FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL
1)
Rustam I. Laboko
1)
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun beberapa negara yang ada di dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional
study. Sampel dihitung dengan menggunakan rumus estimasi proporsi dengan jumlah
sampel sebanyak 43 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental
sampling. Data di analisa dengan dua cara yaitu analisa univariat untuk mengetahui
gambaran alternatif jawaban responden dan bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,013, ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,000 dan tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,308.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak rumah sakit agar mutu pelayanan kesehatan yang sudah baik dapat dipertahankan dan kedepannya lebih ditingkatkan lagi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol.
Daftar pustaka : 22 (1997 – 2009)
Kata kunci : Umur, Jenis Kelamin, Pola makan, Hipertensi PENDAHULUAN
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 persen kenaikan kasus hipertensi utama dinegara berkembang tahun 2025 dari jumlah 639 kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini
Berdasarkan organisasi hipertensi sedunia “ World Hipertension League (WHL) “ tahun 2009, hipertensi di derita oleh 1,5 miliar orang di dunia. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4 persen yang merupakan hipertensi terkontrol, prevalensi 6-15 persen pada orang dewasa, 50 persen diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat, karena tidak menyadari dan tidak mengetahui faktor resikonya.
Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tengah tahun 2009 jumlah kasus baru hipertensi yang ditemukan sebanyak 6.500
penderita. (Dinkes Sulteng, 2009). Sedangkan data yang diperoleh dari profil badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol berdasarkan laporan bagian rekam medik, jumlah seluruh kunjungan penderita hipertensi pada tahun 2008 menunjukkan 130 kasus, pada tahun 2009 menunjukkan 187 kasus , pada evaluasi Januari – Juni 2010 jumlah kasus hipertensi sebanyak 105 kasus.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain
cross sectional study dimana data yang
menyangkut data variabel independen dan variabel dependen yang dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian direncanakan pada bulan Januari – Februari 2011.
Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di polik umum badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol pada waktu penelitian.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 responden yang diambil dengan menggunakan rumus estimasi proporsi
Analisa data
1. Analisis univariat
Dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing masing variabel, variabel independen (umur,jenis kelamin,dan pola makan) dan variabel dependen (kejadian hipertensi)
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan 0,05
HASIL
1. Hubungan umur dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Tabel 1
Distribusi Umur Responden dan Terjadinya Hipertensi di Badan Rumah Sakit Umum DaerahKabupaten Buol Umur Hipertensi Total P Value OR 95% Tidak hipertensi Hipertensi
N % n % n % 0,013 6,400 (1,530-26,780) < 45 tahun 8 61,5 5 38,5 13 100 ≥ 45 tahun 6 20,0 24 80,0 30 100 Jumlah 14 32,6 29 67,4 43 100
Sumber: data primer
Tabel 1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan kelompok umur dengan terjadinya hipertensi bahwa umur ≥ 45 tahun cenderung lebih banyak mengalami
hipertensi, ini menunjukan dari 30 responden terdapat 24 orang (80,0%) mengalami hipertensi sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 6 responden (20%). Untuk kelompok umur < 45 tahun
dari 13 responden terdapat 5 responden (38,5%) mengalami hipertensi dan 8 responden (61,5%) tidak hipertensi.
Berdasarkan uji chi square nilai p = 0,013 (α < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan antara umur dengan
kejadian hipertensi di badan RSUD kabupaten Buol. Nilai odds ratio = 6,400 (1,530-26,780) artinya pada kelompok umur < 45 tahun ada peluang 6,400 kali untuk tidak terjadi hipertensi dibanding pada kelompok umur ≥ 45 tahun.
2. Hubungan jenis kelamin dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Tabel 2
Distribusi Jenis Kelamin Responden dan Terjadinya Hipertensi di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol Jenis kelamin Hipertensi Total P Value OR 95% Tidak hipertensi Hipertensi
N % n % n % 0,000 0,388 (0,098-1,689) Perempuan 14 82,4 3 17,6 17 100 Laki-laki 0 0 26 100 26 100 Jumlah 14 32,6 29 67,4 43 100
Sumber: data primer
Tabel 2 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi bahwa dari 26 responden laki-laki terdapat pula 26 responden (100%) mengalami hipertensi, sedangkan perempuan ada 17 responden terdapat 3 responden (17,6%) mengalami hipertensi dan 14 responden (82,4%) tidak hipertensi.
Berdasarkan uji chi square nilai p = 0,000 (α < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di badan RSUD kabupaten Buol. Nilai odss ratio = 0,388 (0,098-1,689) artinya pada perempuan ada peluang 0,388 kali untuk tidak terjadi hipertensi dibanding pada laki-laki
.
3. Hubungan pola makan dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Tabel 3
Distribusi Pola Makan Responden dan Terjadinya Hipertensi di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buol
Pola makan
Hipertensi
Total P
Value Tidak hipertensi Hipertensi
N % n % N %
0,308 Kurang baik 3 20,0 12 80,0 15 100
Baik 11 39,3 17 60,7 28 100
Jumlah 14 32,6 29 67,4 43 100
Sumber : data primer
Pada table 3 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan pola makan dengan terjadinya hipertensi diketahui bahwa dari 15 responden yang pola makannya kurang baik terdapat 12 responden (80,0) yang hipertensi dan 3 responden (20,0%) yang tidak hipertensi.
Sedangkan pada pola makan yang baik sebanyak 28 responden terdapat 17 responden (60,7%) mengalami hipertensi dan 11 responden (39,3%) tidak hipertensi.
Berdasarkan uji chi square nilai p = 0,308 (α > 0,05) berarti secara statistik
tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di badan RSUD kabupaten Buol.
PEMBAHASAN
1. Hubungan umur dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pada kelompok umur < 45 tahun berjumlah 13 responden terdapat 5 (38,5%) responden yang hipertensi dan 8 (61,5%) responden yang tidak hipertensi, sedangkan pada kelompok umur ≥ 45 tahun berjumlah 30 responden terdapat 24 (80,0%) responden yang hipertensi dan 6 (20,0%) yang tidak hipertensi.
Dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa dengan bertambahnya umur maka resiko untuk terjadinya penyakit hipertensi akan semakin besar atau lebih meningkat, selain itu umur juga merupakan faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan.
Dengan bertambahnya umur maka tekanan darah akan meningkat juga. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan yang disebabkan adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini, AD tahun 2009 di puskesmas Bangkinang.
2. Hubungan jenis kelamin dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 17 responden perempuan terdapat 14 (82,4%) yang tidak hipertensi dan 3 (17,6%) yang hipertensi sedangkan pada laki-laki dari 26 responden terdapat 26 (100%) responden yang mengalami hipertensi.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya hipertensi, terjadinya hipertensi lebih banyak pada laki-laki dibanding pada wanita, hal ini
disebabkan karena laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah seperti adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Laki – laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal disbanding perempuan. Laki – laki juga mempunyai resiko lebih besar terhadap mobiditas dan mortalitas kardivaskuler. Namun wanita terlindung
dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopaus, wanita yang belum
mengalami menopaus dilindungi oleh hormone esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein ( HDL ). Pada premenopaus
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormone estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45 – 55 tahun (Beevers, 2002).
3. Hubungan pola makan dengan terjadinya hepertensi di badan RSUD kabupaten Buol
Berdasarkan hasil penelitian pada pola makan kurang baik berjumlah 15 responden, terdapat 12 (80,0%) responden yang hipertensi dan 3 (20,0%) responden yang tidak hipertensi, sedangkan pada pola makan yang baik berjumlah 28 responden, terdapat 17 (60,7%) responden yang hipertensi dan 11 (39,3%) yang tidak hipertensi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa terjadinya hipertensi dapat dicegah dengan melakukan perubahan pola makan yang baik, karena pola makan merupakan faktor resiko hipertensi yang dapat dikendalikan atau dikontrol, karena makanan yang dikonsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh pada kestabilan tekanan darah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya hipertensi yaitu dengan mengatur pola
makan. Umumnya penderita hanya mengurangi makanan yang asin – asin atau makanan yang ditambah garam dapur atau yang disebut juga sodium yang tidak hanya terdapat pada garam dapur. Terdapat juga pada minuman bersoda, penyedap rasa (vetsin) dan bahan pengawet pada produk makanan kaleng. Sensivitas terdadap sodium tidak sama untuk semua orang. Tiga puluh persen orang amerika yang menderita hipertensi disebabkan oleh tingginya konsumsi sodium. Oleh karena itu dianjurkan bagi orang dewasa untuk membatasi konsumsi sodium Individu yang peka terhadap hipertensi mempunyai resiko tinggi jika mengkonsumsi Na berlebihan (Julianti, E. 2005).
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol, dimana nilai p Value = 0,013 (α < 0,05). Pada kelompok umur < 45 tahun ada peluang 6,400 kali untuk tidak terjadi hipertensi disbanding pada kelompok umur ≥ 45 tahun. 2. Ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol, dimana nilai p Value = 0,000 (α < 0,05). Pada perempuan ada peluang 0,388 kali untuk tidak terjadi hipertensi dibanding pada laki-laki. 3. Tidak ada hubungan antara pola
makan dengan kejadian hipertensi di badan rumah sakit umum daerah kabupaten Buol, dimana nilai p Value = 0,308 (α > 0,05).
SARAN
1. Bagi Rumah Sakit sebagai Penyedia Layanan
Diharapkan agar rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien
selaku konsumen rumah sakit. Selain itu rumah sakit sebagai penyedia layanan juga harus dapat menerima dan menanggapi semua keluhan pasien yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan dan tidak boleh membeda-bedakan status sosial ekonomi pasien yang datang berobat ke rumah sakit. 2. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti yang lain disarankan agar melakukan penelitian mengenai kejadian hipertensi dengan mempertimbangnkan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti obesitas, status sosial ekonomi dan juga keadaan kultur atau budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnil Basha. 2004. Hipertensi: Faktor
Resiko Dan Penatalaksanaan .
http:// angelnet.info/index
Anggraini, AD, dkk. 2009, Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di poliklinik dewasa
puskesmas Bangkinang.
www.yayanakhyar.files.wordpress.c om (diunduh tanggal 25 Januari 2011)
Arjatmo T, Hendra U.2001. Ilmu Penyakit
Dalam. Balai Penerbit FKUI
Asep Pajario. 2002. Modifikasi Gaya
Hidup. http://angelnet. Info/indeks
Beevers D.G. 2002. Tekanan Darah.
Jakarta: Dian Rakyat
Depkes RI 2000, Indonesia Sehat 2010, Jakarta
Dinaskes Sulteng, 2009. Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawaesi
Tengah
Elisa Diana. J. dkk, 2005, Babas
Hipertensi Dengan Terapi Jus,
Puspa Swara, Jakarta
I Dewa Nyoman S, dkk 2001, Penilaian
Status Gizi (EGC),Jakarta
Julianti, E. dkk, 2005. Penatalaksanaan
pencegahan Hipertensi, puspa
Lanny Sustrani, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
Lemeshow. S. dan David W.H.Jr, 1997.
Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan, (Terjemahan),
Universitas gadjahmada, Yogyakarta
Nursalam, 2001, Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan,
Sanggung Seto, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Puili. S. 2009. Profil Rumah Sakit Umum
Daerah Buol
Amirudin, R, Armila Wati, Husnul Amalia,2007, Hipertensi Dan Faktor
Resikonya dalam Kejadian
Epidemiologi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Riskesdas, 2007. Hindari Hipertensi,
Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari.
Rumah Sakit Umum Buol, Profil Rumah
Sakit Umum Kabupaten Buol
Sakung J, dkk, 2009, Pedoman Penulisan Dan Penilaian Skripsi
FKM UNISMUH 2009, Palu
Wiko Adisasmito, 2007, Sistem kesehatan, Jakarta.
www.google.com, terdapat dalam http://
asyabalulfidaa.multiply.com
(diunduh 10 desember 2010)
www.google.com, terdapat dalam
http://yayanakhyar.files.wordpress.C om (diunduh 10 desember 2010 )