• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI DI BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI DI BANTEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI

DI BANTEN

Resmayeti Purba

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Jl. Ciptayasa km.01 Ciruas Serang Banten Tlp. 0254 281055; Fax. 0254 282507 email: resmayeti63@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu komponen teknologi yang menentukan dalam pengembangan kedelai adalah benih. Banyak faktor yang mempengaruhi ketersediaan benih sampai ke tingkat petani di Banten. Produksi dan alur distribusi benih unggul mulai dari benih sumber sampai benih sebar belum optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyediaan benih bermutu adalah melalui pemberdayaan penangkar. Kebutuhan benih kedelai mencapai 250.000 kg/tahun yang berarti peluang untuk usaha penangkaran. Petani penangkar benih kedelai banyak mengalami kendala, terutama permodalan, pascapanen, dan sertifikasi karena benih kedelai tidak dapat disimpan lama. Pemberdayaan penangkar dilakukan dengan memperbanyak benih kedelai kelas BS (Breeder Seed) yang berpedoman kepada Standar Operasional prosedur produksi benih sumber. Benih yang dihasilkan penangkar mendapat label kelas FS (Foundation seed) dari BPSB. Untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja penangkar perlu pendampingan teknologi dari BPTP, pembinaan dan dukungan dari BBI dan BPSB di Banten. Penerapan teknologi produksi benih sumber kedelai sesuai anjuran dapat memberikan keuntungan yang lebih baik bagi penangkar.

Kata kunci: Peluang, penangkar, benih, kedelai

ABSTRACT

The opportunity on the development of seed growers for soybean in Banten Regency. Seed system is the most ultimate technological components in soybean development. There are many factors affect the availability of seeds to the farmers in Banten. The production and distribution of improved seeds from Foundation Seeds to Extension Seeds have not been optimal. One necessary effort for the availability of high quality seeds is empowering seed growers. The huge of seed demand by 250,000 kg yearly means business opportunity for seed growers. In the reality, soybean seed growers experienced many constraints: capital, post harvest handling and certification process, given the soybean seeds could not stored longer. Empowering the seed growers was done by increasing the availability of Breeder Seeds as planting materials. The seed growers produced soybean seeds that classified into Foundation Seed and completed by certificate issued by BPSB. To increase the capacity and performance seed growers, the assistance and support from BBI, BPTP and BPSB in Banten is required. The application recommended technology for producing soybean seeds will give better profit to seed growers.

Key words. opportunity, seed growers, soybean

PENDAHULUAN

Pangsa pasar kedelai di Banten cukup besar, diprediksi akan terus bertambah karena peningkatan populasi penduduk, berkembangnya industri pangan tahu dan tempe. Peluang pengembangan kedelai terlihat dari sumberdaya lahan yang cukup luas, teknologi

(2)

teknologi budidaya serta meningkatnya kebutuhan kedelai. Ketersediaan teknologi yang sesuai agroekosistem merupakan unsur penunjang dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi kedelai. Untuk peningkatan produksi, Balitkabi telah melepas varietas unggul kedelai yang berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit, potensi hasil 2,16−3,50 t/ha dan umur panen 73−95 hari, antara lain : Grobogan, Anjasmoro, Kaba, Argomulyo (Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian 2009; Anonimous 2009). Percepatan distribusi varietas unggul juga dilakukan BPTP dengan introduksi benih kedelai varietas Grobogan dan Wilis ke kelompok tani (Nursusilawati dkk. 2010).

Kedelai merupakan komoditas unggulan Kementan Pertanian setelah padi dan jagung. Program swasembada kedelai tahun 2014 merupakan target Kementan Pertanian yang harus direspon oleh daerah, termasuk Banten. Produksi nasional merupakan refleksi pro-duksi kedelai di daerah termasuk Banten meskipun sumbangan propro-duksi kedelai secara nasional dari Banten hanya 15.888 ton atau 1,63%, sangat jauh jika dibandingkan dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang mencapai 35,75% dan 21,57% (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011). Program swasembada kedelai dapat diwujudkan mela-lui peningkatan produksi, perluasan areal tanam, perbaikan dan penerapan teknologi serta ketersediaan benih bermutu. Penyediaan benih unggul perlu dengan dukungan dari pelaku perbenihan Balai Benih Provinsi/Kabupaten, Dinas Pertanian, BPSB, PT SHS dan PT Pertani, Penangkar dan BPTP.

Salah satu komponen yang paling menentukan dalam pengembangan kedelai adalah benih. Di Banten, perbenihan tanaman pangan untuk padi sudah berkembang, sedangkan untuk kacang-kacangan termasuk kedelai sebagaian besar masih informal dan hasilnya tanpa jaminan mutu/sertifikasi benih (Resmayeti et al. 2011). Kondisi ini salah satu penye-bab produktivitas kedelai di Banten masih rendah 1,2 t/ha sementara potensi produksi varietas kedelai unggul nasional mencapai 2,4−2,8 t/ha. Ketersediaan benih sampai pada tingkat petani dipengaruhi oleh alur dan produksi benih sumber. Prosedur dan tatacara produksi dan distribusi benih sudah ada dan telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, namun kenyataannya peran dari lembaga formal pendukung perbe-nihan dalam penyediaan benih belum optimal sehingga diperlukan pemberdayaan lem-baga informal yaitu penangkar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja penangkar serta mengetahui peluang pengembangan penangkar di Banten.

METODOLOGI

Kegiatan peningkatan kapasitas dan kinerja penangkar dilakukan dengan mengintro-duksi teknologi promengintro-duksi benih sumber kedelai. Kegiatan perbanyakan benih dilakukan pada pada bulan Juni-Oktober 2010. Untuk menggali potensi, peran, kendala dan peluang yang dihadapi penangkar dalam pengembangan kedelai dilaksanakan survei terhadap petani penangkar dan petani konsumsi kedelai di Kec. Cibaliung, Kab. Pandeglang, Ban-ten pada bulan Juni-September 2011. Jumlah responden 50 orang petani penangkar dan petani konsumsi kedelai. Pengumpulan data dari petani responden dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner terstruktur. Data komponen hasil dari kegiatan perba-nyakan benih kedelai digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan penangkaran (Resmayeti et al. 2011). Data primer dari kegiatan survei dan perbanyakan benih kedelai dianalisis secara deskriptif. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah dan lembaga lain yang terlibat perbenihan kedelai.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Peluang Pengembangan Kedelai di Banten

Kebutuhan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu di KOPTI Kab. Serang mencapai 60 ton/hari. Kebutuhan kedelai ini dipasok dari kedelai impor. KOPTI merupakan gabungan 5 kelompok pengrajin pembuat tahu dan tempe dengan anggota 500 orang. Setiap anggota menghabiskan kedelai rata-rata 150 sampai 200 kg/hari. Menu-rut informasi dari pengelola KOPTI mutu kedelai impor kurang bagus untuk pembuatan tahu jenis ”super” dibanding dengan mutu kedelai lokal. Kebutuhan kedelai lokal ini ber-arti peluang, namun belum dapat dipenuhi petani, baik jumlah maupun kontinuitasnya. Kondisi ini menjadi tantangan yang besar bagi lembaga perbenihan di Banten dan perlu direspon berbagai pihak terkait sehingga penggunaan kedelai impor dapat dikurangi.

Menurut Mejaya (2011) lahan potensial yang tersedia untuk pengembangan kedelai mendukung swasembada kedelai secara nasional mencapai 2.839.863 ha, sedang untuk wilayah Banten tercatat 90.429 ha, yang terdiri dari lahan sawah 51.000 ha, tegalan 7.154 dan alang semak 32.265 ha. Lahan potensial ini didukung pula oleh lahan Perhutani yang dapat diusahakan untuk budidaya kedelai seluas 200-300 ha, yang tersebar di empat kecamatan wilayah Kabupaten Pandeglang. Pengembangan kedelai juga perlu didukung oleh perbaikan teknologi di tingkat petani dan penyuluhan penggunaan benih bermutu. Pengembangan kedelai di Banten terlihat dari peningkatan luas panen dari 4.975 ha pada tahun 2008 menjadi 12.198 ha pada tahun 2009 (BPS Banten 2010). Selanjutnya, pro-duksi kedelai juga mengalami peningkatan 146% dibandingkan propro-duksi tahun 2008 (6.452 ton) menjadi 15.888 ton pada tahun 2009.

Masalah dan Peluang Pengembangan Penangkar Benih Kedelai

Kinerja dan kapasitas penangkar benih kedelai belum optimal karena menemukan ken-dala dari aspek permoken-dalan, aspek sarana dan prasarana penanganan pascapanen seperti lantai jemur, gudang penyimpanan serta aspek sertifikasi calon benih. Penangkar memiliki keterbatasan modal untuk membiayai proses pascapanen, penjemuran, sortasi, pengemas-an dpengemas-an pengujipengemas-an benih. Waktu ypengemas-ang cukup lama dalam proses pengujipengemas-an calon benih juga menghambat penangkar dalam menghasilkan benih berlabel. Kendala penyimpanan dan pemasaran juga dialami penangkar, mengingat benih kedelai tidak dapat bertahan lama. Kendala lain yang membuat berkurangnya minat petani menjadi penangkar karena keuntungan yang diterima sangat kecil dibanding usahatani kedelai konsumsi. Peran BBI dalam penyediaan benih sumber dan pembinaan teknis ke penangkar belum optimal sehingga petani penangkar kesulitan memperoleh benih sumber. Demikian pula peran BPSB dalam pengawasan dan pengujian mutu benih belum berjalan sehingga benih yang dihasilkan penangkar belum berlabel.

Penggunaan benih kedelai berlabel masih memiliki peluang yang besar untuk diting-katkan. Petani yang menggunakan benih berlabel sebanyak 58%, sisanya sebanyak 41% masih menggunakan benih tidak berlabel. Petani pengguna benih berlabel umumnya mendapatkan benih dari bantuan pemerintah atau dari hasil kerjasama dengan lembaga pemerintah/swasta (66,7%) sedangkan sisanya dari hasil panen sendiri/saved seed (33,3%). Bila tidak ada bantuan benih berlabel dari pemerintah maka petani kembali menggunakan benih hasil sendiri. Kondisi ini akan mempengaruhi penyediaan benih

(4)

capai 5011 ha. Jika, perkiraan 1 ha lahan tanam dibutuhkan benih 50 kg, maka diperlukan benih sebanyak 250.550 kg atau 250 ton (Resmayeti dan Rozzi 2011). Tercatat produksi benih yang dapat dihasilkan oleh penangkar sebesar 50 ton (BPSB 2009). Kondisi dan adanya kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan benih kedelai ber-label berarti peluang bagi penangkaruntuk pengembangan usaha. Oleh karena itu, untuk menunjang kinerja dan kapasitas penangkar diperlukan: a) pembinaan dan dukungan dari lembaga perbenihan seperti BBI, BPSB, Dinas Pertanian dan BPTP, b) mengaktifkan kem-bali peran dan tufoksi BBI Provinsi dan Kabupaten sebagai lembaga yang bertanggung-jawab dalam memproduksi dan mendistribusikan benih sumber, c) kemitraan dengan produsen PT SHS dan PT Pertani untuk membeli calon benih dari petani. Kondisi ini akan menumbuhkan minat petani menjadi penangkar kedelai sehingga keberadaan benih tidak terlalu jauh dari pengguna dan petani mudah mendapatkan benih yang bermutu serta memberikan keuntungan bagi penangkar.

Teknologi Produksi Benih Sumber untuk Meningkatkan Kinerja Penangkar Balitkabi telah banyak mengeluarkan varietas unggul kedelai, Namun belum banyak yang diadopsi oleh petani. Hal ini antara lain disebabkan distribusi benih ke petani belum optimal, sehingga belum tersedia dalam jumlah, kualitas di tingkat petani pada saat dibutuhkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat distribusi benih sumber dengan memberikan pendampingan ke pada penangkar. Diharapkan dengan memberikan pendampingan terjadi peningkatan kinerja dan kapasitas penangkar.

Introduksi Teknologi Produksi Benih Sumber Kedelai (Badan Litbang Pertanian 2007; Marwoto et al. 2009) dilakukan di lahan petani (Resmayeti et al, 2010). Komponen tekno-logi yang diterapkan dengan menggunakan varietas unggul, pengolahan lahan, jarak tanam, pemupukan, penyiangan, roguing, pengendalian hama, panen dan pascapanen, prosessing calon benih dan sertifikasi. Penanaman dilakukan bulan Oktober 2010 pada lahan seluas 3.000 m2. Varietas kedelai yang diintroduksikan adalah Kaba dengan kelas benih BS. Benih kedelai ditanam secara tugal dengan kedalaman 2-3 cm, jarak tanam 15 cm x 40 cm, 2 biji/lubang tanam. Pupuk yang diberikan 10 kg Urea, 25 kg SP-36, 75 kg KCl, dan NPK Phonska 100 kg/ha, dan pupuk kandang dari kotoran ayam 2.000 kg/ha. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan pemantauan. Berdasarkan pengamatan selama pemeliharaan tanaman kedelai terserang hama : walang sangit, kepit, ulat grayak disemprot dengan insektisida (Sihalotrin, Landa’ ) dan bercak daun disemprot dengan fungsida (Antracol).

Panen dilakukan cara manual, perontokkan sortasi biji, pengeringan dan pengujian calon benih ke BPSB. Calon benih yang dihasilkan penangkar dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan sebagai benih berlabel/bersertifikasi dengan kandungan: kadar air 10,9%; benih murni 99,9%; kotoran benih 0,1% dan daya tumbuh benih 90%. Hasil analisa usahatani perbanyakan benih kedelai dengan cara BPTP mendapat keuntungan sebesar Rp. 6.660.000 dengan nilai R/C sebesar 2,31, lebih tinggi dibandingkan cara petani penangkar yang hanya menerima sebesar Rp.2.820.000 dengan nilai R/C 1,88.,-. Sementara itu nilai B/C meningkat dari 0,89 menjadi 1,31. Nilai R/C ratio usahatani cara BPTP sebesar 2.31 lebih tinggi dari pada cara petani sebesar 1.88. Produksi benih kedelai ini telah distribusikan ke penangkar di wilayah Kec. Cibaliung, Kab. Pandeglang guna dikembangkan.

(5)

KESIMPULAN

Permintaan benih kedelai di Banten 250 ton/tahun, berarti peluang bagi pengembang-an penpengembang-angkar benih. Upaya peningkatpengembang-an perpengembang-an, kinerja dpengembang-an kapasitas penpengembang-angkar diperlu-kan pendampingan teknologi dari BPTP, pembinaan dan dukungan dari BBI, PT SHS dan BPSB di Banten. Penerapan teknologi produksi benih sumber kedelai sesuai anjuran dapat memberikan keuntungan yang lebih baik bagi penangkar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimuos. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. 20 halaman.

Anonimuos. 2010. Lembaga Perbenihan Tanaman Pangan. Ditjentan. Kementan, Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 175 halaman

BPS Banten 2010. Banten Dalam Angka. Statistik Provinsi Banten. 250 halaman

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Banten. 2009. Realisasi Sertifikasi dan Produksi Benih Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Banten. 150 halaman.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2011. Kebijakan Program Pengembangan Kedelai Mendu-kung Swasembada kedelai tahun 2014. Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi : 1−10. Puslibangtan, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Badan Litbang Pertanian 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai. Badan Litbang

Pertanian. Departemen Pertanian 29 hal.

Nursusilawati, P. S. Kurniawati, Z. Yursak. 2009. Perbanyakan Benih/Bibit Padi, Jagung dan Kedelai Untuk Mendukung Program SL-PTT. Laporan Tahunan BPTP Banten. 40 halaman. Mejaya, M.J. 2011. Peningkatan produksi Kedelai Melalui Penyediaan Benih bermutu. Dalam

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi : 29-36. Puslibangtan, Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Marwoto, D.Harnowo, M.M. Adie, M. Anwari, J.Purnomo, Riwanodja dan Subandi. 2009. Panduan Teknis Produksi Benih Sumber Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 32 hal.

Puslitbangtan. 2009. 5 Tahun (2005−2009) Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Pus-litbangtan. 54 halaman.

Resmayeti, P dan A. Saryoko. 2011. Kajian Pemetaan Kebutuhan Benih Kedelai di Sentra Produksi Kedelai Provinsi Banten. Makalah disampaikan pada Semiloka Penguatan PTT dan Antisipasi Perubahan Iklim. Surakarta, 1 Desember 2011. 12 halaman.

Resmayeti, P dan F. Rozzi. 2011. Pemetaan Kapasitas Penyediaan Benih Kedelai oleh Kelembagaan Produksi Benih di Provinsi Banten. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Balitkabi. Malang, 15 Nopember 2011, 10 halaman.

Resmayeti, P., M. Ariani., Kardiyono. 2011. Pengkajian Pemetaan Benih Padi, Jagung dan Kedelai (Volume, VUB) dan Effisiensi Penangkar Benih (>10%) di Provinsi Banten. Laporan Akhir Kegiatan Ristek 2010 BPTP Banten. 80 halaman.

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan Zn pada teras atas, teras tengah, teras bawah dan sawah tanpa sistem terasering tidak terdapat perbedaan yang signifikan.Tetapi ada kecenderungan Zn pada

Kaitannya pada investasi berbasis hobi memelihara hewan adalah investor sangat percaya diri dengan pilihan hewan yang dipeliharanya mampu akan menghasilkan

Obyek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari bahan-bahan

 Dalam animasi sprite yang dapat kita edit adalah animasi dari layar yang mengandung sprite, kita tidak dapat mengedit bagian dalam yang ditampilkan oleh

Eksistensi Gandrung pada saat ini semakin marak, sehingga banyak masyarakat yang belajar menari gandrung, tak hanya masyarakat lokal saja namun juga para turis

a. Implementasi Keputusan Transaksional dalam Pembelajaran.. 41 Tuntutan pembelajaran saat ini semakin tinggi, sehingga kreativitas dan produktivitas guru sangat

keadaan baik dan tidak kadaluarsa. 3) Tempat penyimpanan makanan yang dijual pada warung sekolah harus selalu terpelihara dan selalu dalam keadaan bersih, terlindung

Aktivitas dalam jadwal harian perawatan diri adalah aktivitas yang dilakukan oleh pasien, sesuai dengan yang dinyatakan Laili (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh