mendapat ukuran timeslot yang tetap (fixed time slot). Tetapi mekanisme ini memiliki kekurangan yaitu tidak adanya statistical multiplexing antara ONU yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, OLT menggunakan Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) algorithms dengan pendekatan

interleaved polling, dimana ONUi+1 yang dijadwalkan selanjutnya untuk melakukan transmisi, diperiksa terlebih dahulu kondisinya (seperti ukuran bandwidth yang dibutuhkan dan ukuran antrian data pada buffer ONU) dalam siklus waktu (cycle time) tertentu. Kondisi ini dapat diketahui dari pesan report yang diletakkan di akhir frame

yang dikirim oleh ONUi yang telah diterima oleh OLT. Mekanisme ini disebut dengan

(4)

BAB I Pendahuluan

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

2

Interleaved Polling with Adaptive Cycle Time (IPACT) dimana OLT akan memeriksa

keadaan ONU secara individual, kemudian mengirimkan jaminan transmisi (transmision grant) dengan menggunakan skema round-robin. IPACT menyediakan

statistical multiplexing untuk semua ONU sehingga penggunaan kanal upstream dapat

lebih efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah :

v Bagaimana proses DBA algorithms berdasarkan metode IPACT dalam menentukan ukuran timeslot yang dinamis untuk seluruh ONU pada setiap

scheduling decipline.

v Bagaimana pengaruh beban trafik yang ditawarkan oleh jaringan akses ethernet ke ONU (ONU offered load).

v Bagaimana performansi (seperti delay, average queue size, packet loss, dan

throughtput) dari mekanisme algoritma DBA pada beberapa scheduling discipline yang ditentukan pada seluruh ONU seperti: fixed, limited, dan elastic services.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan dibatasi dalam beberapa hal yaitu:

v Layanan yang transmisikan adalah voice, data, dan video. Dimana ada klasifikasi trafik untuk setiap layanan tersebut, yaitu P0 (high priority) untuk voice, P1 (medium priority) untuk video, dan P2 (low priority) untuk data. v Metode penentuan bandwidth untuk setiap ONU adalah algoritma DBA

berdasarkan IPACT dengan beberapa service yang digunakan, yaitu: fixed,

limited, dan elastic service.

v Topologi jaringan yang digunakan yaitu topologi tree dengan menggunakan dua jenis splitter yaitu 1:16 (skenario I) dan 1:32 (skenario II).

v Hanya menganalisa transmisi untuk arah upstream.

v Parameter QoS yang dianalisa yaitu delay, average queue size, packet loss, dan

throughtput. Analisa tidak menitikberatkan pada prioritas kelas trafik (P0, P1,

dan P2).

Tugas Akhir - 2009

(5)

BAB I Pendahuluan

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

3 v Redaman pada daerah jaringan distribusi dianggap nol pada saat proses

transmisi arah upstream.

v Seluruh ONU sudah teridentifikasi (tidak ada koneksi ONU yang baru)

v Software simulasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB 7.0.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:

v Ingin mengetahui pengaruh beban trafik yang ditawarkan dari jaringan akses

ethernet ke setiap ONU (ONU offered load) terhadap performansi parameter QoS

yang ingin dianalisa.

v Ingin mengetahui dan membandingkan performansi algoritma DBA pada setiap

scheduling discipline yang ditentukan pada seluruh ONU seperti fixed, limited, dan elastic services.

v Sebagai studi literature untuk pengembangan teknologi jaringan akses berbasis EPON.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah: v Studi Literatur

Mempelajari dasar teori dan literatur-literatur tentang Teknologi PON terutama teknologi EPON.

v Pengukuran Parameter teknis dan Simulasi

Bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ingin dianalisa dari hasil simulasi seperti average delay, average queue size, packet loss, dan throughtput. v Pengujian dan Analisa

Dalam tahap ini akan diuji dan dianalisis data-data dari average delay, average

queue size, packet loss, dan throughtput untuk mengetahui performansi

algoritmaDBA pada jaringan EPON.

(6)

BAB I Pendahuluan

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

4

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang pembuatan tugas akhir, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi penyelesaian masalah dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini dikemukakan berbagai teori yang mendukung penyusunan tugas akhir, antara lain meliputi teori tentang EPON, MPCP, dan algoritma DBA.

BAB III Perancangan Dan Simulasi Sistem

Berisi tentang langkah-langkah yang digunakan untuk simulasi algoritma DBA.

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Berisi tentang analisa performansi QoS dari hasil simulasi yang dilakukan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan akhir dan saran untuk pengembangan lanjut dari Tugas Akhir.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Tugas Akhir - 2009

(7)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

31

BAB IV

ANALISA PERFORMANSI ALGORITMA DYNAMIC

BANDWIDTH ALLOCATION (DBA) PADA EPON

Pada bab ini akan dibahas bagaimana performansi algoritma DBA dilihat dari hasil simulasi dengan menggunakan program MATLAB 7.0 berupa grafik beberapa parameter QoS seperti delay, throughput, packet loss,dan queue size. Dimana ada 3 hal yang mempengaruhi performansi grafik tersebut, yaitu pengaruh jumlah ONU (N), pengaruh jumlah trafik (data user) dari arah jaringan akses ethernet yang dibebankan ke setiap ONU, pengaruh jenis scheduling discipline yang dipakai dari algoritma DBA (fixed, limited, dan elastic service).

Analisa ini akan dilakukan untuk setiap skenario simulasi yang digunakan yaitu skenario 1 (N = 16) dan skenario 2 (N = 32), dimana didalam simulasi menggunakan 32 iterasi untuk setiap skenario. Pada skenario I, daerah load ( sumbu – x) dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. 0 – 40 Mbps adalah daerah low load 2. 40 – 60 Mbps adalah daerah medium load 3. 60 – 100 Mbps adalah daerah high load

Sedangkan pada skenario II, daerah load dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. 0 – 30 Mbps adalah daerah low load

2. 30 – 100 Mbps adalah daerah high load

4.1 Analisa Delay

4.1.1 Analisa Pada Skenario I

Pada skenario 1, jumlah ONU yang digunakan yaitu 16 ONU atau dengan kata lain, menggunakan splitter 1:16. Grafik hasil simulasi dapat dilihat sebagai berikut:

(8)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

32

Gambar 4.1 Delay Pada Skenario I

Berdasarkan gambar 4.1, untuk daerah low load pada load 0,21 atau 21 Mbps

delay untuk fixed service sudah besar yaitu 2s. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan

paket (beban trafik) tiba pada window transmission yang ukurannya sangat besar.

Karena algoritma fixed selalu mengalokasikan BWmax walaupun BW yang diminta

lebih kecil dari BWmax. Plot grafik fixed service juga mengilustrasikan trafik long-

range dependence karena memiliki burst delay walapun pada daerah low load (21

Mbps). Pada limited service, delay yang didapat pada load 21 Mbps yaitu 18 ms. Sedangkan elastic service tidak memiliki delay (nilai delay yaitu nol).

Pada daerah medium load, fixed service sudah mencapai kondisi saturasi. Sedangkan limited service bergerak naik secara eksponensial dan elastic service memiliki delay yang lebih kecil dari service lainnya.

Pada daerah high load, dapat dilihat bahwa delay pada fixed service sudah bersaturasi sempurna sedangkan limited dan elastic service cenderung untuk

bersaturasi. Hal ini diakibatkan oleh BWmax yang diperoleh setiap ONU pada skenario

I ini adalah 1 Gbps / 16 = 62,5 Mbps, sedangkan ONU offered load semakin besar (batas maksimal 100 Mbps/ sesuai ukuran maksimal BW jaringan akses ethernet)

Tugas Akhir - 2009

(9)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

33

sehingga delay meningkat, keadaan buffer mulai penuh dan pada akhirnya terjadi

packet loss.

4.1.2 Analisa Pada Skenario II

Pada skenario II jumlah ONU sebesar 32, dimana BWmax yang diperoleh

setiap ONU adalah 1 Gbps / 32 = 31,25 Mbps. Grafik hasil simulasi dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.2 Delay Pada Skenario II

Pada daerah low load, dapat dilihat bahwa elastic service memiliki performansi delay yang paling baik dari service lainnya. Dengan kata lain elastic

service memiliki delay terendah, yang kedua limited service, dan yang terakhir adalah fixed service.

Hal yang sama terjadi pada daerah high load, delay pada fixed service sudah bersaturasi sempurna, sedangkan limited dan elastic service bergerak secara eksponensial dan cenderung menuju keadaan saturasi.

Perbandingan performansi delay pada skenario I dan II menunjukkan bahwa

elastic serviced adalah algoritma DBA yang paling baik dari yang lain. Jika dilihat

(10)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

34

dari segi kebutuhan one way delay untuk voice ( misalnya VoIP) yaitu ≤ 150 ms, maka algoritma yang paling baik digunakan adalah elastic dan limited service, sedangkan fixed tidak dapat digunakan untuk melayani kebutuhan delay dari VoIP tersebut.

4.2 Analisa Packet Loss 4.2.1 Analisa Pada Skenario I

Packet loss pada pembahasan ini memiliki arti bahwa paket yang tidak bisa

lagi masuk ke dalam sistem sehingga harus dibuang (loss) karena keadaan window

transmission penuh dan buffer juga dalam keadaan penuh. Grafik hasil simulasi dapat

dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.3 Packet Loss Pada Skenario I

Pada daerah low load, fixed service memiliki loss yang lebih besar dibanding

service lainnya. Dari analisa delay terhadap fixed dapat juga diketahui bahwa burst delay sudah ada pada low load. Hal ini berarti bahwa antrian paket sering melampaui

ukuran buffer sehingga kemungkinan untuk terjadi packet loss sangat besar. Pada

limited service, nilai packet loss lebih rendah dari fixed. Hal ini selaras dengan nilai

Tugas Akhir - 2009

(11)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

35

delay limited service yang lebih kecil dari fixed. Berbeda dengan elastic service yang

belum terjadi packet loss.

Pada daerah medium load, fixed dan limited service meningkat secara linier. Sedangkan elastic service baru memiliki packet loss pada 50 Mbps load sampai batas akhir packet loss sebesar 5% pada 60 Mbps.

Pada daerah high load, seluruh service meningkat terus secara linier. Dimana

packet loss tertinggi dimiliki oleh elastic service, kemudian fixed dan limited service.

Hal ini disebabkan paket yang mengantri di buffer sudah overflow. Sehingga beban trafik yang masuk kedalam sistem akan langsung di blocking.

4.2.2 Analisa Pada Skenario II

Berikut adalah grafik hasil simulasi performansi packet loss untuk 32 ONU, yaitu:

Gambar 4.4 Packet Loss Pada Skenario II

Pada low load dapat dilihat bahwa fixed service memiliki packet loss tertinggi yaitu 4,5 % pada saat load 24 Mbps. Kemudian pada load yang sama diikuti oleh

limited service 2,5%, dan elastic service belum memiliki packet loss.

(12)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

36

Pada high load, seluruh service menunjukkan packet loss yang semakin meningkat, dimana elastic memiliki packet loss tertinggi dimulai pada load 38 Mbps.

Hal ini dikarenakan batas BWmax yang dimiliki oleh setiap ONU hanya 32,25 Mbps,

sehingga keadaan buffer mulai penuh dan terjadi packet loss yang semakin meningkat. Jika dilihat dari toleransi packet loss yang dibutuhkan oleh layanan voice dan multimedia berdasarkan ITU. G 107 yaitu sebesar ≤ 20%, maka ketiga service tersebut sangat layak digunakan untuk skenario I dan II. Dengan alasan bahwa pada skenario I, batas load untuk mencapai nilai loss 20% adalah 72 Mbps. Dimana nilai

ini diatas batas BWmax setiap ONU. Hal ini juga terjadi pada skenario II, dimana

load-nya berada pada 38 Mbps (diatas batas BWmax) untuk mencapai 20 % packet loss.

4.3 Analisa Throughput 4.3.1 Analisa Pada Skenario I

Throughput pada tugas akhir ini memiliki pengertian bahwa paket yang

berhasil keluar dari sistem (beban trafik yang berhasil dikirim oleh ONU) dibagi total waktu pengamatan. Hasil simulasi performansi throughput ditujukan untuk setiap ONU. Berikut adalah grafik hasil simulasi performansi throughput, yaitu:

Gambar 4.5 Throughput Pada Skenario I

Tugas Akhir - 2009

(13)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

37

Pada low load tepatnya pada load 5 Mbps, limited service memiliki

throughput lebih besar dibanding service lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam

pengertiannya bahwa BW yang dialokasikan OLT sesuai dengan BW yang diminta ONU. Sedangkan pada fixed dan elastic, memiliki kesamaan nilai throughput.

Tetapi pada medium load, elastic service meningkat terus dan throughput yang dimiliki lebih besar dari service lainnya. Hal ini dikarenakan ketika beban trafik yang

dibutuhkan lebih besar dari BWmax pada ONUi, maka OLT memberikan BW

tambahan jika ada sisa BW dari ONU lain. Sedangkan fixed dan limited service mulai

bersaturasi pada load 60%. Hal ini disebabkan batas BWmax setiap ONU yaitu 62,5

Mbps.

Pada high load, kondisi fixed dan limited sudah bersaturasi sempurna karena sudah mulai terjadi packet loss yang semakin meningkat. Tetapi untuk elastic service,

throughput-nya tetap meningkat walaupun packet loss elastic lebih besar dari service

lainnya. Hal ini bisa terjadi karena dapat kita lihat dari parameter penentu meningkatnya throughput pada persamaan 3.3 yaitu jumlah paket yang dikirim oleh ONU. Semakin besar jumlah paket yang diterima maka throughput juga akan meningkat. Pada packet loss, parameter yang sangat mempengaruhi hasilnya juga sama yaitu jumlah paket yang dikirim. Semakin besar jumlah paket yang dikirim oleh ONU, maka semakin besar pula packet loss-nya. Hal ini disebabkan oleh parameter

lainnya seperti jumlah paket yang diterima memiliki nilai maksimal sebesar BWmax

tiap ONU yaitu 62,6 Mbps. Jadi besar kemungkinan throughput bernilai tinggi,

packet loss-nya juga tinggi jika dilihat dari segi persamaan yang dipakai untuk

menghitung throughput dan packet loss.

(14)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

38

4.3.2 Analisa Pada Skenario II

Berikut adalah grafik hasil simulasi performansi throughput, yaitu:

Gambar 4.6 Throughput Pada Skenario II

Analisa pada skenario II memiliki kesamaan pada skenario I, hanya perbedaan terletak pada titik saturasi untuk fixed dan limited sevice, yaitu 32,25 Mbps. Sedangkan elastic service tetap bergerak meningkat terus seperti pada skenario I.

4.4 Analisa Packet Queue Size 4.4.1 Analisa Pada Skenario I

Ukuran antrian di buffer pada ONU bergantung pada ukuran buffer dan besarnya trafik yang dibebankan ke ONU, serta kecepatan setiap ONU untuk mengirimkan data atau melayani beben trafik. Berikut adalah grafik performansi

packet queue size, yaitu:

Tugas Akhir - 2009

(15)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

39

Gambar 4.7 Packet Queue Size Pada Skenario I

Performansi packet queue size memiliki kemiripan (selaras) dengan performansi delay. Hal ini disebabkan oleh parameter yang sangat mempengaruhi

performansi delay yaitu DQUEUE (salah satu komponen persamaan delay) yang juga

menjadi parameter utama perhitungan packet queue size. Yang membedakan hanya pada perhitungan delay dibagi dengan interval waktu pengamatan. Sehingga analisa

packet queue size sama dengan analisa pada performansi delay untuk setiap daerah loadnya.

(16)

BAB IV Analisa Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada EPON

Analisis Performansi Algoritma Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pada Ethernet Passive Optical Network (EPON)

40

4.4.2 Analisa Pada Skenario II

Berikut adalah grafik performansi packet queue size pada skenario II, yaitu:

Gambar 4.8 Packet Queue Size Pada Skenario II

Sama halnya dengan analisa performansi delay pada skenario II, dimana setiap daerah loadnya menunjukkan bahwa elastic service memiliki performansi yang lebih baik dari service lainnya. Kemudian diikuti oleh limited service dan yang paling terakhir adalah fixed service.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Tugas Akhir - 2009

(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agrawal, P. Govind. (2002). Fiber-Optic Communication Systems. New York. John Wiley & Sons, Inc.

[2] Alliedtelesyn.(2005). Triple Play Superiority For IOCs Increasing Revenue

WithVoice,Video,Video & Data. North Creek Parkway. Alliedtelesyn.Inc.

[3] Andre, Girard. Series Fiber-to0-the-Home Passive Optical Network FTTH PON. EXFO, Inc.

[4] Global. 8 Way Active L Band Splitter. Global International, Inc.

[5] “http://en.wikipedia.org/wiki/Ethernet_in_the_First_Mile”

[6] “http://www.EXPO.com/wiki/telecommunication_test_and_measurement”

[7] IEC organization.(2005). Ethernet Passive Optical Networks. International

engineering consorsium.

[8] Kramer, Glen.(2005). Ethernet Passive Optical Networks. New York. The

McGraw-Hill Companies, Inc.

[9] Kramer, Glen.(2007). How efficient is EPON?. Teknovus, Inc.

[10] Metro Ethernet Forum. (2005). EPON a tutorial.www. Metro Ethernet Forum.org [11] PCM-sierra.(2006). PAS5001 Gigabit Ethernet SOC for PON, CO & OLT

application. PCM-sierra, Inc.

[12] PCM-sierra.(2006). PAS5001 Gigabit Ethernet SOC Optical Network Unit SOC. PCM-sierra, Inc.

[13] PCM-sierra.(2007). FTTH Fiber to the Home Overview. PMC-Sierra, Inc.

Gambar

Gambar 4.1 Delay Pada Skenario I
Gambar 4.2 Delay Pada Skenario II
Gambar 4.3 Packet Loss Pada Skenario I
Gambar 4.4 Packet Loss Pada Skenario II
+5

Referensi

Dokumen terkait

Biro Keuangan dan BMN; Biro Hukum dan Organisasi; Biro Kepegawaian; Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; Pusat Data dan Informasi; Pusat Pembiayaan dan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1985 tentang Pemberian Tunjangan Veteran Kepada Veteran Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik

5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan persaingan Usaha Tidak sehat... Tujuan dan Cakupan Pedoman

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan suatu sistem pemasaran berbasis web dengan fasilitas SMS ini untuk memberikan informasi kepada para konsumen mengenai produk baru

In our opinion, the accompanying consolidated financial statements give a true and fair view of the consolidated financial position of the Group as at 31 December 2017, and of

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek pemanfaatan cacing lur (Nereis sp.) dalam pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelulusan hidup post larva udang windu

Sewu, 1997, Proyek Pengaturan Hukum Mengenai Franchise di Indonesia Dihubungkan Dengan Perlindungan Hukum Bagi Pengusaha Kecil Berdasarkan UU No.9 Tahun

Mulligan gene korkuluğa çıkıp oturdu ve açık meşerenkli saçları hafifçe dalgalanırken, gözlerini Dublin körfezine dikti. —Tanrım, dedi yavaşça. Deniz, Algy'nin dediği