• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan, yang terletak pada koordinat antara 117°35’20” - 117°55’31” Bujur Timur, dan 3°57’58” - 4°10’00” Lintang Utara. Daerah tersebut di sebelah utara berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur (Sabah), sebelah barat berbatasan dengan Selat Nunukan, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Selat Makasar (Laut Sulawesi). Penelitian dilaksanakan bulan Maret hingga November 2009.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Lokasi penelitian (Provinsi Kalimantan Timur [a], Pulau Sebatik dan sekitarnya [b], dan Pulau Sebatik [c])

4.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat survei (biofisik dan sosial-ekonomi) lapangan (bor tanah, pH meter, Munsell Soil Color

Chart, abney level, GPS, Altimeter, kompas, peta-peta, bahan kimia, meteran, tempat sampel tanah) dan kuesioner untuk keperluan wawancara dengan responden. Data sekunder yang diperlukan yaitu (a) data iklim, peta-peta (topografi, tanah, penggunaan lahan, administrasi, zona agroekologi, arahan tata ruang, penggunaan lahan, dan peta pendukung lain), dan (b) laporan-laporan yang dikeluarkan oleh dinas dan instansi terkait (Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, BPTP Kaltim, BPP [Balai Penyuluhan Pertanian] Sebatik dan Sebatik Barat).

Prov.Kaltim

: Lokasi Penelitian

P. Sebatik

Sabah

(2)

4.3. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, survei lapangan, analisis tanah di laboratorium dan wawancara. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data biofisik lahan dan sosial ekonomi. Wawancara dilakukan untuk: (a) mengetahui permasalahan, peluang, harapan dan pendapat dari stakeholders yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan pertanian, masalah lingkungan dan pola usahatani yang diterapkan; dan (b) mengetahui pendapat pakar atau ahli tentang peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan khususnya perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik.

4.4. Lingkup dan Rencana Kegiatan

Lingkup penelitian mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. Penelitian dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei lapangan, serta diperkuat oleh pendapat para pakar atau ahli di bidangnya.

Pelaksanaan penelitian dibagi dalam enam tahapan (Gambar 5). Tahap pertama adalah persiapan bahan, alat dan studi pustaka yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian, baik untuk mengumpulkan data primer maupun data sekunder pada tahap ke-2. Tahap ke-3 adalah melakukan survei lapangan (biofisik dan sosial ekonomi). Tahap ke-4 adalah melakukan enam analisis, yaitu (a) analisis kesesuaian lahan, (b) analisis kesenjangan, dan analisis kendala, (c) analisis ekonomi (kelayakan finansial), (d) analisis kebutuhan stakeholders, (e) analisis keberlanjutan, dan (f) analisis prospekif. Kemudian dilanjutkan pada tahap ke-5, yaitu menyusun skenario rekomendasi kebijakan yang dilakukan berdasarkan gabungan hasil analisis pada tahap 4. Pada tahap ke-6 adalah menyusun rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik.

(3)

Gambar 5. Tahapan penelitian

4.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Variabel data yang dikumpulkan meliputi: tanah (biofisik, kimia, biologi), iklim (untuk melihat fenomena iklim secara umum di daerah penelitian), tanaman, sosial, ekonomi dan kelembagaan usahatani. Sumber dan teknik pengumpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 5.

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Skenario Rekomendasi (Selesai) Mulai (Persiapan)

Faktor-faktor atau komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan

di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Studi Pustaka

Survei lapangan (biofisik dan sosial ekonomi

Analisis Tahap V Tahap VI Ekonomi (kelayakan finansial) Kesenjangan, dan kendala produktivitas lahan Kesesuaian lahan Keberlanjutan Kebutuhan stakeholders Prospektif

(4)

Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data

No Data Sumber data Teknik pengumpulan data

1. Primer Pengamatan, pengukuran

di lapang dan analisis tanah di laboratorium Tanah (fisik, kimia, biologi), iklim

(temperatur, curah hujan,

kelembaban udara, intensitas hujan, kecepatan angin dan zona

agroklimat), fisiografi, topografi. Sekunder Studi literatur,

dokumentasi dan laporan dari dinas/instansi terkait

2. Primer - Wawancara (kuesioner)

- Pengamatan lapangan Keadaan budidaya tanaman

(benih/bibit yang digunakan, jarak tanam, gejala defisiensi hara, pemeliharaan [pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan], produktivitas, pascapanen)

Sekunder Laporan, dokumen, monografi

3. Primer - Wawancara (kuesioner)

- Indepth interview - Diskusi

Sosial ekonomi (demografi, kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, peralatan pertanian, biaya hidup, produktivitas, harga saprodi, harga komoditas, pendapatan usahatani dan non usahatani, komponen usahatani, preferensi petani terhadap komoditas unggulan, dll).

Sekunder Laporan, dokumen, monografi

4. Kelembagaan (sumber penyediaan saprodi, jenis saprodi, sumber modal, besarnya modal yang diperlukan, sistem penanganan hasil, pemasaran hasil, ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan, penyediaan informasi dan teknologi)

Primer - Wawancara (kuesioner) - In depth interview - Diskusi

5. Potensi, permasalahan dan peluang peningkatan produktivitas lahan (ketersediaan SDM petani, dukungan pemerintah, partisipasi petani)

Primer PRA (Participatory Rural Appraisal)

Data primer yang bersumber dari responden terpilih diperoleh berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan dinas dan instansi terkait, serta

(5)

penelusuran literatur atau publikasi. Diskusi kelompok dilakukan untuk pengisian kuesioner dan menggali informasi dari stakeholders yang terkait dengan persepsi dan keinginan mereka untuk melakukan peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Responden yang menjadi populasi penelitian berasal dari penduduk setempat yang melakukan aktivitas usahatani.

4.5.1. Data sumberdaya lahan

Pada kegiatan survei lapangan dilakukan pengamatan, pengambilan sampel tanah, pengumpulan data iklim dan produksi. Data tersebut meliputi: (i) Data tanah adalah data lapangan dan analisis tanah di laboratorium. Data

lapangan meliputi: bentuk lahan, lereng, batuan permukaan, bahaya banjir, bahaya erosi, drainase, kedalaman efektif, kemudahan pengolahan dan morfologi tanah. Data untuk analisis laboratorium yaitu pH tanah, tekstur, kandungan bahan organik, Kation-kation dapat ditukar (Na, K, Ca, Mg), Kapasitas Tukar Kation (KTK), P dan K total (terekstrak HCl 25%), P dan K tersedia, Kejenuhan Basa, adanya bahan sulfidik (Balittanah, 2004). Parameter dan metode analisis tanah selengkapnya tertera pada Tabel 6.

Pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan teknik sampling. Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan pada peta satuan lahan homogen yang dihasilkan dari overly peta. Pengambilan sampel tanah menggunakan stratified random sampling. Setiap satuan lahan pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 60 cm (0 30 cm dan 30 -60 cm) untuk analisa sifat fisik dan kimia tanah.

(ii) Data iklim (data sekunder) diperlukan untuk mengetahui keadaan iklim secara umum. Data yang dikumpulkan antara lain: curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin.

4.5.2. Data tanaman

Data dan informasi budidaya tanaman diperoleh melalui pengamatan lapangan (data primer) dan data sekunder antara lain meliputi: (i) benih atau bibit yang digunakan (bahan tanam, perlakuan dan pemeliharaan, jenis tanaman yang

digunakan, asal benih/bibit; (ii) penanaman (jarak tanam, penyulaman, sistem

(6)

(iii) pemeliharaan (gejala defisiensi hara, pemupukan, hama-penyakit dan cara

pengendaliannya, pemangkasan (Wahyudi dan Rahardjo,2008); (iv) produktivitas hasil; dan (v) pascapanen.

Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah

No. Parameter tanah

(sifat fisik, kimia, biologi) Metode analisis

1. Tekstur (3 fraksi) Pipet

2. Bobot isi (g cm-3) Gravimetri

3. Porositas (%) Gravimetri

4. Kemantapan agregat (%) Metode ayakan basah

5. pH H2O Gelas elektrode

6. N-total (%) Kjeldahl

7. P-total (%) HCl 25%

8. K-total (%) HCl 25%

9. P-tersedia (ppm) Bray I

10. K-tersedia (cmol+ kg-1) Morgan

11. Al-dd (cmol+ kg-1) Titrimetri, KCN 1N 12. KTK (cmol+ kg-1) Ekstrak NH4OAc pH 7 13. Kejenuhan Basa (%) Ekstrak NH4OAc pH 7

14. C-organik (%) Walkey and Black

15. C-microbial biomass (ppm) Fumigasi ekstraksi 4.5.3. Data sosial, ekonomi dan kelembagaan

Penentuan responden berdasarkan metode stratified random sampling. (Walpole, 1995). Responden dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian dan kontribusinya terhadap kegiatan pertanian. Pembagiannya meliputi petani, pedagang, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan (PPL), masyarakat, aparat (desa dan kecamatan), lembaga penyedia modal, dan para pakar/ahli (pertanian, pengelolaan lahan, dan perencanaan/kebijakan).

Stakeholders yang menjadi responden meliputi: (a) masyarakat atau petani kakao 77 orang, pedagang pengumpul 4 orang, penyuluh pertanian lapangan (PPL) 5 orang, tokoh masyarakat 2 orang, aparat pemerintah (desa dan kecamatan) 3 orang. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak sederhana, yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional (proporsional cluster random

sampling); (b) kalangan pakar/ahli yang dipilih secara sengaja (purposive

(7)

kepakaran sesuai dengan bidang yang diteliti dengan kriteria: (i) mempunyai pengalaman sesuai dengan bidang yang diteliti, (ii) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya sesuai dengan bidang yang diteliti, serta (iii) memiliki kredibilitas tinggi dan bersedia sebagai responden. Data dan informasi dari para pakar dilakukan dengan wawancara secara mendalam (indepth

interview), yang bersifat lebih teknis sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.

4.5.4. Potensi, peluang dan permasalahan

Diskusi kelompok dilakukan pada saat dilakukan Participatory Rural

Appraisal (PRA). PRA merupakan cara belajar dari dan dengan masyarakat untuk menemukan, menganalisis, mengevaluasi kendala dan peluang pengembangan pertanian di wilayah setempat. PRA dilaksanakan dengan teknik wawancara langsung dengan kelompok (focus group discussion) yang terdiri dari kelompok tani, tokoh masyarakat, PPL, aparat desa, dan stakeholders yang dilaksanakan di empat tempat.

4.6. Formulasi Rekomendasi Kebijakan

Formulasi rekomendasi kebijakan untuk menyusun model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem.

4.7. Analisis Data

Analisis data meliputi: (a) analisis kesesuaian lahan, (b) analisis kesenjangan produktivitas lahan, (c) analisis kendala produktivitas lahan, (d) analisis ekonomi [kelayakan finansial], (e) analisis keberlanjutan, (f) analisis kebutuhan stakeholders, dan (g) analisis prospektif. Analisis yang dilakukan dan keterkaitannya dengan tujuan dan keluaran yang diharapkan secara rinci tertera pada Tabel 7.

(8)

Analisis kesesuaian lahan

Analisis kesesuaian lahan disusun untuk mendapatkan kesesuaian penggunaan lahan tanaman kakao melalui pendekatan sistem matching atau kecocokan antara kualitas dan sifat-sifat tanah (land qualities/land characteristics) dengan kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman kakao (Djaenudin et al., 2000).

Analisis kesenjangan

Analisis kesenjangan (gap analysis) bertujuan mengetahui kesenjangan antara produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat kondisi saat ini (eksisting) dengan produktivitas lahan yang diharapkan (optimal). Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tarmizi et al. (2006), bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan praktek pengelolaan tanah yang baik berdasarkan kesenjangan antara produktivitas hasil eksisting dan yang diharapkan.

Analisis kendala

Analisis ini dilakukan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik, dengan menggunakan metode ISM (Eriyatno dan Sofyar, 2007; Marimin, 2004). Data dan informasi yang dikumpulkan adalah: (a) informasi pengelolaan lahan secara umum, antara lain luas kepemilikan lahan, lokasi, jenis pengelolaan lahan, status kepemilikan, kemiringan lahan, dan sistem pertanaman, (b) Local

Ecological Knowledge (LEK) dalam menerapkan teknik budidaya dan pengelolaan lahan, pengetahuan dan pengalaman petani dalam mengelola lahan untuk budidaya tanaman, (c) jenis komoditas yang diusahakan (tanaman semusim, tahunan dan ternak), (d) program pembangunan pertanian di kawasan perbatasan, (e) potensi dan kendala pengembangan komoditas unggulan pertanian dari berbagai dimensi atau aspek keberlanjutan, serta (f) jumlah dan jenis lembaga yang ada, serta aktivitasnya.

(9)

Tabel 7. Keterkaitan antara tujuan penelitian, kegiatan, data yang diperlukan, analisis data, dan keluaran yang diharapkan.

No Tujuan Kegiatan Sumber Data Analisis Data Keluaran Yang Diharapkan

1. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan untuk tanaman kakao

 Analisis tanah  Evaluasi kesesuaian

lahan

 Sampel tanah, topografi, hidrologi, vegetasi dan iklim

 Informasi pengelolaan lahan secara umum, jenis komoditas yang diusahakan

 Analisis laboratorium  Evaluasi lahan, Automated

Land Evaluation System (ALES).

 Sifat fisik, kimia dan biologi tanah

 Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao

 Survei lapangan  Biofisik dan sosial ekonomi kawasan perbatasan Pulau Sebatik

 Deskriptif

 Analisis kesenjangan (gap

analysis)

 Data sumberdaya lahan  Produktivitas lahan kondisi

eksisting dan yang diharapkan  Identifikasi responden  Responden stakeholders di lokasi

penelitian

 Responden pakar/ahli

 FGD  Variabel-variabel kunci peningkatan produktivitas lahan

 Analisis kendala  Informasi pengelolaan lahan untuk perkebunan kakao rakyat

 Kelembagaan (jumlah, jenis, aktivitas)

 ISM  Kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat  Kelembagaan usahatani yang

diperlukan 2. Komponen-komponen

peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan

 Analisis ekonomi  Skala usahatani, pengeluaran biaya usahatani, perkembangan tingkat harga komoditi, suku bunga Bank, besarnya PBB (pajak bumi dan bangunan)

 B/C ratio, NVP (Net

Present Value), IRR (Internal Rate of Return), kebutuhan hidup layak

 Tingkat kelayakan usahatani kakao

3. Rekomendasi kebijakan peningkatan

produktivitas lahan

 Analisis keberlanjutan  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan

 RAP-COCOA SEBATIK

(MDS)

 Indeks dan status keberlanjutan

 Analisis kebutuhan

stakeholders

 Sosial ekonomi dan stakeholders  Prospektif  Faktor-faktor kunci  Rancangan

rekomendasi kebijakan

 Data-data analisis setiap sub kegiatan  Hasil alternatif rancangan rekomendasi

kebijakan

 Gabungan analisis antar sub analisis kegiatan

 Pilihan skenario rekomendasi kebijakan

(10)

Analisis ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung B/C-ratio, nilai tunai bersih (Net Present Value), Internal Rate of Return (IRR). Data yang diperlukan antara lain skala penggunaan lahan, pengeluaran biaya produksi, luas kawasan budidaya, perkembangan tingkat harga komoditas, kredit usahatani dan suku bunga bank, dll. Data kondisi sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara terstruktur terhadap responden yang dipilih secara acak dengan menggunakan bantuan kuesioner.

Analisis keberlanjutan

Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan RAP-COCOA SEBATIK (Rapid Appraisal for Cocoa on

SEBATIK Island), merupakan modifikasi dari RAPFISH (Rapid Appraisal

Technique for Fisheries) yang digunakan oleh University of British Columbia, Canada. Metode ini digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk mengindentifikasi atribut-atribut yang paling sensitif dari masing-masing dimensi keberlanjutan melalui leverage analysis. Teknik ordinasi RAP-COCOA

SEBATIK dengan metode MDS dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) penentuan atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefinisikannya melalui kajian pustaka dan pengamatan lapangan. Bagan proses aplikasi

RAP-COCOA SEBATIK selengkapnya tertera pada Gambar 6. Penelitian ini mencakup 62 atribut pada 6 dimensi yang dianalisis, yaitu 13 atribut dimensi ekologi, 9 atribut dimensi ekonomi, 13 atribut dimensi sosial budaya, 9 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan, serta 9 atribut dimensi pertahanan dan keamanan;(2) penilaian setiap atribut dalam skala ordinal (skoring) berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pendapat para pakar; (3) analisis ordinasi untuk menentukan posisi status keberlanjutan pada setiap dimensi dalam skala indeks keberlanjutan; (4) menilai indeks dan status keberlanjutan pada setiap dimensi; (5) melakukan sensitivity analysis (leverage

analysis) untuk menentukan peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan, dan; (6) analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan dimensi ketidakpastian (Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001). Skala indeks keberlanjutan sistem yang dikaji mempunyai selang 0 - 100 persen, seperti tertera pada Tabel 8.

(11)

Tabel 8. Kategori indeks status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat

Nilai indeks Kategori

0,00 - 25,00 Buruk (tidak berkelanjutan)

25,01 - 50,00 Kurang (kurang berkelanjutan)

50,01 - 75, 00 Cukup (cukup berkelanjutan)

75,01 - 100,00 Baik (berkelanjutan)

Pada analisis dengan menggunakan MDS juga dilakukan analisis leverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai stress dan koefisien determinasi (R2). Analisis leverage dilakukan untuk mengetahui atribut yang sensitif dan intervensi yang perlu dilakukan. Atribut yang sensitif diperoleh berdasarkan hasil analisis

leverage yang terlihat pada perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan RMS, maka semakin sensitif peranan atribut tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan.

Gambar 6. Bagan proses aplikasi RAP-COCOA SEBATIK (dimodifikasi dari Alder et al. (2000); Fauzi dan Anna (2005)

Start

Review atribut

(berbagai kategori dan skoring kriteria)

Identifikasi dan pendefinisian produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat (didasarkan kriteria yang konsisten)

Penilaian skor setiap atribut

Multidimensional Scaling Ordination (untuk setiap atribut)

Analisis Monte Carlo (analisis ketidakpastian)

Analisis Leverage (analisis anomali)

Analisis keberlanjutan

(12)

Analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai indeks Monte Carlo ini dibandingkan dengan

indeks MDS. Nilai stress dan koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk mengetahui perlu tidaknya penambahan atribut, dan mencerminkan keakuratan dimensi yang dikaji dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan 2 titik yang berdekatan terhadap titik asal ordinasi. Penentuan jarak dalam MDS berdasarkan pada Euclidian Distance (Fauzi dan Anna, 2005). Dalam ruang berdimensi n persamaannya adalah:

(

1 22 ...

)

2 2 1 2 2 1− + − + − + = x x y y z z d ... (4)

Ordinasi dari obyek atau titik kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak

Euclidian (dij) dari titik i ke titik j dengan titik asal (δij).

dij = α + βδij + ε ... (5)

Untuk meregresikan persamaan di atas, digunakan metode least squared bergantian berdasarkan akar Euclidian Distance (square distance) atau disebut dengan metode ALSCAL (Fauzi dan Anna, 2005). Metode ini mengoptimalkan jarak kuadrat (squared distance=dijk) terhadap data kuadrat (titik asal=Oijk).

Dalam tiga dimensi (i,j,k) disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan:

(

)

∑∑

∑∑

=           − = m k i j ijk i j ijk ijk m

o

o d S 1 4 2 2 2 1 ... (6)

Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian, sesuai dengan persamaan:

(

)

2 2

− =

x

x

d

ijk wka ia ja ... (7)

Goodness of fit dalam MDS mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit mencerminkan besaran nilai S-Stress dari R2. Nilai S-Stress yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S-Stress yang tinggi menunjukkan sebaliknya (Fauzi dan Anna, 2005; Malhotra, 2006). Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004), model yang baik

(13)

(hasil analisis cukup baik) jika nilai S-stress kurang dari 0,25 (S < 0,25), dan R2 mendekati 1 (100%).

Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan metode rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai

indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (baik). Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50%, maka sistem dikatakan berkelanjutan (sustainable), dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50%. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 7.

Buruk Baik

0% 100%

Gambar 7. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan produktivitas lahan

perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan dalam skala ordinasi pada dua titik ekstrim buruk (0%) dan baik (100%)

Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram) seperti tertera pada Gambar 8.

0 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Infrastruktur & Teknologi Hukum dan Kelembagaan Hankam

(14)

Hasil analisis tersebut diperoleh pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis

MDS yang berulang-ulang, kesalahan input data atau ada data yang hilang dan tingginya nilai stress. Nilai stress dapat diterima jika nilainya < 25% (Kavanagh dan Pitcher, 2004). Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi digunakan analisis Monte Carlo, yaitu metode simulasi statistik untuk mengevaluasi efek dari random error pada proses pendugaan, serta untuk mengestimasi nilai yang sebenarnya.

Analisis kebutuhan stakeholders

Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan dari semua stakeholders yang terlibat. Setelah mendapatkan data pendukung untuk penetapan kebutuhan dasar yang diperoleh berdasarkan analisis kebutuhan stakeholders, selanjutnya diperkirakan kebutuhan setiap stakeholders.

Analisis prospektif

Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik pada masa yang akan datang, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Analisis prospektif bertujuan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) mengindentifikasi faktor kunci di masa depan, (2) menentukan tujuan, strategis dan kepentingan pelaku utama, dan (3) mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan di masa depan dan menentukan strategi secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang ada.

Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis prospektif ini dilakukan dengan menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja sistem hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari

(15)

analisis kebutuhan (need analysis). Selanjutnya hasil penggabungan faktor kunci disusun keadaan (state) yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois (2007) yaitu (a) menerangkan tujuan, (b) melakukan identifikasi kriteria, (c) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, (d) analisis pengaruh antar faktor, (e) merumuskan kondisi faktor, (f) membangun dan memilih skenario, serta (g) implikasi skenario.

Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan pedoman analisis prospektif, seperti tertera pada Tabel 9. Pengaruh antar faktor diisi sesuai dengan pedoman analisis prospektif adalah sebagai berikut:

1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya diberi nilai 0.

2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberi nilai 3.

3. Jika tidak, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau pengaruhnya sedang = 2.

Tabel 9. Pedoman penilaian analisis prospektif

Skor Keterangan

0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo (2006)

Selanjutnya pengaruh antar faktor disusun menggunakan matrik seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh antar faktor peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik

Dari ↓↓↓ Terhadap   A B C D E ... A B C D E ... Sumber: Bourgeois (2007)

(16)

Untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasil penentuan elemen-elemen kunci di masa depan dari berbagai faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat. Cara menentukan elemen kunci tertera pada Gambar 9.

Gambar 9. Penentuan elemen kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat (Bourgeouis dan Jesus, 2004; Hardjomidjojo, 2006; Bourgeois, 2007)

Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut sebagai alternatif menyusun skenario. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan pada peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik

Faktor Keadaan yang mungkin terjadi

1 1A 1B 1C 2 2A 2B 2C 3 3A 3B 3C ... n nA nB nC Faktor penentu INPUT Faktor penghubung STAKE Faktor bebas

(17)

Selanjutnya berdasarkan hasil dari Tabel 11 dibangun skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat, dengan beberapa kemungkinan skenario di masa depan seperti disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil analisis skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik

Skenario Uraian Urutan Faktor

1 Bertahan pada kondisi seperti saat ini, dengan perbaikan terbatas

...

2 Melakukan perbaikan, tetapi tidak maksimal

... 3 Melakukan perbaikan secara

menyeluruh dan terpadu

Gambar

Gambar  4.  Lokasi  penelitian  (Provinsi  Kalimantan  Timur  [a],  Pulau  Sebatik  dan  sekitarnya [b], dan Pulau Sebatik [c])
Gambar 5. Tahapan penelitian
Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data
Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang Dilakukan dalam Peran Pembelajaran PPKn dalam Membina Sikap Toleransi Keagamaan Peserta Didik ... Hambatan-Hambatan yang Di Hadapi Peran Pembelajaran PPKn dalam

a. Misalkan

1) Manajemen Hotel Satriya Cottages Kuta Bali seharusnya meningkatkan materi yang diberikan pada saat pelatihan agar menunjang karyawan dalam mengerjakan

Selain itu, modul ini akan menghubungkan penggunaan SIMP dengan setiap tahap dalam proses pengadaan barang/jasa dan menyampaikan cara-cara yang dapat digunakan oleh

Model simulasi sistem dinamik yang dibuat untuk membantu PT Kasin dalam merencanakan kapasitas produksi sesuai dengan jumlah permintaan pelanggan telah

Frekuensi relatif tertinggi (FR) di Stasiun I yaitu jenis Rhizophora mucronata untuk kategori pohon, pancang dan semai yaitu dengan nilai frekuensi relatif

Dari hasil wawancara juga dapat diketahui bahwa pekerja mengingkan alat pemotongan kulit sendal yang lebih mudah untuk digunakan dan dapat mengurangi rasa sakit

Relevansi yang sinergi antara hukum pidana Islam dan sistem kehidupan masyarakat Indonesia dari aspek nilai ilahiyah merupakan nilai tambah bagi kontribusi hukum