4
2. LANDASAN TEORI
2.1. Dinding Pracetak
2.1.1. Pengertian Dasar Dinding Pracetak
Menurut Wikipedia (2009) dinding panel merupakan sebuah lembaran material yang biasanya dibentuk atau dipotong menjadi persegi panjang, yang difungsikan sebagai dinding penghias, peredam suara, penahan panas, serta dapat dikombinasikan dengan suatu bahan lain yang mendukung untuk menjaga keseragaman dalam penampilannya.
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur atau arsitektur bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang berbeda dengan tempat atau lokasi dimana elemen struktur atau arsitektur tersebut digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapakan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton. (http://www.mujijayaganesha.com/2013/04/sekilas -tentang-beton-pracetak-beton.html)
Beton pracetak atau precast concrete adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.
Beton pracetak atau precast concrete menunjukkan bahwa komponen strkutur beton tersebut tidak dicor ditempat komponen tersebut akandipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curingnya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen berton pracetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi (http://realistmuhammad.wordpress.com /2013/06/page/2/)
Dinding panel merupakan salah satu hasil dari perkembangan teknologi pracetak. Sistem pracetak dinding panel telah banyak digunakan dalam proyek-proyek konstruksi baik sebagai elemen eksterior maupun interior, dengan material utama beton sehingga muncul berbagai inovasi dalam perkembangannya.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalam memproduksi elemen beton pracetak adalah:
a. Jumlah komponen yang diproduksi
b. Jenis dan variasi komponen beton pracetak c. Berat tiap komponen beton pracetak d. Dimensi
Keuntungan yang didapatkan dari penerapan teknologi pracetak yaitu: a. Waktu pelaksanaan lebih cepat, karena produksi dapat
dilakukanterlebih dahulu atau tidak tergantung dengan kegiatan lainnya
b. Efisiensi pekerjaan bekisting, karena dapat mengurangi jumlahpemakaian perancangan dan dapat dipakai berulang kali sampaibatas tertentu
c. Pekerjaannya tidak dipengaruhi oleh cuaca, jika penggerjaannyadidalam pabrik
d. Proses produksi dapat dibuat bersamaan dalam jumlah banyak e. Durasi proyek menjadi lebih singkat
Kerugian yang didapatkan dari penerapan teknologi pracetak yaitu: a. Tidak dapat memenuhi permintaan konstruksi dalam bentuk tak
teratur
b. Dalam pemasangan (erection) membutuhkan alat berat berupacrane, dimana akan menambah biaya konstruksi
c. Sambungan harus lebih diperhatikan dan dikontrol
2.1.2. Elemen Beton Pracetak
Ada beberapa jenis elemen beton pracetak yang biasa dipergunakan, yaitu: a. Tiang Pancang
b. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan (PC I Girder) c. Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
6
e. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid,bagian dari single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapatberfungsi sebagai pendukung beban atau tidak mendukungbeban
2.2. Proses Pelaksanaan Beton Pracetak
Proses pelaksanaanbeton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan, yaitu tahap disain, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Tahapan disain meliputi perhitungan syarat kekuatan struktur, kekakuan dan kestabilan, dan bagaimana metode dari proses produksi hingga proses instalasi, serta hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dilapangan. Tahapan produksi meliputi proses persiapan hingga beton prcetak siap disimpan. Sedangkan tahapan pasca produksi meliputi prosespenanganan (handling), penyimpanan (storage), dan transportasi, dan proses instalasi.
Untuk memperoleh kualitas beton pracetak yang baik, pada tahapan disain harus memperhitungkan aspek-aspek tersebut:
a. Dimensi dan bentuk elemen pracetak b. Komponen atau campuran beton c. Penulangan
d. Disain bekisting e. Ikatan dan sambungan f. Alat pengangkutan.
Dari aspek-aspek tersebut, ikatan dan sambungan merupakan hal yang penting untuk memperoleh kekuatan struktur dan kestabilan yang sesuai dengan standart, oleh karena itu harus dirancang untuk cukup mentransfer beban dari elemem beton pracetrak pada struktur pendukung elemen tersebut. Menurut PCI (1992) desain sambungan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam perencanaan struktur beton pracetak. Tujuan dari sambungan ini adalah untuk mentransfer beban dan menstabilkan struktur, maka dari itu kekuatan dari sambungan haruslah lebih kuat daripada elemen yang dihubungkan.
Alat sambungan dapat dibuat dari besi tulangan, stud, baut, pelat, bearing pad, besi post tension, dan berbagai macam lainnya (PCI, 1992). Hubungan antara elemen dapat diperoleh dengan pengelasan, overlapping, penggunaan angker dan
sebagainya. Sebagai bahan pengisinya dapat dilakukan grouting pada bagian yang kosong.
Sistem penyambung antar komponen yang biasanya diterapkan pada lapangan yaitu menggunakan sistem penyambungnan memakai profil siku (Angles Connection). Pada sistem ini memakai profil siku yang ditempelkan pada 2 struktur pracetak, sistem ini biasanya digunakan sebagai pengaku atau pendukung, bukan sebagai penyambung utama. Penyambungan profil siku ini bisa menggunakan baut atau las seperti Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
Gambar 2.1. Profil Siku Disambung Dengan Baut
8
Untuk memperoleh hasil yang baik pada sambungan, sebaiknya meninjau hal-hal berikut pada tahapan disain dan produksi:
a. Standarisasi ikatan dan sambungan sesuai dengan detail b. Menghindari kemampatan pada koneksi
c. Menghindari penetrasi bentuk
d. Memungkinkan untuk diproduksi dan toleransi padapemasangan e. Rencanakan untuk perakitan yang mudah
2.2.1. Tahap Produksi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan selama tahap produksi meliputipekerjaan:
a. Pembuatan bekisting
b. Pembersihan bekisting dan persiapan c. Pembuatan rangka tulangan
d. Pembuatan campuran beton e. Penuangan beton
f. Curing
g. Pelepasan bekisting h. Penyimpanan
2.2.2. Tahap Pasca Produksi 2.2.2.1.Proses Penanganan
Proses penanganan umumnya terlibat dalam proses pelepasan elemen pracetak dari bekisting, transportasi ke halaman penyimpanan atau storage yard, operasi bongkar muat dan instalasi di lapangan.
Persyaratan dalam proses penanganan tergantung pada fakor berikut: a. Posisi pengecoran pada bekisting (horizontal atau vertical)
b. Kekuatan minimum beton pracetak untuk pelepasan bekisting,transportasi dan instalasi
c. Kecukupan tulangan untuk menahan gaya lentur pada saat pengangkatan
d. Ukuran dan berat
f. Metode penanganan, tipe alat berat dan kapasitas crane g. Titik dukung untuk penyimpanan dan transportasi
Alat angkut untuk membantu proses penanganan elemen beton pracetak: a. Mobile Crane
b. Telescopic Crane c. Tower Crane d. Portal Crane
2.2.2.2. Penyimpanan
Lokasi penyimpanan yang disediakan di lapangan harus memadai, dan memungkinkan untuk akses yang mudah dalam penanganan elemen beton pracetak. Gudang penyimpanan harus memiliki tinggi yang rata, dan dikeringkan dengan baik untuk menghindari penurunan tanah yang dapat merusak elemen beton pracetak.
2.2.2.3. Transportasi
Transportasi adalah pemindahan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Transportasi elemen beton pracetak seharusnya direncanakan bedasarkan urutan pemasangan atau instalasi, untuk mengurangi kegiatan penyimpanan dan pengangkutan yang tidak perlu dilapangan.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah: a. Spesifikasi alat transport
b. Rute transport c. Perijinan
Elemen beton pracetak harus diangkut dan dikirim dengan pendukung yang tepat, penggunaan bingkai, bantalan dan pengikatan untuk menghindari kerusakan dalam proses transportasi.
10 2.2.2.4. Proses Instalasi
Perencanaan dan persiapan kerja yang tepat dibutuhkan sebelum dilakukan ereksi pada elemen beton pracetak untuk memastikan efisiensi dan kualitas instalasi. Hal-hal yang perlu direncanakan dengan baik yaitu:
a. Metode, urutan pemasangan dan ereksi
b. Metode dalam menyiapkan penyangga sementara c. Ketentuan untuk detail sambungan
d. Toleransi pemasangan
e. Kebutuhan pengangkatan dan penalian
2.3. Kerusakan Umum Pada Beton Pracetak (Defect)
Kerusakan dalam elemen beton pracetak pasti akan mengakibatkan biaya langsung dan tidak langsung dalam hal perbaikan dan waktu konstruksi, perlu untuk memastikan bahwa beton pracetak tersebut diproduksi dan ditangani dengan baik untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang umum terjadi.
2.3.1. Jenis-Jenis Defect
Jenis-jenis defect yang sering terjadi akibat kesalahan pelaksanaan adalah bleeding, segregasi, retak, keropos, dan chip off.
a. Bleeding
Pada penuangan beton cair biasanya terdapat tidak tercampurnya beton cair. Bahan bahan yang halus (ringan) biasanya terdesak oleh bahan kasar (berat). Air merupakan bahan yang paling ringan dalam campuran dan akibatnya yaitu air naik ke permukaan beton. Pengendapan dan penaikan air ini dinamakan bleeding.
b. Segregasi
Segregasi adalah terpisahnya agregat kasar dari beton. Hal ini menyebabkan beton tidak mempunyai kekuatan seperti yang sudah direncanakan. Segregasi ini dapat terlihat pada permukaan atas pelat beton yang mempunyai agregat kasar bermunculan. Hal ini juga dapat terlihat pada permukaan bawah pelat beton yang mempunyai banyak lubang.
c. Retak
Retak pada beton diakibatkan oleh penyusutan pada saat beton mulai mengeras, pemuaian karena perubahan suhu, dan kelebihan pembebanan. Retak pada beton sulit untuk dilihat dengan kasat mata dan retak ini dapat mengakibatkan beton terkelupas (spalling). Retak rambut pada beton memberikan celah pada cairan lain untuk masuk pada permukaan beton dan menyebabkan beton menjadi lebih berpori.
d. Keropos (Honeycomb)
Keropos atau honeycomb terjadi ketika mortar semen pada beton tidak sepenuhnya menyelimuti agregat pada beton sehingga meninggalkan ruang kosong atau lubang pada beton.
e. Gumpil (chip off)
Gumpil atau chipoff terjadi karena terbenturnya elemen beton pracetak yang disebabkan oleh kurangnya penanganan yang baik.
Jika terjadi kerusakan pada komponen beton pracetak, sebaiknya komponen tersebut tidak digunakan lagi. Pada batas-batas tertentu kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki, tetapi hal ini harus mendapat rekomendasi dari tenaga ahli. Jika kerusakan terjadi setelah komponen beton pracetak terpasang pada posisinya, tindakan yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah komponen tersebut masih layak digunakan.
2.3.2 Penyebab Defect
Tabel berikut ini menggambarkan beberapa cacat yang umum terjadi, dan penyebab terjadinya cacat pada elemen dinding panel (CONQUAS 21 Precast Concrete Element).
12
Tabel 2.1. Daftar Penyebab Defect yang Umum Terjadi
No Common Defect Kemungkinan Penyebab Defect
1 Penyimpangan
dimensi (Gambar 2.3.)
Bekisting tidak cukup kaku untuk menahan tekanan pada saat penuangan beton.
Elemen beton pracetak belum mencapai kekuatan tertentu saat pelepasan bekisting. Permukaan atas mungkin tidak diratakan dengan benar sehingga menyebabkan ketebalan yang berbeda.
2 Retak (Gambar 2.4.) Elemen beton pracetak belum mencapai kekuatan tertentu saat pelepasan bekisting. Retak mungkin terjadi selama pengangkatan awal karena gesekan antar elemen dan bekisting. Ketebalan elemen precast mungkin terlalu tipis (70mm atau kurang) dan rapuh.
Retak mungkin terjadi selama proses pemasangan karena kurangnya perencanaan dan perlengkapan yang diberikan pada panel pracetak.
3 Chip-off (Gambar 2.5.) Chip-off pada tepi panel biasanya disebabkan oleh bantakan yang keras atau kekuatan yang berlebihan pada elemen ketika dilepas (Gambar 2.6.).
Metode penyimpanan yang tidak tepat.
Kemungkin terjadi ketika elemen pracetak menempel pada bekisting karena adanya bekas campuran beton atau kotoran atau pemberian minyak tidak merata.
4 Keropos (honeycomb) (Gambar 2.7.)
Kurangnya pemadatan beton karena vibrasi tidak efektif.
Tabel 2.1. Daftar Penyebab Defect yang Umum Terjadi (Lanjutan)
No Common Defect Kemungkinan Penyebab Defect
5 Sambungan dan rincian hilang atau salah
Tidak terdapat pada shop drawing.
Pemeriksaan kualitas mungkin tidak benar. 6 Alignment Ketidakakuratan posisi pemasangan elemen
dinding pracetak selama pemasangan. Penyimpangan ukuran pada panel dinding.
Untuk lebih memperjelas penyebab defect terhadap pekerjaan yang tidak dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 2.2 dimana tabel tersebut merupakan penyederhanaan dari Tabel 2.1.
Tabel 2.2. Tabel Penyebab Defect Pekerjaan yang Tidak Dilakukan
Dengan Baik
Defect
Gumpil Keropos Retak Penyimpangan
dimensi Sambungan Pekerjaan Bekisting Kecocokan ukuran Kecocokan posisi Kelurusan Kerapatan Kekokohan
Pembersihan dan Persiapan
Bekisting
Pebersihan
Peminyakan
Pembuatan Rangka Tulangan
Kecocokan plat penyambung
antar panel
Pengecoran
14
Tabel 2.2. Tabel Penyebab Defect(Lanjutan) Pekerjaan yang Tidak Dilakukan
Dengan Baik
Defect
Gumpil Keropos Retak Penyimpangan
dimensi Sambungan Curing Kondisi curing Proses Penyimpanan Kondisi pelepasan Tempat penyimpanan Kondisi penyimpanan Sambungan
• kecocokan posisi sambungan
Proses Instalasi
Area pengangkatan
Penyelarasan
Gambar 2.3. Contoh Defect Dimensional Deviation Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.4. Contoh Defect Retak
Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.5. Contoh Defect Chip-Off Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.6. Contoh Chip-Off Pada Tepi Panel Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.7. Contoh Defect Honeycomb Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
16 2.4. Pengertian Quality Control
Quality Control atau pengendalian mutu adalah menentukan komponen-komponen mana yang rusak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi mendatang jangan sampai rusak. Pengendalian mutu merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah yang rusak.
Quality control yaitu memantau hasil proyek tertentu untuk menentukan apakah hasil proyek tersebut memenuhi standar kualitas yang sesuai dan megidentifikasi cara untuk menghilangkan penyebab kinerja yang tidak memuaskan (Project Management Body Of Knowledge 2000).
Tujuan quality control adalah agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan stadar mutu yang diinginkan (second quality) terus menerus dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak rugi.
Penting untuk melaksanakan inspeksi kualitas sebagai bagian dalam mengelola kualitas elemen beton pracetak. Pengawasan yang ketat harus disediakan untuk kedua proses dan setelah pekerjaan diselesaikan, sehingga dapat mencapai kualitas pekerjaan yang tinggi. Elemen beton pracetak dan proses kerja sebaiknya dilakukan inspeksi untuk meyakinkan bahwa hasil dari elemen beton pracetak tersebut memenuhi standart dan permintaan yang diinginkan.
2.5 Inspeksi Dinding Pracetak
Menurut Wikipedia (2009) Inspeksi pada umumnya diartikan sebagai suatu pemeriksaan yang terorganisir atau suatu evaluasi resmi. Hal-hal yang tercakup dalam inspeksi adalah suatu pengukuran, test dan ukuran yang diterapkan pada karakteristik tertentu dari suatu objek atau aktivitas. Hasil dari inspeksi biasanya dibandingkan dengan spesifikasi dan standar untuk menentukan apakah objek atau aktivitas berada pada jalan yang tepat dan sesuai target. Inspeksi biasanya bersifat tidak merusak.
Inspektur konstruksi adalah perwalian dari owner yang bekerja pada lokasi proyek. Ownerakan mengandalkan inspektur konstruksi untuk mengetahui bahwa dia mendapatkan hasil yang sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkannya.
Sebagai mata dan telinga dari pihak owner, inspektur konstruksi perlu melihat standar dan spesifikasi yang digunakan pada proyek, meskipun terkadang beberapa konsultan proyek berlaku sebagai inspektur pada proyek yang lebih kecil atau proyek yang lebih rumit (Clyde, 1983).
2.5.1. Inspeksi Proses Produksi
Pada tabel 2.3akan ditunjukan anjuran pelaksanaan yang baik untuk proses produksi elemen beton pracetak (CONQUAS 21 Precast Concrete Element).
Tabel 2.3. Anjuran Pelaksanaan Proses Produksi
No Proses Produksi Anjuran Pelaksanaan
1 Perakitan bekisting Memeriksa tingkat kerataan dasar bekisting sebelum perakitan.
Memastikan dimensi bekisting sesuai dengan spesifikasi.
Memeriksa ketepatan bentuk bekisting. 2 Pembersihan bekisting dan
persiapan
Bekisting harus bersih dari kotoran dan bekas adukan beton.
Melapisi minyak secara merata diatas permukaan bekisting.
Memeriksa sambungan dan sudut bekisting, baut, penyumbat karet, dan penyangga lengkap dan tepat pemasangannya.
3 Pembuatan Rangka Tulangan
Memeriksa dan memastikan ukuran tulangan, jarak, dan detail sesuai dengan gambar
Tulangan dan kait pengikat harus diposisikan dengan tepat.
Memeriksa posisi plat penyambung antar panel.
Jumlah yang memadai untuk pengatur jarak dengan ukuran yang tepat harus
18
Tabel 2.3. Anjuran Pelaksanaan Proses Produksi (Lanjutan)
No Proses Produksi Anjuran Pelaksanaan
ditempatkan dengan benar untuk mencapai tebal selimut beton yang diperlukan (Gambar 2.8.)
4 Pengecoran Memastikan bahwa mutu beton sesuai dengan spesifikasi disain
Memeriksa slump test
Tinggi penuangan tidak lebih dari 1 meter Penggetaran dan pemadatan harus dilakukan
5 Curing Melindungi panel dengan kain basah untuk mencegah hilangnya kelembaban dan retak susut.
Amati waktu curing yang cukup
6 Pelepasan bekisting Kekuatan minimum saat pelepasan bekisting minimum 10 N/mm2 atau 25N/mm2. untuk modul yang tipis mungkin membutuhkan kekuatan yang lebih besar. Melonggarkan semua baut dan penjepit pada semua sisi bekisting sebelum dipindahkan.
7 Penyimpanan Memeriksa kondisi produk yang telah selesai.
Mengukur ulang dimensi.
Kekuatan minimum harus mencapai 75% sebelum diangkut.
Gambar 2.8. Contoh Penggunaan Pengatur Jarak yang Tepat Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
2.5.2. Inspeksi Proses Penanganan, Penyimpanan, dan Transportasi
Untuk menjaga elemen beton pracetak dari kerusakan pasca produksi, maka diperlukan perhatian khusus agar elemen beton pracetak tidak mengalami kerusakan. Contoh pelaksanaan yang baik pada proses ini dapat dilihat pada tabel berikut ini(CONQUAS 21 Precast Concrete Element).
Tabel 2.4. Anjuran Pelaksanaan Proses Penanganan, Penyimpanan, dan Transportasi
No Proses Anjuran Pelaksanaan
1 Proses Transportasi Gunakan bantalan pada sudut panel yang akan diikat untuk menghindari kerusakan (Gambar 2.9.).
Gunakan styrofoam untuk mengurangi kerusakan pada penumpu (Gambar 2.10.).
Gunakan kayu utuk menopang elemen beton pracetak (Gambar 2.11.).
Proteksi detail sambungan untuk menghindari karat
2 Proses Penanganan Gunakan pengaku sementara pada panel yang berlubang seperti dinding (Gambar 2.12.).
20
Tabel 2.4. Anjuran Pelaksanaan Proses Penanganan, Penyimpanan, dan Transportasi
No Proses Anjuran Pelaksanaan
Untuk panel dinding, sebaiknya diangkat dengan posisi vertikal.
Gunakan banyak titik angkat pada panel pelat untuk mengurangi tegangan yang terjadi.
3 Proses Penyimpanan Posisi penopang untuk balok sebaiknya tidak lebih dari 300mm dari titik angkat.
Penopang harus sejajar ketika melakukan penumpukan (Gambar 2.13.).
Dinding panel sebaiknya disimpan menggunakan A-frames atau dengan racking system (Gambar 2.14.).
Gambar 2.9. Penggunaan Bantalan
Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.10. Penggunaan Styrofoam
Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.11. Penggunaan Kayu Penopang Dinding Panel Sumber: CONQUAS 21 Precast
Concrete Element
Gambar 2.12. Pengaku Sementara (Bracing)
Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.13. Contoh Pengaturan Penopang Elemen Beton Pracetak Sumber: CONQUAS 21 Precast
Concrete Element
Gambar 2.14. Alat Penyimpanan A-Frame Sumber: CONQUAS 21 Precast
22 2.5.3. Inspeksi Proses Instalasi
Sebelum pemasangan elemen beton pracetak, penting untuk meninjau jenis pekerjaan dan pemeriksaan yang tercantum dalam Tabel 2.5(CONQUAS 21 Precast Concrete Element).
Tabel 2.5. Jenis Pekerjaan Untuk Perisapan Proses Instalasi
No Jenis Pekerjaan
1 Memeriksa kemudahan akses lapangan untuk pengiriman elemen beton pracetak.
2 Memeriksa daftar pengiriman untuk jenis yang tepat, kuantitas dan identifikasi panel.
3 Memeriksa kapasitas crane dan jarak ruang angkut elemen beton pracetak. 4 Melakukan pengukuran untuk mengkonfirmasi keakuratan dimensi. 5 Melakukan pemeriksaan pada beton yang telah jadi terhadap kerusakan
berat.
6 Memeriksa lokasi dan kondisi kait sebelum mengangkat.
7 Memeriksa kemudahan akses bongkar muat pada gudang penyimpanan. 8 Memeriksa keadaan gudang penyimpanan (ketinggian, kebersihan, dan
sistem drainase).
9 Simpan elemen beton pracetak menggunakan metode “first in first out” sesuai dengan jadwal dating dan pemasangan.
Metode dan inspeksi pemasangan dinding panel (juga dapat diaplikasikan pada komponen yang dipasang tegak/vertikal) diuraikan dalam Tabel 2.6 (CONQUAS 21 Precast Concrete Element).
Tabel 2.6. Anjuran Pelaksanaan Proses Instalasi
No Proses Instalasi Anjuran Pelaksanaan
1 a) Mengatur titik benchmark dan marking untuk menentukan posisi elemen yang akan dipasang.
Memeriksa keakuratan benchmark.
b) Beri bantalan bila permukaan tidak rata (Gambar 2.15.)
Memeriksa stabilitas pelat.
Untuk komponen vertikal, periksa posisi dan penyelarasan komponen
Tabel 2.6. Anjuran Pelaksanaan Proses Instalasi (Lanjutan)
No Proses Instalasi Anjuran Pelaksanaan
pertama sebelum diangkat dan dipasang.
2 Angkat dan tali, panel ke lokasi yang dituju menggunakan wire ropes, kemudian sesuaikan posisi panel dengan tepat.
Periksa kondisi kait sebelum diangkat.
Periksa kestabilan panel sebelum melepaskan kait pengikat.
3 Pekerjaan Grouting. Periksa apakah lebar sambungan antar panel berada dalam batasan wajar sebelum di-nat (Gambar 2.16.).
Periksa bahwa semua sambungan tertutup dengan rapat.
4 Pekerjaan Sambungan dan Plesteran.
Tulangan sambungan harus terpasang dengan tepat sesuai dengan spesifikasi disain.
a) Untuk panel dinding dengan sambungan cast in-situ,pasang tulangan sesuai jarak yang dibutuhkan.
Beikisting harus ditopang dengan kuat selama pengecoran.
Jarak sambungan harus konsisten untuk kemudahan instalasi plesteran untuk menghindari rembesan. b) Untuk panel dengan sambungan
las atau baut, pastikan pelat penyambung terpasang dengan benar.
Periksa posisi dinding panel sesuai dengan disain.
24
Tabel 2.6. Anjuran Pelaksanaan Proses Instalasi (Lanjutan)
No Proses Instalasi Anjuran Pelaksanaan
Gunakan pelapis anti karat untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pada sambungan.
Gambar 2.15. Bantalan Penyetabil Dinding Panel Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element
Gambar 2.16. Proses Pengukuran Jarak Antar Panel Sumber: CONQUAS 21 Precast Concrete Element