• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a.

b.

c.

bahwa retribusi daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna mendanai

penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah untuk memantapkan

otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab;

bahwa kebijakan retribusi daerah

dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi,

pemerataan dan keadilan, peran serta

masyarakat, dan akuntabilitas dengan

memperhatikan potensi daerah;

(2)

Mengingat :

bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang Retribusi Perizinan Tertentu;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3209);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang

Perairan Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3647);

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan,

Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten

Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(3)

6. tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4433);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64);

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

(4)

12. tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3293);

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3527);

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100,

Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4230);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010

tentang Tata Cara Pemberian dan

Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak

(5)

18.

19.

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 39);

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2008 Nomor 2 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

dan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG TENTANG RETRIBUSI

PERIZINAN TERTENTU.

Daerah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Gubernur adalah Gubernur Kepulauan

(6)

4.

Dinas Perhubungan adalah Dinas

Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepala Dinas Perhubungan adalah Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan adalah

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha, maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, dana

pensiun, koperasi, persekutuan,

perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

(7)

11.

12.

13.

14.

15.

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, serta penggunaan

sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, mobil penumpang, dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap dan jadwal maupun tidak berjadwal dalam daerah.

Izin Trayek adalah izin yang diberikan

kepada Badan Hukum Indonesia atau

Perorangan Warga Negara Indonesia untuk dapat melakukan suatu kegiatan usaha angkutan atau pelayanan umum dalam trayek tetap dan teratur.

Usaha Perikanan adalah semua usaha

perorangan atau badan hukum untuk

menangkap, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.

(8)

16.

17.

18.

19.

20.

dengan menggunakan seluruh tenaga dan modal nasional.

Usaha Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun yang tidak melanggar ketentuan yang berlaku, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

mengolah atau mengawetkannya untuk

tujuan komersil.

Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan

perikanan untuk melakukan usaha

perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat yang harus dimiliki setiap kapal

perikanan berbendera Indonesia untuk

melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut dan merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari SIUP.

Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) adalah surat izin yang harus dimiliki setiap Kapal Pengangkut Ikan berbendera Indonesia untuk melakukan kegiatan pengangkutan ikan yang digunakan oleh Perusahaan Perikanan.

Kapal perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan khusus penangkap ikan,

khusus pengangkutan ikan, khusus

(9)

21.

secara khusus dipergunakan untuk

menangkap ikan termasuk menampung,

menyimpan, mendinginkan atau

mengawetkan.

Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang

secara khusus dipergunakan untuk

mengangkut ikan termasuk memuat,

menampung, menyimpan, mendinginkan

atau mengawetkan.

Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintah daerah.

Pemungutan adalah rangkaian kegiatan

mulai dari penghimpunan data obyek dan

subyek retribusi, penentuan besarnya

retribusi yang terutang, sampai kepada kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

Surat Setoran Retribusi Daerah yang

selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara

lain ke kas daerah melalui tempat

(10)

27.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat

ketetapan retribusi yang menentukan

besarnya jumlah pokok retribusi yang

terutang.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB,

adalah surat ketetapan retribusi yang

menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seluruhnya tidak terutang.

Surat Tagihan Retribusi Daerah yang

selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan

menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan atau bukti yang

dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang

retribusi daerah yang terjadi serta

(11)

BAB II JENIS RETRIBUSI

Pasal 2

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari Retribusi Izin Trayek dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.

BAB III

RETRIBUSI IZIN TRAYEK

Bagian Kesatu

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 3

Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

Pasal 4

Obyek retribusi adalah pemberian izin trayek untuk menyediakan angkutan penumpang umum Antar Kota Dalam Provinsi pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang seluruhnya berada dalam wilayah Provinsi.

Pasal 5

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat izin trayek.

Bagian Kedua

(12)

Pasal 6

Retribusi Izin Trayek digolongkan sebagai

Retribusi Perizinan Tertentu.

Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan dan jenis angkutan umum penumpang.

Pasal 8

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan

struktur dan besarnya tarif retribusi

didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau sama dengan biaya

penyelenggaraan pemberian izin trayek.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi komponen biaya survey lapangan,

dan biaya transportasi dalam rangka

pengendalian dan pengawasan.

Bagian Ketiga

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 9

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini.

(2) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling

lama 3 (tiga) tahun sekali dengan

memperhatikan indeks harga dan

perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana

(13)

Bagian keempat

WILAYAH PEMUNGUTAN DAN MASA RETRIBUSI

Pasal 10

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah tempat izin trayek diberikan.

Pasal 11

Masa retribusi ditetapkan untuk jangka waktu 5 tahun.

BAB IV

RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN Bagian Kesatu

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 12

Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin usaha perikanan kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan untuk tujuan komersial.

Pasal 13

(1) Obyek retribusi adalah pemberian izin usaha perikanan kepada orang pribadi atau Badan

untuk melakukan kegiatan usaha

penangkapan dan pembudidayaan ikan yang seluruhnya berada dalam wilayah Provinsi.

(14)

Pasal 14

Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat izin usaha perikanan.

Bagian Kedua

GOLONGAN RETRIBUSI, CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA, PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 15

Retribusi Izin Usaha Perikanan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

Pasal 16

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah izin yang diberikan, ukuran kapal perikanan dan alat penangkapan ikan yang digunakan.

Pasal 17

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan

struktur dan besarnya tarif retribusi

didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau sama dengan biaya

penyelenggaraan pemberian izin usaha

perikanan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini meliputi komponen biaya survey lapangan, dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan.

Bagian Ketiga

(15)

Pasal 18

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.

(2) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling

lama 3 (tiga) tahun sekali dengan

memperhatikan indeks harga dan

perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Bagian keempat

WILAYAH PEMUNGUTAN DAN MASA RETRIBUSI

Pasal 19

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah tempat izin usaha perikanan diberikan.

Pasal 20

Masa retribusi izin usaha perikanan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.

BAB V

PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN

PEMBAYARAN

Pasal 21

(1) Retribusi menjadi terhutang, terhitung pada

saat wajib retribusi memperoleh jasa

(16)

(2) Jumlah retribusi yang terhutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

(3) Retribusi dipungut dengan menggunakan

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(4) Dokumen lain yang dipersamakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

Pasal 22

(1) Pembayaran retribusi yang terhutang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan pada tempat pembayaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi.

(2) Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke

kas daerah secara bruto.

Pasal 23

(1) Wajib Retribusi harus membayar seluruh

retribusi yang terhutang secara tunai/lunas

paling lambat pada saat jatuh tempo

pembayaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Gubernur atas permohonan wajib retribusi

setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan, dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi yang terhutang dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.

Pasal 24

(17)

penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

BAB VI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 25

(1) Wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau

kurang dibayar atau ditagih dengan

menggunakan STRD.

(2) Penagihan Retribusi Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB VII PENAGIHAN

Pasal 26

(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan

setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.

(2) Wajib Retribusi harus melunasi retribusi

(18)

BAB VIII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 27

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib

Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Gubernur.

(2) Gubernur dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan, sejak diterimanya permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) telah lewat dan Gubernur tidak

memberi suatu keputusan, maka

permohonan pengembalian dianggap

dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang

retribusi, kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkanya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran

retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas

keterlambatan pembayaran kelebihan

pembayaran retribusi.

(7) Ketentuan mengenai tata cara pengembalian

kelebihan pembayaran retribusi diatur

(19)

BAB IX KEBERATAN

Pasal 28

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan jangka waktu itu di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan diluar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda

kewajiban membayar retribusi dan

pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 29

(1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan surat keputusan keberatan.

(20)

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Gubernur tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan seluruhnya.

BAB X

KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 30

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi

menjadi kadaluarsa setelah melampaui waktu

5 (lima) tahun terhitung sejak saat

terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :

a. diterbitkan surat teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib

Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya

menyatakan masih mempunyai utang

retribusi dan belum melunasinya kepada kepada Pemerintah Provinsi.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak

(21)

permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

BAB XI

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 31

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan

retribusi daerah diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sebesar 3% (tiga persen) dari target penerimaan retribusi.

(4) Tata cara pembagian dan besarnya pemberian

Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XII

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA

Pasal 32

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih

lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapuskan.

(2) Penghapusan retribusi yang kadaluarsa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang

(22)

BAB XIII

PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Gubernur berwenang melakukan

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka

melaksanakan peraturan

perundang-undangan Retribusi.

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan

buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki

tempat atau ruangan yang dianggap perlu

dan memberikan bantuan guna

kelancaran pemeriksaan, dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pemeriksaan retribusi diatur dengan

Peraturan Gubernur.

Pasal 34

(1) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan

Daerah ini dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(23)

BAB XIV PENYIDIKAN

Pasal 35

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di

lingkungan Pemerintah Provinsi diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi, sebagaimana dimaksud Dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di

lingkungan Pemerintah Provinsi yang

diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan

meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan

keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan barang bukti

dari orang pribadi atau badan

(24)

d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

e. melakukan pengeledahan untuk

mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam

rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang

seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan

berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang berkaitan dengan

tindak pidana di bidang retribusi.

i. memanggil seseorang untuk didengar

keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan, dan/atau;

k. melakukan tindakan lain yang perlu

untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum melalui Pejabat

Penyidik Kepolisian Negara Republik

(25)

diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 36

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan

kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak / atau kurang dibayar.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan penerimaan negara.

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan

Daerah ini, sepanjang mengenai teknis

pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 38

(26)

Tahun 2002 Nomor 13 seri B) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ditetapkan di Pangkalpinang pada tanggal 13 Agustus 2012

GUBERNUR

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

EKO MAULANA ALI

Diundangkan di Pangkalpinang pada tanggal 13 Agustus 2012

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

IMAM MARDI NUGROHO

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat kepuasan siswa dalam menggunakan jasa pelayanan perpustakaan sekolah di MAN Yogyakarta III

6 Saya merasa tidak semangat untuk kuliah sambil bekerja karena seringkali hal ini membuat saya kesulitan untuk berkonsentrasi saat di kelas.. 7 Saya mengetahui

[r]

Menurut Ghozali (2013:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

modal dalam perhitungan dana jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, adalah modal disetor minimum yang dipersyaratkan

Keenam, pelaksanaan proyek (praktikum); pelaksanaan.. Ketujuh, presentasi hasil proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk

Agar kegiatan di bidang Pasar Modal dapat dilaksanakan secara teratur, wajar, dan efisien, serta agar masyarakat pemodal dapat terlindungi dari praktik yang merugikan dan tidak

11 Makrofag yang teraktivasi dalam proses killing ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis dan produksi ROI sehingga penelitian ini