• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL BERBASIS MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL PADA MATERI GERAK HARMONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS PERUBAHAN KONSEPTUAL BERBASIS MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL PADA MATERI GERAK HARMONIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/104

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS PERUBAHAN

KONSEPTUAL BERBASIS MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL

PADA MATERI GERAK HARMONIK

Dwi Agustina1), Syuhendri 2), Kistiono2) 1) Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sriwijaya 2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

Abstrak : Telah dilakukan penelitian pengembangan bahan ajar fisika Teks Perubahan Konseptual pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana yang valid dan praktis. Penelitian pengembangan bahan ajar ini menggunakan model pengembangan Rowntree yang terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pengembangan, dan evaluasi. Pada tahap evaluasi menggunakan evaluasi formatif Tessmer berupa self evaluation, expert review, one-to-one evaluation, dan small

group evaluation. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar validasi ahli

dan angket. Hasil analisis data pada tahap expert review diperoleh persentase rata-rata dari validasi ahli sebesar 4,03 (kategori sangat valid), tahap one-to-one

evaluation sebesar 84,07% (kategori praktis), dan pada tahap small group evaluation sebesar 81,29% (kategori praktis). Dengan demikian, telah berhasil dikembangkan bahan ajar fisika Teks Perubahan Konseptual pada materi Gerak Harmonik Sederhana yang valid dan praktis. Bahan ajar Teks Perubahan Konseptual ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan meremidiasi miskonsepsi materi Gerak Harmonik.

Kata Kunci : Teks Perubahan Konseptual, model perubahan konsep, Gerak Harmonik Sederhana.

PENDAHULUAN

Konsep merupakan bagian dasar yang harus dipahami setiap peserta didik dalam pembelajaran fisika. Menurut Hirwan (dalam Susanti, 2004: 4) konsep adalah gagasan atau ide yang merupakan hasil pikiran manusia yang merangkum beberapa pengalaman mengenai peristiwa, benda atau fakta. Peristiwa konkret yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari disusun oleh para fisikawan menjadi konsep-konsep (rumusan, ide atau pengertian) untuk memudahkan proses pembelajaran fisika bagi peserta didik. Oleh karena itu pemahaman konsep yang benar sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran. Di dalam suatu proses pembelajaran sering kali terdapat berbagai macam hambatan yang membuat kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah rendahnya pemahaman konsep peserta didik. Hal ini

tercermin dari data hasil studi pendahuluan dibeberapa SMA, diperoleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 40 poin dari skor ideal 100 (Zuhana: 2014).

Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika berasal dari faktor internal. Faktor internal tersebut adalah pola belajar yang bersifat hafalan belaka, latihan penyelesaian soal berupa hitungan semata, bertahan pada pola pikir intuitif, menerapkan pengetahuan sehari-hari mereka dalam kasus-kasus yang bersifat ilmiah, bertahan dengan miskonsepsi-miskonsepsi yang dibawanya sejak duduk di bangku pendidikan yang lebih rendah bahkan yang telah bercokol di otaknya sejak masa kanak-kanak (Taufiq: 2011). Pola pikir tersebut sering memperkuat miskonsepsi dan bahkan akan menimbulkan miskonsepsi baru. Pada sisi lain latihan menyelesaikan latihan soal hitungan tidak akan berpengaruh banyak terhadap peningkatan pemahaman

(2)

konsep (Kim dan Pak, 2002).

Penelitian mengenai pemahaman konsep dan miskonsepsi pada fisika telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu oleh para peneliti pembelajaran fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa atau mahasiswa mengalami miskonsepsi pada konsep kelistrikkan, mekanika, optik geometri, suhu dan kalor, kinematika dan sebagainya (Pujayanto, 2007: 01). Hasil penelitian terdahulu tentang miskonsepsi yang dialami mahasiswa pada konsep mekanika di Program Studi Pendidikan Fisika, diperoleh tingkat miskonsepsi dapat bervariasi. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep impetus sebesar 19,41% dan miskonsepsi juga terjadi pada konsep kecepatan benda jatuh sebesar 79,45 % (Syuhendri, 2014: 66).

Miskonsepsi bisa terjadi pada konsep mekanika lainnya. Pujayanto (2007: 03) menjelaskan bahwa miskonsepsi bisa terjadi pada seluruh konsep fisika. Salah satu konsep dasar fisika pada ranah mekanika yang perlu dipelajari sebelum menuju ke konsep selanjutnya adalah konsep gerak harmonik sederhana.

Berbagai penelitian sebelumnya juga mengungkapkan rendahnya pemahaman konsep dan terdapat miskonsepsi pelajar pada topik gerak harmonik sederhana. Aprilia, Syuhendri, dan Andriani (2015) melaporkan skor rata-rata tingkat pemahaman konsep pada pokok bahasan gerak harmonik sederhana mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sriwijaya sangat rendah yaitu 28,21%. Selain itu, Aprilia, Syuhendri, dan Andriani (2015) juga mengungkapkan miskonsepsi yang dimiliki oleh mahasiswa pada konsep gerak harmonik sederhana pada sub-konsep kelajuan pegas (53%), gaya pegas (33%), percepatan pegas (42%), energi pegas (32%), osilasi pegas (47%), usaha pada pegas (36%), dan pertambahan panjang pegas (22%).

Suparno (2013: 139-140) juga mengungkapkan miskonsepsi yang sering terjadi pada konsep gerak harmonik yaitu: (1) Mahasiswa beranggapan bahwa energi potensial gravitasi pegas hanya tergantung pada ketinggian pegas tersebut, sedangkan konsep yang benar adalah energi potensial pegas tidak dipengaruhi oleh ketinggian dari pegas melainkan dipengaruhi oleh simpangan dan kostanta dari pegas; (2) Mahasiswa beranggapan bahwa pada saat pegas dalam

posisi setimbang tidak terdapat energi yang tersimpan, sedangkan konsep yang benar adalah ketika pegas diberikan gaya, maka pada saat posisi setimbang terdapat energi kinetik maksimum yang tersimpan. Gerak harmonik sederhana merupakan gerak bolak-balik benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas disimpulkan bahwa (1) pemahaman konsep mahasiswa pada pokok bahasan gerak harmonik sederhana termasuk ke dalam kategori rendah; (2) terdapat miskonsepsi yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika pada materi gerak harmonik sederhana. Hal ini tentu tidak menguntungkan untuk pembelajaran. Menurut Hestenes dan Halloun (dalam Syuhendri, 59: 2014) hanya dengan penguasaan konsep mekanika 85% seseorang dapat menerapkan mekanika dengan baik dan hanya dengan penguasaan konsep 65% seorang siap untuk belajar mekanika. Selain itu konsep Gerak Harmonik Sederhana sangat diperlukan untuk pemahaman konsep fisika selanjutnya, misalnya pada gerak atomik kisi kristal zat padat dan energi pada gelombang.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep dan meremidiasi miskonsepsi yang terjadi pada gerak harmonik sederhana. Banyak upaya yang bisa dilakukan misal dengan menggunakan strategi POE, 5E Learning Cycle, analogi, bridging analogy, Computer Asisted Instruction, penggunaan Teks Perubahan Konseptual, dan refutational texts (Syuhendri, 2010). Penggunaan Teks Perubahan Konseptual (TPK) merupakan salah satu strategi yang tepat digunakan di Indonesia dengan kondisi jumlah siswa yang besar untuk setiap kelas dimana guru/pengajar tidak mungkin melakukan interaksi intensif dengan setiap siswa dan untuk setiap miskonsepsi yang ada. TPK bisa menutupi kelemahan tersebut karena bisa digunakan secara fleksibel dimana saja dan kapan saja oleh peserta didik. Membaca TPK berulang-ulang akan dapat menanamkan konsep yang benar dalam pikiran mereka. Apalagi sampai saat ini bahan ajar masih merupakan sumber informasi utama bagi siswa (Andriaty, Adisendjaja, Syulasmi, 2007: 2). Fakta lain menunjukkan bahwa miskonsepsi sebagai hasil dari pemahaman siswa yang belum

(3)

jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/104 terintegrasi dengan konsep ilmiah bersifat

tahan lama dan sulit diubah (Ozmen, 2007: 413) serta cenderung menghalangi penerimaan atau bergabungnya suatu pengetahuan baru. Untuk itu, bahan ajar yang disusun harus mampu membuat siswa dapat mengalami sendiri suatu proses perubahan konseptual yaitu proses penerimaan, penggunaan dan pengintegrasian konsep baru dan pengaplikasian konsep tersebut dalam kondisi yang baru. Bahan ajar yang dimaksud harus memenuhi empat kondisi perubahan konseptual yang dikembangkan oleh Posner, et al. (dalam Syuhendri: 2010) yaitu dissatisfaction, intelligible, plausible, dan fruitful.

Ozmen (dalam Syuhendri, 2010) mengemukakan penggunaan TPK merupakan salah satu cara pembelajaran untuk meremidiasi miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik. TPK dapat mengungkapkan konsepsi awal pembelajar, mengingatkan mereka akan kemungkinan adanya miskonsepsi, dan memperbandingkannya dengan konsepsi yang benar yang diterima secara umum oleh ilmuan melalui penjelasan dan contoh-contoh (Syuhendri: 2010). Jadi dalam TPK ini peserta didik secara eksplisit ditantang untuk membuat prediksi apa yang akan terjadi pada suatu peristiwa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan bahan ajar TPK yang valid dan praktis. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan bahan ajar Gerak Harmonik Sederhana yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan meremidiasi miskonsepsi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

pengembangan dengan model Rowntree.

Model pengembangan Rowntree terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi (Prawiradilaga, 2008). Tahap perencanaan yaitu analisis kebutuhan dan perumusan tujuan pembelajaran. Pada tahap pengembangan, yakni tentang pengembangan topik, penyusunan draf, produksi prototipe dari satu jenis produk yang akan digunakan untuk belajar. Pada tahap evaluasi, peneliti menggunakan model evaluasi formatif Tessmer yaitu: (1) self evaluation; (2) expert

review; (3) one-to-one evaluation; dan (4) small group evaluation. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan April 2016 di FKIP Universitas Sriwijaya. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan walkthrough dan angket.

Teknik walkthough adalah validasi data yang melibatkan beberapa ahli untuk mengevaluasi produk sebagai dasar untuk merevisi produk awal. Alat pengumpul data yang digunakan berupa lembar validasi yang diberikan kepada ahli. Lembar validasi yang diberikan kepada ahli dalam bentuk skala likert.

Tabel 1 Kategori Nilai Validasi (Widoyoko, 2012)

Kategori Jawaban Skor Pernyataan

Sangat baik 5

Baik 4

Cukup 3

Tidak baik 2

Sangat tidak baik 1

Selanjutnya dicari rerata skor tersebut dengan menggunakan rumus :

=∑ (Prasetyo, 2012) Keterangan :

R = rerata hasil penilaian dari validator Vi = skor hasil penilaian validator ke-i

n = banyak validator

Selanjutnya rerata yang didapatkan disesuaikan dengan kategori disajikan pada Tabel II.

Tabel 2 Kategori Tingkat Kevalidan (Prasetyo, 2012) Rata-rata Kategori 4 ≤ RTV ≤ 5 Sangat valid 3 ≤ RTV < 4 Valid 3 ≤ RTV < 2 Kurang valid 2 ≤ RTV < 1 Tidak valid

Hasil angket pada waktu one-to-one evaluation dan small group evaluation digunakan untuk menguji kepraktisan dari prototipe yang dikembangkan. Data yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur pendapat, persepsi mahasiswa pada penggunaan bahan ajar.

(4)

Tabel 3 Kategori Nilai Angket (Widoyoko, 2012)

Kategori Jawaban Skor Pernyataan

Sangat setuju 5

Setuju 4

Kurang setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Data hasil angket disajikan dalam bentuk tabel, kemudian menghitung persentase

tingkat kepraktisan (p) dengan menggunakan rumus berikut:

= 100% = Keterangan :

p = tingkat kepraktisan N = jumlah skor jawaban Si = jumlah skor ideal item Sm= jumlah skor maksimal n = banyak sampel Tabel 4 Kategori Nilai Tanggapan Siswa

Terhadap Bahan Ajar (Kurniawati, 2014)

Kategori Jawaban Skor (%) Sangat praktis 85 – 100

Praktis 69 – 84

Cukup praktis 53 – 68 Tidak praktis 37 – 52 Sangat tidak praktis 20 – 36

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji validitas dilakukan untuk menguji kevalidan bahan ajar, dengan melibatkan tiga

validator, yaitu validator untuk aspek content (materi-subjek) gerak harmonik sederhana, aspek kebahasaan, dan aspek desain bahan ajar. Rata-rata dari jumlah skor tiga validator adalah 4,03 dengan kategori sangat valid. Berdasarkan masukan dari validator dilakukan revisi terhadap bahan ajar tersebut seperti layout, sistematika urutan, ketepatan konsep dan visualisasi konsep Gaya Pegas. Hasil revisi yang sudah diperbaiki sesuai dengan saran-saran diujicobakan kepada calon pengguna. Contoh dari bahan ajar yang sudah diperbaiki.

(5)

jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/104

Gambar 1. Contoh bahan ajar TPK yang sudah diperbaiki Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Validator

No. Aspek Validasi Rekapitulasi Nilai 1. Content/materi 3,5

2. Kebahasaan 4,67

3. Desain bahan ajar 3,92

Rerata 4,03

Kategori Sangat valid Tahap one-to-one evaluation melibatkan tiga mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2014 sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan. Di akhir tahap ini mahasiswa tersebut mengisi angket yang diberikan. Hasil angket tanggapan mahasiswa pada tahap one to one evaluation disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Analisis data angket tanggapan mahasiswa pada tahap one to one

evaluation

No Indikator aspek yang dinilai Persenta se (%) 1 Manfaat untuk penambahan wawasan 93,33 2 Kejelasan informasi 93,33 3 Pemberian motivasi 86,67 4 Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

83,33

5 Kejelasan petunjuk penggunaan bahan ajar

73,33 6 Penggunaan font : jenis

dan ukuran

86,67

7 Lay out 80

8 Ilustrasi dan gambar 73,33 9 Desain tampilan 86,67

Berdasarkan hasil rekapitulasi, didapat rata-rata skor dari hasil angket tanggapan mahasiswa adalah 84,07% dengan kategori praktis. Setelah mahasiswa diminta untuk mengisi angket yang sudah disediakan, peneliti juga meminta mahasiswa untuk mengisi kolom saran dan komentar pada lembar angket. Berdasarkan saran dan komentar peserta didik terdapat beberapa perbaikan seperti cover, penjelasan materi, dan penjelasan pada bagian penyajian fenomena.

Tahap small group evaluation melibatkan 9 orang mahasiswa dengan mengisi lembar angket dan kolom komentar mahasiswa. Hasil rekapitulasi angket

(6)

evaluation dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tanggapan Mahasiswa pada Tahap Small Group Evaluation

No Indikator aspek yang dinilai Persenta se (%) 1. Manfaat untuk penambahan

wawasan

93,33 2. Kejelasan informasi 81,67 3. Pemberian motivasi 80 4. Pemanfaatan bahasa secara

efektif dan efisien

80 5. Kejelasan petunjuk

penggunaan bahan ajar

76,67 6. Jenis dan ukuran 88,33

7. Lay out 78,33

8. Ilustrasi dan gambar 76,67 9. Desain tampilan 76,67 Berdasarkan saran dan masukan mahasiswa, ada beberapa bagian bahan ajar yang harus diperbaiki seperti desain cover harus dibuat lebih menarik, dan penjelasan pada soal harus dibuat lebih pendek. Rata-rata hasil rekapitulasi lembar angket pada tahap small group evaluation adalah 81,29% dengan kategori praktis. Dengan demikian didapatkan bahan ajar TPK yang valid dan praktis untuk materi gerak harmonik sederhana. Bahan ajar TPK tersebut meliputi konsep-konsep kelajuan benda pada pegas ketika pegas diberikan simpangan, gaya yang bekerja pada pegas saat pegas berosilasi, percepatan benda bermassa m yang terjadi selama pegas diberikan simpangan, energi pada sistem pegas saat berosilasi, osilasi pegas, usaha sistem pegas, dan panjang pegas.

Didapatkan bahan ajar yang valid karena bahan ajar ini sudah divalidasi oleh 3 validator ahli menggunakan lembar validasi yang diberikan. Ada tiga aspek yang divalidasi pada bahan ajar ini yaitu aspek materi, bahasa, dan desain. Berdasarkan rekapitulasi lembar validasi, ketiga validator menyatakan bahan ajar sudah valid dan siap diujicobakan. Riduwan (2010: 109) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.

Pada tahap small group evaluation didapatkan bahan ajar yang praktis. Hal ini sesuai dengan penelitian Dale (dalam Arsyad, 2011: 10) bahwa informasi verbal memiliki kedudukan yang lebih abstrak dibandingkan

menafsirkannya indera yang dilibatkan lebih terbatas sementara keterlibatan imajinasi semakin bertambah dan berkembang. Penjelasan dalam bentuk visual lebih mudah diingat oleh siswa dibandingkan dengan penjelasan dalam bentuk verbal (Levie dan Levie dalam Arsyad, 2011: 9). Selain itu menurut Yuruk (2007) Teks Perubahan Konseptual membantu siswa dalam mempelajari konsep sains dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam mengisi lembar Teks Perubahan Konseptual tesebut. Teks Perubahan Konseptual lebih disukai siswa dari pada buku teks biasa karena pada TPK memuat materi yang sesuai dengan apa yang dialami oleh siswa. Syuhendri (2010) menyatakan teks perubahan konseptual merupakan bahan ajar yang menantang peserta didik untuk memprediksi sebuah fenomena atau peristiwa. Sehingga ini menimbulkan minat peserta didik untuk membaca Teks Perubahan Konseptual. Ozmen (2007: 422-423) menjelaskan bahwa Teks Perubahan Konseptual lebih efektif dan lebih disukai siswa daripada buku teks yang biasa dipakai disekolah, hal ini disebabkan karena pada Teks Perubahan Konseptual lebih disesuaikan dengan perkembangan siswa.

Menurut Calik dkk (2005) Teks perubahan konseptual merupakan teks yang sederhana dengan biaya dan sumber daya yang efektif. Pinarbasi, dkk (2006) menyatakan bahwa TPK lebih disukai siswa dari pada teks biasa, TPK juga memfasilitasi siswa dan dapat menyesuaikan dengan cara belajar siswa.

Pada kolom komentar mahasiswa, dijadikan sebagai bahan revisi untuk mendapatkan produk akhir. Berdasarkan deskripsi dan analisis data hasil penelitian didapatkan produk bahan ajar gerak harmonik sederhana yang telah dikembangkan sudah sangat valid dan praktis untuk digunakan sebagai bahan ajar materi Gerak Harmonik Sederhana. Akan tetapi, bahan ajar ini belum bisa digunakan untuk mengukur efektifitas dari pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa karena belum dilakukan ujicoba tahap fieldtest.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan bahan ajar TPK pada materi gerak harmonik sederhana dapat disimpulkan bahwa:

(7)

jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/104 1. Telah dikembangkan bahan ajar fisika teks

perubahan konseptual pada materi gerak harmonik sederhana dengan kategori sangat valid. Bahan ajar yang sangat valid dapat dikembangkan dengan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Diawali dengan perencanaan untuk materi sampai produksi prototipe, setelah itu dilakukan uji validitas untuk bahan ajar, yaitu pada tahap expert review. Pada penelitian ini, hasil expert review menunjukkan bahwa rata-rata skor bahan ajar gerak harmonik sederhana ini adalah 4,03 yang berarti memenuhi kriteria sangat valid;

2. Telah dikembangkan bahan ajar fisika teks perubahan konseptual pada materi gerak harmonik sederhana yang praktis. Bahan ajar yang praktis dapat dihasilkan dengan mengujikan pemakaiannya kepada subjek penelitian. Uji praktikalitas dilakukan dua kali, yaitu pada tahap one-to-one evaluation dan small group evaluation. Pada penelitian ini, hasil uji praktikalitas pada tahap ujicoba one-to-one evaluation oleh tiga mahasiswa didapatkan rata-rata persentase 84,07% dengan kategori praktis dan hasil small group evaluation oleh sembilan mahasiswa adalah 81,29 % dengan kategori praktis. Sehingga bahan ajar fisika teks perubahan konseptual pada materi gerak harmonik sederhana yang telah dikembangkan memenuhi kriteria praktis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan penelitian lanjutan untuk menguji efektivitas Teks Perubahan Konseptual tersebut dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meremidiasi miskonsepsi. Kemudian perlu dikembangkan Teks Perubahan Konseptual untuk materi-materi fisika lain baik dalam bentuk buku ajar, modul, handout, atau LKPD. Hal ini bisa menambah referensi bagi guru dan siswa dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Andriaty W.N., Adisendjaja Y.H., Syulasmi A. Analisis Kesesuaian Cakupan Materi dalam Bahan Ajar

dengan Kompetensi Dasar pada Buku Teks Biologi SMP. Jurnal Repositori UPI halaman 1-6. Aprilia, S., Syuhendri, Andriani, N. 2015.

Analisis Pemahaman Konsep Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika pada Pokok Bahasan Gerak Harmonik Sederhana. Prosiding Seminar Nasional; Bukit Besar, 24 Oktober 2015. Palembang. Inovasi Pembelajaran Fisika, IPA, dan Ilmu Fisika dalam Menyiapkan Generasi Emas 2045. 160-170. Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Calik, M. Dkk. Enhancing Pre-service

Elementary Teachers’ Conceptual understanding of solution chemistry With conceptual change text. 2005. International Journal of Science and Mathematics Education. 5:

1-28.

Kim,E., dan Pak, S.J. 2002. Students Do

Not Overcome Conceptual Diffculties after Solving 1000 Traditional Problem American Journal of Physics, 70(7): 759-765.

Kurniawati, Rita. (2014). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) Kelas XI di SMK Negeri 2 Purwodadi.Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang: Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Ozmen, H. 2007.”The Effectiveness of

Conceptual Change Texts in Remidiating High School Students’ Alternative Conceptions Concering Chemical

(8)

Education Reviem.8(3), 413-425

Pinarbasi, T. dkk. (2006). An

Investigation of Effectiveness of Conceptual Change Text-oriented

Instruction on Students’

Understanding of Solution

Concepts. Research in Science

Education. 36: 313-335.

Prawiladilaga dan Siregar. (2008). Prinsip

Desain Pembelajaran (Instructional Design Principles).

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pujayanto, dkk. 2007. Identifikasi Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Siswa SD. Paedagogia, 10(1), 1-12. Riduwan. 2004. Metode & Teknik

Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan

Perubana Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: P.T

Grasindo.

Susanti, Evi. (2004). Analisis kesalahan konsep fisika siswa pada pokok bahasan Hukum Ohm dan Hambatan di SLTP N 16

Palembang. Indralaya: Pendidikan Fisika FKIP Unsri.

Syuhendri. 2010. Pembelajaran Perubahan Konseptual: pilihan penulisan skripsi mahasiswa. Forum

Mipa, 13(2), 133-140.

Syuhendri. 2014. Konsepsi Alternatif Mahasiswa Pada ranah Mekanika: Analisis untuk Konsep Impetus dan Kecepatan Benda Jatuh. Jurnal

Inovasi dan Pembelajaran Fisika Vol. 1 No. 1, Mei 2014. ISSN : 2355-7109.

Taufiq, M. 2011. Pengaruh Peta Konsep Fisika terhadap Remediasi Miskonsepsi dan Pemahaman

LENTERA Vol.11, No.3 halaman 42-53.

Wahyu Prasetyo. (2012). Pengembangan

Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Pendekatan PMR pada Materi Lingkaran di Kelas VIII SMPN 2 Kepohbaru Bojonegoro. Fakultas

MIPA Jurusan Matematika: Universitas Negeri Semarang. Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik

Penyusunan Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuruk, N. 2007. The Effect of

Supplementing Instruction with Conceptual Change Texts on Students’ Conceptions of Electrochemical Cells. J Sci Educ Technol, 16: 515–523.

Zuhana, Deka. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Subtopik Kalor dan Perpindahannya di Sekolah

Menegah Pertama.

Tesis.Palembang: Program Studi

Magister Teknologi Pendidikan Univesitas Sriwijaya.

Gambar

Tabel 3  Kategori Nilai Angket  (Widoyoko, 2012)
Gambar 1. Contoh bahan ajar TPK yang sudah diperbaiki

Referensi

Dokumen terkait

- Tahapan selanjutnya yaitu menganalisa parameter BODpada sampel limbah cair pada masing-masing reaktor berdasarkan variasi waktu pemaparan serta pengukuran pH dan suhu

240 Hasil yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian Nugraheni (2014) dimana penelitian dilakukan terhadap perusahaan syariah dan nonsyariah. Perusahaan secara siknifikan

Perbedaan pada fitur ini user akan memilih salah satu provinsi yang ada di Indonesia, kemudiaan hasil dari pilihan user akan menampilkan berbagai budaya dari provinsi

Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa Lorjuk atau kerang pisau yang ditemukan di daerah penangkapan pertama dan kedua yaitu desa Modung, kecamatan

Model pembelajaran menurut Suprihatiningrum (2013) adalah suatu kerangka konseptual yang mendeskripsikan model pembelajaran dengan secara sistematis untuk mengatur

Saridin ketika ia berhasil menyelamatkan Kasultanan Rum dari tangan Johanspre. Sejak saat itu lenyap sudah nama Saridin, yang terdengar hanyalah nama Syekh

Sebuah pembelajaran memerlukan model pembelajaran untuk membantu siswa mempermudah dalam menyerap pembelajaran. Model yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan

Dari hasil analisis FMEA dan perhitungan nilai risiko diperoleh tujuh bagian mesin dengan nilai risko terbesar pada mesin kritis yaitu pada komponen SCR