• Tidak ada hasil yang ditemukan

METATIKA Jurnal Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METATIKA Jurnal Pendidikan Matematika"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

METATIKA

Jurnal Pendidikan Matematika

METATIKA: Jurnal Pendidikan Matematika

Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metatika Journal Email: metatikayasika@gmail.com

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK

PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

WILY WANDARI

Pendidikan Matematika STKIP YASIKA Majalengka Email: wilywandari@gmail.com

ABSTRACT

Students are said to understand learning material if students can understand can describe the material well in accordance with their own words. But in reality there are still students who have low mathematical understanding skills, to develop learning that makes students able to understand the concepts of a material, one approach that can improve students' mathematical understanding skills is learning with a constructivism approach. This study aims to determine whether the increase in students' mathematical comprehension skills through learning with constructivism approaches is better than mathematical understanding abilities using conventional learning. This research is a quasi-experimental study. The population in this study were all students of Class X PM in one of the State Vocational Schools in Tasikmalaya with samples taken randomly, namely the X PM 5 class as the experimental class and X PM 3 as the control class. To obtain data in this study used a research instrument in the form of a set of tests of mathematical comprehension ability. Data analysis was carried out quantitatively using the Mann-Whitney test. Based on data analysis and testing, it was shown that an increase in students' mathematical comprehension skills using learning through constructivism approach was no better than mathematical comprehension ability using conventional learning. Keywords: Mathematical Understanding, Constructivism Approach, Conventional Learning.

ABSTRAK

Siswa dikatakan memahami materi pembelajaran apabila siswa dapat mengerti dan memahami serta dapat menguraikan materi dengan baik sesuai dengan kata-kata

Article Received: 10 Januari 2019, Review process: 11 Januari 2018, Accepted: 05 Februari 2019, Article published: 28 Februari 2019

(2)

sendiri. Namun pada kenyataannya masih ada siswa yang memiliki kemampuan pemahaman matematik yang rendah, untuk mengembangkan pembelajaran yang membuat peserta didik dapat memahami konsep dari suatu materi, salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematik siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X PM pada salah satu SMK Negeri di Tasikmalaya dengan sampel diambil secara acak yaitu kelas X PM 5 sebagai kelas eksperimen dan X PM 3 sebagai kelas kontrol. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa seperangkat tes kemampuan pemahaman matematik. Analisi data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan uji Mann-Whitney Berdasarkan analisis data dan pengujian, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang menggunakan pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik dari kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata Kunci: Pemahaman Matematik, Pendekatan Konstruktivisme, Pembelajaran Konvensional

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang penting sehingga mata pelajaran matematika diberikan di semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi. Namun meskipun pelajaran matematika telah diberikan secara maksimal mulai dari pendidikan tingkat dasar tetap saja matematika dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang sukar dan membosankan. Hal tersebut tidak berlebihan karena untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika memang membutuhkan pemahaman konsep yang baik, karena itu sebelum menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika peserta didik dituntut untuk dapat memahami konsep sebelumnya. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006) mengemukakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika di SMK/MAK yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.

Menurut Sumarmo (Alam, 2012) pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang berarti sebagai penyerap arti suatu materi yang dipelajari. Berdasarkan taksonomi Bloom (Arikunto, 2011) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagian dari ranah kognitif yang memiliki arti dengan

(3)

pemahaman, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. Dari pengertian tersebut peserta didik dikatakan memahami materi pembelajaran apabila peserta didik dapat mengerti dan memahami serta dapat menguraikan materi dengan baik sesuai dengan kata-kata sendiri.

Dalam pembelajaran matematika pemahaman matematik sangat diperlukan oleh peserta didik, karena dalam pemahaman matematik tersebut terdapat konsep-konsep yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga untuk dapat mempelajarinya harus runtut dan saling berhubungan, karena materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hapalan namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Namun fakta ketika melakukan studi lapangan di salah satu SMK Negeri di Tasikmalaya terdapat peserta didik yang masih mengalami kesulitan untuk memahami pokok bahasan matematika yang dijelaskan oleh guru. Sebagian peserta didik hanya menghapal rumus tanpa mengetahui alur penyelesaian atau rumus awal yang dijadikan dasar dari permasalahan yang diberikan. Jika peserta didik diberi soal dengan sedikit variasi yang berbeda dari contoh yang telah diberikan sebelumnya oleh, hanya beberapa peserta didik yang dapat menjawab dengan benar.

Dari uraian tersebut guru harus mampu untuk mengembangkan pembelajaran yang membuat peserta didik dapat memahami konsep dari suatu materi sehingga untuk melaksanakannya diperlukan suatu pendekatan, salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematik peserta didik adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.

Pendekatan konstruktivisme ini dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik yang lebih mengutamakan pengalaman langsung untuk membangun pemahaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hal ini diperkuat oleh Anita Woolfolk (Pribadi, 2009) mengemukakan bahwa pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Pendapat tersebut sejalan dengan teori belajar Bruner (Slameto, 2010) bahwa dalam proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar belajar perlu lingkungan yang

(4)

dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan di mana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator serta guru membimbing peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuan dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dengan memperhatikan uraian tersebut, peneliti berupaya untuk mengkaji apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas X Pemasaran salah satu SMK Negeri di Tasikmalaya, yang terdiri dari 5 kelas. Sampel pada penelitian ini diambil dua kelas secara acak dari seluruh populasi. Sampel yang diambil adalah kelas X Pamasaran 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X Pemasaran 3 sebagai kelas kontrol, dengan jumlah siswa sebanyak 78 siswa. Kelompok sampel pertama mendapatkan perlakuan dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan kelompok sampel kedua memperoleh perlakuan pembelajaran konvensional. Setiap sampel diberi pretes-postes untuk megetahui peningkatan yang diperoleh kedua sampel. Sehingga desain penelitiannya sebagai mana yang dikemukakan oleh Russefendi, E.T (2010:50) :

A O X1 O

A O X2 O

Keterangan :

A = Pemilihan subjek secara acak O = Pretes postes

(5)

X2= Pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai beriku : (1) identifikasi kemampuan pemahaman matematik, materi ajar. (2) Merancang instrumen untuk penelitian. (3) Uji coba instrumen. (4) Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari tes yang telah dilaksanakan. (5) Menuliskan laporan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Untuk mendapatkan data tersebut diperlukan instrumen berupa seperangkat soal tes kemampuan pemahaman matematik peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Mann Whitney, data diolah menggunakan Microsoft Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan analisis data, diperoleh bahwa salah satu data dari kedua sampel tidak normal, maka homogenitas tidak dihitung dan kemudian dilanjutkan dengan mengitung uji hipotesis dengan Uji Mann Whitney. Langkah untuk melakukan uji Mann Whitney adalah sebagai berikut :

: : Keterangan :

= Parameter rerata gain kelompok eksperimen = Parameter rerata gain kelompok kontrol Kriteria pengujian adalah:

Tolak H0 jika signifikan-1tailed < signifikan pengujian dengan  taraf nyata pengujian.

H0 : Peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik dari peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

H1: Peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Karena pada perhitungan sebelumnya salah satu data dari kedua sampel tidak normal, maka homogenitas tidak dihitung dan kemudian dilanjutkan dengan

(6)

mengitung uji hipotesis dengan Uji Mann Whitney. Langkah untuk melakukan uji Mann Whitney adalah sebagai berikut :

a. Dalam perhitungan uji ini, skor atau pada perhitungan ini gain ternormalisasi dari kedua sampel diurutkan menurut peringkat

b. Setelah dihitung kemudia cari nilai Ua dan Ub

c. Selanjutnya ambil nilai U yang tekecil kemudian cari z hitung dengan menggunakan rumus

Menentukan nilai z hitung dari rumus berikut.

√ d. Menentukan signifikan-1tailed = 0,07

e. Menentukan nilai signifikan menguji yaitu untuk = 0,01

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikan-1tailed = 0,07 dan signifikan pengujian adalah 0,01. Ternyata signifikan-1tailed > signifikan pengujian yaitu 0,07 > 0,01 ini berati H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya Peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Pembahasan

Pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme dilaksanakan oleh peneliti dengan menyiapkan perangkat penelitian mulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan bahan ajar, membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), menyiapkan tugas individu dan soal tes pemahaman matematik. Dalam memulai kegiatan penelitian dimulai dengan pemilihan sampel secara acak dari populasi yaitu kelas X Pemasaran, maka terpilih kelas X Pemasaran 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X Pemsaran 3 sebagai kelas kontrol. Penelitian dilaksanakn di dua kelas yang telah terpilih tersebut dengan memberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Dikedua kelas tersebut diberikan pretes sebelum dilakukan pembelajaran dan sesudah selesai pembelajaran maka postes dilaksanakan, soal pretes dan postes

(7)

yang diberikan menggunakan soal yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstrktivisme dalam pelaksanaannya memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan pemikiran sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan konstruktivisme, pada awal pembelajaran, peneliti sebagai guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya kemudian menginformasikan materi yang akan dibahas. Guru kemudian menggali pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik tentang materi yang akan disampaikan. Kemudian guru mengelompokan peserta didik secara heterogen dengan anggota kelompok sebanyak 4-5 orang.

Selanjutnya peserta didik diberikan bahan ajar untuk dipelajari secara berkelompok dimana guru dalam tahap ini menggunakan teknik scaffolding yaitu memberi bantuan kepada peserta didik secukupnya hanya pada saat peserta didik mengalami kesulitan. Kemudian guru meminta perwakilan peserta didik dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Selain itu guru dan peserta didik mengadakan tanya jawab mengenai materi yang telah dipresentasikan. Kemudian guru memberi penguatan yang berupa penjelasan konsep dan meminta perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan yang mereka dapatkan kepada teman di kelas.

Kemudian guru membagikan LKPD kepada setiap kelompok dan meminta peserta didik untuk mengerjakan LKPD untuk dikerjakan secara berkelompok. Peserta didik pada tahap ini dapat mengembangkan ide-ide yang dimiliki. Dalam hal ini fungsi dan peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari bahan ajar dan LKPD. Ditambah dari adanya pendapat baru yang dijadikan pengetahuan yang datang dari peserta didik lainnya serta medapat bimbingan dari guru sehingga pemahaman yang diperoleh peserta didik dapat diterapkan pada konsep lain yang serupa. Hal ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky (Trianto, 2010) yaitu peserta didik memperoleh pengetahuan baru dengan cara saling berinteraksi dan bekerja sama dengan peserta didik lainnya.

Kemudian peserta didik diberikan kesempatan bertanya baik kepada teman maupun kepada guru, ketika pembelajaran berlangsung guru menciptakan masyarakat belajar, artinya mereka belajar dalam kelompok-kelompok. Setelah guru

(8)

memberikan penjelasan tambahan, maka di akhir pertemuan melakukan refleksi dengan cara memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya sehingga peserta didik dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Dalam melaksanakan penilaian, peserta didik diberikan tugas individu pada setiap akhir pertemuan.

Dalam pelaksanaannya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas eksperimen adalah masih ada peserta didik yang malas untuk bekerja dan saling berinteraksi dalam kelompok. Pada awalnya peserta didik masih belum terbiasa menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivime ditambah adanya bahan ajar dan LKPD yang harus dibahas dan dikerjakan secara berkelompok, selain itu pada awal pembagian kelompok masih terdapat peserta didik yang mengandalkan teman kelompoknya sehingga diskusi kelompok dirasa kurang efektif. Tetapi seiring dengan terbiasanya pembelajaran selanjutnya menggunakan pendekatan konstruktivisme, peserta didik mulai aktif untuk dapat berdiskusi, menylesaikan dan melengkapi baik bahan ajar atau LKPD, dan peserta didik yang lain terlihat termotivasi untuk dapat bertanya maupun mempresentasikan baik soal yang dibahas di kelompok maupun materi yang telah mereka pahami.

Pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional, untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna maka digunakan pendekatan ekspositori dan pemberian latihan. Karena dalam pelaksanana pembelajaran konvensional menggunakan pendekatan ekspositori, maka dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pembelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu yang diperlukan saja, sehingga peserta didik tidak hanya mendengarkan dan membuat catatan tetapi peserta didik dapat bertanya apabila ada hal yang tidak dimengerti. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Tim MKPBM (2001: 171) bahwa pendekatan ekspositori sama seperti metode ceramah tetapi dominasi guru banyak berkurang, karena guru tidak terus-menerus berbicara.

Dalam pembelajaran konvensional dengan pendekatan ekspositori peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan saja, tetapi juga membuat soal dan bisa bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, atau menjelaskan kembali kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Peserta didik mengerjakan latihan soal sendiri.

(9)

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya pendekatan ekspositori dalam pembelajaran konvensional tidak berarti bahwa peran peserta didik di kelas pasif atau semakin berkurang, peserta didik harus tetap berperan secara aktif dan optimal belajar di kelas, dengan tujuan untuk dapat memahami dan menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga dominasi guru berkurang karena peserta didik belajar lebih aktif, baik dilihat dari respon terhadap pertanyaan dari guru maupun waktu yang diberikan oleh guru kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Karena pada dasarnya pembelajaran konvensional yang dilakukan di kelas tidak berbeda dengan apa yang biasa mereka lakukan sebelumnya, namun pendekatan yang digunakan adalah ekspositori yang menekankan agar peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga pada kelas kontrol diperlukan sedikit penyesuaian dalam pembelajarannya.

Pada awal pembelajaran di kelas kontrol sudah terlihat bahwa peserta didik yang ada pada kelas tersebut aktif dalam pembelajaran ini, apabila ketika guru memberikan waktu untuk bertanya peserta didik tidak malu untuk bertanya tentang pembahasan atau soal yang kurang dimengerti, sehingga tercipta interaksi terutama ketika tanya jawab yang dirasa efektif di kelas. Kemudian setelah keaktifan tersebut ditunjukkan peserta didik ketika guru memberikan soal-soal, rata-rata peserta didik di kelas ingin mengerjakan soal tersebut sehingga guru perlu menyiapkan soal yang lebih banyak dalam pembelajaran tersebut. Sesuai dengan inti teori belajar ausubel (Tim MKPBM, 2001) dimana belajar adalah belajar bermakna, dimana pendekatan ekspositori akan sangat efektif dalam menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna.

Berdasarkan perhitungan rata-rata yang telah dilakukan pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konstruktivisme diperoleh rata-rata Normalized Gain sebesar 0,65 dan untuk rata-rata Normalized Gain kelas kontrol adalah 0,58. Dari perhitungan rata Normalized Gain menunjukan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata-rata-rata kelas kontrol, namun setelah melakukan analisisi perhitungan dengan menggunakan uji Mann Whitnney menunjukan bahwa sesuai dengan pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikan-1tailed = 0,07 dan signifikan pengujian adalah 0,01. Ternyata signifikan-signifikan-1tailed > signifikan pengujian yaitu 0,07 > 0,01 ini berati H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya Peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pendekatan

(10)

konstruktivisme tidak lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dari hasil pengujian hipotesis yang diperoleh tersebut ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi diantaranya adalah sebagai betikut.

a. Faktor guru

Dalam hal ini guru yaitu peneliti sendiri yang dalam pelaksanaannya di kelas eksperimen, dikarenakan ada kendala kurangnya pengalaman dan waktu dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme menyebabkan kurang optimalnya pembelajaran dengan pedekatan konstruktivisme tersebut. Meski pada awal dilaksanaakan penelitian dengan pendekatan konstruktivisme ini peserta didik perlu menyesuaikan terlebih dahulu karena terdapat pengelompokna dan diskusi tetapi seiring waktu berjalan peserta didik dapat mengikuti pembelajara dengan lancar dan antusias.

Berbeda dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan menggunankan pendekatan ekspositori dan latihan dimana memaksimalkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dimana didukung dengan keunggulan pendekatan ekspositori menurut Sanjaya, Wina (2012) sebagai berikut.

1) Pembelajaran dengan pendekatan ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas dengan waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan penuturan guru tetapi pesertadidk bisa melihat dan mengobservasi (melalui pelaksanana demonstrasi)

3) Metode ini bisa digunakan untuk jumlah peserta didik dan ukuran kelas yang besar.

b. Faktor peserta didik,

Peserta didik dapat menjadi faktor yang memepengaruhi proses pembelajaran, dimana peserta didik baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki kemampuan yang berbeda ada peserta didik yang berkemampuan tinggi, rendah maupun sedang. Setelah dilakukan penelitian dapat terlihat bahwa pada kedua kelas peserta didik memiliki motivasi tinggi untuk dapat mengikuti dan untuk menguasai materi. Pada kelas kontrol banyak peserta didik yang termotivasi oleh peserta didik lainnya sehingga berlomba untuk dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sehingga terciptanya suatu pembelajaran yang bermakna yang

(11)

sesuai dengan inti teori belajar Ausubel, meskipun masih ditemukan peserta didik yang pendiam tetapi peserta didik yang aktif terlihat mendominasi.

c. Faktor lingkungan,

Dalam hal ini faktor lingkungan adalah lingkungan belajar peserta didik di kelas,dimana pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran diskusi kelompok meskipun dalam pelaksanaannya peserta didik mampu untuk membangun pengetahuan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam mengemukakan pendapat di kelompoknya akan menyebabkan kesulitan dalam mengambil kesimpulan atau menyelesikan persoalan karena perbedaan individu sehingga ada kelompok yang sukar dalam pengambilan keputusan. Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional dimana peserta didik tidak dikelompokkan sehingga mereka keberhasilan dalam belajar dapat ditentukan oleh dirinya sendiri atau secara individual,sejalan dengan Sanjaya, Wina (2012) “Pengorganisasian yang efektif hanya dapat diciptakan manakala siswa belajar secara individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah secara individual walaupun pengajaran itu dilaksanakan secara klasikal”.

Faktor-fator yang telah dikemukakan tersebut adalah faktor yang dapat memberikan penjelasan kenapa peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik dengan pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik dengan pembelajaran konvensional.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik peserta didik melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menggali lebih dalam lagi mengenai efektifitas pendekatan konstruktivisme baik pada kemampuan pemahaman matematik atau kemampuan yang lainnya pada materi yang berdeda, sehingga dapat menghasilkan instrumen penelitian yang lebih matang, dan dapat lebih memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, B.I. (2012). “Peningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan KomunikasiMatematika Siswa Sd Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)”. Makalah Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

BSNP.(2006).Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK.Jakarta: BSNP

Pribadi, B.A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Slameto. ( 2010 ). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Trianto.(2010). Mendesain Model Pembelajaran Motivatif-Progresif : Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Keuangan Daerah Kabupaten Banyumas (BKD) selaku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) selaku Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) melaksanakan tugas sebagai

Sebagai state of the art, pada penelitian ini diusulkan sebuah rancangan broadband metamaterial BPF menggunakan bahan mikrostrip dengan menggunakan metode open split

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Setelah semua use case berhasil diimplementasikan dan dapat diakses langsung oleh pengguna, tahap akhir dari penelitian ini adalah pengujian sistem yang telah

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan aspek teknis dalam

Sungguh disayangkan para calon gubernur dan calon wakil gubernur Kalimantan Barat dalam Pilkada Tingkat I Gubernur Kalimantan Barat 2012 lalu tidak memanfaatkan kekuatan

Di samping pengaturan tentang hak dasar yaitu hak untuk hidup yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) tersebut yang dalam hal ini dihubungkan