• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode penelitian

Dalam penelitian tentunya diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Menurut Sugiono ( 2010:3 ) Secara umum metode penelitian diartikan sebagai “Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, kegunaan

tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sitematis . Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan

cara-cara yang masuk akal , sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan, Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif, penelitain ini penulis berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang, dalam artian penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan, Penelitian Deskriptif. Menurut Subana (2001:27) Penelitian Deskriptip adalah “Penelitian tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang di teliti”. Adapun ciri-penelitian Deskriptif antara lain :

1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual

2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.

(2)

3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

Sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode deskriptif Komparatif. Dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, maka akan mampu mengungkapkan atau menggambarkan perbandingan hasil pukulan Long service dengan ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs pada cabor Bulutangkis. Mengenai penjelasan metode deskriptif komparatif telah dijelaskan oleh Sukmadinata ( 2012 : 56 ) adalah “ Penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variable diteliti”. Dalam penelitian ini pun tidak ada pengontrolan variable, maupun manipulasi/perlakuan dari peneliti, penelitian penelitian dilakukan secara alamiah, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan intrumen yang bersifat mengukur. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan di antara variable-variable yang diteliti .

B.Definisi operasional

1.Tegangan Senar Raket

Tegangan Menurut http://kamusbahasaindonesia.org/Tegangan yang diunduh pada tanggal 16 September 2013 adalah “Tekanan yang diakibatkan oleh tarikan, gaya pada tali yang menunjang beban atau disebabkan oleh rentangan antara dua titik”.

1. Tegangan senar raket 30 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan Metrologi Nasional dengan tarikan 30 Lbs ( 15 kg ) pada bagian kepala raket. 2. Tegangan senar raket 20 Lbs adalah Senar raket yang di pasang pada bagian kepala

raket dengan mesin senar raket Digital yang telah bersertifikat lulus uji badan Metrologi Nasional dengan tarikan 20 Lbs ( 10 kg ) pada bagian kepala raket.

(3)

menghasilkan bidang senar) yang lebih kaku. Dengan bidang senar ini, maka akan menghasilkan kontrol yang baik pada saat Shuttlecock memantul dari senar, yang memudahkan pemain untuk mengontrol permainanya dan menyesuaikan penempatannya segera.

Tegangan raket yang lebih tinggi dengan senar tipis cenderung untuk menghasilkan kecepatan. kontrol merupakan kemampuan untuk melakukan pukulan yang keras dan menempatkannya Shuttlecock ke daerah yang diinginkan. Jika raket dipasang dengan tegangan yang sama besar dengan senar yang yang berbeda maka senar yang tipis akan akan lebih kaku dan menghasilkan sedikit power, senar yang lebih tipis cenderung untuk kehilangan tegangannya lebih cepat, maka disarankan senar yang lebih tipis untuk dipasang dengan tegangan yang tidak terlalu rendah.

Di Malaysia, senar yang lebih tipis seperti microfilamentsynthetic yang biasa dipasang dengan tegangan yang lebih tinggi. Pemain mengetahui bahwa tegangan akan berkurang dalam persentase tertentusetelah dipakai dalam satu atau dua minggu. Jadi untuk memperoleh keuntungan dari senar yang lebih tipis, maka tegangan harus ditingkatkan lebih tinggi sampai persentase tertentu, dengan tegangan yang lebih tinggi pada senar yang lebih tebal, yaitu meregangkan senar menedekati batas elastisitasnya, maka Shuttlecock tidak akan memantul sampai lapangan lawan dengan kecepatan tinggi pada saat melakukan smes dengan menggunakan kekuatan secara normal, karena bidang senar yang begitu kaku dan kurang fleksibel serta elastisitas untuk membantu menghasilkan power. Maka pemain memerlukan kekuatan yang lebih besar pada saat melakukan smes.

(4)

Dengan tegangan yang lebih tinggi dan menggunakan senar yang lebih tipis, maka akan memperoleh elastisitas, tetapi tidak akan memperoleh daya tahan senar ( Durability ) . Dengan kata lain raket yang dipasang dengan tegangan yang berlebihan dan diluar kemapuan fisik yang menanganinya, maka cara yang terbaik adalah menurunkan tegangan secara drastis . Di sarankan menurunkan tegangan sekitar satu atau dua Pound (Setengah sampai satu kilo gram ), sehingga kontrol dan power masih bisa dipertahankan . Alternatif lain, pasang senar yang memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan mempunyai power. Natural Gut dan Mikro filament merupakan pilihan terbaik .

b. Tegangan senar raket yang rendah

Jika senar dipasang dengan tegangan yang rendah, maka bidang senar akan memberikan pantulan yang lebih besar. Dengan hasil pantulan ini, maka

Shuttlecock akan menempel di senar lebih lama sebelum memantul kembali ,

memudahkan pemain untuk menyesuaikan power smashnya, pada saat impact satel akan menempel lebih dalam pada tali senar yang lebih tipis, maka memberikan kontrol power dan juga membantu meminimalkan pengaruh tahanan udara yang memudahkan pemain untuk meningkatkan powernya . Raket yang dipasang dengan senar tipis dan bertegangan lebih rendah cenderung untuk menambah power pada saat melakukan smes dan chop dari baseline, Istilah perasaan ( Feeling ) berarti meskipun Shuttlecock dipukul dengan pelan atau melakukan drop shot, maka pemain masih mampu untuk menempatkan

Shuttlecock ke tempat yang diinginkan. Power berarti jika smes bahkan

dilakukan dengan kekuatan normal, tetapi Shuttlecock akan sampai ke lawan dengan kecepatan tinggi.

Dengan tegangan yang lebih rendah dan senar yang lebih tipis, yaitu meregang senar sampai batas elastisitasnya, maka akan mengahasilkan elastisitas yang lebih tinggi dan lebih memungkinkan senar teregang, yang

(5)

lawan dengan kecepatan tinggi ketika smes dilakukan dengan kekuatan normal , karena bidang senar mempunyai fleksibilitas dan elastisitas yang sempurna untuk membantu menghasilkan power.

Sayang sekali, karena karakteristik pantulan ini, maka pemain akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dan mengontrol pukulannya ketika melakukan pukulan dengan backswing yang melingkar panjang dan memukul

Shuttlecock lebih jauh, maka pemain harus menyesuaikan pukulannya.

Alternatifnya, untuk memperoleh control yang lebih baik, maka cara terbaik adalah sedikit meningkatkan tegangan senar, tidak meningkatkan tegangan senar secara drastis, tetapi berkisar satu atau dua Pound, sehingga akan dapat memepertahankan Kontrol dan juga power . Tegangan senar yang lebih rendah dengan senar yang lebih tebal akan menghasilkan elsatisitas yang diperlukan,karena senar yang tebal cenderung kurang elastis meskipun lebih awet (durable).

c. Pengaruh Cuaca terhadap tegangan senar

Senar Badminton sangat sensitif terhadap perubahan suhu sangat dipengaruhi oleh iklim di bebagai tempat di dunia. Di Malaysia dan Negara – Negara Asia tenggara lainnya, suhu agak panas dan lembab, maka tegangan senar cenderung menurun lebih cepat meskipun akan awet, bila dibandingkan dengan Negara-negara yang mempunyai musim dingin dan kering . Kebanyakan pemain di Negara ini memasang senar dengan tegangan tinggi sampai 24 Pound dengan senar tipis . Senar Badminton agak rapuh bila dipasang di Negara-negara yang mempunyai musim dingin seperti Eropa, Amerika dan Kanada. Maka senar dipasang dengan tegangan yang agak rendah, sekitar 18 Pound untuk memperoleh control dan power, serta mempertahan kan durabilitasnya .

(6)

d. SSA ( Sweet Spot Area )

Mungkin sebagian besar atlet tidak mengetahui seberapa besar peranan Sweet spot area dalam penggunaan raket bulutangkis, menurut Budiwantoro dalam http://bulutangkisindonesia.blogspot.com/2007_06_11_archive.htmlyang

diunduh pada tanggal 19 September 2013 “Daerah pada raket yang memberikan

pantulan pukulan relatif sempurna dan vibrasi energi ke tangan sekecil mungkin “. Dalam bulutangkis perkenaan senar raket dengan Shuttlecock menghasilkan getaran pada raket yang mengakibatkan secara tidak disadari oleh pemain mengalami tahanan yang tentunya dapat menguras energi si atlet, manfaat dari Sweet spot area adalah untuk meminimalisirkan getaran yang terjadi pada raket, selain itu perekenaan shuttlecock pada daerah Sweet spot area lebih memberikan pantulan yang baik tentunya dalam kajian ini diharapkan seorang atlet dapat mengetahui Sweet spot area yang baik pada raketnya salah satu contoh untuk mengetahuinya adalah dengan menjepit grip (pegangan) raket lewat jepitan khusus yang sama jika dijepit tangan pemain. Lalu, jatuhkan kok ke raket pada titik-titik yang berbeda. Getaran yang ditimbulkan pun dicatat. Energi inilah yang kemudian merambat ke tangan pemain. Yang paling rendah getarannya merupakan titik SSA.

(7)

Gambar. 3.1

( Daerahsweet spot area pada raket )

Perhatikan gambar. 3.1 diatas bagian yang berwarna merah merupakan daerah SSA yang paling sedikit menghasilkan getaran apabila makin mendekati frame maka getaran yang dihasilkan akan besar.

e. Deformasi dalam bidang senar raket

Deformasi menurut http://novirita.blogspot.com/2011/01/deformasi-plastic-dan-delastic.html yang diunduh pada tanggal 20 september 2010 adalah “Perubahan bentuk material yang apabila gaya penyebab deformasi itu dihilangkan deformasi ke bentuk semula” teori ini sangat erat sekali dengan gaya yang dialami senar raket ketika berkenaan dengan shuttlecock , bidang senar raket yang datar dengan kepadatan pemasangan senar raket dilihat dengan sekilas maka terlihat kokoh namun berbeda ketika terjadi impact, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar bidang senar raket mengendur berubah bentuk (deformasi) bila kekuatan diberikan pada

(8)

permukaan raket ? senar raket mengalami perubahan permukaan senarnya juga tergantung kekuatan yang dikerahkan oleh si atlet ketika memukul

shuttlecock. Semakin besar deformasi yang dialami oleh raket maka power

yang dihasilkan akan semakin besar, semakin kecil deformasi yang dialami oleh raket maka power yang dihasilkan akan semakin kecil. Jadi dapat diambil kesimpulan untuk mendapatkan kontrol yang baik maka permukaan senar raket harus mengalami sedikit mungkin deformasi yang terjadi pada bidang senar raket,alternatif yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan ketegangan senar raket untuk mengurangi deformasi pada bidang senar raket .

Gambar. 3.2

(9)

Gambar. 3.3

(Senar dengan bahan Microfilament Syntetic)

Gambar. 3.4

(10)

Gambar.3.5

( Senar yang digunakan dalam penelitiant ) Karakteristik senar raket Bg 6 :

1. Diameter senar 0,67 mm

2. Di buat dari bahan microfilament sintectic

3. Durability ( daya tahan ) senar kurang karena diameter senar kecil 4. Panjang senar 33 feet atau 10 meter

(11)

Pukulan Long service Menurut Hidayat (2007:50) adalah “Servis dasar anda, servis ini mengarahkan shuttlecock tinggi dan jauh ke belakang, shuttlecock akan berbalik jatuh sedekat mungkin dengan garis batas lapanganbelakang lawan”, melalui Long service akan memaksa lawan untuk bergerak ke daerah belakang lapangannya sehingga daerah pertahanan bagian depan terbuka lebar.

Pelaksanaan servis panjang biasanya dilaksanakan dengan cara forehand service tinggi sering dilakukan dalam permainan tunggal, latihan servis tinggi sering diabaikan oleh pemain maupun pelatih, padahal servis tinggi yang baik juga menentukan akhir dari permainan. Prinsip pada servis tinggi yang baik adalah melambung tinggi dan jatuhnya dibidang belakang lapangan lawan, sedekat mungkin dengan garis belakang .

Gambar. 3.6

(12)

Gerakan permulaan pada Long service adalah mengayunkan raket dan saat menjatuhkan Shuttlecock harus selalu bersamaan. Sesudah anda melakukan gerakan service ini, langsung melangkah ke muka dan buatlah supaya garis batas tengah berada diantara kaki anda . Posisi ini merupakan pangkalan tempat anda selalu kembali setelah melakukan setaiap pukulan.

Beberapa petunjuk untuk melakukan pukulan Long service menurut Poole (2011:24) adalah :

1. Berdirilah dengan enak dan pusatkan sebagian besar berat badan pada kaki belakang anda.

2. Rentangkan lengan kiri ke depan dan jatuhkan Shuttlecock tepat sebelum mengayunkan raket ke muka.

3. Putarlah bahu dan pinggul anda pada saat berat badan berpindah dari kaki belakang ke kaki depan .

4. Pergelangan tangan dan lengan bawah harus berputar pada saat Shuttlecock disentuh oleh raket.

5. Gerakan tangan kanan pada akhir service harus berada tinggi dan usahakan melampaui bahu kiri

6. Jangan mengangkat atau menggeser kedua kaki anda samapi saat

Shuttlecockdipukul.

7. Arahkan Shuttlecock tinggi dan jauh .

8. Jangan mendorong Shuttlecocktetapi pukulah.

1 2 3

Gambar. 3.7

(13)

Dalam pengerahan kekuatan untuk melakukan Long service tentunya ada beberapa fase ketika melakukan pukulan menurut Sunaryadi (2008 :153 ) ada 3 fase dalam melakukan gerakan dalam Long service yaitu :

1. Fase persiapan (preparatory phase).

Alur gerak Long service diawali dengan gerak awal sebagai tahap persiapan dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil pukulan Long

service. Tahap awal dimulai dari sikap menarik lengan ke belakang dalam posisi

siku ditekuk sedikit dan kelima jari memegang raket. Untuk tangan yang satunya memegang Shuttlecock untuk persiapan menjatuhkan shuttlecock pada tahap propulsif, pada persendian bahu ( Shoulder joint ) posisi lengan bagian atas harus diupayakan sejajar dengan bahu.Tarikan bagian pinggang ke posisi menyamping menjadi salah satu bagian memperbesar ruang gerak untuk menghasilkan pukulan Long service yang baik .

Bagian persendian yang bekerja pada posisi persiapan adalah sebagai berikut ; Ketika posisi tangan memegang raket terjadi gerakan extensionpada sendi pergelangan tangan ( wrist joint ) , pada bagian siku ( elbow joint ) terjadi gerakan flexion dan melibatkan tulang humerus, radius, ulna, dan otot yang dominan bekerja adalah otot biceps dan otot flexor.

Pada bagian lengan . Ketika lengan ditarik ke belakang terjadi gerakan retro fleksi pada sendi bahu ( shoulder joint ) otot yang bekerja adalah deltoid (bahu ) , trapezius ( otot kerudung ) , triceps.

2. Fase Propulsip

Tahap gerakan propulsip merupakan tahap yang cukup kritis, sebab akan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tingkat ketepatan ketika shuttlecock yang dilepaskan dan dipukul oleh raket. Besarnya sudut yang diambil ketika backswing turut menjadi penentu hasil pukulan Long service yang baik serta pengerahan energy yang dikeluarkan turut menentukan tingkat kesulitan teknik Long service. Pada sendi bahu terjadi gerakan flexion dengan melibatkan otot dada ( pectoralis major ) dalam upaya menggerakan lengan ke depan. pada sendi siku ( elbow joint ) terjadi gerakan extension ( meluruskan lengan ) dan melibatkan otot triceps dan otot lengan lainnya . Dalam upaya memukul shuttlecock gerakan yang terjadi pada persendian pergelangan tangan

(14)

adalah abduction, otot yang bekerja yaitu ; Otot sekitar pergelangan tangan dan otot flexor pada lengan bagian bawah.

3. Fase gerak lanjutan ( follow-trough phase )

Tahap akhir adalah rangkaian gerak yang turut menentukan arah pukulan pada teknik Long service, ketika shuttlecock mengenai senar raket yang berada di kepala raket, tangan yang memegang raket harus bergerak ke depan dan atas sampai batang raket berada pada posisi horizontal dibawah ketinggian tangan di depan tubuh.Ujung raket harus diarahkan ke depan tubuh. Gerakan yang tak kalah penting lainnya adalah rotasi tulang belakang yang menjadikan togok tubuh menghadap ke depan .

3.Pengertian Hasil

Pengertian hasilmenurut Waskito( 2010:203) adalah “Sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan dsb oleh usaha “ .Jadi dapat diartikan bahwa long service merupakan suatu hasil keterampialn seorang atlet bulutangkis untuk memulai pertandingan bulutangkis.

4.Pengertian Perbandingan

Pengertian perbandingan menurut http://kamusbahasaindonesia.org/perbanding yang diunduh pada tanggal 25 September 2013 adalah “ Perbedaan atau selisih “ jadi sesuai dengan judul penelitian ini si peneliti seslisih yang signifikan antara hasil pukulan Long

service dengan ketegangan senar raket 30 lbs dan 20 lbs .

C.Waktu dan tempat penelitian 1.Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian berlasung selama 14 hari pada tanggal 28 Agustus s/d 10 September 2013 karena dalam tes ini masing masing variable di tes 2 x karena keterbatasan waktulah penelitian memakan durasi cukup lama selain itu faktor yang menjadi penghambat penelitian adalah meminta kepada pelatih untuk meluangkan waktunya ( meminjam jadwal program latihan ) untuk akhir pekan tidak ada hambatan karena tes dilaksanakan pada saat libur latihan .

(15)

Jl.Jakarta no.18 Bandung . D.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilakasankan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian, karena itu desain penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah proses penelitian berlangsung. Desain penelitian diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian ,agar penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan terencana. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian sebagai berikut :

a. Varible bebas ke 1 : Raket dengan Tegangan senar 30 Lbs ( X1 )

b. Varible bebas ke 2 : Raket dengan Tegangan senar 20 Lbs ( X2 )

c. Variable terikat : Pukulan Long Service ( Y )

Gambar. 3.8 ( Desain penelitian ) E.Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi

Populasi merupakan bagian terpenting dari sebuah penelitian. Ketelitian di dalam menentukan jumlah dari suatu populasi dan sampel akan menentukan keberhasilan suatu penelitian. Untuk memperoleh data yang kongkrit, maka memerlukan sumber data yang akan diperoleh dari populasi, Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa:

X

1

X

2

(16)

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan”.

Beranjak dari kutipan tersebut, maka yang dimaksud populasi adalah sekumpulan unsur yang akan diteliti seperti sekumpulan individu, sekumpulan keluarga, dan sekumpulan unsur lainnya. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh informasi yang berguna untuk memecahkan masalah peneliti penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah atlet bulutangkis yang sudah mahir dari beberapa klub Bulutangkis besar di kota Bandung .

2.Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian terkecil dari suatu kelompok. Mengenai sampel Sugiyono (2010:118) menjelaskan bahwa sampel adalah “ agian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut”. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive sampling, Purposive sampling menurut Sugiyono (2010:124): “Teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu”. Tujuan yang dimaksud adalah ketika si peneliti melakukan pengambilan data di sebuah klub besar kota Bandung makasi peneliti memilih atlet dengan kriteria yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitiannya mengambil sebanyak mungkin sampel yang akan ditelitinya, dalam penelitian ini pengambilan sampel minimal 20 orang.

F.Instrument dan Teknik pengumpulan data 1.Intrument

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Mengenai tes, Nurhasan dan hasanudin (2007:3) menjelaskan bahwa: “tes merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data”. Adapun alat ukur untuk hasil pukulan Long service adalah Tes

Long service oleh Scott Fox dalam Nurhasan dan Cholil (1959:233) dengan Validitas 0,94

(17)

3. Shuttlecock

4. Kapur (untuk pembatas skor lapangan )

5. Jangka (Untuk membuat jari-jari pembatas skor ) Pelaksanaan :

Tester coba berdiri di daerah yang terletak di sudut-menyudut dengan bagian lapangan yang di beri sasaran. Kemudian tester melakuakan Long service diarahkan ke daerah sasaran dan berusaha melewatkan shuttlecock di atas tali dengan cara serve yang sah, Tiap tester diberi kesempatan melakukan Long service sebanyak 20 kali.

Untuk Long service daerah-daerah sasaran dibuat pada sudut belakang . Bagiansamping, masing-masing dengan ukuran yang sama dengan sasaran untuk serve pendek dengan jari-jari 55, 76, 97 , 107 cm. Pada sepanjang net dengan lebih 5 cm direntangkan sejajar dengan net berjarak 14 feet (4,27 m) dari net, dengan tinggi 8 feet ( 2,44 m) dari lantai.

Cara Menskor :

Shuttlecock yang yang di pukul dengan benar dan memenuhi syarat tes serta jatuh di daerah sasaran, yang bernilai dengan urutan dari dalam ke luar yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 . Shuttlecock yang tidak masuk d sasaran tidak diberi nilai. Shuttlecock yang jatuh pada garis sasaran dianggap masuk ke daerah sasaran yang bernilai lebih tinggi. Nilai dari 20 kali percobaan tersebut kemudian dijumlahkan, jumlah ini merupakan skor dari Long

(18)

X = Tempat Serve

Gambar. 3.9

( Lapangan Untuk Tes Long sevice ) 2.Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian tentunya diperlukan alat ukur untuk mengetahui kriteria-kriteria suatu dari Tes yang akan digunakan dalam suatu penelitian . Nurhasan dan D.Hasanudin (2007:3) mengemukakan bahwa : „‟ Dalam pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu , dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur‟‟.

Adapun langkah-langkah peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : A. Prosedur Umum

a. Meminta surat ijin penelitian kepada bagian akademik jurusan b. Konfirmasi kepada pengurus yang akan menjadi tempat penelitian

c. Memberikan surat penelitian kepada pengurus yang barada di tempat penelitian d. Mengkonfirmasi kepada pengurus dan pelatih tentang tanggal penelitian

dimulai. X 1 5 3 4 2

(19)

a. Setelah mendapat ijin untuk melaksanakan penelitian langkah selanjutnya mempersiapkan instrument pengumpulan data dengan dibantu oleh teman sebagai testor 2.

b. Setelah mempersiapkan langkah selanjutnya adalah memberikan pengarahan kepada sampel oleh testor 1 ( Penulis skripsi ) .

c. Testor 1 mempersilahkan kepada sampel untuk melakukan pemanasan

d. Dalam pelaksanaan tes semua sebjek melakukan tes long service dengan raket tegangan 30 lbs dan 20 lbs masing masing 20 x 2 .

e. Tugas Testor hanya mengawasi jalannya tes . C. Ketentuan Tes

a. Skor tes dihitung atau dinyatakan sah bila shuttlecock jatuh dalam keadaan tegak lurus dan tinggi .

b. Shuttlecock yang jatuh tepat pada garis maka skor yang dihitung adalah yang terbesar.

c. Sebelum penghitungan dimulai subjek dipersilahkan mencoba Long service 3 x setelah itu penghitungan skor service dimulai.

d. Shuttlecock yang keluar dari sasaran maka diberikan skor 0 .

e. Subjek melakukan tes sebanyak 2 x 20 kali pada masing-masing tegangan senar yang berbeda.

f. Pelaksanaan tes yang pertama melakukan Long service 20 kali seteleh itu subjek diganti .

g. Penghitungan skor adalah akumulasi skor sebanyak 20 kali melakukan Long service .

(20)

NO Nama Service Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 Tabel. 3.1

( Format pengambilan skor Long service ) D. Evaluasi

a. Testor melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan tes. b. Testor mengumumkan hasil tes kepada sampel.

c. Testor mengkonformasikan kepada atlet bahwa pelaksanaan tes selama 2 kali. d. Pelaksanaan tes ditutup dengan do‟a .

Untuk lebih jelas mengenai langkah-langkah penelitian dapad dilihat pada gambar.3.9 di halaman berikutnya :

(21)

Gambar. 3.10

( Langkah-langkah pengumpulan data penelitian)

Populasi

Sampel

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

30 lbs

Tes Pukulan Long

Sevice dengan

Raket Tegangan

20 lbs

Kesimpulan

Pengolahan

data

Pengumpulan

data

(22)

G.Teknik Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan data mentah, sehingga perlu diolah dan dianalisa, sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variable, Rumus Untuk menghitung rata adalah .

Arti unsur-unsur diatas :

X = Nilai rata-rata yang dicari

∑X = Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel n = Banyaknya sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan adalah :

S = ∑ ( X₁ - X )2

√ n - 1

Arti Unsur-unsur diatas : S = Simpangan Baku X = Nilai yang didapat X = Nilai rata-rata n = Banyaknya sampel

(23)

Uji ini dinamakan uji normalitas distribusi pendekatan Uji Lilifors.Hal ini dilakukan andaikata kelompok sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian itu di asumsikan sebagai kelompok kecil. Dalam uji normalitas apabila distribusi data normal maka dalam uji signifikansi menggunakan pendekatan statistik parametrik, sedangkan untuk distribusi data yang tidak normal maka menggunakan pendekatan statistik non parametrik.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar. b) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan

pendekatan Z-skor yaitu: Z =

b) Untuk tiap baku angka tersebut dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudiaan hitung peluang dari masing- masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z.

d) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

(24)

f) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dariseluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih.Kriterianya adalah; Tolak hipotesis nol, jika Lo yang diperoleh dan data pengamatan melebihi L (Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal). Dalam hal lainnya hipotesis diterima (Ho jika Lo ≤ Lα = Normal).

4. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan hanya apabila sampel berdistribusi normal. Uji dua variansi dengan menggunakan rumus :

Variansi besar F =

Variansi kecil

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah :

Tolak hipotesis ( Ho ) jika Fhitung> F

(25)

yang besarnya beda juga diperhatikan. Langkak – langkah yang diperlukandalam pengujian menurut Nurhasan (2008:231) dalah sebagai berikut:

a) Berikan jenjang (rank) untuk tiap – tiap beda dari pasanganpengamatan (X1-X2) sesuai dengan besarnya, dari yang

terkecil sampai terbesar gtanpa memperhatikan tanda beda itu (nilai beda absolute). Bila ada dua atau lebih beda yang sama, maka jenjang untuk tiap beda itu adalah jenjang rata – rata.

b) Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu, beda 0 tidak diperhatikan.

c) Bandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jaringan rantai pasok global variabel-variabel penting yang harus diperhitungkan antara lain adalah nilai tukar mata uang dan pajak yang berlaku di negara serta benua

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h.. Kedua: kata “ikatan perkawinan”, yang mengandung arti bahwa talak itu mengakhiri hubungan perkawinan yang

e. Penentuan dan pemilihan alat untuk kegiatan keterampilan, agar siswa bisa menjelaskan dan memahami manfaat alat dan kegunaanya dalam kegiatan keterampilan. Pengoperasian

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

Berdasarkan nilai natrium didapatkan bahwa mean natrium sebelum TURP 139,3 + 3,7 dan nilai natrium sesudah TURP 134,4 + 5,3 mmol/L,dan didapatkan perbedaan

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

--- --Ketua apabila berhalangan maka wakil-wakilnya yang diberikan dengan suatu surat kuasa khusus untuk bertindak mewakili FCE ini dalam segala hal dan segala

Maka dari itu, penulis mengadakan suatu penelitian untuk dapat memahami lebih lanjut tentang Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dan faktor pendukung serta penghambat