• Tidak ada hasil yang ditemukan

v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "v 2 v 5 v 3 Gambar 3 Graf G 1 dengan 7 simpul dan 10 sisi."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh 2

Dari graf G pada Gambar 1 didapat

e1 incident dengan simpul v1 dan v2,

e2 incident dengan simpul v1 dan v3,

e3 tidak incident dengan simpul v1, v5, dan v3. Definisi 3 (Adjacent)

Jika e={p,q} E, maka simpul p dikatakan

adjacent (berelasi) dengan simpul q.

(Foulds 1992) Contoh 3

Dari graf G pada Gambar 1 didapat

v1 adjacent dengan v2, v3, dan v4,

v2 adjacent dengan v1 dan v4,

v3 tidak adjacent dengan v2 dan v4.

Definisi 4 (Neighbourhood dari simpul) Misalkan diberikan graf G=(V,E).

Neighbourhood dari v ∈ V, ditulis dengan NG(v) atau N(v), adalah himpunan simpul yang adjacent dengan v, yaitu

NG(v)={u V(G) | vu E(G)}.

(Foulds 1992) Contoh 4

Dari graf G pada Gambar 1 diperoleh

N(v2)={v1,v4}, N(v1)={v3,v2,v4}, dan lainnya. Definisi 5 (Graf Berbobot)

Suatu graf G=(V,E) dikatakan berbobot jika terdapat sebuah fungsi w: E→R (dengan

R adalah himpunan bilangan real) yang

memadankan setiap sisi di E dengan sebuah bilangan real yang disebut bobot. Setiap bobot

w(uv) dengan uv∈E dinotasikan dengan wuv. (Foulds 1992) Contoh 5 G: 1 2 4 1

v

2

v

5

v

3

v

v

4 2

Gambar 2 Contoh graf berbobot. Pada Gambar 2 terdapat graf berbobot dengan bobot w(uv) sebagai berikut:

sisi {v2v3} memiliki bobot w(v2v3)=2, sisi {v3v4} memiliki bobot w(v3v4)=1. Definisi 6 (Walk)

Suatu walk dalam suatu graf G adalah sebuah barisan berayun dari simpul dan sisi- yang berbentuk

W : v0, e1, v1, e2, v2,...,en–1, vn–1, en, vn yang dimulai dari simpul v0 dan diakhiri di simpul vn dengan e = vi–1vi untuk i=1,2,..,n.

Karena sisi ei sudah dicerminkan dari simpul yang mengapitnya, maka untuk selanjutnya

walk dapat dituliskan dengan barisan simpul W : v0, v1, v2,...,vn–1, vn.

Walk yang dimulai dari v0 dan berakhir di vn disebut walk v0–vn dan walk W mempunyai panjang n karena melalui n sisi (tidak harus berbeda).

(Chartrand & Oellermann 1993) Contoh 6 G1: 2 1 1 1 1 2 2 3 5 4 1 v v2 3 v 4 v v6 v7 v5

Gambar 3 Graf G1 dengan 7 simpul dan 10 sisi.

Pada Gambar 3 didapatkan walk v1– v7 antara lain walk v1– v7: v1, v2, v5, v1, v3, v4, v6, v7

.

Definisi 7 (Path)

Suatu path dalam graf G adalah suatu

walk dengan semua simpulnya berbeda.

(Ahuja et al. 1993) Contoh 7

Pada Gambar 3 terdapat contoh path, yaitu sebagai berikut:

Path v1– v7: v1, v3, v4, v6, v2, v5, v7,

Path v1– v7: v1, v5, v7,

Path v1– v7: v1, v3, v4, v6, v7, dan seterusnya.

Definisi 8 (Panjang Path)

Misalkan diberikan path p, yaitu barisan simpul v0–v1–v2–...–vk. Panjang path p adalah jumlah semua panjang sisi yang terdapat pada

path tersebut atau dapat dituliskan sebagai:

(

)

0 1 1 ( ) ( , )k k i , i . i d p d v v d v v = = =

(Cormen et al. 1990) Contoh 8

Pada Gambar 3 didapatkan beberapa path yang menghubungkan simpul v1 dan simpul v7 dengan panjang path yang berbeda, yaitu:

path v1– v7: v1– v3– v4– v6– v2– v5– v7 dengan panjang d(v1, v7)=13, path v1– v7: v1– v5– v7 dengan panjang d(v1, v7)=7, path v1 – v7: v1– v3– v4– v6– v7 dengan panjang d(v1, v7) =5.

(2)

Definisi 9 (Path Terpendek)

Path u–v dikatakan path terpendek jika path yang menghubungkan simpul u dan

simpul v tersebut memiliki panjang yang minimum di antara path u–v yang lainnya.

(Hu 1981) Definisi 10 (Subgraf )

Suatu graf G’=(V’,E’) adalah subgraf dari graf G=(V,E) jika V’⊆V dan E’⊆E.

(Ahuja et al. 1993) Contoh 9

Pada Gambar 4 didapat salah satu subgraf dari graf G1=(V1,E1), G1’: 1

v

v

2 3

v

4

v

v

7 Gambar 4 Subgraf ' 1 G = (V1',E1') dari graf G1 pada Gambar 3.

Definisi 11 (Subgraf yang diinduksi oleh simpul)

Misalkan S⊆V(G) dan S≠∅. Subgraf yang diinduksi oleh S dapat dituliskan 〈S〉, H=〈S〉 disebut subgraf maksimal dari G dengan himpunan simpul S. H=〈S〉 ialah subgraf yang menghubungkan simpul-simpul di S secara maksimal. Ini berarti 〈S〉 memuat semua sisi dari G yang menghubungkan simpul-simpul di

S.

(Chartrand & Oellermann 1993) Contoh 10 H: 7 v 3 v v4 2 v v5 6 v 8 v

Gambar 5 Graf H=(V, E). Diketahui himpunan S={v2, v3, v4, v6} 1 H : 3 v v4 2 v 6 v

Gambar 6 Subgraf H1yang diinduksi oleh

himpunan simpul S.

Subgraf H1diinduksi oleh himpunan

simpul S, karena H1=〈S〉 yaitu subgraf yang

menghubungkan simpul-simpul di S secara maksimal. 2 H : 3 v 2 v 6 v 4 v

Gambar 7 Subgraf H2 tidak diinduksi oleh

himpunan simpul S.

Subgraf H2 tidak diinduksi oleh himpunan

S, karena ada sisi yang menghubungkan

simpul v3 dan simpul v4 di G tetapi tidak menghubungkan simpul v3 dan simpul v4 di

H2.

Definisi 12 (Graf terhubungkan)

Graf G=(V,E) dikatakan terhubungkan (connected) jika setidaknya ada satu path yang menghubungkan setiap pasang simpul pada graf tersebut. Jika tidak ada, maka graf tersebut dikatakan tidak terhubungkan (disconnected). (Ahuja et al. 1993) Contoh 11 G: 3,6 e 7,8 e 11,12 e 4,5 e 6,9 e 5,7 e e9,10 7,11 e e8,12 6 v 4 v 5 v v7 v10 12 v 8,9 e 8 v v9 11 v 2,4 e 4 v 2,3 e 1,3 e 3 v 1,2 e 2 v 1 v

(3)

G1: 1,3 e 2,3 e 1,2 e 4,5 e 5,7 e e8,9 e9,10 7,11 e e8,12 2 v v3 v6 4 v 5 v v7 v8 v9 v10 11 v v12 1 v

Gambar 9 Graf G1=(V1,E1) tidak terhubung. Definisi 13 (Komponen dari Graf)

Suatu subgraf terhubung yang tidak termuat pada subgraf lainnya yang juga terhubung disebut komponen graf.

(Balakrishnan 1997) Contoh 12

Graf G1 pada Gambar 9 terdiri atas 4 buah komponen, yaitu K1, K2, K3, dan K4, yaitu sebagai berikut: K1:

e2,3 1,3 e 3 v 1,2 e 2 v 1 v

Gambar 10 Komponen ke-1 dari graf G1.

K2: 5,7 e 7,11 e 5

v

v

7 11

v

4

v

Gambar 11 Komponen ke-2 dari graf G1.

K3:

8,9 e e9,10 8,12 e 8

v

v

9

v

10 12

v

Gambar 12 Komponen ke-3 dari graf G1.

K4:

v

6

Gambar 13 Komponen ke-4 dari graf G1. 2.2 Integer Programming

Integer programming (IP) atau

pemrograman integer adalah suatu

pemrograman linear dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat (integer). Jika semua variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut dinamakan pure

integer programming, dan jika hanya sebagian

yang harus berupa integer dinamakan mixed

integer programming. Jika IP dengan semua

variabel harus bernilai 0 atau 1, maka disebut 0–1 IP.

(Garfinkel & Nemhauser 1972) 2.3 Masalah Set covering

Misalkan diberikan suatu himpunan S={1, 2, ..., n}. Misalkan juga elemen dari himpunan

I merupakan himpunan bagian dari S.

Misalkan elemen dari himpunan I terdapat sebanyak K yang dinyatakan dengan Ij, j∈{1, 2, …, K} dan masing-masing memiliki bobot. Definisi 14 (Kover)

Misalkan himpunan S={1, 2, …, n} dan himpunan I={I1, I2, …, IK} dengan Ij ⊆ S, j∈

J={1, 2, …, K}. Himpunan Ij dengan j∈ J* ⊆ J merupakan kover dari S jika

* j . j J S I ∈ = U

(Garfinkel & Nemhauser 1972) Contoh 13

Misalkan himpunan S={a,b,c,d,e,f} dan

I={I1,I2,I3,I4,I5} dengan j J={1,2,3,4,5}. Misalkan I1={a,b}, I2={a,c}, I3={b,e},

I4={d,e,f}, I5={a,c,f}. Kover dari S di antaranya adalah {I1,I2,I4}, karena untuk J* ={1,2,4} berlaku * j 1 2 4 { , , , , , } . j J I I I I a b c d e f S ∈ = U U = = U

Definisi 15 (Masalah Set Covering/SC) Misalkan diberikan cj >0 adalah bobot yang berpadanan dengan setiap Ij, dengan j J. Bobot total dari suatu kover {Ij} dengan j∈J* adalah ∑j J*cj , dengan J* adalah himpunan

bagian dari J. Masalah set covering merupakan suatu masalah yang menemukan kover dengan bobot minimum yang dapat ditulis sebagai berikut:

(4)

Minimumkan 1 1 1 terhadap ( ) 1, 1,..., 0 atau 1, 1,..., K j j j K ij j j j z c x P a x i m x j K = = ⎫ = ∑ ⎪ ⎪ ⎬ ⎪ ≥ = ∑ ⎪ ⎪ = = dengan 1, jika anggota dari kover 0, jika selainnya. j j I x = ⎨⎧ ⎩

, 1, jika elemen dari 0, jika selainnya. j i j i I a = ⎨⎧ ⎩ (Garfinkel & Nemhauser 1972) Contoh 14 Misalkan diberikan himpunan-himpunan S={a,b,c,d,e,f,g} dan I={I1,I2,I3,I4,I5} dengan j J={1,2,3,4,5}. Misalkan I1={a,b,g}, I2={a,c,g}, I3={b,e,g}, I4={d,e,f}, I5={a,c,f}. Misalkan setiap elemen dari I dipadankan dengan suatu bobot untuk mengkover setiap elemen dari S. Akan ditentukan formulasi untuk mengkover semua elemen dari S oleh elemen-elemen dari I, dengan bobot minimum. Untuk itu, diperlakukan model pemrograman integer murni 0-1. Misalkan: , 1, jika 0, selainnya j i j i I a = ⎨⎧ ∈ ⎩ 1, jika anggota dari kover 0, selainnya. j j I x = ⎨⎧ ⎩ Jika diasumsikan setiap elemen dari I mempunyai bobot=1, dan fungsi objektifnya adalah meminimumkan banyaknya elemen I yang digunakan untuk mengkover elemen dari S. Maka formulasi IP yang sesuai dengan Definisi 15 adalah Minimumkan 1 2 3 4 5 1 2 5 1 3 2 5 4 3 4 4 5 1 2 3 terhadap 1 1 1 1 1 1 1 j {0,1}, untuk 1, ..., 5 z x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x j = + + + + ⎫ ⎪ ⎪ ⎪ + + ≥ ⎪ + ≥ ⎪ + ≥ ⎪ ⎬ ≥ ⎪ + ≥ + ≥ + + ≥ ∈ = 2 (P ) ⎪ ⎪ ⎪ ⎪ ⎪

Banyaknya kendala pada formulasi di atas merepresentasikan banyaknya elemen dari S. Misalkan kendala ke-1 menyatakan bahwa elemen pertama dari S, yaitu a, dapat dikover

oleh I1={a,b,g}, I2={a,c,g}, atau I5={a,c,f} yang berturut-turut merupakan elemen ke-1, elemen ke-2 dan elemen ke-5 dari himpunan I.

Dengan menggunakan LINGO 11.0, solusi ILP (P2) dapat diperoleh yaitu x3=1,

x4=1, x5=1, dan z=3. Dari solusi ILP, himpunan dari {I3,I4,I5} merupakan kover dari

S (lihat Lampiran 1). Hal ini dikarenakan

I3∩I4∩I5=

{b,e,g}∩{d,e,f}∩{a,c,f}={a,b,c,d,e,f,g}=S.

Definisi 16 (Kover terhubungkan)

Kover terhubungkan merupakan suatu kover dan juga merupakan graf terhubungkan, sedangkan kover tidak terhubungkan adalah suatu kover dan juga merupakan graf tidak terhubungkan.

(Cerdeira et al. 2005) 2.4 Penentuan Path Terpendek dengan

Algoritme Dijkstra

Algoritme Dijkstra akan digunakan untuk menentukan path terpendek dari u0 ke setiap simpul di suatu graf atau digraf berbobot. Bobot tersebut adalah bilangan taknegatif.

Misalkan diberikan G=(V,E) dengan himpunan simpul V(G) adalah graf berbobot dan tak berarah yang setiap sisi u0v∈E(G) memiliki bobot taknegatif w(u0v). Jika path

u0–v ada, maka jarak d(u0,v) dimisalkan jarak di antara pasangan simpul u0,v di G yang memiliki bobot minimum dari setiap path u0–

v. Jika path u0–v tidak ada, maka jarak

d(u0,v)=+∞. Setiap simpul v (≠u0) akan dilabeli l(v) sehingga l(v)=d(u0,v). Pada proses awalnya, label dari simpul u0 adalah l(u0)=0, sedangkan label dari simpul v (≠u0) adalah

l(v)=+∞. Label dari simpul v (≠u0) mungkin turun dari ∞ ke jarak d(u0,v) yang ditentukan. Untuk simpul v (≠u0), PARENT(v) adalah simpul sebelum v di path terpendek u0–v. Ketika l(v) diperbaharui, path terpendek u0–v akan ditemukan dan PARENT(v) diperbaharui untuk mengindikasi simpul yang lebih dulu di

path terpendek u0–v. Misalkan S adalah himpunan bagian dari himpunan simpul V(G) yang berisi simpul-simpul di G yang sudah ditentukan jaraknya dari u0.

Langkah-langkah pada algoritme Dijkstra untuk menentukan jarak dari u0 ke setiap simpul di graf G dengan banyaknya simpul p adalah sebagai berikut:

LANGKAH 1

[Misalkan semua simpul v (≠u0) di G dilabeli dengan l(v)=+∞ dan l(u0)=0. Indeks variabel i

(5)

dimulai dari i=0. Pada saat ini S={u0}, dan

S’=V(G)–{u0}]

i←0, S←{u0}, S’←V(G)–{u0}, l(u0) ←0, dan

l(v) ←+∞. Jika p=1, maka proses dihentikan.

Jika tidak, lanjutkan ke LANGKAH 2. LANGKAH 2

[Jika label v di S’ yang adjacent dengan ui berubah, maka PARENT(v) diubah menjadi

ui] Untuk setiap v∈S’ sehingga ui,v∈E(G), jika

l(v) ≤ l(ui) + w(uiv), proses dilanjutkan, jika tidak, maka

l(v) ← l(ui) + w(uiv), dan PARENT(v)←ui. LANGKAH 3

[Langkah ini menentukan simpul ui+1∈S’ dengan jarak d(ui,ui+1) yang sudah ditemukan] Tentukan m=min{l(v)|v∈S’}. Jika vj∈S’ dipilih sebagai simpul dengan l(vj)=m, maka

m adalah jarak antara u0 dan vj, dan ui+1 = vj. LANGKAH 4

[Pembaharuan S dan S’]

S=S ∪ { ui+1 }, S’ =S’ – { ui+1 }. LANGKAH 5

[Pembaharuan indeks variabel i]

i ← i+1. Jika i=p–1, maka proses berhenti.

Jika tidak, Kembali ke Langkah 2. (Chartrand & Oellermann 1993) Contoh 15

Misalkan diberikan graf tak berarah dan berbobot seperti pada Gambar 14.

G: 0 u 2 v 1 v 3 v 4 v 5 v 6 v v7 8 7 17 6 14 13 11 9 16 5 10

Gambar 14 Graf G tak berarah dan berbobot. Pada Gambar 14 terdapat 8 simpul dan 11 sisi beserta jarak antarsimpulnya. Misalkan akan ditentukan path terpendek dari u0 ke setiap simpul di G beserta jarak yang minimum. Dengan menggunakan algoritme Dijkstra (lihat Lampiran 2) akan diperoleh path terpendek dari u0 ke semua simpul di G beserta jaraknya.

Tabel 1 Jarak terpendek dari simpul u0 ke semua simpul di G dari algoritme Dijkstra

Dari Tabel 1, dapat diketahui beberapa path terpendek dari simpul u0 ke semua simpul v (path terpendek Q). Contoh path terpendek dari simpul u0 ke simpul v1 ialah path terpendek Q1= u0 – v5 – v1 dengan jarak 18, untuk path terpendek dari simpul u0 ke simpul

v2, yaitu path terpendek Q2= u0 – v2 dengan jarak 13. G: 0 u 2 v 1 v 3 v 4 v 5 v 6 v v7 8 13 16 5 10 Gambar 15 Path terpendek Qi.

Iterasi u0 v1 v2 v3 v4 v5 v6 v7 Penambahan S 0 0 (∞, – ) (∞, – ) (∞, – ) (∞, – ) (∞, – ) (∞, – ) (∞, – ) u0 1 (∞, – ) (13, u0) (∞, – ) (16,u0) (8,u0) (∞, – ) (∞, – ) v5 2 (18, v5) (13, u0) (25,v5) (15, v5) – (∞, – ) (∞, – ) v2 3 (18, v5) (25,v5) (15,v5) (∞, – ) (∞, – ) v4 4 (18, v5) (20, v4) – – (∞, – ) (∞, – ) v1 5 – (20, v4) – (∞, – ) (∞, – ) v3

Gambar

Gambar 2  Contoh graf berbobot.
Gambar 4  Subgraf  G 1 ' = ( V 1 ' , E 1 ' ) dari graf  G 1  pada Gambar 3.
Gambar 9 Graf G 1 =(V 1 ,E 1 ) tidak terhubung.
Tabel 1 Jarak terpendek dari simpul u 0  ke semua simpul di G dari algoritme Dijkstra

Referensi

Dokumen terkait

This research aims to analyze whether the LDR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, FBIR, ROA and NIM have significant influence simultaneously to CAR In Devisa National Private

Meningkatnya berbagai kegiatan manusia di Jakarta dan sekitarnya akan memberikan kontribusi pencemaran logam NH OLQJNXQJDQ SHUDLUDQ .HSXODXDQ 6HULEX 6HEDJDL VHNHORPSRN SXODX

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan agar peneliti dapat memaparkan apa adanya tentang suatu

Pembukaan aktivitas perdagangan pada Fase II seperti Pasar Rakyat, Toko Swalayan, Fasilitas Kesehatan, dapat ditingkatkan menjadi Fase III apabila seluruh elemen masyarakat

Beberapa basil penelitian pada kawasan karst lain di luar Indonesia mendapatkan jumlah yang bervariasi yaitu 1-3 jenis kelelawar dalam satu goa, Sebagai contoh

Pemilihan Umum pada tahun 2014 ada dua Pemilu yakni Pemilu Legislatif pada bulan April 2014 dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Juli 2014. Fenomena yang terjadi

Pada triwulan II-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang

Betonarme karkas yapı tasarımı için Türkiyede en çok kullanılan üç yazılım ( İdestatik Probina ve Sta4cad ) ile tasarlanan 6 farklı çok basit yapının sonuçları