• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKONOMI BASIS DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN JEPARA

Nur Kusumawati, Kusnandar, Agustono

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457

Email : k_suma08@yahoo.com Telp : 085867656100

Abstract: This research aimed to identify the position of agricultural sector,

other economic sector and agricultural subsector becoming the basis and non basis in Jepara Regency, to identify the agricultural sector, other economic sector and agricultural subsector with rapid growth and competitiveness viewed from the growth component value in Jepara Regency. The basic method employed in this research was descriptive one. The research location was selected purposively, Jepara Regency. The method of analyzing data used was Location Quotient and Shift Share Analysis. The data employed was secondary one. The result of research showed that there were four basic sectors in agricultural and other economic sectors and three basic agricultural subsector in Jepara Regency. Considering the Shift Share Analysis, there were six agricultural and other economic sectors with rapid growth in 2007-201 while there were agricultural subsectors in Jepara Regency with rapid growth. Agricultural and other economic sectors with competitiveness included mining and exploration; electricity, gas and clean water; building and service sectors, while the agricultural subsectors with competitiveness included food material plant, forestry and fishery.

Key words: Jepara Regency, Location Quotient, Shift Share

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi posisi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara, untuk mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan cepat dan memiliki daya saing yang dilihat dari nilai komponen pertumbuhan di Kabupaten Jepara. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Daerah penelitian diambil secara sengaja yaitu Kabupaten Jepara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Location Quotient dan Shift Share. Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat sektor basis dalam sektor pertanian dan perekonomian lainnya serta tiga sub sektor pertanian basis di Kabupaten Jepara. Berdasarkan analisis Shift Share terdapat enam sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya yang memiliki pertumbuhan yang cepat pada tahun 2007-2011 sedangkan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara terdapat dua sub sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat. Sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya terdapat 4 sektor yang memiliki daya saing yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan dan sektor jasa-jasa sedangkan sub sektor pertanian yang memiliki daya saing yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamya adalah struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awalnya, yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan tenaga kerja. Semua itu diberlakukan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang (Widodo, 2006). Oleh karena itu pembangunan dalam suatu daerah membutuhkan perencanaan yang matang dan melibatkan segenap elemen masyarakat di setiap proses pelaksanaannya. Maka dari itu diharapkan pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik di segala sektor maupun sub sektor dan pada gilirannya pembangunan dapat berhasil dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat.

Dalam kerangka pembangunan ekonomi daerah, desentralisasi ekonomi bukan sekedar pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, tetapi paling tidak harus diterjemahkan dalam tiga aspek perubahan penting yaitu pendaerahan pengelolaan pembangunan ekonomi, swastanisasi perencanaan pelaksanaan pembangunan ekonomi dan organisasi serta kelembagaan pembangunan ekonomi juga harus mengalami perubahan yang lebih baik lagi (Syahrani, 2001). Pembangunan daerah merupakan upaya daerah untuk dapat lebih jauh menekankan pelaksanaan suatu kebijakan-kebijakan

pembangunan yang bertumpu pada kekhasan daerah yang menggunakan potensi sumber daya manusia yang ada dan potensi alam yang menjadi kekhasan daerah (Arsyad, 2004). Pembangunan daerah di era otonomi daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.

Kabupaten Jepara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah dimana pemerintah daerah harus menerapkan kebijakan-kebijakan yang strategis dalam pembangunan daerahnya. Pembangunan daerah di Kabupaten Jepara dapat dilakukan dengan baik apabila pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten Jepara tinggi sehingga akan dapat mendorong pembangunan yang lebih baik lagi di Kabupaten Jepara. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diketahui dari pertumbuhan Produk Regional Bruto (PDRB). Dimana indikator tersebut pada dasarnya menghitung total nilai tambah faktor produksi suatu daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu. Peranan sektoral dalam pembentukan PDRB Kabupaten Jepara cukup bervariasi, sektor yang memiliki peran terbesar adalah sektor industri pengolahan dengan kontibusi sebesar 27,94%, sektor perdagangan sebesar hotel dan restoran sebesar 21,45 % serta sektor pertanian sebesar 20,66 % (BPS, 2011).

Penentuan dalam suatu kebijakan pembangunan terutama di bidang ekonomi ialah dengan cara pemerintah Kabupaten Jepara harus berpedoman pada kondisi sektor ekonomi yang ada. Untuk itu dalam pembangunan

(3)

pertanian wilayah Kabupaten Jepara memerlukan analisis penentuan posisi sektor dan sub sektor pertanian serta komponen pertumbuhan wilayah. Analisis ekonomi basis digunakan untuk menentukan sektor dan sub sektor basis, sedangkan komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya apakah bertumbuh lambat atau cepat dan apakah mempunyai daya saing yang baik atu belum memiliki daya saing yang baik.

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama per-tumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi (SDP) lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada, terutama dalam era otonomi daerah dan era per-dagangan bebas (Tambunan, 2001).

Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti lain sebagian besar

sektornya mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan bagi wilayah yang pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah lazim digunakan analisis Shift Share (Budiharsono, 2005). Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis suatu dampak pertubuhan regional khususnya pertumbuhan lapangan kerja. Selain itu analisis ini diterapkan untuk menggambarkan trend pertumbuhan historis, memperkirakan pertumbuhan regional dan menganalisis efek dari inisiatif kebijakan serta mengembangkan perencanaan strategis untuk suatu kominitas tertentu ( Rice and Horton, 2010: 1-12).

Penelitian ini bertujuan untuk1) mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara, 2) mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan cepat dan mempunyai daya saing dilihat dari nilai komponen pertumbuhan di Kabupaten Jepara. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki serta memusatkan diri pada

(4)

pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Nazir, 2003).

Lokasi Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu berdasarkan kesesuaian dengan kriteria tertentu yang ditetapkan/dikehendaki oleh peneliti, sesuai dengan tujuan penelitian (Mardikanto, 2010). Daerah yang diambil dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara. Data sekunder yang digunakan berupa data PDRB Kabupaten Jepara tahun 2007-2011 Atas Harga Konstan 2000, Jepara Dalam Angka 2011, dan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara 2012-2017.

Metode Analisis Data

Analisis untuk mengidentifikasi sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian menjadi basis dan tidak basis di Kabupaten Jepara adalah analisis Location Quotient Arsyad (2004). Besarnya nilai LQ diperoleh dari persamaan berikut: Vt Vi vt vi LQ ...(1) Dimana LQ adalah Indeks Location Quotient sektor i di Kabupaten Jepara,

v adalah PDRB sektor i Kabupaten Jepara, vt adalah PDRB total sektor pertanian dan perekonomian lainnya di Kabupaten Jepara, Vi adalah PDRB sektor i di Provinsi Jawa Tengah, Vt adalah PDRB total sektor di Provinsi Jawa Tengah

Apabila nilai LQ suatu sektor > 1, maka sektor tersebut merupakan sector basis. Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor < 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor non basis.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara digunakan metode analisis Shift Share yang terbagi dalam tiga komponen analisis yaitu ; National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Berikut ini merupakan beberapa rumus dalam analisis Shift Share : (Tarigan, 2007)

∆Yr = Yr,t – Yr,t – n ∆Yr,I = Yr,i,t – Y r,i,t-n ∆Yr,i,t = (Nsi + Pr,i + Dr,i) ∆Yr = (Ns + Pr + Dr)

Ns,i,t =Yr,i,t-n (YN,t/YN,t-n) –Yr,i,t-n Pr,i,t =(YN,i,t/YN,i,t-n)–(YN,t/YN,

t n) x Yr,i,t-n

Dr,i,t =Y r,i,t(YN,i,t /YN,i,t-n)Y r,i,t-n Dimana ∆ adalah Pertambahan, angka lahir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun tn), N adalah Nasional atau wilayah nasional atau wilayah yang lebih tinggi, R adalah Region atau wilayah analisis, Y adalah PDRB, i adalah sektor pertanian, perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian, t adalah tahun, t-n adalah tahun awal, Ns adalah Nasional Share,

(5)

P adalah Proportional shift, D adalah Differential Shift

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sektor Pertanian Dan Sektor Perekonomian Lainnya Yang Menjadi Basis Dan Tidak Basis Di Kabupaten Jepara

Analsis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui posisi suatu sektor dalam suatu perekonomian suatu sektor atau sub sektor tersebut apakah basis atau tidak. Hasil analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

A. Pertanian

1,1575 1,1496 1,1606 1,1076 1,1573

B. Non Pertanian

1. Pertambangan dan Penggalian

0,4943 0,5140 0,5222 0,5294 0,5472

2. Industri Pengolahan

0,8684 0,8460 0,8508 0,8588 0,8464

3. Listrik, Gas, & Air Bersih

0,8338 0,8522 0,8741 0,8750 0,9304

4. Bangunan

0,8958 0,9213 0,9416 0,9827 0,9987

5. Perdag., Hotel & Restoran

1,0182 1,0263 0,9993 1,0109 0,9853

6. Pengangkutan & Komunikasi

1,0764 1,0700 4,1055 1,0715 1,0438 7. Keu. Persewaan, & Jasa

Perusahaan

1,7163 1,7130 1,6855 1,7434 1,7630

8. Jasa-Jasa

0,9015 0,9712 0,9848 0,9955 1,0027 Sumber : Analisis Data Sekunder

Sektor pertanian di Kabupaten Jepara merupakan sektor basis hal ini karena sekor pertanian di Kabupaten Jepara didukung dengan luas lahan yang cukup tinggi, mencapai 26,47% luas penggunaan lahan di Kabupaten Jepara digunakan sebagai lahan persawahan. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis karena Tingginya mobilitas penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Jepara, dimana sebagian besar penduduknya banyak yang bekerja wilayah Jepara, maka hal ini

mendorong munculnya jasa angkutan dan komunikasi di Kabupaten tersebut. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor basis didukung oleh adanya peningkatan pendapatan asli daerah dan pajak, retribusi dan laba perusahaan milik daerah seperti koperasi dan pegadaian. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Jepara menjadi basis dikarenakan fasilitas kesehatan di Kabupaten Jepara ini cukup memadai diantaranya dibangun rumah sakit umum maupun swasta dan adanya puskesmas.

(6)

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis di Kabupaten Jepara pada tahun 2007-2011. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ sebesar 0,5472. Sektor industri pengolahan merupakan sektor non basis di Kabupaten Jepara pada tahun 2007-2011. Nilai LQ sektor industri pengolahan mengalami naik turun dari tahun 2007-2011, pada tahun 2007 mempunyai nilai LQ sebesar 0,8684 terus mengalami penurunan menjadi 0,8464 pada tahun 2011.

Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten Jepara merupakan sector non basis dari tahun 2007-2011. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ sektor ini selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sektor bangunan di Kabupaten Jepara ini belum mampu menjadi basis karena wilayah Jepara walaupun sebagian besar bukan wilayah pertanian tetapi di Kecamatan

Keling sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Jepara merupakan sektor non basis. Hal ini mempunyai arti bahwa hasil produksi barang dan jasa di sektor tersebut hanya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Jepara bahkan apabila terjadi kekurangan harus mengimpor dari luar daerah.

Identifikasi Sub Sektor Pertanian Yang Menjadi Basis Dan Tidak Basis Di Kabupaten Jepara

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang terdiri atas lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, kehutanan dan perikanan. Hasil dari analisis Location Quotient untuk sektor pertanian Kabupaten jepara dapat disaksikan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Jepara Tahun 2007-2011

Sub sektor 2007 2008 2009 2010 2011

1. Tanaman bahan makanan 0,87 0,87 0,90 0,89 0,93

2. Tanaman perkebunan 2,77 2,87 2,54 2,58 2,24

3. Peternakan 0,39 0,38 0,38 0,40 0,38

4. Kehutanan 1,14 1,29 1,48 1,82 1,97

5. Perikanan 0,92 0,85 0,90 1,04 1,02

Sumber: Analisis Data Sekunder Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sektor basis di Kabupaten Jepara hal ini disebabkan sub sektor ini didukung dengan wilayah pertanian yang luas dan iklim yang sesuai untuk tanaman perkebunan yang di butuhkan

masyarakat. Sub sektor kehutanan merupakan sektor basis hal ini dikarenakan pengembangan potensi kehutanan di Kabupaten Jepara diarahkan pada potensi kehutanan yang telah ada, yaitu berupa hutan

(7)

negara. Sub sektor perikanan pada tahun 2011 menjadi basis karena Kabupaten Jepara mempunyai garis pantai sepanjang 82 km yang melintasi 32 desa pada 7 wilayah kecamatan dengan 12 Tempat Pelelangan Ikan (TPI), khusus kecamatan Karimunjawa mempunyai jalur penangkapan sepanjang 1500 km.

Sub sektor tanaman bahan makanan meupakan sub sektor non basis hal ini dikarenakan sub sektor tanaman bahan makanan mengalami penurunan, dikarenakan produksi beberapa tanaman pokok berpati seperti ubi jalar, kedelai dan kacang hijau dan tanaman buah-buahan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut terjadi kemarau yang berkepanjangan. Sub sektor peternakan merupakan sektor non basis hal yang menyebabkan sektor ini menjadi tidak basis adalah karena belum optimalnya pembinaan kepada petani peternak beserta dukungan dana intensif dalam mengembangkan usaha peternakannya, dan penanggulangan penyakit ternak dan masih rendahnya produksi hasil ternak.

Identifikasi Komponen

Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya

Menurut Herath dkk (2011 : 155-169) metode Shift Share menganalisis pertumbuhan regional berasal dari tahun 1940-an: metode tersebut umumnya digunakan untuk menggambarkan tren pertumbuhan kebijakan atau mengembangkan

perencanaan strategis yang menggambarkan pertumbuhan regional dan industri serta memeriksa daya saing pertumbuhan daerah dan industri dalam periode waktu tertentu. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen National share, komponen Proporsional Shift dan komponen Differential Shift. dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

(8)

Tabel 3. Perhitungan Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Kabupaten Jepara tahun 2007-2011 LAPANGAN USAHA National Share Proportional Shift Differential Shift A. Pertanian 212.382,70 -116.588,04 -28373,1194

B. Non Pertanian

1. Pertambangan & Penggalian 5.074,36 -320,58 1893,56

2. Industri Pengolahan 254.393,38 41.621,73 -71808,66

3. Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.438,15 787,19 2771,72

4. Bangunan 46.714,62 9.827,68 20218,69

5. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 198.757,95 21.875,16 -62442,74

6. Pengangkutan dan Komunikasi 49.912,75 15.382,06 -15757,13 7. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 56.999,79 12.727,11 -891,05

8. Jasa - jasa 85.543,50 -1.497,85 34368,49

JUMLAH 916.217,24 -16.185,54 -120.020,22 Sumber: Analisis Data Sekunder

Analisis Shift Share sektor pertanian menunjukkan nilai National Share sebesar 212.382,70 juta. Nilai komponen Proportional Shift sebesar -116.588,04 sektor ini termasuk kedalam sektor yang memiliki Pertumbuhan yang lambat. Sedangkan komponen Differential Shift sebesar -28373,11, sektor ini tidak mempunyai daya saing.

Analisis Shift Share sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai National Share sebesar 5.074,36 juta. Nilai Proportional Shift positif yaitu sebesar Rp. -320,58 juta. Sektor ini berarti pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp.

1.893,56 juta, yang berarti sektor ini mempunyai daya saing wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama di regional Provinsi Jawa Tengah.

Analisis Shift Share sektor industri pengolahan menunjukkan nilai National Share sebesar 254.393,38 juta, Nilai Proportional Share di Kabupaten Jepara yaitu sebesar 41.621,73 juta sehingga pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Nilai Differential Shift sektor di Kabupaten Jepara yaitu sebesar Rp. -71.808,66 juta.

(9)

Analisis Shift Share sektor listrik, gas dan air bersih menunjukkan nilai National Share sebesar 6.438,15 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 787,19 juta. Nilai Proportional Shift ini berarti bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan Differential Shift sebesar Rp. 2.771,72 juta, berarti sektor ini mempunyai daya saing wilayah yang baik.

Analisis Shift Share sektor bangunan menunjukkan nilai National Share sebesar 46.714,62 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 9.827,68 juta. Sektor bangunan berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. 20.218,69 juta, berarti sektor mempunyai daya saing wilayah yang baik

Analisis Shift Share sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai National Share sebesar 198.757,95 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 21.875,16 juta. Sektor ini berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. -62.442,74 juta, berarti bahwa sektor ini tidak mempunyai daya saing yang baik.

Analisis Shift Share sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan nilai National Share sebesar 49.912,75 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 15.382,06 juta. Hal ini berarti bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. -15.757,13 juta. Hal ini berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik.

Analisis Shift Share sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai National Share sebesar 56.999,79juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 12.727,11 juta. Nilai Proportional Shift tersebut menunjukkan bahwa sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. -891,0540 juta, berarti sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik.

Analisis Shift Share sektor jasa-jasa menunjukkan nilai National Share sebesar 85.543,50 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. -1.497,85 juta. Nilai Proportional Shift ini berarti bahwa sektor jasa-jasa di Kabupaten Jepara pertumbuhannya lambat. Sedangkan Differential Shift sebesar Rp. 34.368,49 juta, berarti sektor jasa-jasa mempunyai daya saing wilayah yang baik.

Identifikasi Komponen

Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Jepara

Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen National share, komponen Proporsional Shift dan komponen Differential Shift. Dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini:

(10)

Tabel 4. Perhitungan Nilai Komponen Pertumbuhan Wlayah Sub Sektor Pertanian Kabupaten Jepara tahun 2007-2011

NO. Sub Sektor Pertanian National Share Proportional Shift Differential Shift

1 Tanaman Bahan Makanan 58.522,0776 -6.039,9168 21162,9593

2 Tanaman Perkebunan 25.327,1153 -7.737,7013 -53069,3640

3 Peternakan 4.760,1179 4.504,5545 -2560,9824

4 Kehutanan 1.987,1185 183,7738 13661,5076

5 Perikanan 5.198,2297 -1.770,8671 3292,9175

JUMLAH 95.794,6591 -10.860,1569 -17512,9622 Sumber: Analisis Data Sekunder

Analisis Shift Share sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan nilai National Share sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp. 58522,07 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. -6039,91 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. 21162,95 juta, berarti bahwa sub sektor ini mempunyai daya saing.

Analisis Shift Share sub sektor tanaman perkebunan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp. 25.327,11 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. -7737,70 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya lambat. Sedangkan nilai Differential Shift sebesar Rp. Rp. -53069,36 juta, berarti sub sektor ini tidak mempunyai daya saing.

Analisis Shift Share sub sektor peternakan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National Share sebesar Rp. 4.760,11 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 4.504,55 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan

nilai Differential Shift sebesar Rp. Rp. -2560,98 juta, berarti bahwa sub sektor ini tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik.

Analisis Shift Share sub sektor kehutanan menunjukkan nilai National Share Sub sektor ini mempunyai nilai National share sebesar Rp. 1.987,1185 juta. Nilai Proportional Shift sebesar Rp. 183,773885 juta, berarti bahwa sub sektor ini pertumbuhannya cepat. Sedangkan nilai Differential shift sebesar Rp. Rp. 13661,50 juta, berarti bahwa sub sektor ini mempunyai daya saing.

Analisis Shift Share sub sektor perikanan menunjukkan nilai National Share Sub sektor perikanan mempunyai nilai National share sebesar Rp. 5.198,22 juta. Sub sektor ini pertumbuhannnya lambat. Sub sektor perikanan memiliki nilai Proportional Shift sebesar Rp. -1770,86 juta. Sub sektor perikanan memiliki nilai Differential shift sebesar Rp 3292,91 juta, berarti sub sektor ini mempunyai daya saing.

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Sektor pertanian di Kabupaten Jepara merupakan sektor basis. Selain sektor pertanian terdapat empat sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Jepara. Sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Jepara adalah sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

Komponen National Share sektor pertanian, sektor perekonomian lainnya dan sub sektor pertanian di Kabupaten Jepara memiliki nilai pertumbuhan yang cepat. Komponen Proportional shift Kabupaten jepara menunjukkan sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor jasa-jasa tergolong sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat Sedangkan sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; dan sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tergolong sektor yang pertumbuhannya cepat. Sub sektor pertanian yang memiliki pertumbuhan cepat yaitu sektor peternakan dan kehutanan Komponen Different shift Kabupaten Jepara yang memiliki daya saing yang yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa. Sub sektor pertanian yang memiliki daya saing terdapat tiga sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan.

Saran

Sektor pertanian di Kabupaten Jepara perlu ditingkatkan lagi mengenai potensi-potensi yang unggul dan berpotensi yaitu salah satu upaya yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan dibentuknya Gapoktan ( gabungan kelompok tani) dengan adanya kelompok tani tersenut diharapkan menjadi tempat para petani dalam memecahkan setiap persoalan yang dihadapi oleh para petani sehingga dalam mencapai tujuan meningkatkan hasil pertanian dapat tercapai dan diharapkan agar jepara mampu swasembada pangan dari hasil pertanian di Jepara.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 2004. Pengantar

Perencanaan dan

Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta.

Budiharsono, S. 2005. Teknik Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Herath, Gebremedhin, amd Mambe.

2011. A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Journal of Rural amd Community Development (2011). 6(2). 155-169

Mardikanto, T. 2010. Metode Penelitian dan Evaluasi Agribisnis. Jurusan /Program Agribisnis Fakultas Pertanian UNS-Solo. Surakarta.

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

(12)

Rice and Horton. 2010. Analysis of Recent Changes in Arkansas Personal Income : 2007-2009: A Shift Share Approach. Journal of Businesss Administration online, 9 (2). 1-12

Syahrani, H. A. H., 2001, Penerapan Agropolitan dan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Daerah, Jurnal Frontir XXXI, Dinas Pertanian, Bandung Tambunan. 2001, Transformasi Ekonomi di Indonesia Teori

dan Penemuan Empiris, Salemba Empat, Jakarta. Tambunan. 2001, Transformasi

Ekonomi di Indonesia Teori dan Penemuan Empiris, Salemba Empat, Jakarta. Tarigan, R. 2007. Ekonomi Regional :

Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta

Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

1) Dari pengujian hasil simulasi, suatu site yang memiliki nilai Call Drop Rate (CDR) melebihi 1.5% akan disarankan untuk optimasi berdasarkan penyebab drop call

TRI MUTIA RAHMAH, 1111013000046, Ronggeng dalam Kebudayaan Banyumas dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya Terhadap Pembalajaran

Sistem Pengambilan Keputusan Penilaian terhadap pemilihan siswa mengikuti lomba kompetensi siswa merupakan sebuah sistem yang dapat menentukan peserta yang mengikuti lomba kompetensi

“Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,

[r]

Advantageous is the high operation safety of SUSI 62 (coming down with comparatively low speed in case of loss of control), the short learning time to operate the system, the

at 536 (finding that “[s]ection 113(i)’s legislative history reveals that CERCLA’s right of intervention was not intended to extend to non-settling [polluters] seeking to protect

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil belajar IPA siswa.Adapun peningkatan hasil pembelajaran dapat dilihat dari perolehan nilai siswa dalam