• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM DAN BASA ARTIKEL PENELITIAN KARTIKA CITRA NIM: F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM DAN BASA ARTIKEL PENELITIAN KARTIKA CITRA NIM: F"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK

PONTIANAK TENTANG ASAM DAN BASA

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh

KARTIKA CITRA

NIM: F02106008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

(2)

1

MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM BASA

Kartika Citra, Eny Enawaty, Tulus Junanto

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN

Email: kartikacitra@rocketmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketuntasan siswa kelas

VII SMP Gembala Baik Pontianak tentang asam dan basa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk miskonsepsi asam dan basa siswa kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak dan menentukan ada tidaknya perbedaan miskonsepsi antara siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif jenis survey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 siswa yang diambil dengan cara

purposive sampling. Alat pengumpul data yang yang digunakan dalam penelitian

ini berupa tes diagnostik yang berbentuk pilihan ganda dengan 3 alternatif jawaban yang disertai alasan dan telah diuji reabilitasnya, yaitu sebesar 0,49. Hasil penelitian menunjukkan terdapat miskonsepsi yang dialami siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak tentang asam dan basa. Bentuk-bentuk miskonsepsi yang sering dialami siswa seperti; semua asam jika dicicipi akan memiliki rasa asam, semakin besar pH suatu larutan maka semakin asam larutan tersebut, larutan bersifat basa jika pH larutan sama dengan tujuh, larutan bersifat asam tidak akan mengubah warna kunyit dan larutan asam tidak mengubah warna lakmus. Berdasarkan hasil analisis chi-square terdapat perbedaan miskonsepsi diantara kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah pada materi asam dan basa.

Kata kunci: konsepsi, miskonsepsi, asam basa

Abstract: This research is motivated by the lack of thoroughness of class VII

SMP Gembala Baik Pontianak about acids and bases. This study aims to determine the forms of acids and bases misconceptions in class VIIG SMP Gembala Baik Pontianak and determine whether there is any misconceptions difference between the student groups high, medium and low. This research is descriptive research type survey. The sample used in this study was 38 students taken by purposive sampling. Data collection tool used in this study is a diagnostic test in the form of multiple choice with three alternative answers with reasons and the reability has been tested which is 0,49. The results showed there is misconception that experienced by students of class VII SMP Gembala Baik Pontianak about acids and bases. Forms of misconceptions that are often experienced by students such as; all acid if sampled will have a sour taste, the greater the pH of a solution, the more acidic the solution, the solution is alkaline if the pH of the solution is equal to seven, the acidic solution is not going to change the color of turmeric and the acid solution does not change the color of litmus. Based on the results of chi-square analysis, there are misconceptions differences between the groups of high, medium and low in acidic and alkaline materials.

(3)

2 enerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari harus diawali dengan pemahaman konsep, prinsip, hukum dan teori kimia yang benar. Namun, pada kenyataannya pelajaran kimia termasuk salah satu pelajaran yang sulit untuk dipahami oleh para siswa karena memiliki konsep yang berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Hal ini didukung dengan pernyataan Suerni (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Kimia berisi hitungan, fakta yang harus diingat, kosakata khusus, hukum-hukum yang mengaitkan satu ide dengan ide lain yang harus dimengerti. Maka dimungkinkan terjadi kesulitan dalam mempelajarinya sehingga perlu dideteksi secara dini kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi kimia.

Menurut Van Den Berg (1991) siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan tetapi sebaliknya, kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan. Pendapat ini juga dikuatkan dengan pendapat Pinker (2003, dalam Maruli 2007 : 150) yang mengemukakan bahwa siswa hadir kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa sebelum pembelajaran berlangsung sesungguhnya siswa telah membawa sejumlah ide-ide atau gagasan-gagasan. Mereka menginterpretasikan tentang gejala-gejala yang ada di sekitarnya. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi alternatif.

Intuisi siswa mengenai suatu konsep yang berbeda dengan ilmuwan ini disebut dengan miskonsepsi. Liliasari (dalam Astuti,W., 2007) menyatakan apabila konsep siswa menyimpang dari konsep para kimiawan, maka konsep siswa dikatakan salah atau siswa mengalami salah konsep. Kesalahan konsep ini disebut juga miskonsepsi. Menurut Suparno (2005), miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang diakui oleh para ahli.

Miskonsepsi akan mengakibatkan peserta didik mengalami kesalahan juga untuk konsep pada tingkat berikutnya atau ketidakmampuan menghubungkan antar konsep. Hal ini mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep selanjutnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Muller dan Sharma. Menurut Muller dan Sharma (2007) miskonsepsi secara umum dapat dipandang sebagai bahaya laten karena dapat menghambat proses belajar akibat adanya logika yang salah dan timbulnya interferensi saat mempelajari konsep baru yang benar yang tidak cocok dengan konsep lama yang salah yang telah diterima dan mengendap dalam pemikiran. Hal ini sejalan dengan kenyataan di lapangan bahwa siswa yang memiliki miskonsepsi asam basa di SMP akan berpengaruh terhadap konsep kimia di SMA seperti persamaan kimia, reaksi kimia, larutan (termasuk buffer dan hidrolisis garam), dan stoikiometri yang akan berlanjut hingga ke tingkat universitas.

Penelitian menggunakan pengelompokkan sampel pernah dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Firman (1991) di salah satu SMA Ngeri di kota Bandung. Siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tinggi,

(4)

3 kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan nilai ulangan harian kimia di sekolah agar pengambilan data lebih akurat. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan miskonsepsi yang terjadi di kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Berdasarkan kelebihan inilah peneliti mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok karena pembagian siswa menjadi kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan hasil belajar siswa di SMP Gembala Baik Pontianak belum pernah dilakukan, sebaliknya hasil ulangan disajikan dalam bentuk tuntas dan tidak tuntas yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Hasil Ulangan Kelas VII Pada Mata Pelajaran IPA Mengenai Asam Basa dan Garam

Kelas Persentase siswa yang tidak tuntas Persentase siswa yang tuntas

VIIA 40 60 VIIB 48 52 VIIC 67 33 VIID 52 48 VIIE 71 29 VIIF 59 41

Dari Tabel 1 terlihat bahwa banyak siswa yang hasil ulangannya tidak memenuhi standar ketuntasan dengan KKM = 65. Ketuntasan paling tinggi terjadi di kelas VIIA dengan persentase siswa tuntas 60% sedangkan persentase siswa tidak tuntas 40%. Rata-rata setiap kelas memiliki ketuntasan di bawah 50%. Ini menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman siswa mengenai pelajaran IPA khususnya asam basa di sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Gembala Baik Pontianak yang dilakukan tanggal 19 November 2011, diketahui bahwa masih terdapat kesulitan siswa pada materi asam-basa. Guru mengatakan bahwa beberapa siswa masih keliru dalam menentukan sifat asam dan basa menggunakan beberapa indikator. Seperti keliru dalam mengartikan warna indikator universal dengan sifat larutan atau pun salah dalam membaca arti perubahan warna pada indikator alami seperti kunyit dan kol ungu.

Menurut Suparno, P. (2005) ada tiga langkah untuk mengatasi miskonsepsi yang dilakukan siswa, yaitu:

1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, 2. Menemukan penyebab miskonsepsi tersebut,

3. Memilih dan menerapkan perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut.

Dengan demikian mencari atau mengungkap miskonsepsi siswa sebaiknya dilakukan sebagai langkah awal untuk mengatasi miskonsepsi tersebut (Suparno, 2005). Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti miskonsepsi tentang asam dan basa yang mungkin terdapat pada siswa kelas VII di SMP Gembala Baik Pontianak.

Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(5)

4 1. Bentuk-bentuk miskonsepsi siswa kelas VII di SMP Gembala Baik

Pontianak tentang asam dan basa.

2. Perbedaan miskonsepsi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok bawah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini memaparkan miskonsepsi siswa tentang asam dan basa, sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif jenis survey. Survey adalah penyelidikan yang meneliti data yang relatif lebih sedikit dari subjek yang lebih luas dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang individu-individu.

Menurut Sugiyono (2003) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIG di SMP Gembala baik Pontianak. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Hadari Nawawi (2005) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan dalam pemilihan sampel ini adalah nilai mata pelajaran IPA kelas VIIG yang merupakan kelas dengan rata-rata kelas tertinggi. Siswa dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran. Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu, panjang, berat dan lain-lain dibandingkan dengan norma tertentu. (Nawawi, H., 2007). Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah tes buatan peneliti. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif yang terdiri dari 3 alternatif pilihan. Hal ini digunakan karena paling efektif dibandingkan dengan 4 atau 5 pilihan (Leo Sutrisno dalam Muniarni, 2008). Selain itu, tes objektif ini disertai tiga pilihan alasan yang menjadi kemungkinan miskonsepsi siswa.

Tes objektif dikatakan sebagai alat pengumpul data yang valid dan reliabel. Tes ini dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan) dan reliabel jika digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten) (Sugiyono, 2009). Validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus (indikator) tertentu yang sejajar dengan materi isi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, S., 2009). Untuk melihat validitas isi tes, maka tes tersebut diajukan kepada validator yang terdiri dari dua orang dosen Program Studi Kimia FKIP Untan dan satu orang guru IPA SMP Gembala Baik Pontianak. Untuk memberikan penilaian terhadap validitas isi tes dalam penelitian ini, para validator diberikan seperangkat instrumen dan tabel spesifikasi. Para validator diminta untuk menyatakan validitas tiap butir soal.

(6)

5 Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, maka tes diuji coba terlebih dahulu pada siswa kelas VII SMPN 8 Pontianak yang telah mempelajari materi asam dan basa. Adapun alasan peneliti mengambil sekolah ini karena terletak di rayon yang sama dan memiliki indeks prestasi yang mendekati sampel penelitian. Dari hasil ujicoba soal tes diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,49 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa reliabilitas soal riset tergolong cukup.

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Persiapan Penelitian

a. Melakukan obsevasi di SMP Gembala baik Pontianak. b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal tes objektif. c. Melakukan validasi instrumen penelitian.

d. Merevisi instrumen yang telah divalidasi. e. Melakukan ujicoba soal yang telah direvisi. f. Menghitung reliabilitas soal tes.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Memberikan soal tes kepada siswa yang menjadi subyek penelitian.

b. Mengoreksi dan menganalisis jawaban siswa untuk mengetahui jumlah miskonsepsi, bentuk miskonsepsi dan perbedaan miskonsepsi siswa kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah.

c. Membuat kesimpulan dari riset yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Bentuk-bentuk miskonsepsi siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak Tahun Ajaran 2012/2013 tentang asam dan basa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Bentuk-bentuk Miskonsepsi tentang Asam dan Basa

Konsep Asam-Basa Bentuk Miskonsepsi %

Sifat asam

semua jenis asam dapat membakar dan melelehkan benda karena asam bersifat korosif

2,6 semua asam jika dicicipi akan

memiliki rasa asam karena senyawa asam adalah senyawa yang memiliki rasa asam

13,2 beberaapa asam lemah boleh dicicipi

karena asam bersifat korosif 2,6 HCl termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion H2O di dalam air 2,6

(7)

6 NaOH termasuk senyawa asam karena

menghasilkan ion OH- di dalam air 5,3

Sifat basa

Sifat basa

Beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena terasa pahit

2,6 Beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penteral asam karena bersifat kausatik

2,6 Semua senyawa basa jika dicicipi akan

terasa pahit karena senyawa basa terasa pahit

2,6 Semua senyawa basa berbahaya karena

bersifat kausatik. 5,3

Reaksi pembentukan garam

senyawa garam hanya terbentuk dari

asam dan basa 21,1

senyawa garam hanya terbentuk dari asam dan basa karena garam tersusun atas oksida asam dan oksida basa

2,6

Derajat keasaman

pH meter memberikan hasil berupa

perbedaan warna yang jelas 2,6 kertas lakmus bisa mengukur asam tetapi tidak bisa mengukur basa

dengan jelas 5,3

kertas lakmus memberikan hasil

berupa perbedaan warna yang jelas 5,3 air mawar memberikan hasil berupa

perbedaan warna yang lebih jelas dibandingkan pH meter

2,6 larutan bersifat basa jika pH larutan

kurang dari tujuh 7,9

larutan bersifat basa jika pH larutan

sama dengan tujuh 26,3 semakin besar pH suatu larutan maka

semakin asam larutan tersebut 21,1 keasaman suatu larutan tidak

dipenga-ruhi oleh pH melainkan rasa asamnya 10,5

Indikator asam basa

larutan bersifat asam tidak akan

mengubah warna kunyit 44,7 indikator alami kunyit memberikan

hasil yang sama seperti lakmus jika diuji

29 larutan asam tidak mengubah warna

lakmus 26,3

larutan asam tidak mengubah warna lakmus biru tetapi mengubah warna lakmus merah

15,8 cuka yang diuji dengan indikator

universal akan menghasilkan warna kuning kehijauan karena memberi pH kurang dari 7

(8)

7 cuka yang diuji dengan indikator

universal akan menghasilkan warna kuning kehijauan karena senyawa yang bersifat netral akan memberi pH sama dengan 7

21,1 cuka yang diuji dengan indikator

universal akan menghasilkan warna biru karena senyawa yang bersifat basa akan memberi pH lebih dari 7

7,9

Pembahasan

Hasil analisis konsepsi menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak mengalami miskonsepsi. Siswa kelas VIIG dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Kelompok dipilih berdasarkan hasil ulangan sebelumnya mengenai asam dan basa, yaitu rentang siswa kelompok tinggi adalah siswa yang nilai ulangannya diatas 80, siswa kelompok sedang adalah siswa yang nilai ulangannya berada diantara 62-80 dan siswa kelompok rendah adalah siswa yang nilai ulangannya dibawah 62.

Hasil perhitungan korelasi Chi-Kuadrat terhadap hasil tes diagnostik antara siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah dibandingkan dengan harga Chi-Kuadrat tabel sebesar 5,591. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 soal instrumen yang digunakan hanya terdapat 7 soal yang dapat mengukur perbedaan miskonsepsi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Sedangkan 3 soal lainnya menunjukkan hasil perhitungan lebih rendah dari harga kritik tabel Chi-Kuadrat. Hal tersebut dikarenakan ketiga kelompok siswa mengalami miskonsepsi yang hampir sama.

Tabel 3

Hasil Analisis Uji Chi-Kuadrat Terhadap Jawaban Siswa Kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak Tentang Asam dan Basa

No Konsep/Sub Konsep Soal No. 𝛘𝟐

𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝛘𝟐𝐭𝐚𝐛𝐞𝐥

1 Konsep sifat asam 1 25,61

5,591

2 Konsep sifat asam 2 8,22

3 Konsep reaksi yang menghasilkan

garam 4 18.92

4 Konsep alat pengukur derajat

keasaman 5 17,98

5 Konsep pH larutan asam, basa dan garam 6 10,58 6

Konsep menentukan tingkat keasaman suatu larutan berdasarkan pH

(9)

8 7

Konsep menggunakan kertas lakmus sebagai indikator asam dan basa

9 9,23

Hasil analisis uji Chi-Kuadrat terhadap jawaban siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah menunjukkan bahwa χ2

hitung ≥ χ2tabel.

Harga χ2

hitung lebih besar dari harga χ2tabel artinya diantara siswa kelompok

tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah di kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak Tahun Ajaran 2011/2012 terdapat perbedaan miskonsepsi tentang asam dan basa (Ha diterima).

Perbedaan miskonsepsi antara siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah terhadap 3 konsep dasar asam dan basa, yaitu: (1) sifat asam dan basa; (2) derajat keasaman; dan (3) macam-macam indikator asam dan basa (alami dan buatan).

Berdasarkan ketiga konsep asam dan basa tersebut dengan membandingkan harga χ2

hitung dan χ2tabel antara butir-butir soal instrumen terhadap hasil tes

diagnostik siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Hasil analisis menujukkan besarnya perbedaan miskonsepsi dengan skor rata-rata hasil tes masing-masing kelompok siswa dengan persentase yaitu: (1) siswa kelompok tinggi 11%; (2) siswa kelompok sedang 18%; dan (3) siswa kelompok rendah 83%.

Gambar 1

Persentase Rata-rata Perbedaan Miskonsepsi

Gambar diagram persentase di atas menunjukkan secara jelas bahwa adanya perbedaan miskonsepsi yang dialami siswa. Siswa pandai yang dikelompokkan pada siswa kelompok tinggi mengalami persentase miskonsepsi paling rendah

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tinggi Sedang Rendah

(10)

9 yaitu 11%, siswa cukup pandai (matematis-logisnya kurang tinggi) mengalami persentase miskonsepsi sebanyak 18% sedangkan siswa yang kurang pandai dikelompokkan dalam siswa kelompok rendah memiliki persentase miskonsepsi paling tinggi yaitu 83%. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan lemah dalam pemahaman dan pengaplikasian konsep-konsep asam dan basa tidak dapat mengonstruksi pengetahuan yang diterima secara lengkap dan utuh. Siswa hanya menangkap konsep yang benar dan merasa bahwa konsep tersebut benar dalam penyelesaian soal dalam bentuk apapun tanpa menganalisis soal kembali.

Perbedaan miskonsepsi yang terjadi sangat berhubungan erat dengan kemampuan siswa, khusunya pada kemampuan mental yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Bagi siswa yang pandai, memahami konsep asam dan basa sangatlah mudah. Namun tidaklah demikian bagi siswa yang kurang pandai. Siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep asam dan basa karena belum dapat menghubungkan antara pengetahuan yang diterima dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Kepandaian mempengaruhi mudah tidaknya siswa mengalami miskonsepsi. Semakin pandai seseorang tentu saja semakin kecil kemungkinan orang tersebut mengalami miskonsepsi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bentuk-bentuk miskonsepsi yang dialami siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak tahun ajaran 2012/2013 pada sifat asam dan basa yaitu: semua jenis asam dapat membakar dan melehkan benda karena asam bersifat korosif, semua asam jika dicicipi akan terasa asam karena senyawa asam adalah senyawa yang memiliki rasa asam, HCl termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion H2O

dalam air, NaOH termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion OH- dalam air, beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena terasa pahit, beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena bersifat kausatik, semua senyawa basa jika dicicipi akan terasa pahit karena senyawa basa terasa pahit dan semua senyawa basa berbahaya.

Pada reaksi pembentukan garam yaitu senyawa garam hanya dapat terbentuk dari asam dan basa dan logam tidak dapat bereaksi dengan zat lain membentuk garam. Pada derajat keasaman yaitu: pH meter memberikan hasil berupa perbedaan warna yang jelas, kertas lakmus bisa mengukur asam tetapi tidak bisa mengukur basa dengan jelas, kertas lakmus memberikan pengukuran derajat keasaman lebih teliti dibandingkan pH meter, larutan bersifat basa jika pH larutan sama dengan tujuh, semakin besar pH suatu larutan maka semakin asam larutan tersebut dan keasaman suatu larutan tidak dipengaruhi oleh pH melainkan oleh rasa asamnya.

Pada indikator asam dan basa yaitu: larutan bersifat asam tidak akan mengubah warna kunyit, larutan bersifat basa mengubah waran kunyit mrnjadi biru, larutan asam tidak mengubah warna lakmus, larutan asam tidak mengubah warna lakmus biru tetapi mengubah warna lakmus merah, cuka akan

(11)

10 menghasilkan warna kuning jika diuji dengan indikator universal karena pH cuka kurang dari tujuh, cuka akan menghasilkan warna kuning kehijauan jika diuji dengan indikator universal karena pH cuka sama dengan tujuh, cuka akan menghasilkan warna biru jika diuji dengan indikator universal karena pH cuka lebih dari tujuh. Kemudian terdapat perbedaan miskonsepsi siswa pada kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran bagi guru maupun peneliti diharapkan dapat memilih metode atau model pembelajaran yang lebih cocok dalam pembelajaran agar miskonsepsi siswa tentang asam dan basa dapat berkurang. Misalnya dengan menggunakan metode praktikum atau demonstrasi. Sedangkan bagi mahasiswa diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan bagi mahasiswa program studi pendidikan kimia yang lain. Misalnya meneliti penyebab miskonsepsi siswa tentang asam dan basa yang disebabkan oleh siswa, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks serta cara mengatasinya misalnya dengan remediasi.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. (Cetakan ke-9). Yogyakarta : Bumi Aksara.

Berg E. V. D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2006. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Kimia SMP/MA 2006. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas, 2003.Undang-undang Republik Indoenesia No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas.

Kamarulzaman, Aka dan M. Dahlan Y. Al Barry. 2005. Kamus Ilmiah

Serapan. Yogayakarta: Absolut.

Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Cetakan ke-12). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Petrucci, Ralph H. 2005. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi

Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan

(12)

11 Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo

Suerni. 2005. Analisis Tingkat Kesulitan Belajar Materi Kimia Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas VII di SMPN I Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi S1 Pendidikan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. (Cetakan ke-14). Bandung : Alfabeta.

Tjokrosujoso, Darsono. 1995. Dasar-Dasar Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Kacang panjang merupakan tanaman penting bagi petani sayuran pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah karena

Buku Teks Bahan Ajar Siswa SMK Mata Pelajaran Agribisnis Tanaman Buah Semusim Kelas XI Semester 4 memuat tentang Agribisnis Tanaman Buah melon yang berisikan uraian

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM, sesuai dengan

standar deviasi sebesar 58,26 nilai standart deviasi 15,35 maka dapat disimpulkan bahwa wasit Assosiasi PSSI Kota Blitar mengalami stres, hal ini dapat dilihat

Adanya beberapa hambatan yang dihadapi Hakim Pengawas dan Pengamat dalam menjalankan tugasnya, antara lain adalah masalah waktu yaitu kesibukan Hakim Pengawas dan

Rasio jenis kelamin yang lebih banyak betina dengan lama hidup betina yang lebih lama sangat menguntungkan dalam perbanyakan massal serangga Famili Reduviidae,

Membangun fungsi mesin pencarian data pada aplikasi web SIATer EMPLOYEE dengan teknologi Ontology-Based semantic untuk mempermudah Searching datadosen

Variabel dalam penelitian ini adalah Tinjauan Geografis Industri Tungku dan Keberlanjutannya Di Desa Rejosari, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, yang meliputi