• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR CIPADARANTEN 1 PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG

GEDE PANGRANGO Oleh:

Isniatul Wahyuni1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir1) (E34120028), Yusi Widyaningrum1) (E34120048), Ulva Prabawati1) (E34120051), Raina Lydiasari1) (E34120116)

1)Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

ABSTRACT

Wildlife is one of the important factors in wildlife conservation activities. Inventory of wildlife in response to the importance of the database or the information carried out with the aim to find out all the information relating to the species of wildlife that can be used to define a strategy for the conservation of certain types of wildlife . Bird has a multifunctional role in the environment , one of which is in the seed dispersal and seed crops . The method used is the IPA ( Point of Abundance Index ) and MacKinnon . Implementation of the observations made by the silence at a certain point and then record the encounter of the bird within a certain time period and specific area with a circular plot . Radius of observation for each observation point as far as 50 meters to the distance between a point 100 meters and a span of observation for 10 minutes . Observation methods used during the observation that MacKinnon method ( method list of bird species ) that is by registering a bird species using a list of types . The lines obtained Cipadaranten 1 9 species of birds . species richness index was moderate , relatively low diversity index , evenness index relatively evenly and greatest dominance on the type of regular glasses of 42.86 % . And in the afternoon observations obtained index is high species richness , diversity index is low , relatively evenly evenness index and dominance of the largest on the type of regular glasses of 62.07 % .

Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

PENDAHULUAN

Informasi mengenai satwaliar merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan konservasi satwaliar. Inventarisasi satwaliar sebagai jawaban atas pentingnya database atau informasi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan spesies satwaliar yang dapat digunakan untuk menetapkan strategi konservasi bagi jenis satwaliar tertentu. Burung mempunyai peranan multifungsi di lingkungan, salah satunya adalah dalam penyebaran biji dan benih tanaman.

Bodogol adalah pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang sudah ada sejak tahun 1998. Organisasi ini merupakan hasil kerjasama antara tiga lembaga, yaitu :

Conservation International Indonesia (CII), Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Luas areanya mencakup 200 hektar. Di Bodogol terdapat berbagai macam satwaliar termasuk diantaranya jenis burung yang langka yaitu Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Praktikum inventarisasi satwaliar di Bodogol merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk untuk menerapkan metode inventarisasi jenis burung.

Burung termasuk dalam kelas Aves terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa dapat ditemukan sekitar 289 jenis (MacKinnon 1993). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi dan bersosial (Peterson 1970). Burung tergolong hewan berdarah panas. Keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian yaitu sebagai, 1) hama pertanian, contohnya burung gagak, burung bondol, dan burung manyar, 2) jenis yang menguntungkan, contohnya burung elang, burung bentet dan burung kapinis, 3) bahan makanan, contohnya burung puyuh, 4) perdagangan burung peliharaan, contohnya burung beo, burung tekukur, dan burung kutilang (MacKinnon 1993).

Jumlah satwaliar pada habitatnya merupakan salah satu bentuk keanekaragaman sumberdaya alam hayati (biodiversity) karena itu perlu dilakukan usaha perlindungan. Sebelum melakukan usaha perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebaran di habitatnya. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metoda sampling yang memudahkan kita untuk melakukan perhitunan populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata

(2)

r=50 mm 100 m 1000 mm

populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwaliar.

Adapun yang menjadi tujuan dari praktikum ini adalah menerapkan metode inventarisasi burung menggunakan metode Point of Abundance dan MacKinnon di Bodogol dan memperoleh database mengenai keanekaragaman jenis burung di Bodogol.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Praktikum pengamatan burung dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014 di Jalur Cipadaranten 1 Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.30-08.30 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB.

Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah meteran gulung, buku panduan lapang burung SKJB, binokuler, tallysheet, dan alat penunjuk waktu.

Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan adalah IPA (Index

Point of Abundance) dan MacKinnon. Pelaksanaan

pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang waktu tertentu dan luas area tertentu dengan plot berbentuk lingkaran. Radius pengamatan untuk setiap titik pengamatan sejauh 50 meter dengan jarak antar titik 100 meter dan rentang waktu pengamatan selama 10 menit.

Gambar 1 Ilustrasi penggunaan kombinasi metode IPA dan metode jalur.

Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan

menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya.

Pencatatan dihentikan bila tidak ada lagi pertambahan jenis, hasil yang didapat sudah menggambarkan jumlah jenis burung dikawasan tersebut (MacKinnon et al 2010). Metode Mackinnon ini dapat menghasilkan data jenis burung dalam suatu kawasan, sehingga data hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai dasar manajemen/ pengelolaan suatu kawasan.

Analisis Data

Hasil data yang didapat dianalisis menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan dan dominansi.

Indeks kekayaan Margalef (Dmg) 𝐷𝑚𝑔 = 𝑆 − 1

ln(𝑁) dengan :

Dmg : indeks kekayaan Margalef S : jumlah jenis yang ditemukan N : jumlah individu seluruh jenis

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H′). 𝐻′= − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖

𝑝𝑖 =ni N dengan :

H′ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni: Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah individu seluruh jenis Indeks kemerataan (E)

𝐸 = H′ ln(𝑆) dengan:

E : Indeks kemerataan jenis

H′: Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : Jumlah jenis yang ditemukan

Indeks ini menunjukkan pola sebaran satwa, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi, keberadaan setiap jenis satwa dalam kondisi merata. Besaran nilai E≈0 kemerataan spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E=1 menunjukkan kemerataan antarspesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing relatif sama (Fachrul 2012).

Indeks dominansi jenis (D) 𝐷 =𝑛𝑖

(3)

dengan :

D : indeks dominansi

ni : jumlah individu suatu jenis N : jumlah individu seluruh jenis

HASIL

Tabel 1 menunjukkan indeks kekayaan sebesar 3,72 kekayaan jenis tergolong sedang, indeks keanekaragaman sebesar 1,16 tergolong sedang, indeks kemerataan sebesar 0,83 tergolong tinggi dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 42,86 %. Tabel 2 mendeskripsikan indeks kekayaan sebesar 5,70 kekayaan jenis tergolong tinggi, indeks keanekaragaman sebesar 1,10 tergolong sedang, indeks kemerataan sebesar 0.62 kemerataan tergolong tinggi, dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 62,07 %. Tabel 3 menggambarkan pertambahan jenis burung yang ditemukan selama dua kali

pengamatan. Pada daftar jenis 1 ditemukan 4 jenis burung sedangkan pada daftar jenis 2 ditemukan 5 jenis burung yang baru. Jenis burung yang ditemukan pada kedua daftar adalah burung madu sriganti, burung alap-alap capung, dan burung kacamata biasa. Penambahan jenis burung dapat digambarkan pada gambar grafik 1 terlihat dari garis kurva yang menanjak sehingga jumlah burung yang ditemukan sebanyak 9 jenis.

Nilai indeks kelimpahan relatif dapat diperoleh melalui persamaan antara jumlah perjumpaan jenis burung di lokasi pengamatan dalam daftar jenis dengan jumlah daftar seluruhnya. Burung yang memiliki indeks kelimpahan relatif sebesar 100% adalah burung burung madu sriganti, burung alap-alap capung, dan burung kacamata biasa karena ditemukan di kedua daftar jenis.

T

abel 1 Indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan dominansi pengamatan pagi.

Jenis Jumlah D (%) Dmg H' E

Burung madu sriganti 5 22,86

3,72 1,16 0,83

Burung madu sriganti 3

Alap-alap capung 1 2,86 Srigunting kelabu 2 31,42 Srigunting kelabu 1 Srigunting kelabu 2 Srigunting kelabu 2 Srigunting kelabu 3 Srigunting kelabu 1 Kacamata biasa 15 42,86 Jumlah 35 100,00 3,72 1,16 0,83

Tabel 2 Indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan dominansi pengamatan sore.

Jenis Jumlah D(%) Dmg H' E

Layang-layang 7 24,14

5,70 1,10 0,62

Burung madu sriganti 1 3,45

Alap-alap capung 1 3,45

Cabai bunga api 1 3,45

Kacamata biasa 18 62,07

Kipasan bukit 1 3,45

Jumlah 29 100,00 5,70 1,10 0,62

Tabel 3 Daftar burung ditemukan.

Daftar jenis 1 Daftar jenis 2

Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) Burung wallet linchi (Collocalia linchi)

Burung alap-alap capung (Microhierax fringillarius) Burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Burung srigunting kelabu (Dicrurus leuchopaeus) Burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis)

Burung alap-alap capung (Microhierax fringillarius) Burung kipasan bukit (Rhipidura euryura)

Burung cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma) Burung pelanduk semak (Malacocincla sepiarium)

(4)

0 2 4 6 8 10 Daftar 1 Daftar 2 Ju m lah

Grafik penambahan jenis

Grafik 1 menggambarkan kurva penambahan jenis burung yang ditemukan di jalur Cipadaranten 1.

Gambar 1 grafik penambahan jenis. PEMBAHASAN

Pengamatan burung dilakukan menggunakan metode Point of Abundance dan MacKinnon di Jalur Cipadaranten 1 dengan total panjang jalur 1.200 meter. Jalur Cipadaranten 1 merupakan jalur dengan jalan setapak menurun dan berkelok-kelok dengan tebing dan jurang di sebelah kanan dan kiri. Terdapat sebuah menara untuk mengamati burung ataupun mamalia. Jenis pohon yang mendominasi antara lain ganitri, rasamala, saninten, kaliandra, puspa, kayu afrika dan berbagai jenis tumbuhan bawah, semak dan paku-pakuan. Kondisi tajuk pohon rapat dan tinggi dan terdapat liana maupun epifit yang menempel pada pohon tersebut. Cuaca pada saat pengamatan pagi gerimis dan berkabut dan suhu udara sebesar 22 C. Sedangkan pada saat pengamatan sore cuaca mendung dan semoat terjadi gerimis dengan suhu udara 23 C.

Metode pengamatan yang digunakan selama pengamatan yaitu metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Metode pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya. Metode Mackinnon dianalis dengan menggunakan kelimpahan relatif yaitu pencatatan dihentikan apabila sudah tidak ditemukan lagi penambahan jenis pada setiap pengamatan yang artinya sudah menunjukkan jumlah jenis dan

kelimpahan relatif di lokasi tersebut (Bibby et al 2000).

Pertambahan jumlah jenis burung pada masing-masing daftar pencatatan pengamatan sebesar 5. Perbedaan kehadiran jenis burung ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis tumbuhan, tingkat kenyamanan dan habitat pendukung yang berdekatan. Menurut faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan.

Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Wiens 1989). Struktur vegetasi mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung. Apabila habitat tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah. Tegakan yang cukup rapat membuat pengamat terbatas mengamati dan menemukan jenis burung yang ada. Penemuan jenis burung sangat berkaitan erat dengan kondisi habitatnya. Satwa akan memilih habitat yang memiliki kelimpahan sumberdaya bagi kelangsungan hidupnya, sebaliknya jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada burung dalam hal pemilihan habitat yang sesuai. Selain itu, penyebaran burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan, kompetisi serta seleksi alam.

Pada penggunaan metode Point of Abundance pengamatan pagi diperoleh 4 jenis

burung antara lain burung madu sriganti, alap-alap capung, srigunting kelabu, dan kacamata biasa. Sedangkan pada saat pengambilan data sore hari diperoleh 6 jenis yaitu layang-layang, burung madu sriganti, alap-alap capung, cabai bunga api, kacamata biasa, dan kipasan bukit.

Pengamatan pagi besar indeks kekayaan sebesar 3,72 dengan kekayaan jenis tergolong

(5)

sedang sedangkan pada pengamatan sore diperoleh sebesar 5,70 dengan kekayaan jenis tergolong tinggi. Indeks keanekaragaman pada pengamatan pagi sebesar 1,16 tergolong sedang dan pengamatan sore diperoleh sebesar 1,10 juga tergolong sedang. Helvoort (1981) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara keanekaragaman dengan keseimbangan jenis dalam satu komunitas. Apabila nilai keanekaragaman tinggi, maka keseimbangan antar jenis juga tinggi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Keseimbangan jenis tersebut dapat digunakan untuk melihat kondisi kestabilan hubungan dalam komunitas. Keanekaragaman yang tergolong rendah terjadi karena terdapat ketidaksesuaian habitat yang dibutuhkan satwa dengan habitat yang ada di jalus Cipadaranten 1.

Pengamatan pagi indeks kemerataan diperoleh sebesar 0,83. Sedangkan pada pengamatan sore sebesar 0.62 dengan kemerataan hamper merata karena E≈0 kemerataan tergolong rendah dan E=1 kemerataan tergolong tinggi. Indeks kemerataan yang diperoleh sebesar 0,6 semakin mendekati Kemerataan jenis menunjukkan komposisi jumlah individu per jenis dalam suatu habitat tertentu. Semakin merata suatu persebaran satwa di suatu lokasi tertentu maka semakin baik pula kondisi lingkungan tersebut sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup jenis burung-burung di kawasan PPKAB Bodogol. Kondisi lingkungan yang stabil dapat mendukung kehidupan satwa terutama burung baik dalam hal ketersediaan air, pakan maupun tempat berlindung. Dominansi terbesar pada jenis burung kacamata biasa sebesar 42,86 % pada pengamatan pagi dan pengamatan sore dominansi terbesar juga diperoleh dari jenis burung kacamata biasa sebesar 62,07 %.

Metode MacKinnon sangat efektif untuk melihat kelimpahan relatif jenis burung di suatu lokasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya batasan waktu saat pengamatan. Daftar Mackinnon dipakai untuk menyampel keanekaragaman burung secara kualitatif untuk menggambarkan berbagai jenis burung. Metode ini sangat baik digunakan dalam menjelaskan kelengkapan relatif pada sampel keanekaragaman. Setelah memperoleh 10 jenis, maka dimulai daftar baru. Dibuat kurva dengan cara memplot angka kumulatif dari jenis-jenis yang ditemui berlawanan dengan angka jumlah daftar yang tebuat (Kemp dan John 2003). Beberapa jenis yang ditemukan melalui identifikasi suara (tidak langsung). Hal ini dikarenakan kondisi tajuk yang rapat dan tinggi sehingga kesulitan mengamati morfologi individu jenis tersebut. Kendala lain adalah ukuran burung yang kecil, intensitas cahaya rendah akibat cuaca mendung, sehingga jarak pandang terbatas.

KESIMPULAN

Inventarisasi burung dilakukan dengan menggunakan metode MacKinnon yang dilakukan di jalur Cipadaranten 1 diperoleh 9 jenis burung. indeks kekayaan jenis tergolong sedang, indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks kemerataan tergolong merata dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 42,86 %. Dan pada pengamatan sore diperoleh indeks kekayaan jenis tergolong tinggi, indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks kemerataan tergolong merata dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 62,07.

DAFTAR PUSTAKA

Bibby C, Jones, Marsden. 2000. Teknik-teknik

Ekspedisi Lapangan: Survei Burung.

Bogor (ID): Birds Life International Indonesia Programme.

Fachrul MF. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

Helvoort B van. 1981. Bird Population in The

Rural Ecosystem of West Java.

Netherlands: Nature Conservation Departement.

Kemp, Neville J dan John Burke Burnett. 2003. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di pulau nugini : penilaian dan penatalaksanaan resiko terhadap keanekaragaman hayati. [laporan]. Papua (ID): IPCA bekerjasama dengan Universitas Cendrawasih

Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Darmaga[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

MacKinnon J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Terj S Lusli dan YA Mulyani. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

MacKinnon J, Philips K, vanBalen B. 2010.

Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia.

Peterson RT. 1970. The birds. Canada: Time Inc. Wiens JA. 1989. The Ecology of Bird Communities

(6)

LAMPIRAN

Hari/ Tanggal : Sabtu/ 13 Desember 2014 Waktu : 06.30-08.30

Kelompok : 17

Cuaca : Gerimis dan berkabut Suhu : 22oC

Tabel 1. Data pengamatan burung metode IPA pagi di jalur Cipadaranten 1.

Waktu Jenis Jumlah Titik ke- Aktifitas Jenis tumbuhan

06.34 Burung madu sriganti 5 1 Makan Kaliandra

06.39 Burung madu sriganti 3 1 Makan Kaliandra

06.41 Burung alap-alap capung 1 2 Bertengger Pohon gundul

06.58 Burung srigunting kelabu 2 3 Terbang -

06.59 Burung srigunting kelabu 1 3 Terbang -

07.06 Burung srigunting kelabu 2 4 Terbang -

07.15 Burung srigunting kelabu 2 5 Terbang -

07.27 Burung srigunting kelabu 3 6 Terbang -

07.45 Burung srigunting kelabu 1 8 Terbang -

07.50 Burung kacamata biasa 15 8 Terbang-bertengger Kaliandra

Jumlah 35

Hari/ Tanggal : Sabtu/ 13 Desember 2014 Waktu : 15.00-17.00

Kelompok : 17

Cuaca : Mendung Suhu : 23oC

Tabel 1. Data pengamatan burung metode IPA sore di jalur Cipadaranten 1.

Waktu Jenis Jumlah Titik ke- Aktifitas Jenis tumbuhan

15.22 Burung layang-layang 7 2 Terbang -

15.36 Burung madu sriganti 1 4 Bertengger Kaliandra

15.41 Burung alap-alap capung 1 4 Bertengger Kaliandra

16.02 Burung cabai bunga api 1 6 Terbang-bertengger Kaliandra 16.08 Burung kacamata biasa 18 6 Terbang-bertengger Kaliandra

16.22 Burung kipasan bukit 1 7 Terbang -

Jumlah 29

Pengolahan data

Pengamatan sore burung alap-alap capung 1. Dominansi

𝐷 =𝑛𝑖

N 𝑥 100 % = 1

29𝑥 100% = 3,45% 2. Indeks kekayaan jenis

𝐷𝑚𝑔 = 𝑆 − 1 ln(𝑁)= 6 − 1 ln (29)= 5,70 3. Indeks Keanekaragaman 𝐻′= − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = −Σ(0,34 + 0,12 + 0,12 + 0,12 + 0,30 + 0,12) = 1,10 4. Indeks Kemerataan 𝐸 = H′ ln(𝑆)= 1,10 ln (6)= 0,62

(7)

DOKUMENTASI PENGAMATAN

Gambar 1. Alap-alap Capung

Gambar

Grafik penambahan jenis
Gambar 1. Alap-alap Capung

Referensi

Dokumen terkait

1) Knowledge Sharing pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara berada pada kategori sangat baik dilihat pada rata-rata skor yang sangat tinggi. 2) Kinerja

Ibadah Minggu (27 Desember), Ibadah Malam Menjelang Tahun Baru (31 Desember), Ibadah Tahun Baru (01 Januari 2021) agar mengikuti Persiapan pada Selasa, 22 Desember 2020 Pukul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara belajar pemain keyboard pada band dalam salah satu komunitas musik di Bandung yaitu More Than Music Community yang belajar

 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati beberapa permasalahan yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari, yaitu Mobilitas Sosial.. 

Rumah sakit juga harus memikirkan aspek efisiensi, standar, dan kualitas pelayanan kesehatan agar kenaikan biaya pelayanan kesehatan dapat dikendalikan sehingga premi

Jamur ini merupakan jamur yang mempunyai tubuh buah berbentuk seperti kipas berwarna hitam dan disisinya berwarna putih kekuningan panjang 8 cm dengan permukaan tubuh

(2011) telah meneroka faktor-faktor yang menyumbang kepada hasrat penyertaan penduduk dalam pengurusan ekopelancongan dan mencadangkan hubungan antara struktur hasrat

Apakah orang-orang militer akan lebih berprestasi dari pada orang-orang politik apabila mereka telah memegang kontrol atas politik dan ekonomi, dan banyak sekali kesangsian yang