• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Kamar tidur merupakan salah satu fasilitas utama yang disediakan pada sebuah hotel. Fasilitas ini membutuhkan kenyamanan dan ruangan yang bersifat privasi dimana privasi berkaitan dengan aspek suara yaitu bising (noise). Tingkat kebisingan pada kamar harus diatur dengan adanya insulasi akustik agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung saat beristirahat. Nilai insulasi dapat digambarkan dengan rugi transmisi bunyi dimana nilai ini dapat diubah menjadi suatu nilai tunggal yaitu weighted sound reduction index (Rw, DnTw) yang mempunyai penambahan faktor koreksi suara frekuensi rendah (C, Ctr). Pada penelitian ini dilakukan insulasi akustik pada kamar tidur hotel di Bandara Juanda dengan meninjau aspek dinding partisi untuk menahan kebisingan antar ruangan kamar tidur. Hotel yang digunakan merupakan hotel low budget dengan kamar yang minimalis dan ditujukan untuk awak pesawat atau penumpang pesawat yang sedang transit. Karena lokasi hotel dekat dengan landasan pacu serta airport apron yang tergolong area dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka diperlukan dinding partisi dengan insulasi akustik yang baik dan mempunyai nilai DnTw+Ctr > 51 dB. Pengukuran pada penelitian ini dilakukan di 5 titik dengan menggunakan SLM RION dan SOLO pada saat malam hari. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa dinding partisi existing belum memenuhi standar dengan nilai DnTw+Ctr sebesar 35,8 dB sehingga dilakukan perancangan ulang dinding partisi. Perancangan ini menggunakan material gypsum board dan cement board dengan variasi ketebalan material serta cavity yang berbeda. Hasil perancangan yang terbaik yaitu dinding dari material cement board 12,5 mm dengan spesifikasi double panels pada masing-masing sisi dan lebar cavity 70 mm dimana menghasilkan nilai DnTw+Ctr sebesar 52,9 dB. Dengan hasil tersebut, maka dinding partisi sudah memenuhi standar dan mempunyai kualitas insulasi akustik yang baik.

Kata Kunci—Bising, dinding partisi, insulasi akustik, transmission loss.

I. PENDAHULUAN

otel merupakan suatu tempat umum yang menyediakan jasa penginapan, pelayanan makanan, minuman dan fasilitas lainnya yang beroperasi secara terus-menerus. Agar diminati oleh pengunjung, hotel harus mempunyai kualitas pelayanan dan fasilitas yang baik. Salah satu fasilitas penting yang harus diperhatikan kualitasnya yaitu kamar tidur. Pada kamar tidur membutuhkan suatu ruangan yang bersifat privasi, dimana privasi berkaitan dengan aspek suara yaitu bising (noise). Sumber kebisingan pada kamar selain dari dalam kamar itu sendiri juga berasal dari ruangan (kamar) yang

bersebelahan dengan kamar tersebut. Agar kebocoran transmisi suara antar kamar tidak terlalu besar, maka diperlukan dinding partisi (dinding pemisah antar ruangan) dengan nilai insulasi tertentu yang sesuai dengan standar.

Besarnya suara yang hilang pada suatu partisi, dinding atau jendela yang dapat menggambarkan kualitas insulasi suatu ruangan disebut sebagai rugi transmisi bunyi (transmission

loss) (Mediastika, 2009). Nilai transmission loss dihitung per

frekuensi pada rentang tertentu dan dapat diubah menjadi suatu nilai tunggal yaitu weighted sound reduction index (Rw,

DnTw). Rw didapatkan berdasarkan hasil laboratorium,

sedangkan DnTw (weighted standardised level difference)

didapatkan dari hasil pengukuran langsung (on site). Pada Rw

dan DnTw terdapat penambahan faktor koreksi Ctr untuk

meningkatkan sumber suara frekuensi rendah seperti lalu lintas, bising pesawat terbang, drums dan bass guitars. Jika semakin besar nilai DnTw+Ctr, maka semakin besar pula

kemampuan suatu partisi untuk meredam bising.

Pada kamar tidur hotel sudah terdapat ketentuan besar nilai insulasi dinding partisi yaitu DnTw+Ctr harus lebih dari 51dB

dan berlaku hanya untuk kamar hotel pada area bandara. Insulasi akustik yang baik dapat diperoleh dengan pemilihan bahan bangunan yang tepat dengan meninjau jenis, ketebalan, dan banyaknya bahan yang dipakai. Pada hotel di Bandara Juanda yang digunakan sebagai tempat penelitian dari tugas akhir ini, dinding partisi pada kamar tidur yang ada (existing) memakai double panels dengan material berupa gypsum dimana terdapat rongga udara (cavity) di antara gypsum. Jika hasil pengukuran dari dinding existing masih belum memenuhi standar, maka harus dilakukan perancangan dinding partisi untuk meningkatkan kualitas insulasi akustik agar memenuhi standar yang ada.

Pada tugas akhir ini, dilakukan peningkatan kualitas akustik dinding partisi antar kamar dengan merancang ulang dinding partisi kamar tidur hotel di Bandara Juanda berdasarkan nilai rugi transmisi bunyi. Pemilihan tempat penelitian pada hotel di dalam Bandara Juanda disebabkan pada area bandara mempunyai tingkat kebisingan yang sangat tinggi dan diperlukan insulasi yang baik terutama pada kamar tidur agar dapat meredam bising dari luar (aktivitas di bandara dan ruangan yang berdekatan) serta bising dari dalam kamar itu sendiri. Maka dari itu, diperlukan dinding partisi antar kamar tidur dengan insulasi akustik yang baik dan sesuai dengan syarat minimal pada standar hotel Eropa pada umumnya.

Peningkatan Insulasi Akustik Dari Dinding

Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai Rugi

Transmisi Bunyi

Fitri Rachmawati, Andi Rahmadiansah, dan Wiratno Argo Asmoro

Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: andi@ep.its.ac.id, wiratno@ep.its.ac.id

(2)

II. TEORIPENELITIAN

A. Insulasi Akustik

Insulasi akustik merupakan faktor penting pada kenyamanan suatu ruangan. Pada insulasi akustik harus diperhatikan Noise Criteria (NC) dari jenis bangunan dan ruangan agar didapatkan insulasi suara yang baik dan kenyamanan di dalam ruangan dapat terjaga.

B. Rugi Transmisi Bunyi (Transmission Loss)

Rugi transmisi bunyi merupakan besaran nilai insulasi pada suatu partisi, dimana semakin besar nilai kerugiannya maka semakin besar kemampuan suatu bahan dalam menginsulasi suara [1]. Nilai ini dapat diperoleh dari persamaan berikut ini.

𝑅 = 𝐿𝑆− 𝐿𝑅+ 10𝑙𝑜𝑔 𝑆 𝐴 (1) 𝑁𝑅 = 𝐿𝑆− 𝐿𝑅 (2) 𝑅 = 𝑁𝑅 + 10𝑙𝑜𝑔𝑆 𝐴 (3) Dimana: R : Transmission Loss (dB)

LS : Sound pressure level rata-rata ruang sumber bunyi (dB)

LR : Sound pressure level rata-rata ruang penerima bunyi (dB)

S : Luas bidang partisi (m2)

A : Besaran absorpsi ruang penerima (m2.sabins) NR : Noise Reduction (dB),

sedangkan persamaan untuk dinding partisi yang terdiri dari dua material homogen (double panels) yang dipisahkan oleh rongga udara (cavity) yaitu sebagai berikut.

𝑅 = 𝑅𝑀1+𝑀2 𝑓 < 𝑓0 𝑅1+ 𝑅2+ 20 log 𝑓. 𝑑 − 29 𝑓0< 𝑓 < 𝑓𝑑 𝑅1+ 𝑅2+ 6 𝑓 > 𝑓𝑑 (4) 𝑓0= 60 𝑚1+ 𝑚2 𝑚1. 𝑚2. 𝑑 (5) 𝑓𝑑 = 55 𝑑 (6) Dimana: f : frekuensi (Hz)

d : jarak antar panel (m)

m1 dan m2 : massa per luasan dari panel (kg/m2)

f0 : frekuensi resonansi dari rongga udara (Hz)

fd : frekuensi resonansi struktural (panel) (Hz)

R1 dan R2 : transmission loss pada masing-masing

material

M1+M2 : menandakan jika transmission loss harus dihitung dari total massa kedua panel.

Dari persamaan di atas, RM1+M2, R1 dan R2 dapat dihitung

berdasarkan persamaan sebagai berikut. 𝑓 < 𝑓𝑐 ∶ 𝑅 = 20 log 𝑚𝑓 − 10𝑙𝑜𝑔 𝑙𝑛 2𝜋𝑓 𝑐𝑜 𝐴 + 20𝑙𝑜𝑔 1 − 𝑓 𝑓𝑐 2 − 42 (7) 𝑓 > 𝑓𝑐∶ 𝑅 = 20 log 𝑚𝑓 + 10𝑙𝑜𝑔 2𝜂𝑡𝑜𝑡 𝑓 𝑓𝑐 − 47 (8) 𝑓𝑐= 3𝑐𝑜2 𝜋𝑕 𝜌 𝑌 (9) Dimana:

co : cepat rambat suara di udara (340 m/s)

fc : frekuensi kritis (Hz)

A : luasan dinding (m2)

ηtot : total loss factor (N/m2) ρ : massa jenis panel (kg/m3) Y : modulus Young dari panel (N/m2) H : ketebalan panel (m).

III. METODOLOGIPENELITIAN

Pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam melakukan peningkatan insulasi akustik dari dinding partisi antar kamar berdasarkan nilai rugi transmisi bunyi.Berikut diagram alir penelitian:

Mulai Studi Literatur Kondisi existing dinding partisi (DnTw+Ctr 35,8 dB) Kondisi sesuai standar? Perancangan dinding partisi Rancangan sesuai standar? Analisa data Penyusunan Laporan Tugas Akhir Selesai Tidak Ya Tidak Ya

Gambar 1. Diagram alir penelitian tugas akhir. Tabel 1.

Kriteria bising menurut fungsi bangunan [2] Fungsi Bangunan A-Sound Level Rentang

dB Rentang Kurva Kriteria NC Hotel : Kamar Hotel 35 ~ 45 30 ~ 40

Ballroom, Banquet Room 35 ~ 45 30 ~ 40

Hall, Koridor, Lobi 40 ~ 50 35 ~ 45

Garasi 45 ~ 55 40 ~ 50

(3)

Pada tahap awal penelitian dimulai dengan studi literatur tentang materi yang terkait dengan tugas akhir antara lain tentang bising, insulasi akustik, dan dinding partisi. Tahap selanjutnya yaitu kondisi existing dinding partisi yang terdiri atas gypsum board 12,5 mm pada masing-masing sisi dan lebar cavity 135 mm dengan nilai DnTw+Ctr sebesar 35,8 dB.

Kemudian nilai dinding existing tersebut dibandingkan dengan syarat berdasarkan standar Eropa yaitu nilai DnTw+Ctr > 51 dB.

Karena dinding existing tidak memenuhi syarat, maka dilakukan perancangan dinding partisi. Dari hasil perancangan kemudian nilai insulasinya dibandingkan lagi dengan syarat yang ditentukan. Jika dinding sudah memenuhi syarat, selanjutnya dilakukan analisa data dan penyusunan laporan.

A. Pengambilan dan Pengolahan Data

Pengambilan data dilakukan pada dua kamar tidur yang bersebelahan, dan diambil pada 5 titik pengukuran pada masing-masing kamar.

Keterangan:

: kamar mandi : TV

: wastafel : tempat tidur

: meja : bantal : titik pengambilan data : sound source Pada pengambilan data menggunakan sebuah sound source yang membangkitkan white noise (sinyal dengan frekuensi spektrum yang datar) sebesar 100 dB. Kemudian menggunakan SLM (Sound Level Meter) RION dan SOLO untuk mengukur sound pressure level (LS dan LR) [1].

Ketinggian SLM dari lantai 1,2 m untuk titik 1, 2 dan 3, sedangkan titik 4 dan 5 ketinggian SLM dari tempat tidur 0,4 m. Pengukuran dengan SLM SOLO dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing titik di ruang penerima, dimana setiap pengukuran dilakukan selama 10 detik. Sedangkan SLM RION dilakukan sebanyak 1 kali pada masing-masing titik di ruang sumber selama 10 detik.

Dari nilai LS dan LR, dapat dihitung nilai DnT (standardised level difference) dngan persamaan sebagai berikut.

𝐷𝑛𝑇 = 𝐿1− 𝐿2+ 10𝑙𝑜𝑔 𝑇 𝑇0

(10) Dimana:

𝐷𝑛𝑇 : standardised level difference (dB)

𝐿𝑆 : sound pressure level pada ruang sumber (dB) 𝐿𝑅 : sound pressure level pada ruang penerima (dB) T : waktu dengung pada ruang penerima (s) T0 : waktu dengung referensi sebesar 0,5 s,

setelah didapatkan nilai DnT, kemudian diubah menjadi

sebuah nilai tunggal yang ditambahkan dengan faktor koreksi yaitu DnTw+Ctr. Untuk mendapatkan nilai DnTw+Ctr, maka

menggunakan perbandingan antara nilai DnT dengan nilai

referensi. Nilai DnT pada frekuensi 500 Hz digunakan sebagai

acuan dalam menggeser nilai referensi. Jika perbedaan nilai DnT dengan nilai referensi pada frekuensi tersebut lebih dari 1,

maka nilai referensi harus digeser hingga perbedaannya tidak lebih dari 1.

B. Tahapan Perancangan Dinding Partisi

Tahapan perancangan ini pada awalnya memilih jenis material yang akan dipakai dimana pada tugas akhir ini menggunakan material gypsum board dan cement board dengan rentang ketebalan dinding 12 – 16 cm, serta lebar

cavity optimal dengan rentang 5 – 10 cm. Setiap jenis material

akan diberikan tiga variasi perancangan dengan ketebalan material serta lebar cavity yang berbeda.

Untuk menghitung nilai insulasi perancangan dinding partisi dapat menggunakan persamaan (7) dan (8) untuk menghitung transmission loss single panel yang kemudian nilainya digunakan untuk menghitung transmission loss

double panels dengan persamaan (4) [4]. Nilai transmission loss ini kemudian diubah menjadi nilai tunggal dengan cara

yang sama seperti cara menghitung pada dinding existing. Nilai insulasi yang didapat dari perancangan yaitu DnTw+Ctr

harus lebih dari 51 dB.

IV. ANALISADATA

A. Data Pengukuran Dinding Existing

Berikut ini merupakan data pengukuran yang didapatkan dari dinding partisi kamar hotel di Bandara Juanda.

Tabel 2.

Pengukuran sound pressure level dinding existing

FREQ (Hz), LS LR 1/3-Octave Band (dB) (dB) 100 60,0 42,7 125 68,0 42,3 160 74,3 44,1 200 71,9 42,2 250 78,8 43,7 315 86,0 46,7 400 87,2 48,8 500 89,1 51,4 630 91,4 48,4 800 89,0 43,7 1000 89,4 42,7 1250 91,7 41,8 1600 92,5 39,7 2000 91,9 36,5 2500 86,0 32,7 3150 80,4 29,7

(4)

Dari pengukuran tersebut kemudian dihitung nilai DnT

berdasarkan persamaan (10). Dan diperoleh hasil yang kemudian dibandingkan dengan nilai referensi, sampai akhirnya didapatkan nilai tunggal DnTw+Ctr yaitu sebesar 35,8

dB.

Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa pada awalnya nilai DnT sangat jauh di bawah kurva referensi sehingga kurva

referensi digeser ke bawah sebanyak 14 dan perbedaan nilai antara DnT dan referensi pada frekuensi 500 Hz menjadi

kurang dari 1. Pada akhir perhitungan didapatkan nilai DnTw+Ctr 35,8 dB. Ini berarti dinding partisi existing masih

belum memenuhi standar karena kurang dari 51 dB.

B. Perancangan Dinding Partisi

Pada perancangan dinding partisi, terdapat dua jenis material dinding yang digunakan yaitu gypsum board dan

cement board. Peracangan yang pertama menggunakan gypsum board dengan ketebalan yang bervariasi yaitu antara

lain 12,5 mm, 15 mm, dan 18 mm. Berikut ini spesifikasi dari masing-masing gypsum board.

Gypsum board 12,5 mm

- Massa jenis : 740 kg/m3

- Massa per luasan (surface mass area) : 9,7 kg/m2

- Total loss factor : 0,01 - Modulus Young : 2,013×109

Gypsum board 15 mm

- Massa jenis : 740 kg/m3

- Massa per luasan (surface mass area) : 11,6 kg/m2

- Total loss factor : 0,01 - Modulus Young : 2,013×109

Gypsum board 18 mm

- Massa jenis : 740 kg/m3

- Massa per luasan (surface mass area) : 15,5 kg/m2

- Total loss factor : 0,01 - Modulus Young : 2,013×109

Pada desain pertama, dinding dirancang dengan ketebalan 12cm. Dengan pertimbangan dari dinding existing, maka digunakan panel dengan ketebalan yang lebih besar yaitu 18 mm pada masing-masing sisinya dan cavity sebesar 84 mm. Berikut ini merupakan hasil perhitungan desain ulang dengan menggunakan persamaan (4) – (9).

 f0 : 74,36365992

 fd : 654,7619048

 fc : 2163,250418

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai DnTw+Ctr dari

desain pertama ini sebesar 43,7 dB. Hal ini berarti dinding partisi masih belum optimal dan belum memenuhi standar (DnTw+Ctr > 51 dB).

Selanjutnya desain kedua menggunakan dua lapis gypsum

board (double panels) pada masing-masing sisi dengan

ketebalan yang sama yaitu 12,5 mm per panel. Sedangkan lebar cavity sebesar 10 cm, lebar yang maksimal untuk rentang

cavity yang ideal (5 – 10 cm). Sehingga total tebal dinding

partisi ini sebesar 15 cm. Berikut ini hasil perhitungan yang diperoleh dari desain kedua dinding partisi.

 f0 : 60,92076991

 fd : 550

 fc : 1557,540301

Hasil perhitungan DnTw+Ctr dari desain kedua ini sebesar

49,1 dB. Nilai ini lebih baik dari desain pertama, akan tetapi masih belum memenuhi standar.

Kemudian pada desain ketiga hampir sama seperti desain kedua yaitu menggunakan double panels pada masing-masing sisi, akan tetapi ketebalan gypsum board pada setiap sisi berbeda. Pada satu sisi menggunakan gypsum board dengan tebal 15 mm per panel. Sedangkan pada sisi lainnya menggunakan tebal 18 mm per panel. Berikut ini hasil perhitungan dari desain ketiga.

 f0 : 49,70744887

 fd : 585,106383

 fc : 1081,625 (18 mm×2); 1297,950 (15 mm×2) Gambar 5. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

DnT (dB) Ref Values (dB) Shifted Ref (+9) Gambar 4. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

DnT (dB) Ref Values (dB) Shifted Ref (+5)

Gambar 3. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frekuensi (Hz)

(5)

Hasil perhitungan DnTw+Ctr pada desain ketiga ini sebesar

52,2 dB. Hal ini berarti desain ketiga sudah memenuhi standar karena bernilai lebih dari 51 dB dan bisa dijadikan acuan pada penggunaan dinding partisi antar kamar hotel di bandara.

Perancangan selanjutnya menggunakan material cement

board, dengan variasi ketebalan 12,5 mm dan 16 mm. Berikut

ini merupakan spesifikasi dari cement board yang dipakai pada desain dinding partisi.

Cement board 12,5 mm

- Massa jenis : 1250 kg/m3

- Massa per luasan (surface mass area) : 15,6 kg/m2

- Total loss factor : 0,01 - Modulus Young : 6,9×109

Cement board 15 mm:

- Massa jenis : 1250 kg/m3

- Massa per luasan (surface mass area) : 20 kg/m2

- Total loss factor : 0,01 - Modulus Young : 6,9×109

Pada desain pertama bahan ini, dinding dirancang dengan ketebalan 12 cm yang terdiri atas cement board 16 mm pada masing-masing sisi serta cavity dengan lebar 88 mm. Hasil perhitungan desain ini yaitu sebagai berikut.

 f0 : 63,96021491

 fd : 625

 fc : 1708,424565

Hasil perhitungan yang diperoleh dari desain ini masih belum memenuhi standar dengan nilai DnTw+Ctr sebesar 47,8

dB. Maka dari itu desain ini masih belum optimal dalam menginsulasi bunyi.

Kemudian desain kedua, dirancang dinding dengan ketebalan sebesar 12,85 cm. Dinding ini terdiri dari cement

board dengan ketebalan 12,5 mm dan 16 mm serta cavity

sebesar 100 mm. Hasil perhitungan dari desain kedua ini yaitu sebagai berikut.

 f0 : 60

 fd : 550

 fc : 2186,783 (12,5mm); 1708,425 (16mm)

Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai DnTw+Ctr sebesar

47,5 dB. Nilai insulasi desain kedua ini masih belum cukup baik dan lebih rendah dari desain pertama.

Selanjutnya yang terakhir desain ketiga. Desain ini dirancang dengan ketebalan 12 cm yang terdiri dari cement

board 12,5 mm sebanyak dua lapis pada masing-masing sisi

serta cavity dengan lebar sebesar 70 mm. Hasil perhitungan desain ketiga yaitu sebagai berikut.

 f0 : 57,41692518

 fd : 785,7142857

 fc : 1093,391722

Dari hasil yang didapatkan, desain ini memiliki nilai DnTw+Ctr sebesar 52,9 dB. Hal ini berarti dinding partisi sudah

baik nilai insulasinya jika dibandingkan desain sebelumnya dan memenuhi standar yang ditetapkan yaitu lebih besar dari 51 dB.

C. Pembahasan

Dari hasil pengukuran, insulasi suara dari dinding partisi

existing ternyata belum memenuhi standar. Hal ini

dikarenakan gypsum board yang dipakai terlalu tipis sehingga suara yang ditransmisikan ke ruang penerima terlalu besar.

Gambar 9. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 20 40 60 80 100 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

DnT (dB) Ref Values (dB) Shifted Ref (+12) Gambar 8. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

DnT (dB) Ref Values (dB) Shifted Ref (+8)

Gambar 7. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

DnT (dB) Ref Values (dB) Shifted Ref (+4) Gambar 6. Perbandingan Kurva DnT Terhadap Kurva Referensi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 St an d ar d ised Le ve l D if fe re n ce (d B) Frequency (Hz)

(6)

Selain itu bisa dari pemasangan steker yang seharusnya pada pemasangannya di dinding tidak dibiarkan terbuka begitu saja tetapi diberikan housing. Kemungkinan lainnya bisa dari kondisi kamar tidur existing terdapat lubang sebagai saluran udara yang belum tertutup sehingga nilai DnTw+Ctr yang

didapatkan terlalu kecil.Karena dinding partisi existing masih belum layak atau tidak sesuai dengan standar, maka dilakukan peningkatan insulasi akustik dengan perancangan ulang dinding partisi.

Pada perancangan dengan material cement board, didapatkan hasil terbaik pada perancangan ketiga. Spesifikasi desain ini yaitu double panels pada masing-masing sisi (12,5 mm x 2) dan cavity sebesar 70 mm. Nilai DnTw+Ctr yang

didapatkan dari perancangan ini sebesar 52,9 dB. Nilai tersebut lebih besar dari nilai insulasi tertinggi dari material

gypsum board dan ini berarti peningkatan nilai insulasi yang

terbaik dapat dicapai dengan perancangan ketiga cement

board. Pada perancangan gypsum board menggunakan

ketebalan dinding yang lebih besar dari cement board tetapi menghasilkan nilai insulasi yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan massa, kekakuan serta kerapatan bahan berpengaruh terhadap nilai insulasi. Semakin berat, kaku serta rapat suatu bahan, maka nilai insulasinya juga akan semakin besar. Gypsum board memiliki berat yang lebih ringan, kekakuan dan kerapatan yang lebih rendah jika dibandingkan

cement board sehingga insulasi akustik cement board lebih

baik. Akan tetapi dari segi ekonomi, cement board kurang disarankan karena harganya lebih mahal daripada gypsum

board.

Dari seluruh hasil perhitungan dapat diketahui bahwa dalam merancang suatu dinding partisi, perlu diperhatikan jenis material, ketebalan material serta lebar cavity. Jika ketebalan material yang dipakai semakin besar, maka nilai rugi transmisi bunyi yang menggambarkan nilai insulasi juga semakin besar. Akan tetapi untuk cavity jika lebarnya kurang dari 5cm atau lebih dari 10 cm tidak akan bisa menghasilkan insulasi yang bagus. Pada rentang cavity yang optimal yaitu 5-10 cm, semakin lebar cavity maka akan meningkatkan nilai insulasi dan transmisi suara antar ruang kamar menjadi semakin kecil.

Cara lainnya untuk meningkatkan nilai insulasi dinding partisi yaitu dengan menambahkan bahan absorber pada

cavity dan diberikan stud untuk menjepit bahan absorber agar

menjadi rapat. Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh A. Jagniatinskis, B. Fiks dan V. Girnius, membuktikan bahwa partisi dengan menggunakan double studs bisa meningkatkan nilai transmission loss sebesar 3 – 4 dB [5].

V. KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi dinding existing kamar tidur hotel dengan nilai DnTw+Ctr sebesar 35,8 dB belum memenuhi syarat yang

ditentukan yaitu nilai DnTw+Ctr > 51 dB sehingga

dilakukan perancangan ulang untuk meningkatkan insulasi akustik dinding partisi.

2. Perancangan terbaik dari material gypsum board menghasilkan DnTw+Ctr sebesar 52,2 dB dan dari

material cement board menghasilkan DnTw+Ctr sebesar

52,9 dB. Sehingga perancangan dengan peningkatan nilai insulasi yang terbaik yaitu perancangan ketiga dari material cement board.

3. Nilai insulasi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan absorber dan pemakaian stud sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dalam perancangan dapat diaplikasikan dan dibuktikan hasilnya baik secara kalkulasi maupun secara eksperimen.

UCAPANTERIMAKASIH

Terima kasih kepada kedua pembimbing saya yaitu Pak Andi dan Pak Wiratno, seluruh dosen dan staf pengajar Teknik Fisika, serta seluruh mahasiswa Teknik Fisika yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan hingga penelitian ini selesai dilaksanakan.

DAFTARPUSTAKA

[1] Mediastika, E Christina, “Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan,” Yogyakarta: Andi (2009) 48-49.

[2] Buchari, “Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program,” USU Repository (2007).

[3] Harris, D.J. Knight, Steven, “Measurement of Airborne Sound Insulation (Separating Walls) at Gwynne Gardens, East Grinstead,” UKAS testing (2007).

[4] Ellefsen, Jarle and Olafsen, Sigmund, “Empirical Calculation of Sound Insulation in Lightweight Partition Walls with Separate Steel Studs,” Sydney (2010).

[5] Jagniatinskis, A., Fiks, B., and Girnius, V., “Airborne Sound Insulation Performance of Lightweight Partitions for Dwellings,” VGTU Institute.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir penelitian tugas akhir.
Gambar 3. Perbandingan Kurva D nT  Terhadap Kurva Referensi.
Gambar 9. Perbandingan Kurva D nT  Terhadap Kurva Referensi.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kajian awal yang perlu dilakukan untuk menerapkan teknik soil washing pada tanah tercemar minyak bumi adalah penggunaan surfaktan sebagai senyawa yang

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ketidakkonsistenan desain alinyemen horisontal pada daerah blackspot di tikungan dan mengembangkan model yang menjelaskan hubungan

Manajemen cairan adalah suatu hal yang mempengaruhi tekanan darah hal seperti yang dikemukan oleh Lolyta (2012), dalam melakukan kepatuhan banyak faktor yang

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pekerjaan Konsultansi Pengawas Pembangunan Gedung

Pendekatan yang dipergunakan untuk membahas struktur organisasi proyek adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisis struktur organisasi diatas yang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komponen komitmen organisasi yang dominan pada pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas

Pada aktiva produktif yang diklasifikasi diperoleh hasil 5,06%, maka dapat dikatakan aktiva produktif yang diklasifikasi dalam kategori cukup sehat karena menurut

Leonhardt dalam penelitianya menyatakan ada sepuluh alasan mengapa harus menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu: (1) anak-anak harus gemar membaca agar dapat